Anda di halaman 1dari 84

A.

Ringkasan Buku Rigid Frame Structure System

1.BERBAGAI BEBAN DAN GAYA PADA BANGUNAN BERTINGKAT (5-


10 lantai)
A .Prinsip desain struktural dikaitkan dengan aktifitas atau fungsi
secara umum
Pertimbangan secara umum:
Memperhatikan faktor Ekonomi,Investasi,Perencanaan,Pelaksanaan
Operasional,dan Pemeliharaan
Politik : Stabilitas Politik dan kemajuan IPTEK
Sosial-budaya : Kemakmuran ,Peghargaan dan pengakuan
,Keberlanjutan
Kondisi tanah : Pemilihan sistem dan jenis pondasi
Teknologi konstruksi dan ketersediaan bahan fabrikasi,SDM (efisien
dan ekonomis).
Memperhatikan tampilan bangunan ,kekuatan,filosofis,estetika
Memperhatikan bahaya kebakaran : fatique,insulansi,evakuasi
Kebijakan setempat : mengenai PERDA
Sistem mekanis : (HVAC,listrik,lift,plumbing) fiungsional dan
konservasi energi.
Prinsip desain struktural:
- Logis dan kokoh
- Stabil
- Kaku namun daktil
- Efisien dan efektif
- Aman dan tahan lama

B .BEBAN-BEBAN DAN GAYA YANG TERJADI PADA BANGUNAN


Pembebanan

Dalam menjalankan fungsinya, setiap struktur akan menerima


pengaruh dari luar yang perlu dipikul. Selain pengaruh dari luar, sistem
struktur yang terbuat dari material bermassa, juga akan memikul
beratnya sendiri akibat pengaruh gravitasi. Selain pengaruh dari luar yang
dapat diukur sebagai besaran gaya atau beban seperti berat sendiri
struktur, beban akibat hunian atau penggunaan struktur pengaruh angin
atau getaran gempa, tekanan tanah atau tekanan hidrostatik air terdapat
juga pengaruh luar yang tidak dapat diukur sebagai gaya. Sebagai contoh
adalah pengaruh penurunan pondasi pada struktur bangunan, atau
pengaruh temperatur / suhu pada elemen-elemen struktur. Dalam
melakukan analisis dan desain dari suatu struktur bangunan, perlu adanya
gambaran yang jelas mengenai perilaku dan besarnya beban yang bekerja
pada struktur. Hal penting yang berkaitan dengan karakteristik beban
untuk keperluan analisis struktur adalah pemisahan antara beban-beban
yang bersifat statis dan dinamis. Secara umum beban luar yang bekerja
pada struktur dapat dibedakan menjadi beban statis dan beban dinamis.
Beban statis adalah beban yang bekerja secara terus-menerus pada suatu
struktur. Beban statis juga diasosiasikan dengan beban-beban yang
secara perlahan-lahan timbul serta mempunyai variabel besaran yang
bersifat tetap (steady states). Dengan demikian, jika suatu beban
mempunyai perubahan intensitas yang berjalan cukup perlahan
sedemikian rupa sehingga pengaruh waktu tidak dominan, maka beban
tersebut dapat dikelompokkan sebagai beban statik (static load).
Deformasi dari struktur akibat beban statik akan mencapai puncaknya jika
beban ini mencapai nilainya yang maksimum. Beban statis pada
umumnya dapat dibagi lagi menjadi beban mati, beban hidup, dan beban
khusus yaitu beban yang diakibatkan oleh penurunan pondasi atau efek
temperatur. Beban dinamis adalah beban yang bekerja secara tiba-tiba
pada struktur. Pada umumya, beban ini tidak bersifat tetap (unsteady-
state) serta mempunyai karakterisitik besaran dan arah yang berubah
dengan cepat. Deformasi pada struktur akibat beban dinamik ini juga
akan berubah-ubah secara cepat. Dengan demikian, jika suatu beban
mempunyai perubahan intensitas yang bervariasi secara cepat terhadap
waktu, maka beban tersebut disebut sebagai beban dinamis (dynamic
load). Beban dinamis dapat menyebabkan terjadinya osilasi sehingga
deformasi puncak dari struktur tidak terrjadi bersamaan dengan
terjadinya beban yang maksimum.

