Anda di halaman 1dari 13

Bul. Littro. Vol. 23 No.

1, 2012, 102 - 114

MEKANISME BAKTERI ENDOFIT MENGENDALIKAN NEMATODA


Pratylenchus brachyurus PADA TANAMAN NILAM
Rita Harni1), Supramana2), Meity S. Sinaga2), Giyanto2) dan
Supriadi3)
1)
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Industri, Pakuwon Sukabumi
Jl. Raya Pakuwon-Parungkuda Km. 2, Sukabumi 43357
E-mail : rita_harni@yahoo.co.id
2)
Departemen Proteksi Tanaman FAPERTA, Institut Pertanian Bogor
3)
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Jl. Tentara Pelajar No. 3 Bogor 16111

(terima tgl. 22/11/2011 disetujui tgl. 07/03/2012)

ABSTRAK kimia penginduksi ketahanan seperti


asam salisilat, peroksidase dan fenol oleh
Beberapa jenis bakteri endofit telah bakteri endofit A. xylosoxidans TT2, A.
diketahui potensinya sebagai agens faecalis NJ16 dan P. putida EH11. Di
hayati terhadap nematoda parasit P. samping itu, bakteri endofit juga dapat
brachyurus pada tanaman nilam. memicu pertumbuhan tanaman melalui
Penelitian dilakukan untuk mengetahui peningkatan indole acetic acid terutama
mekanisme pengendalian dari beberapa pada perlakuan dengan Bacillus cereus
bakteri endofit terhadap P. brachyurus MSK. Hasil penelitian mengindikasikan
pada tanaman nilam. Setek nilam bahwa aplikasi beragam jenis bakteri
berumur satu bulan diperlakukan dengan endofit yang berbeda mekanisme kerja-
bakteri endofit Achromobacter nya tersebut perlu dilakukan secara ber-
xylosoxidans TT2, Bacillus subtilis NJ57, samaan untuk mendapatkan pengendali-
Alcaligenes faecalis NJ16, Bacillus cereus an yang optimal.
MSK, dan Pseudomonas putida EH11
dengan metode split root system (sebagi- Kata kunci : Bakteri endofit, mekanisme,
an akar diinokulasi dengan bakteri induksi ketahanan, P.
endofit (populasi 109/pot), dan bagian brachyurus, nilam, split root
system
lainnya diinokulasi dengan P. brachyurus
(100 ekor/pot). Penelitian mengunakan ABSTRACT
rancangan acak lengkap (RAL) enam per-
lakuan dengan tujuh ulangan. Peng- Mechanism of Endophytic
amatan dilakukan terhadap populasi Bacteria in Controlling
nematoda yang mempenetrasi akar, Patylenchus brachyurus On
kadar asam salisilat, fenol, dan Patchouli
peroksidase. Kadar asam salisilat, fenol,
Endophytic bacteria suppress the plant
indol acetic acid dan peroksidase pada
parasitic nematodes development
tanaman dianalisis menggunakan metode
through many ways, such as induce
HPLC dan spektrofotometer. Hasil
resistance, nische competition and
penelitian menunjukkan bahwa meka-
production of secondary nematicidal
nisme kerja bakteri endofit dalam
substances. The study was conducted to
mengendalikan P. brachyurus adalah
analyze the selected characters
dengan menginduksi ketahanan tanaman
associated with the control mechanisms
dengan peningkatan produksi senyawa
of endophytic bacteria on P. brachyurus.

