Anda di halaman 1dari 4

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekologi Lanskap

Lanskap merupakan konfigurasi partikel topografi, tanaman penutup,


permukaan lahan, pola kolonisasi yang tidak terbatas, beberapa koherensi dari kealamian,
proses kultural, dan aktivitas. Ekologinya sendiri merupakan ilmu yang mempelajari
pengaruh faktor lingkungan terhadap jasad hidup atau suatu ilmu yang menghubungkan
antara makhluk hidup dengan lingkungannya tempat mereka hidup, bagaimana
kehidupannya dan mengapa mereka ada di sini. Ekologi lanskap memberikan suatu konsep,
teori, dan metode baru dalam memahami interaksi yang dinamis dalam ekosistem
berdasarkan pola ruang. Menurut Thompson dan Stainer (1997), karakter kualitas
ekologi berupa variabel-variabel ekologi, meliputi keanekaragaman hayati, kerapatan
vegetasi, tingkat penutupan, kesuburan tanah, kepekaan terhadap erosi, tingkat
kelembaban, dan intensitas cahaya.

Dalam setiap pembangunan yang ada sekarang terdapat banyak pengaruh


terhadap sistem ruang dan sistem ekologinya. Pengaruh tersebut mengakibatkan
perubahan yang dapat bersifat positif atau negatif, dampak positif dapat berupa
lingkungan yang seimbang dan lestari. Dampak negatif berupa kerusakan
lingkungan (Merriam, 1994; Turner, Gardner, dan Oneil, 2001). Dampak negatif tersebut
dapat merugikan lingkungan sekitar terutama pada aspek ekologinya. Prinsip utama
ekologi lanskap adalah integrasi ruang dan proses ekologi di dalamnya. Ekologi
lanskap yang ada di setiap tempat dapat memberikan sebuah inspirasi untuk memahami
hubungan ekosistem dan lingkungannya. Pemahaman tersebut dapat membantu pihak
berwenang untuk melakukan pembangunan 6 perdesaan dengan benar tanpa adanya
kesalahan yang dapat berdampak buruk. Pemahaman proses ekologi di dalam tapak
juga dapat membantu pengambilan keputusan pembangunan yang tepat. Dengan demikian,
hasil yang diharapkan dari kegiatan pembangunan berupa hasil yang positif (Thorne dan
Huang, 1990; Merriam, 1994; dan Turner et al, 2001).

2.2 Tanaman Jati

Secara morfologis, tanaman jati memiliki tinggi yang dapat mencapai sekitar 30-45
m. Batang yang bebas cabang dapat mencapai antara 15-20 m bila dilakukan proses
pemangkasan. Pohon jati yang tumbuh baik diameter batangnya dapat mencapai 220 cm.
Kulit kayu jati berwarna kecoklat-coklatan atau abu-abu dan sifatnya mudah terkelupas.
Pangkal batang berakar papan pendek dan dapat bercabang.

Daun jati berbentuk opposite ( bentuk jantung membulat dengan ujung meruncing),
berukuran panjang sekitar 20-50 cm dan lebar 15-40 cm, permukaan daun berbulu. Daun
muda jati berwarna kecoklatan, sedangkan daun tua berwarna hijau keabu-abuan.
Walaupun tanaman jati yang tumbuh di alam dapat mencapai diameter batang 220 m, namun
umumnya jati dengan diameter 50 cm sudah di tebang karena tingginya akan permintaan
terhadap kayu jati. Bentuk batang pohon jati tidak teratur serta mempunyai alur.
Warna kayu teras (bagian tengah), coklat muda, coklat merah tua, atau merah coklat,
sedangkan warna kayu gubal (bagian luar teras hingga kulit) putih kelabu kekuningan.
Tekstur kayu agak kasar dan tidak rata. Arah serat kayu jati lurus dan agak terpadu.
Permukssn kayu jati licin dan agak berminyak serta memiliki gambaran yang indah.