Beban Pada Struktur:


Gambar 1.1 beban struktur

Gaya pada struktur :


- Gaya tekan (bila yang terkena gaya mengalami
penyusutan/memendek)
- Gaya tarik (bila yang terkena gaya memanjang)
- Gaya geser
- Momen
- Gaya tekuk (sering terjadi pada kolom)
- Gaya lentur (untuk memperhitungkan modulus elastisitas)
Keadaan gaya internal :tarik,tekan dan lentur (schodeck,1991)

C .RESPONSI GAYA AKIBAT BEBAN


Lendutan disebababkan oleh lentur kantilever. Ketika melawan
momen guling, rangka ini berlaku sebagai kantilever vertikal yang
melentur melalui deformasi aksial serat-seratnya. Pemanjangan dan
pemendekan kolom akan menghasilkan ayunan lateral.
Deflaksi karena lentur balok dan kolom. Fenomenal ini dikenal
sebagai shear lag atau frame wracking. Gaya horizontal dan vertikal yang
bekerja pada kolom dan balok menyebabkan terjadinya momen lentur
pada batang-batang tersebut.
Deformasi total struktur sebenarnya. Superposisi dari kurva
lendutan pada gambar a dan b menghasilkan deformasi akhir dari
struktur.
D .KEMUNGKINAN PENGARUH DILATASI
Dilatasi adalah sebuah sambungan / garis pada sebuah bangunan
yang karena sesuatu hal memiliki sistem struktur berbeda. Dilatasi baik
digunakan pada pertemuan antara bangunan yang rendah dengan yang
tinggi, antara bangunan 10 induk dengan bangunan sayap, dan bagian
bangunan lain yang mempunyai kelemahan geometris.
Gambar 1.2

Pemisahan Bangunan
( Sumber: Jimmy S. Juwana, 2005 )

Di samping itu, bangunan yang sangat panjang tidak dapat menahan


deformasi akibat penurunan fondasi, gempa, muai susut, karena
akumulasi gaya yang sangat besar pada dimensi bangunan yang panjang,
dan menyebabkan timbulnya retakan atau keruntuhan struktural. Oleh
karenanya, suatu bangunan yang besar perlu dibagi menjadi beberapa
bangunan yang lebih kecil, di mana tiap bangunan dapat bereaksi secara
kompak dan kaku dalam menghadapi pergerakan bangunan yang terjadi .

Penggunaan dilatasi secara umum:


- Ketika terjadi perbedaan ketinggian bangunan yang satu massa
- Ketika massa bangunan terlalu panjang >35m
- Ketika tanahnya berkontur
- Ketika disebabkan bentuk denah dan kondisi daya dukung tanah
Gambar 1.3 Ragam Dilatasi pada Bangunan
( Sumber: Jimmy S. Juwana, 2005 )
E .SISTEM SIRKULASI (VERTIKAL&HORIZONTAL) DAN PENGARUH
TERHADAP DESAIN STRUKTURAL (MODUL,KOLOM DSB)

F .FACADE STRUKTURAL
Fasad merupakan salah satu elemen terpenting dalam penampilan
suatu bangunan. Banyak arsitek yang menggunakan olahan pada fasad
untuk memberikan keindahan atau kesan khusus sesuai dengan yang
diinginkan. Fasad juga memberikan citra tentang kondisi sosial suatu
masyarakat dan juga dapat menggambarkan fungsi dan kegiatan yang
terjadi di dalam bangunan

Penggunaan struktur bangunan untuk ditampilkan pada fasad


membutuhkan perhatian khusus yang berbeda dengan struktur yang
disembunyikan dengan kulit (skin) bangunan. Namun dengan
keterampilan arsitek dalam mengolah struktur bangunannya serta
material dan kesan yang ingin ditampilkan dapat menjadi nilai tambah
pada bangunan. Bangunan yang menunjukkan struktur pada fasadnya
memberikan kesan kestabilan dan kekokohan sekaligus menunjukkan cara
bangunan tersebut dapat berdiri

Pencarian bentuk dan fasad arsitektur sebagai faktor penting yang


membentuk citra bangunan. Banyak arsitek yang menggunakan fasad
sebagai citra bangunan yang menyampaikan konsepnya.