102
Rita Harni et al. : Mekanisme Bakteri Endofit Mengendalikan Nematoda Pratylenchus brachyurus pada ...

One-month-old patchouli cuttings were dapat membunuh P. brachyurus


treated with endophytic bacterium i.e. A. 100% dan menekan penetasan telur
xylosoxidans TT2, B. subtilis NJ57, A. 48,5-74,6% di laboratorium (Harni et
faecalis NJ16, B. cereus MSK, and P. al. 2010). Sedangkan suspensi bak-
putida EH11 with split root method.
teri endofit dapat menekan penetrasi
Parameters analyzed were salicylic acid,
phenol, indole acetic acid and peroxidase dan populasi P. brachyurus pada
using a HPLC and spectrophotometer. nilam sebesar 54,8-70,6% di rumah
The results showed that the mechanism kaca (Harni et al. 2011). Aplikasi
of endophytic bacteria in controlling P. bakteri endofit melalui perendaman
brachyurus was induce resistance of akar nilam effektif menekan populasi
plants. Increased salicylic acid, P. brachyurus di dalam akar nilam
peroxidase and phenol activities were (Harni et al. 2006) serta aplikasi
detected on path plants inoculated with bakteri endofit 3-10 hari sebelum
A. xylosoxidans TT2, A. faecalis NJ16 and tanam dapat mengurangi tingkat
P. putida EH11. The results showed that
penetrasi nematoda ke dalam akar
Bacillus cereus MSK also induced plant
growth, indicated with the increasing (Harni et al. 2009).
activities of indole acetic acid. Mekanisme bakteri endofit da-
lam mengendalikan nematoda para-
Key words : Endophytic bacteria, mecha-
nisms of induction of
sit, antara lain dengan menginduksi
resistance, P. brachyurus, ketahanan tanaman (Hallmann
patchouli, split root system 2001). Induksi ketahanan tanaman
adalah fenomena terjadinya pe-
PENDAHULUAN ningkatan ketahanan tanaman ter-
Nilam (Pogestemon cablin) hadap infeksi patogen akibat rang-
merupakan tanaman atsiri di dalam sangan. Ketahanan ini merupakan
budidayanya terkendala oleh infeksi perlindungan tanaman yang didasari
nematoda parasit P. brachyurus. pada mekanisme ketahanan yang
Infeksi nematoda P. brachyurus pada dirangsang oleh perubahan meta-
tanaman nilam menyebabkan per- bolik. Induksi ketahanan tanaman
tumbuhan tanaman terhambat, terhadap nematoda dapat melalui
warna daun merah atau kekuning- peningkatan asam salisilat, perok-
kuningan dan luka nekrosis pada akar sidase, fitoaleksin, patogenesis
rambut yang dapat mengakibatkan related protein (PR) dan senyawa
akar membusuk. Kerusakan akibat fenolik (Tian et al. 2007). Mekanisme
serangan nematoda tersebut pada pengendalian yang lain adalah kom-
tanaman nilam dapat menurunkan petisi dengan patogen (Sikora et al.
hasil sampai 75% (Mustika et al. 2007), kompetisi yang terjadi adalah
1995). kompetisi tempat dan makanan.
Penggunaan bakteri endofit Kompetisi ini terjadi karena nema-
untuk mengendalikan P. brachyurus toda dan endofit menempati ruang
pada tanaman nilam telah dilaporkan ekologis yang sama di akar. Hal ini
oleh Harni et al. (2007, 2010, 2011) akan berkaitan erat dengan kepa-
dan Supramana et al. (2007). datan bakteri, tingkat kolonisasi dan
Pengunaan filtrat bakteri endofit lokasi bakteri dalam kaitannya

103
Bul. Littro. Vol. 23 No. 1, 2012, 102 - 114

dengan tempat makan nematoda. dua buah pot lainnya yang berisi
Hasil penelitian potensi bak- medium tumbuh tanaman. Akar dari
teri endofit dalam mengendalikan P. tanaman pada pot yang di atas,
brachyurus pada tanaman nilam dibagi dua dan masing-masing di
sangat effektif, tetapi bagaimana masukkan ke dalam medium tanah
mekanismenya belum diketahui. pada pot yang di bawahnya (Gambar
Penelitian ini bertujuan untuk 1). Dua minggu setelah pemisahan
menganalisis beberapa karakter yang akar, salah satu dari dua pot yang
terkait dengan mekanisme keefek- ada di bawah kemudian diinokulasi
tifan bakteri endofit dalam mengen- dengan 50 ml suspensi bakteri (A.
dalikan nematoda P. brachyurus pada xylosoxidans TT2, B. subtilis NJ57, A.
tanaman nilam. faecalis NJ16, B. cereus MSK, dan P.
putida EH11) masing-masing dengan
BAHAN DAN METODE kerapatan 109 cfu/ml, dan enam hari
Penelitian dilakukan di labora- setelah perlakuan bakteri, dan pot
torium dan Rumah Kaca Balai Pene- lainnya diinokulasi dengan 100 ekor
litian Tanaman Rempah dan Obat, nematoda. Empat minggu setelah
Laboratorium Bakteriologi Depar- inokulasi nematoda, tanaman dibong-
temen Proteksi Tumbuhan, Faperta kar, jumlah nematoda dihitung
IPB, dan Balai Besar Pasca Panen, dengan cara mewarnai akar tanaman
Bogor. dengan zat pewarna acid fuchsin,
Lima bakteri endofit yang kemudian sampel akar diperiksa di
digunakan (A. xylosoxidans TT2, B. bawah mikroskop. Penelitian meng-
subtilis NJ57, B. cereus MSK, A. gunakan rancangan acak lengkap,
faecalis NJ16 dan P. putida EH11) enam perlakuan dan tujuh ulangan.
merupakan bakteri endofit terbaik
dalam menekan populasi P.
brachyurus pada tanaman nilam
(Harni et al. 2010). Bakteri endofit
diperbanyak pada media Tryptic Soy
Agar (TSA) (Hallmann 2001) selama
48 jam pada suhu kamar. Koloni
yang terbentuk selanjutnya disuspen-
sikan dalam air steril.
Induksi ketahanan sistemik
Uji potensi induksi ketahanan
sistemik dari bakteri endofit terhadap Gambar 1. Pengujian induksi keta-hanan
P. brachyurus dilakukan dengan sistemik tanaman nilam
metode split root system (Hasky- dengan metode split root
Gunther et al. 1998). Tanaman nilam system
berumur satu bulan dibongkar, dan Figure 1. Induced systemic resistance
ditanam di dalam pot berdiameter 10 test on patchouli with split root
cm. Di bawah pot tersebut diletakkan system methode