Kambium jati memiliki sel-sel yang menghasilkan perpanjangan vertikal dan


horizontal, dimulai berkembangnya inti sel berbentuk oval secara memanjang, kemudian
akan membelah menjadi 2 sel dan demikian seterusnya. Pada sekitar bulan Juli-September
(musim kemarau) tanaman akan mengalami gugur daun dan pada saat itu kambium akan
tumbuh lebih sempit dari pertumbuhan musim penghujan. Pada bulan Januari-April (musim
penghujan), daun akan tumbuh, sehingga pertumbuhan kambium normal kembali. Perbedaan
pertumbuhan tersebut akan membuat suatu pola yang indah bila batang jati dipotong
melintang. Pola pertumbuhan kayu yang indah tersebut dikenal juga dengan istilah lingkaran
tahun.
Sifat fisik kayu adalah sebagai berikut: kayu jati memiliki berat jenis antara 0,62- 0,75 dan
memiliki kelas kuat II-III dengan nilai keteguhan patah antara 800-1200 kg/cm3 (Syafii, 2000
dalam Sipon et al., 2001). Daya risistensi yang tingi kayu jati terhadap serangan jamur dan
rayap disebabkan karena zat extraktif tectoquinin 2- metiol antraqinon. Selain itu, kayu jati
masih mengandung kandungan lain, seperti tripoliprena, penil naphtalhena, antraquinin dan
komponen lain yang belum terditeksi (Sipon et al., 2001).

Kayu jati memiliki kadar selulosa 46,5 %, lignen 29,9%, pentosan 14,4%, abu 1,4%,
dan silika 0,4%, serta nilai kalor 5,081 kal/gr (Suryana, 2001). Kekuatan kayu sesuai uji
terhadap rayap dan jamur tergolong kelas II. Dengan demikian, kayu jati dapat terserang
rayap dengan kapasitas rendah pada kondisi kayu yang dipengaruhi oleh umur pohon,
semakin tua umur kayu semakin sulit terserang rayap. Menurut Courdes (1992), ada banyak
manfaat dari masing-masing bagian tubuh tanaman jati, yaitu:

a) Kayu jati digunakan sebagai bahan baku furniture, bangunan dan kerajinan
b) Kulit jati digunakan sebagai dinding rumah
c) Getah jati dapat digunakan sebagai obat untuk penyakit tenggorokan
d) Daun dapat digunakan sebagi obat kolera dan pembersih luka
e) Abu pohon jati ditumbuk dengan daun jambu batu dapat menghentikan diare
f) Daun muda dapat digunakan sebagai pewarna (warna merah)
g) Daun jati dapat dimanfaatkan untuk pembungkus makanan dan berbagai peralatan
karena lebar dan sebagainya.

2.3 Tanaman Flamboyan

Daun pohon 6-8 m tinggi dengan mahkota berbentuk Parasol dan batang sangat
sedikitbengkok dengan kulit abu-abu, agak kasar. Bipinnate daun 20-40 cm panjang,
dengan10-15 pasang pinnae, masing-masing memiliki 12 20 pasang selebaran lonjong,
apeksdan basis bulat, sessile, sedikit tomentose, hijau, dengan punggung lebih jelas. Bunga-
bunga merah, muncul ketika pohon tidak memiliki daun, dan cluster disusun di sisi. Setiap
bunga ukuran 10-12 cm dan memiliki kelopak berbulu dengan 5 sepal, mahkotadengan 5
kelopak yang tidak setara dan androecium dengan 10 benang sari panjang, ramping, merah.
Kacang-kacangan yang sangat kasar, 40-50 cm, datar, coklat pada saat jatuh tempo. Buah
tetap tergantung di pohon selama satu tahun penuh.

2.2.1 Data Tanaman:

Sistem akar pohon adalah agresif, sehingga Anda harus memiliki cukup ruang untuk
memperluas akar mereka. Sangat sensitif terhadap dingin, sehingga hanya
dapatdibudidayakan di Kepulauan Canary dan di beberapa titik di pantai Malaga, dan
masihperlu banyak sinar matahari dan suhu ringan untuk mekar deras. Hal mengalikandengan
biji, yang tunduk pada pra-perawatan untuk melembutkan menabur selimut. Ketika mekar
yang spektakuler. Digunakan sebagai spesimen terisolasi, dalam kelompok atau keberpihakan
jalan-jalan.
III. METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum pengantar ekologi lanskap dilakukan pada tanggal 1 maret 2017,


pukul: 14.00 s/d 18.00. Bertempat di kampus Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Bukit,
Jimbaran.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Meteran
Tali rafia
Alat tulis

3.2.2 Bahan

Vegetasi disekitar kampus Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Bukit, Jimbaran

3.3 Cara Kerja

a. Potong tali rafia dengan ukuran 10 m X 10 m dan 20 m X 20 m


b. Petakan lokasi pengamatan dengan tali rafia
c. Ukur lingkar batang vegetasi yang dijadikan unit sampel
d. Catat vegetasi sesuai dengan kelompok pohon dan kelompok tiang

Anda mungkin juga menyukai