2.Bentuk DEFLEKSI, Diagram Gaya GESER & Diagram MOMEN


a. Permasalahan struktur secara umum (bentuk massa
bangunan)
I. KEKAKUAN SISTEM
STRUKTUR DINDING PENDUKUNG
Latar belakang sejarah:
Dari bahan batu alam yang tebal dan berat (kurang cocok untuk BT).
Ditemukannya teknologi beton bertulang dan beton pra cetak
(memungkinkan untuk BT tipe rendah).
Bentuk Denah :
Sistem dinding pendukung : melintang, memanjang dan2 arah.
Reaksi struktur merupakan fungsi dari tingkat kontinuitas antara
dinding dengan dinding, dinding dengan plat lantai.
Fungsi dinding pada bangunan tinggi harus diperhatikan.
Adanya gaya tekan/ tekuk (seperti kolom kecil/ tipis), dimana
bukaan jendela sebaiknya menerus sumbu vertikal.
Momen lentur terhadap hubungan lantai yang eksentris.
Gaya horisontal disebar melalui plat lantai sebagai diafragma
terhadap dinding geser.
Dinding geser harus kaku yang berperan sebagai balok tebal.
Dinding Pendukung pada sistem :
Memanjang : dinding berlaku sebagai dinding geser
Melintang : dimana dinding geser dapat dibuat ditengah
Dua arah : sebagai fungsi ganda

II. STRUKTUR INTI GESER


Prinsipnya hampir sama dengan sistem dinding pendukung yang menahan
gaya lateral.
Permasalahan : bangunan komersial biasanya memerlukan fleksibilitas
ruang dalam, sehingga ruang menjadi terbuka dan lebar (open plan)
biasanya digunakan dinding partisi.
Pemecahan: menempatkan sistem transportasi vertikal & distribusi
energi (HVAC, tangga, urinoar, shaft, dll.) membentuk satu atau
beberapa kelompok ruang khusus (INTI) yang bergantung pada
ukuran & fungsi bangunan.
FungsiINTI GESER
Kekakuan horisontal terhadap gaya lateral (angin)
Kekakuan vertikal
Ruangan / fasilitas penunjang bangunan(fungsi Utilitas)
Bentuk INTI GESER
Dapat berupa bentuk dasar geometri.

Jumlah INTI GESER Pada Bangunan


- Tunggal
- Jamak

Letak INTI GESER Pada Bangunan


Di dalam di sekeliling di luar

Susunan INTI GESER Pada Bangunan

III. SISTEM RANGKA KAKU (Rigid Frame System)


Prinsip : berupa grid persegi teratur terdiri dari kolom vertikal dan balok
horisontal yang dihubungkan secara kaku (hubungan jepit).
Macam sistem rangka kaku :
1. Rangka melintang sejajar (paralel cross frame one way)

2. Rangka melintang 2 arah (two-way cross frame)

3. Rangka Pembungkus (envelope frame)


4. Rangka Grid Poligonal (frame on polygonal grids)

Kekuatan balok kolom individual sebanding dengan kenaikan tinggi


lantai dan jarak antar kolom.
Lendutan dipengaruhi : Lentur kantilever atau balok kantilever
vertikal (chord drift atau gelombang tali)
Defleksi lentur balok-kolom (shear-lag atau geser tak lancar)

Gambar a Pemanjangan & pemendekan kolom menghasilkan ayunan


lateral.
Gambar b Gaya geser horisontal & vertikal yang bekerja pada kolom dan
balok menyebabkan terjadinya momen lentur pada batang tersebut.
Seluruh rangka mengalami distorsi (menggeliat). Ayunan menyumbang
80% = 65% lentur balok & 15% tekuk kolom.

b. Permasalahan struktur secara khusus (detail struktur


bangunan bagian utama dan khusus)

c. Responsi Pendekatan Perancangan sistem struktur


Syarat-syarat Umum Perencanaan Struktur Gedung:
Syarat stabilitas
a. Statik
b. Dinamik

Syarat kekuatan
a. Statik
b. Dinamik

Syarat daktilitas
a. Elastik (fully elastic)
b. Daktilitas terbatas (limited ductility)
c. Daktilitas penuh (full ductile)