104
Rita Harni et al. : Mekanisme Bakteri Endofit Mengendalikan Nematoda Pratylenchus brachyurus pada ...

Analisis asam salisilat dan perok- persen. Suspensi larutan dihomogen-


sidase kan selama 5-10 detik dan nilai
absorbansinya dihitung pada panjang
Aktivitas asam salisilat dan
gelombang 420 nm dengan interval
peroksidase adalah variable pendu-
waktu setiap 30 detik selama 150
kung berkaitan dengan induksi keta-
detik. Apabila nilai absorban terlalu
hanan tanaman dari bakteri endofit
tinggi dapat dilakukan pengenceran
terhadap nematoda (Hergaten 1997).
terhadap sediaan enzim dengan
Tanaman nilam diperlakukan dengan
buffer fosfat. Sebelum dilakukan
bakteri endofit (A. xylosoxidans TT2,
penghitungan, nilai absorban yang
B. subtilis NJ57, A. faecalis NJ16, B.
diperoleh, terlebih dahulu dikurangi
cereus MSK, dan P. putida EH11)
dengan blanko. Rata-rata nilai
dengan cara menyiramkan populasi
absorban (AOD = b) dari satu
bakteri OD600=1 pada pot yang berisi
pengamatan dicari dengan meng-
tanaman nilam yang berumur satu
gunakan persamaan regresi (Y= a +
bulan. Satu minggu setelah perla-
bx) unit aktivitas enzim UAE dihitung
kuan, tanaman nilam dibongkar
dengan rumus : UAE = A OD x
untuk dianalisis kandungan asam
sediaan enzim (ml)/bobot basah
salisilatnya. Selanjutnya, enam dan
kontrol (g)
12 hari setelah perlakuan, aktivitas
Aktivitas asam salisilat diukur
peroksidase di dalam tanaman diana-
menggunakan teknik HPLC. Akar di-
lisis. Analisis kadar asam salisilat dan
timbang sebanyak lima g kemudian
peroksidase dilakukan di Balai Besar
dihancurkan dengan mortar dalam 50
Pascapanen Bogor.
ml buffer asetonitril. Buffer dibuat
Aktivitas peroksidase diukur
dengan mengatur pH dengan H3PO4
berdasarkan metode pengukuran
0,4% sehingga mencapai 2,24. Eks-
absorbansi langsung menggunakan
trak akar dihomogenisasi selama 1
spektrofotometer. Akar ditimbang
jam, kemudian disentrifugasi dengan
sebanyak 1 g kemudian dihancurkan
kecepatan 7.000 rpm selama lima
dengan mortar dalam buffer fosfat
menit, kemudian disaring mengguna-
0,01M, pH enam dengan perban-
kan kertas saring yang berukuran
dingan 1:4. Ekstrak akar disentrifus
0,45m. Supernatan yang diperoleh
dengan kecepatan 5000 rpm selama
disuntikkan ke HPLC.
30 menit pada suhu 4C selanjutnya
disaring mengunakan kertas saring Induksi respon pertahanan bio-
Whatman. Supernatan yang diperoleh kimia
digunakan sebagai sediaan enzim.
Salah satu respon pertahanan
Pengamatan aktivitas enzim dilaku-
biokimia terhadap nematoda adalah
kan dengan memasukan sediaan
terbentuknya senyawa fenol di dalam
enzim sebanyak 0,2 ml yang sudah
jaringan tanaman. Analisis senyawa
diencerkan 1:3 dengan buffer fosfat
fenol diukur dengan HPLC (Hamilton
0,01 M, pH enam dimasukkan ke
dan Sewel 1981 dalam Mustika et al.
dalam tabung reaksi berdiameter
2002). Caranya tanaman nilam diper-
satu cm yang berisi lima ml larutan
lakukan dengan bakteri endofit (A.
pirogalol 0,5 M dan 0,5 ml H2O2 satu

105
Bul. Littro. Vol. 23 No. 1, 2012, 102 - 114

xylosoxidans TT2, B. subtilis NJ57, A. faecalis NJ16, A. xylosoxidans TT2


faecalis NJ16, B. cereus MSK, dan P. dan P. putida EH11 paling tinggi
putida EH11) selanjutnya diinokulasi kemampuannya dalam mengurangi
dengan nematoda. Kemudian diamati populasi P. brachyurus yang mem-
total senyawa fenol pada akar penetrasi akar, yaitu sebesar 68,62-
tanaman yang diperlakukan dengan 75,84% (Tabel 1). Hal ini berarti ke
bakteri endofit, nematoda dan tanpa tiga bakteri tersebut mampu
diperlakukan pada satu minggu menekan populasi nematoda dengan
setelah inokulasi (msi). Sebanyak mekanisme menginduksi ketahanan
satu gram akar dari masing-masing tanaman. Kemampuan itu diduga
perlakuan dicuci dan diekstraksi karena bakteri endofit dapat men-
dengan larutan acetat satu persen stimulasi gen-gen ketahanan pada
dalam 10 ml metanol 70%, kemudian seluruh bagian tanaman sehingga
dimasukkan ke dalam homogenizer. infeksi nematoda dapat ditekan.
Ekstrak disaring dengan kertas saring Beberapa peneliti melaporkan
Whatman 40, kemudian disuntikkan bahwa bakteri endofit berpotensi
ke dalam HPLC. mengurangi kerusakan tanaman
terinfeksi nematoda. Mekanismenya
Produksi hormon pertumbuhan
menginduksi ketahanan tanaman
(analisis kadar indol acetic acid)
secara sistemik (Hallmann 2001;
Untuk data bakteri endofit Hasky-Gunther et al. 1998). Induksi
memacu pertumbuhan dengan meng- ketahanan sistemik akan mem-
analisis indol acetic acid (IAA) diacu pengaruhi proses fisiologis di dalam
pada hasil penelitian Harni (2008). akar seperti mencegah proses makan
Tanaman nilam diperlakukan dengan nematoda, mencegah terbentuknya
bakteri endofit dengan cara menyi- feeding site (tempat makan nema-
ramkan populasi bakteri OD600=1 toda seperti sinsitium, dan puru),
pada pot yang berisi tanaman nilam menghambat penetrasi, dan repro-
yang berumur 1 bulan. Satu minggu duksi nematoda (Sikora et al. 2007).
setelah perlakuan tanaman nilam Hasil percobaan Reitz et al. (2000)
dibongkar, kemudian kadar IAA yang dengan teknik split root, pada ta-
ada di dalam akar dianalisis dengan naman kentang menggunakan Rhizo-
menggunakan metode HPLC di Balai bium etli dapat menurunkan pene-
Besar Pasca Panen Bogor. trasi nematoda sista (Globodera pal-
lida) pada akar kentang. Hasil pene-
HASIL DAN PEMBAHASAN litian mereka menunjukkan lipo-poli-
Induksi ketahanan sistemik sakarida (LPS) dari R. etli bertindak
sebagai agen penginduksi ketahanan
Aplikasi lima bakteri endofit
sistemik terhadap G. pallida pada
pada akar nilam yang ditumbuhkan
akar kentang. Sedang Hasky-Gunther
secara split root system, nyata
et al. (1998) menggunakan Agro-
mengurangi populasi P. brachyurus di
bacterium radiobacter (G12) dan
dalam akar dibanding kontrol. A.

106
Rita Harni et al. : Mekanisme Bakteri Endofit Mengendalikan Nematoda Pratylenchus brachyurus pada ...

Tabel 1. Pengaruh bakteri endofit terhadap populasi P. brachyurus pada


tanaman nilam dengan metode split root system
Table 1. Effect of endophytic bacteria to P. brachyurus population with split
root system method
Populasi nematoda Pengurangan
Bakteri endofit
Nematode populasi
Endophytic bacteria
population Population
reduction (%)
Alcaligenes faecalis NJ16 6,16 2,13 a 75,84
Achromobacter xylosoxidans TT2 8,00 1,67 a 68,62
Pseudomonas putida EH11 8,00 3,76 a 68,62
Bacillus cereus MSK 15,20 2,04 b 40,39
Bacillus subtilis NJ57 17,80 4,32 b 30,07
Tanpa bakteri endofit Without 25,50 1,29 c -
endophytic bacteria
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
berdasarkan uji jarak berganda Duncan, = 5%.
Note : Numbers followed by the same letters are not significantly different at 5%
level DMRT
dan Bacillus sphaericus (B43) untuk hydrogen peroksida yang meng-
mengendalikan G. pallida, kedua hambat patogen secara langsung
strain bakteri secara nyata atau pembentukan radikal bebas
mengurangi larva dua G. pallida yang yang memiliki efek anti mikroba.
mempenetrasi akar kentang hingga Pembentukan barier fisik seperti
66% dibanding kontrol. lignifikasi dan suberisasi dapat
Analisis peroksidase mencegah penetrasi nematoda ke
jaringan (Liharska dan Williamson
Hasil analisis peroksidase 1997).
menunjukkan bahwa bakteri endofit Selanjutnya Liharska dan
P. putida EH11, A. xylosoxidans TT2 Williamson (1997) menjelaskan
dan A. faecalis NJ16 memiliki bahwa mekanisme peroksidase dalam
aktivitas peroksidase yang lebih mengendalikan nematoda dengan
tinggi dibanding dengan kontrol. P. menginduksi hipersensitif reaksi (HR)
putida EH11 memperlihatkan aktifitas yaitu dengan reaksi cepat meloka-
yang tinggi pada enam hari dan lisasi sel, kemudian terbentuk nekro-
menurun pada 12 hari setelah sis pada jaringan di daerah infeksi.
aplikasi demikian juga dengan bakteri Nematoda akhirnya mati, karena
A. xylosoxidans TT2 dan A. faecalis jaringan tersebut mati sehingga ne-
NJ16 (Gambar 2). matoda tidak mendapatkan makanan
Tingginya aktivitas peroksi- dari jaringan tersebut. Pada nema-
dase berasosiasi dengan lambatnya toda puru akar (Meloidogyne sp.) HR
proses infeksi dan berhubungan berkembang di dekat kepala larva
dengan lignifikasi serta pembentukan dua yang masuk ke dalam akar atau