Syarat laik pakai dalam keadaan layan (serviceability)


a. Lendutan pelat dan balok
b. Simpangan bangunan (lateral drift)
c. Simpangan antar tingkat (interstory drift)
d. Percepatan (acceleration), khususnya perancangan struktur terhadap
pengaruh angin
e. Retakan (cracking)
f. Vibrasi/getaran (vibration)

Syarat durabilitas (durability)


a. Kuat tekan minimum beton
b. Tebal selimut beton
c. Jenis dan kandungan semen
d. Tinjauan korosi
e. Mutu baja

Syarat ketahanan terhadap kebakaran


a. Dimensi minimum dari elemen/komponen struktur
b. Tebal selimut beton
c. Tebal lapisan pelindung terhadap ketahanan kebakaran
d. Jangka waktu ketahanan terhadap api/kebakaran (struktur atas dan
besmen)

Syarat integritas
Pencegahan terhadap keruntuhan progresif (biasanya diberi
penambahan tulangan pemegang antar komponen beton precast).

Syarat yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi


a. Penyesuaian dengan metoda konstruksi yang umum dilakukan pada
daerah setempat
b. Bahan bangunan serta mutu bahan yang tersedia
c. Kondisi cuaca selama pelaksanaan
d. Kesediaan berbagai sumber daya setempat

Peraturan dan standar yang berlaku

Standar Perencanaan
Secara umum, Standar/Peraturan perencanaan struktur yang umum
dipakai saat ini adalah konsep LRFD (Load Resistance Factor Design), yaitu
konsep ketahanan struktur terhadap beban terfaktor dengan tinjauan
adanya faktor reduksi kekuatan pada masing-masing komponen struktur
yang diproporsikan. Besaran faktor beban (load factors) dan faktor reduksi
(reduction factors) sedikit berbeda dari satu negara ke negara lainnya.
Walaupun demikian, hasil akhirnya tidak mengakibatkan perbedaan yang
besar. Pengertian umumnya adalah, suatu struktur dinyatakan kuat bila
dalam setiap perencanaan kekuatan dipenuhi :
Rn U
dimana : = faktor reduksi kekuatan
Rn = kuat nominal
U = kuat perlu yang disyaratkan
= faktor pembesaran beban dikalikan beban layan
(beban rencana)
Rn = kuat rancang yang tersedia.

Pemilihan Sistem Struktur

Pemilihan sistem struktur bergantung pada beberapa parameter berikut:


a. Economical consideration, yang meliputi construction cost, nilai
kapitalisasi, rentable space variation dan cost of time variation.
b. Construction speed yang dipengaruhi oleh profil bangunan, experience,
methods dan experties, material struktur, tipe konstruksi (cast-in-situ,
precast atau kombinasi) serta local contruction industry.
c. Overall geometry, meliputi panjang, lebar dan tinggi bangunan.
d. Vertical profile- building shape.
e. Pembatasan ketinggian (height restriction)
f. Kelangsingan (slenderness), yaitu ratio antara tinggi terhadap lebar
bangunan.
g. Plan configuration, yaitu depth-width ratio dan degree of
regularity(dapat dilihat pada peraturan seperti UBC atau NEHRP).
h. Kekuatan, kekakuan dan daktilitas.
i. Kekuatan berhubungan erat dengan material properties, kekakuan
meliputi kekauan lentur, kekakuan geser, kekakuan torsi dan daltilitas
meliputi strain ductility, curvature ductility dan displacement ductility.
j. Jenis/tipe pembebanan, yang meliputi beban gravitasi, beban lateral
berupa beban angin dan seismic serta beban-beban khusus lainnya.
k. Gambar. Perbandingan load distribution akibat beban angin dan beban
seismic terhadap bentuk bangunan.
l. Kondisi tanah pendukung bangunan.

d. Alternatif pemecahan masalah


Sistem struktur disebut baik bila dicapai:
1.Bentuk dan deh struktur yang simetris.
2.Skala struktur yang proporsional.
3.Tidak ada perubahan mendadak dari tahana lateral.
4.Tidak adanya perubahan mendadak dari kekakuan lateral.
5.Pembagian struktur yang seragam dan teratur.
6.Titik berat masa hampir sama dengan titik berat kekakuan.
7.Tidak sulit dibangun dan dalam batasan biaya yang memadahi.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan sistem struktur


terhadap beban lateral antara lain adalah:
1.Kekakuandiaphragmadankekakuanstruktur