107
Bul. Littro. Vol. 23 No. 1, 2012, 102 - 114

di sel dekat tempat nematoda Analisis asam salisilat


mengambil makanan. Larva dua akan
Hasil percobaan memperlihat-
gagal membentuk feeding site dan
kan bahwa tidak semua tanaman
selanjutnya akan mati atau mening-
yang diberi bakteri endofit memiliki
galkan akar.
aktivitas asam salisilat yang lebih
tinggi dibanding dengan kontrol
0.6
(Gambar 3). Aktivitas asam salisilat
0.5
merupakan salah satu indikator
0.4 bahwa pada tanaman terjadi induksi
peroksidase
(UEA/protein)
0.3 ketahanan sistemik. Kadar asam
0.2 salisilat tertinggi ditemukan pada
0.1
tanaman yang diperlakukan dengan
A. xylosoxidans TT2 yaitu 67,48 ppm
sedang pada tanaman tanpa bakteri
0
6 hari 12 hari
waktu pengamatan endofit (K) yaitu 60,06 ppm dan
TT2 NJ57 NJ16 MSK EH11 K N
kadarnya lebih rendah lagi pada B.
Gambar 2. Pengaruh bakteri endofit
70
Achromobacter xylosoxi-
dans (TT2), Bacillus sub-
60

tilis (NJ57), Alcaligenes 50

faecalis (NJ16), Bacillus asam salisilat 40

cereus (MSK) dan Pseu- (ppm) 30

domonas putida (EH11), 20


terhadap aktivitas enzim 10
peroksidase pada tanaman 0
nilam. K= tanpa bakteri TT2 NJ57 NJ16 MSK EH11 K

endofit, N= inokulasi isolat bakteri

dengan nematoda.
Figure 2. Effect of endophytic bac-teria Gambar 3. Pengaruh bakteri endofit A.
Achromobacter xylosoxidans xylosoxidans (TT2), B.
(TT2), Bacillus subtilis (NJ57), subtilis (NJ57), A. faecalis
Alcaligenes faecalis (NJ16), (NJ16), B. cereus (MSK) dan
Bacillus cereus (MSK) and P. putida (EH11) terhadap
Pseudomonas putida (EH11), kadar asam salisilat dalam
of the peroxidase activity in tanaman nilam satu minggu
patchouli. K= without setelah inokulasi
endophytic bacteria, N= Figure 3. Effect of endophytic bacteria A.
inoculated to nematodes xylosoxidans (TT2), B. subtilis
(NJ57), A. faecalis (NJ16), B.
cereus (MSK) and P. putida
(EH11) of the salicylic acid in
patchouli one week after
inoculated

108
Rita Harni et al. : Mekanisme Bakteri Endofit Mengendalikan Nematoda Pratylenchus brachyurus pada ...

subtilis NJ57, B. cereus MSK dan P. xylosoxidans TT2, A. faecalis NJ16


putida EH11. Hal ini membuktikan dan P. putida EH11 dapat mening-
bahwa mekanisme kerja dari bakteri katkan senyawa fenol dalam jaringan
endofit tidak sama untuk setiap akar dibanding isolat endofit yang
isolat. lain (B. subtilis NJ57, dan B. cereus
Peran biosintesis asam salisilat MSK) (Tabel 2). Tingginya aktifitas
dalam peningkatan mekanisme per- fenol pada A. xylosoxidans TT2, A.
tahanan terhadap nematoda parasit faecalis NJ16 dan P. putida EH11
tanaman telah dilaporkan oleh Sid- berhubungan dengan kemampuan
diqui dan Shaukat (2004). Pseu- ketiga bakteri ini dalam mengen-
domonas fluorescens mendorong dalikan P. brachyurus di rumah kaca
induksi ketahanan sistemik terhadap dan lapang. Aktivitas fenol merupa-
infeksi nematoda puru akar melalui kan salah satu mekanisme tanaman
sinyal transduksi independen dari untuk menghindari serangan nema-
asam salisilat yang terakumulasi di toda terutama nematoda yang
akar. Hasky-Gunther et al. (1998) bersifat berpindah. Senyawa ini
mempelajari ekspresi protein pada membuat suatu lingkungan toksik
induksi ketahanan sistemik yang diin- untuk perkembangbiakan nematoda.
duksi bakteri pada kentang yang Anita et al. (2004) melaporkan
diserang nematoda sista G. pallida. terdapat akumulasi senyawa fenol
Hasil ekspresi protein ISR pada setelah tanaman diinokulasi
tanaman kentang yang inokulasi dengan P. fluorescens PfI agens
dengan B. sphaericus B43 memper- biokontrol M. incognita. Compant et
lihatkan sebuah novel band protein al. (2005) melaporkan bahwa bakteri
(38 kDa) sama dengan pola PR- endofit Burkholderia phytofirmans
protein. menginduksi akumulasi senyawa
Pada lobak yang diperlakukan fenolik dan penguatan dinding sel
dengan bakteri P. fluorescens dalam eksodermis pada tanaman
WCS374 dan WCS417 terjadi anggur.
peningkatan aktivitas asam salisilat
Hormon pertumbuhan (indol
sehingga tanaman terinduksi keta-
acetic acid /IAA)
hanannya secara sistemik (Van Loon
dan Bakker 2006). Sedang pada Produksi IAA tertinggi dari ke
tembakau dan buncis yang diper- lima isolat adalah B. cereus MSK yaitu
lakukan dengan bakteri P. aeroginosa 189,35 ppm, B. subtilis NJ57 (169,61
7NSK2, induksi ketahanan sistemik ppm), TT2 (157,64 ppm), A. faecalis
terpicu oleh peningkatan asam NJ16 (148,27) dan P. putida EH11
salisilat dalam tanaman (De Meyer et sebesar 148,00 ppm (Harni 2008).
al. 1999). Bacon dan Hinton (2007) menjelas-
kan bahwa bakteri endofit dapat
Induksi respon pertahanan
menghasilkan hormon pertumbuhan
biokimia
seperti etilen, auxin dan sitokinin.
Hasil analisis senyawa fenol Thakuria et al. (2004) telah menemu-
pada akar tanaman nilam, bakteri A. kan 14 jenis bakteri perakaran padi

109
Bul. Littro. Vol. 23 No. 1, 2012, 102 - 114

Tabel 2. Kadar senyawa fenol pada Hasil-hasil yang diperoleh


tanaman nilam yang diper- menunjukkan bahwa setiap jenis
lakukan dengan bakteri en- bakteri endofit yang diuji mempunyai
dofit dan nematoda parasit mekanisme spesifik, baik dalam
Table 2. Levels of phenolic com- menekan populasi nematoda parasit
pounds in patchouli plants P. brachyurus maupun menginduksi
after treated with en- senyawa-senyawa yang berperan
dophytic bacteria and dalam peningkatan ketahanan dan
nematode pertumbuhan tanaman nilam (Tabel
3). Mekanisme yang paling menentu-
Kadar
kan dalam pengendalian P. Bra-
Bakteri endofit senyawa fenol
Endophytic bacteria Fenol content
chyurus adalah peningkatan senya-
(ppm) wa-senyawa penginduksi ketahanan,
A. xylosoxidans TT2 150,94 1,17 a seperti produksi asam salisilat,
P. putida EH11 105,24 4,85 b peroksidase dan senyawa fenol. Dari
B. subtilis NJ57 66,08 2,89 d hasil analisis isolat yang menginduksi
A. faecalis NJ16 110,57 0,42 b ketahanan dengan peningkatan asam
B. cereus MSK 67,56 4,46 d salisilat adalah A. xylosoxidans TT2,
Nematoda 86,33 3,56 c senyawa fenol adalah A. xylosoxidans
Tanpa bakteri endofit 75,16 3.94 cd TT2, P. putida EH11 dan A. faecalis
Without endophytic NJ16 sedangkan untuk peroksidase
bacteria
adalah P. putida EH11, A. faecalis
Keterangan : Angka yang diikuti oleh
NJ16 dan A. xylosoxidans TT2
huruf yang sama tidak
berbeda nyata berdasar- senyawa-senyawa ini lebih ber-
kan uji jarak berganda pengaruh dalam menekan populasi P.
Duncan, = 0,05 brachyurus dibanding dengan B.
Note : Numbers followed by the same subtilis NJ57 dan B. cereus MSK yang
letters in each column are not mekanismenya secara antagonis dan
significantly different at 5% level peningkatan IAA. Hal ini sejalan
DMRT dengan pendapat Hallmann (2001)
dan Sikora et al. (2007) bahwa
mekanisme bakteri endofit dalam
yang dapat menghasilkan IAA yang mengendalikan nematoda adalah
terdiri atas kelompok Azospirillum, melalui peningkatan ketahanan
Bacillus, P. fluorescens dan Bulkho- tanaman. Hasil penelitian mengin-
deria. IAA yang dihasilkan bakteri dikasikan bahwa aplikasi beragam
endofit A. xylosoxidans dari akar jenis bakteri endofit yang berbeda
gandum dapat meningkatkan pan- mekanisme kerjanya perlu dilakukan
jang akar, batang, berat segar ta- secara bersamaan untuk mendapat-
naman dan jumlah klorofil (Jha dan kan pengendalian yang optimal.
Kumar 2009).