2.Distribusigayadankonsentrasitahanan

3.Tahananpadakelilingluar(perimeter)strukturbangunan

4.Loncatanbidangvertikal(vertikalsetback)

5.Diskontinuitas kekuatan dan kekakuan struktur karena adanya balok


transfer(transfergirder),lantai transfer(transferfloor) atau dinding struktur
yang tidak menerus kebawah,dan dinding struktur yang letaknya
berselang-seling baik dalam arah vertikal maupun horizontal.

3.SISTEM STRUKTUR & KONSTRUKSI (Penggunaan Material)

a. Sub sistem Pondasi


Perencanaan Struktur Bawah
Struktur bawah (pondasi) pada suatu bangunan berfungsi
meneruskan atau menyalurkan beban dari struktur atas ke lapisan tanah
dasar. Tegangan kontak yang terjadi antara pondasi dan tanah tidak boleh
melewati tegangan yang diizinkan, serta tidak boleh mengakibatkan
gerakan tanah yang dapat membahayakan struktur. Perencanaan dan
perhitungan pondasi dilakukan dengan membandingkan beban-beban
yang bekerja terhadap dimensi pondasi dan daya dukung tanah dasar
(Teknik Pondasi 1, 2002). Jenis pondasi yang dipilih harus
mempertimbangkan beberapa hal berikut :
1. Beban total yang bekerja pada struktur.
Merupakan hasil kombinasi pembebanan yang terbesar yaitu
kombinasi
atau superposisi antara beban mati bangunan (D), Beban hidup (L), beban
angin ( W ) dan Beban gempa (E).
2. Kondisi tanah dasar di bawah bangunan.
Keadaan tanah dimana bangunan akan didirikan merupakan hasil
analisa tanah pada kedalaman lapisan tertentu serta perhitungan daya
dukung tiap lapisan tanahnya.
3. Faktor biaya
Bila berdasarkan hasil penyelidikan tanah menyimpulkan bahwa
daya dukung tanah lapisan atas adalah rendah serta melihat letak
kedalaman tanah keras, maka akan lebih efisien apabila menggunakan
tipe pondasi tiang pancang. Dan apabila sebaliknya, maka tipe pondasi
sumuran
akan lebih baik digunakan.
4. Keadaan di sekitar lokasi bangunan.
Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan pemasangan pondasi, apakah
dekat dengan lokasi pemukiman penduduk ataukah tidak, sehingga pada
saat pemasangan pondasi tidak menimbulkan gangguan bagi penduduk
sekitar.

Beban-beban yang bekerja pada pondasi meliputi :


1. Beban terpusat yang disalurkan dari bangunan atas
2. Berat terpusat akibat berat sendiri pondasi
3. Beban momen, akibat deformasi struktur sebagai pengaruh dari beban
lateral.

Analisa daya dukung tanah mempelajari kemampuan tanah dalam


mendukung beban pondasi struktur yang terletak di atasnya. Daya
dukung tanah (bearing capacity) adalah kemampuan tanah untuk
mendukung beban, baik dari segi struktur pondasi maupun bangunan di
atasnya, tanpa terjadi keruntuhan geser. Daya dukung batas (ultimate
bearing capacity) adalah daya dukung terbesar dari tanah dan biasanya
diberi simbol qult. Besarnya daya dukung yang diijinkan sama dengan
daya dukung batas dibagi angkakeamanan, rumusnya qa= qult/FK.
Perancangan pondasi harus dipertimbangkan terhadap keruntuhan
geser, dan penurunan yang berlebihan. Untuk terjaminnya stabilitas
jangka panjang, perhatian harus diberikan pada peletakan dasar pondasi.
Pondasi harus diletakkan pada kedalaman yang cukup untuk
menanggulangi resiko adanya erosi permukaan, gerusan, kembang susut,
dan gangguan tanah disekitar pondasi.
Bahan Pondasi
a) Bata
- kurang ideal,sebab bahan lunak
- digunakan untuk pembebanan yang ringan atau bangunan
sementara / darurat.
- sebaiknya tidak pada lapisan tanah berair