110
Rita Harni et al. : Mekanisme Bakteri Endofit Mengendalikan Nematoda Pratylenchus brachyurus pada ...

Tabel 3. Mekanisme kerja bakteri endofit dalam mengendalikan P. brachyurus


pada nilam
Table 3. Mechanism of action of endophytic bacterial in controlling P.
brachyurus on patchouli
Induksi ketahanan Resistance inducer IAA Populasi Berat
compound IAA* nematoda terna
Bakteri endofit Peroksidase Asam salisilat Fenol (ekor) Fresh
Endophytic bacteria Peroxidase Salicylic acid Phenolic Nematode weight
population (kg)
A. xylosoxidans TT2 + + + + 39 4,00
P. putida EH11 + - + + 40 2,90
A. faecalis NJ16 + - + + 44 3,56
B. subtilis NJ57 - - - + 150 2,60
B. cereus MSK - - - + 145 2,26
Kontrol/Control 335 2,54
Keterangan : - tidak menghasilkan, + menghasilkan, IAA = indole acetic acid
Note : - Does not produce, + produce, IAA = indole acetic acid
* = Sumber Harni (2008)

yang berbeda mekanisme kerjanya


KESIMPULAN tersebut perlu dilakukan secara
Mekanisme keefektifan bakteri bersamaan untuk mendapatkan
endofit A. xylosoxidans TT2, A. pengendalian yang optimal.
faecalis NJ16, P. putida EH 11, B.
DAFTAR PUSTAKA
cereus MSK sebagai agens hayati
terhadap P. brachyurus terjadi mela- Anita, B., G. Rajendran, dan R.
lui induksi ketahanan dengan bebe- Samiyappan. 2004. Induction of
rapa cara yang sangat spesifik dan systemic resistance in tomato
bergantung pada jenis bakteri endo- against root-knot nematode,
fitnya. Mekanisme peningkatan akti- Meloidogyne incognita by Pseu-
vitas enzim peroksidase terlihat pada domonas fluorescens. Nemato-
tanaman nilam yang diperlakukan logica Mediterranea. 32 : 47-51.
dengan endofit P. putida EH11, A.
Bacon, C.W. dan S.S. Hinton. 2007.
faecalis NJ16 dan A. xylosoxidans
Bacterial endophytes : The
TT2. Sedangkan peningkatan akti-
endophytic nische, its occupants,
vitas asam salisilat dan senyawa
and its utility. Di dalam: Gnana-
fenol ditunjukkan oleh A. xyloso-
manickam SS. Gnanamanickam
xidans TT2 dan A. faecalis NJ16.
(ed.). Plant-Associated Bacteria.
Semua bakteri menghasilkan IAA
Springer, Berlin. pp. 155-194.
terutama adalah B. cereus MSK. Hasil
penelitian mengindikasikan bahwa
aplikasi beragam jenis bakteri endofit

111
Bul. Littro. Vol. 23 No. 1, 2012, 102 - 114

Compant, S., B. Reiter, J. Nowak, dan Tanaman Jahe dan Nilam. Bogor,
E. Ait Barka. 2005. Endophytic 4 Nopember 2008.
colonization of Vitis vinifera.
Harni, R. Supramana, M.S. Sinaga,
Applied Enviromental Micro-
Giyanto dan Supriadi. 2009. Ke-
biology. 71 : 1685-1693.
efektifan beberapa cara aplikasi
De Meyer, G., K. Capieau, K. bakteri endofit dalam mengen-
Audenaert, A. Buchala, J.P. dalikan nematode peluka akar
Metraux, dan M. Hofte. 1999. Pratylenchus brachyurus pada
Nanogram amounts of salicylic nilam. Di dalam Strategi per-
acid produced by the rhizobac- lindungan tanaman menghadapi
terium P. aeruginosa 7NSK2 perubahan iklim global dan
activate the systemic acquired system perdagangan bebas.
resistance pathway in bean. Mol. Prosiding Seminar Nasional
Plant-Microbe Interact. 12 : 450- Perlindungan Tanaman, Bogor 5-
458. 6 Agustus 2009. hlm. 212-221.
Hallmann, J. 2001. Plant interaction Harni, R. Supramana, M.S. Sinaga,
with endophytic bacteria. Di Giyanto dan Supriadi. 2010.
dalam : Jeger MJ. and Spence Pengaruh filtrat bakteri endofit
NJ, editor. Biotic Interaction In terhadap mortalitas, penetasan
Plant-Pathogen Associations. CAB telur dan populasi nematoda
International. peluka akar Pratylenchus
brachyurus pada nilam. Jurnal
Harni, R., Supramana, A. Munif, dan
Penelitian Tanaman Industri. 16 :
I. Mustika. 2006. Pengaruh
43-47.
metode aplikasi bakteri endofit
terhadap perkembangan nema- Harni, R. Supramana, M.S. Sinaga,
tode peluka akar (Pratylenchus Giyanto dan Supriadi. 2011. Ke-
brachyurus) pada tanaman efektifan bakteri endofit untuk
nilam. Jurnal Penelitian Tanaman mengendalikan nematoda Praty-
Industri. 12 : 129-171. lenchus brachyurus pada
tanaman nilam. Jurnal Penelitian
Harni, R., A. Munif, Supramana, dan
Tanaman Industri. 17 : 6-10.
I. Mustika. 2007. Potensi bakteri
endofit pengendali nematoda Hasky-Gunther, K., S. Hoffmann-
peluka akar Pratylenchus Hergarten, dan R.A. Sikora.
brachyurus pada tanaman nilam. 1998. Resistance against the
Hayati. 14 :8-12. potato cyst nematode Globodera
pallida systemically induced by
Harni, R. 2009. Pengaruh beberapa
the rhizobacteria Agrobacterium
isolat bakteri endofit untuk
radiobacter (G12) and Bacillus
mengendalikan nematoda peluka
sphaericus (B43). Fundam. Appl.
akar Pratylenchus brachyurus
Nematol. 21 : 511-517.
pada tanaman nilam. Prosiding
Seminar Nasional Pengendalian
terpadu Organisme Pengganggu

112
Rita Harni et al. : Mekanisme Bakteri Endofit Mengendalikan Nematoda Pratylenchus brachyurus pada ...

Jha, P. dan A. Kumar. 2009. Siddiqui, I.A. dan S.S. Shaukat. 2004.
Characterization of novel plant Systemic resistance in tomato
growth promoting endophytic induced by biocontrol bacteria
bacterium Achromobacter against the root knot nematode,
xylosoxidans from wheat plant. Meloidogyne javanica is
Microbial Ecology 58 (1): 179- dependent of salicylic acid
188. production. J. Phytopathol. 152 :
48-54.
Liharska, T. dan V.W. Williamson.
1997. Resistance to root knot Sikora, R.A., K. Schafer dan A.A.
nematodes in tomato. Di dalam : Dababat. 2007. Modes of action
Fenoll C, Grundler FMW, Ohl SA. associated with microbially
eds. Celluler and Moleculer induced in planta suppression of
Aspects of Plant Nematode plant parasitic nematodes.
Interaction. Kluwer Academic Australasian Plant Pathology. 36
Publishers, Nederland. pp. 191- : 124-134.
200.
Supramana, Supriadi dan R. Harni.
Mustika, I., A. Rahmat dan Suyanto. 2007. Seleksi dan karakterisasi
1995. Pengaruh pupuk, pestisida bakteri endofit untuk mengen-
dan bahan organik terhadap pH dalikan nematoda Pratylenchus
tanah, populasi nematoda dan brachyurus pada tanaman nilam.
produksi nilam. Medkom Laporan Hasil Penelitian Institut
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor dengan Litbang
Tantri. 15 : 70-74. Pertanian Proyek KKP3T. 28 hlm.
Mustika, I., Y. Nuryani dan R. Harni. Thakuria, D., N.C. Talukdar, C.
2002. Pengaruh suhu terhadap Goswami, S. Hazarika dan R.C.
pertumbuhan nilam (Pogostemon Boro. 2004. Characterization and
spp.) dan kemungkinan keta- screening of bacteria from
hanannya terhadap Pratylenchus rhizosphere of rice grown in
brachyurus. Bul. Littro. 13 : 1-10. acidic soils of Assam. Current
Science. 86 : 978-985.
Reitz, M., K. Rudolph, I. Schroder, S.
Hoffmann - Hergarten, J. Tian, B., J. Yang dan K. Zhang. 2007.
Hallmann dan R.A. Sikora. 2000. Bacteria used in the biological
Lipopolysaccharides of Rhizobium control of plant-parasitic nema-
etli G12 act in potato roots as an todes : populations, mechanisms
inducing agent of systemic of action, and future prospects.
resistance to infection by cyst FEMS Microbiol Ecol. 61 : 197-
nematode Globodera pallida. 213.
Applied and Environ. Microbiol
66 : 3515-3518.

113
Bul. Littro. Vol. 23 No. 1, 2012, 102 - 114

Van Loon, L.C. dan P.A.H.M Bakker. dalam : Siddiqui ZA. Publishing
2006. Induced systemic resis- Springer. PGPR: Biocontrol and
tance as a mechanism of disease Biofertilization. Nederland. pp.
suppression by rhizobacteria. Di 39-66.

114

Anda mungkin juga menyukai