b) Batu kali atau batu gunung


Cukup baik,asal di perhatikan tata cara penyusunan batu yang
benar dan kompak dan tidak berongga. Spesi 1:4.
c) Beton tidak bertulang
- Beton hanya mampu menahan beban tekan

d) Beton bertulang
sangat ideal digunakan, karena bahan yang padat,kompak dan
kedap air.
Jenis pondasi dan karakteristik penggunaanya
Penggunaan jenis pondasi tertentu untuk bangunan ditentukan oleh:
- jumlah dan karakteristik beban yang harus dipikul oleh bangunan.
- daya dukung dan kondisi lapisan tanah:
jenis tanah dan struktur lapisan tanah
air tanah
permeahilitias
- teknologi pelaksanaan
- ekonomi bangunan
ketersediaan bahan dan optimasi pemanfaatan
ketersediaan tenaga kerja

A. Pondasi Titik
Prinsip pembebanan : beban total dialihkan ke kolom / tiang
(struktur rangka)

Syarat penggunaan:
- Beban cukup ringan dan masih dapat dipikul oleh tanah sesuai
dengan kemampuan daya dukungnya.
- biasanya pada pada bangunan sementara atau bangunan
permanen hingga bertingkat 1 dan bangunan yang didirikan
didaerah berair/rawa-rawa dan berkondisi daya dukung yang
tidak merata.
- bahan : Batu Kali, beton, pondasi sumur dan Paku bumi (tiang
pancang)
1) Pondasi Batu kali/beton

2) Pondasi Sumur
Gambar
- Pondasi inidigunakan pada kondisi lapisan tanah yang kurang baik.
- galian tanah sedikit dan ringan .
Proses : pipa beton diletakan digali dari dalam, sehingga turun pipa
tersebut. Pipa berikutnya bisa ditambahkan dan diletakan diatas
pipa pertama,dan seterusnya hingga mencapai tanah keras/cukup
keras.
3) Paku bumi
Prinsip pembebanan : beban total dialihkan ke kolom / tiang
(struktur rangka), hanya pondasi dibuat diatas tiang2 pancang.

Bahan kayu :
Bahan beton

B. Pondasi Jalur
Prinsip pembebanan: beban total di anggap dipikul secara merata
pada jalur pondasi
(beban kolom dan dinding dianggap membebani secara merata
seluruh pondasi)

Digunakan:
- Untuk mendapatkan bidang luas pondasi yang lebih besar dari
pondasi titik.
- Tanah galian tidak banyak karena lapisan tanah cukup dangkal.
- Tegangan ini tahan cukup baik dan merata diseluruh lokasi
bangunan
Bahan :
Batu bata/buatan,batu kali, beton (tidak bertulang) dan beton
bertulang.
C. Pondasi pelat penuh (beton bertulang)
Prinsip : beban total disalurkan ke seluruh luas dasar bangunan.

Di gunakan:
- kekokohan landasan yang rendah/jelek,sehingga pondasi jalur
menjadi tidak ekonomis/terlalu lebar.
- Jarak bentang kolom tidak lebih dari 800 meter
- Kedudukan: cetak/tidak dalam. Bahan harus monolit ( beton
bertulang.)

Pondasi Pada Tanah miring


Gambar-gambar Pondasi

Pondasi Kaki gabungan

Pengertian: Pondasi plat yang mendukung kolom lebih dari 1.


Maksudnya untuk menghemat ukuran plat setempat.
b. Sub sistem Kolom-Balok-Plat lantai
Perencanaan Kolom
Kolom adalah suatu elemen tekan dan merupakan struktur utama dari
bangunan yang berfungsi untuk memikul beban vertikal, walaupun kolom
tidak harus selalu berarah vertikal. Pada umumnya kolom tidak
mengalami lentur secara langsung.

Gambar 2.25 Jenis jenis Kolom Beton Bertulang

Kolom beton secara garis besar dibagi dalam tiga kategori berikut:
1) Blok tekan pendek atau pedestal.
Jika ketinggian dari kolom tekan tegak kurang dari tiga kali dimensi kolom
terkecil, kolom tersebut dianggap sebagai pedestal.
2) Kolom pendek.
Jika kegagalan kolom diawali dengan keruntuhan material, kolom tersebut
diklasifikasikan sebagai kolom pendek. Kolom pendek diasumsikan
sebagai kolom kokoh dengan fleksibilitas kecil. Kekuatan kolom pendek
sangat bergantung kepada luas penampang dan kekuatan material.
3) Kolom panjang atau langsing.
Kolom diklasifikasikan sebagai kolom panjang jika kegagalannya
diakibatkan oleh ketidakstabilan, bukan karena kekuatan material.
Ketidakstabilan terjadi akibat adanya potensi menekuk pada kolom
panjang, sehingga kapasitas kolom dalam memikul beban menjadi lebih
kecil. Pada kolom panjang, perbandingan dimensi antara arah memanjang
dengan dimensi arah melintang sangat besar.Jika suatu kolom menerima
momen utama (momen yang disebabkan oleh beban kerja, rotasi titik,
dan lain lain), sumbu kolom akan berdefleksi secara lateral, akibatnya
pada kolom akan bekerja momen tambahan sama dengan beban kolom
dikalikan defleksi lateral. Momen ini dinamakan momen sekunder atau
momen P, seperti yang diilustrasikan seperti gambar dibawah.

b. Gambar 2.26 Momen Sekunder yang terjadi pada kolom

Kolom dengan momen sekunder yang besar disebut kolom langsing,


dan perlu untuk mendimensi penampangnya dengan penjumlahan
momen primer dan momen sekunder. Kolom dapat didesain dengan
menggunakan kolom pendek jika pengaruh momen sekunder tidak
mengurangi kekuatan lebih dari 5%.

- Konsep pembebanan pada kolom :


Jenis Gaya-gaya mungkin membebani sebuah kolom:
a. Gaya vertikal/normal
b. Gaya lateral/horizontal.
c. Momen(akibat eksentrisitas gaya)
d. Puntir

Balok

Balok Penyalur (Transfer Girders).


Pada beberapa gedung, terkadang desain arsitektural menginginkan
adanya ruang besar di lantai terbawah, misalnya untuk area parkir, lobi
hotel, restoran atau convention hall.
Pada kasus seperti itu, elemen vertikal seperti kolom dan dinding
tidak diperkenankan menerus melalui lantai terbawah menuju pondasi.
Masalah ini dapat diselesaikan dengan menyediakan balok yang sangat
besar dan tinggi, yang disebut transfer girders. Kolomkolom pada lantai
atas dapat menyalurkan beban melalui balok ini, yang pada akhirnya akan
diteruskan pada kolom utama.

Plat lantai
1. Beton
Plat beton dapat dicor di tempat dikategorikan menurut bentangan dan bentuk
cetakannya. Papan beton pracetak dapat ditopang oleh balok atau dinding penopang
beban. Slab beton adalah stuktur plat yang diperkuat untuk membentang satu / dua
arah bidang struktural.
- Slab 1 arah, memiliki ketebalan yang beragam, diperkuat dalam 1 arah, dan dicor
menyatu dengan balok penopang yang sejajar.
- Slab-Kasau Satu Arah (One-Way Joist Slab), sebuah slab dengan rusuk / kasau
adalah slab yang dicor menyatu dengan susunan kasau yang rapat, yang kemudian
ditopang oleh balok-balok sejajar. Dirancang sebagai rangkaian balok T, slab jenis ini
lebih cocok untuk bentang yang lebih panjang dengan beban yang lebih berat daripada
slab 1 arah.
- Slab Dua Arah dan Balok, sebuah slab dua arah dengan ketebalan yang seragam
dapat diperkuat dalam dua arah dan dicor menyatu dengan balok dan kolom penopang
pada keempat sisi perseginya. Konstruksi slab dua arah dan balok efektif untuk
bentang sedang dan beban berat, atau ketika daya tahan terhadap gaya lateral yang
tinggi dibutuhkan.
- Slab Waffle Dua Arah, merupakan slab dua arah yang diperkuat oleh rusuk pada dua
arah. Slab waffle dapat memikul beban lebih berat dan bentang lebih panjang dari slab
datar.
- Pelat Datar Dua Arah, adalah slab beton dengan ketebalan seragam yang diperkuat
dalam dua arah atau lebih dan ditopang langsung oleh kolom-kolom tanpa balok atau
balok induk. Kesederhanaan bentuk, jarak lantai ke lantai yang lebih rendah, dan
fleksibilitas penempatan kolom membuat plat datar sangat praktis untuk konstruksi
apartemen dan hotel.
- Slab Datar Dua Arah, adalah plat datar yang dipertebal pada area kolom
penopangnya untuk meningkatkan shear strength dan kapasitas momen tahan. Beton
Prestrees adalah beton yang mengalami penarikkan pada tulangannya sebelum
pengecoran sedang beton Precast adalah beton yang telah dicetak di pabrik.
2. Baja
Balok baja menopang dek baja atau papan beton pracetak. Balok dapat ditopang oleh
balokinduk (girder), kolom atau dinding penopang beban. Rangka balok biasanya
merupakan bagian integral dari sistem rangka tulang baja.
3. Kayu
Balok kayu menopang papan / dek struktural. Balok dapat ditopang oleh balok induk,
tiang atau dinding penopang beban. Beban terpusat dan bukaan lantai akan
membutuhkan rangka tambahan. Sisi bawah struktur lantai dapat dibiarkan terekspos
atau ditutup langit-langit.

c.Sub sistem Dinding & lobang bukaan)


Dinding Merupakan salah satu elemen vertikal / tegak bangunan,
berupa bidang dan berfungsi penutup atau pembatas Ruang.

Dinding ditinjau dari segi konsepsi:


a. struktural
Aspek peninjauan: Hirarki pembebanan,kualitas dan kuantitas
beban, pengaruh struktural terhadap elemen lain.
b. Fisika
Aspek peninjauan : Pengaruh klimatikal (lokal atau regional),
masalah akustikal,keamanan fisik dan psikologik,kesehatan dan
keselamatan atau faktor pemeliharaan.
c. Arsitektural
Aspek penijauan : Tata letak dan optimasi nilai-nilai estetik
,keruangan,warna,pola,teksur,keharmonisan hubungan dengan
elemen lain.

Bagan analisis perancangan dinding:

Kondisi struktural Dinding

Dinding luar berfungsi sebagai sampul atau kulit bangunan harus


memenuhi syarat-syarat fisikal yang lebih ketat,karenaelemen ini
berhadapan langsung dengan pengaruh cuaCA dan pengaruh faktor-
faktor klimatikal lainnya seperti :
1. cahaya dan panas matahari
2. hujan
3, Angin
4. temperatur
5. kondisi klimikal
6. keamanan dan kesehatan / keselamatan

Dinding, Bahan dan persyaratannya.


a. strukturtal (memikul beban)
b. Non struktural (anggapan): tidak memikul beban lain kecuali
berat sendiri).
Hubungan Dinding dan Kolom
Tergantung:
a. Bahan yang di pakai untuk masing-masing elemen tersebut.
b. Tuntutan spesifikasi pemasangan
c. Kekokohan yang diinginkan (pertimbangan ketinggian,lebar dan
ketebalan elemen.
Cara penggunaan:
- kolom : beton,kayu,baja
- dinding : batu bata
Selain Kekokohan ikatan Dinding dengan elemen struktural (kolom,
sluf, ataupun balok) dapat pula Terjadi kekokohan dari bentuk
dinding itu sendiri.

DINDING HEBEL
Karena bangunan hotel all season memakai dinding hebel maka
disini akan dijelaskan tentang dinding hebel.
Kuat
Proses aerasi yang homogen dan terkendali secara komputerisasi
menghasilkan beton ringan dengan kuat tekan yang paling tinggi
namun paling ringan di kelasnya. Produk Hebel dapat digunakan
sebagai sistem Struktur Dinding Pemikul (Load Bearing Wall)

Ringan
Dengan struktur homogen (tanpa rongga vertikal dan horizontal di
dalammya) dan berat 1/5 beton biasa, produk Hebel dapat
mengurangi resiko gempa. Penanganan dan proses transportasi
lebih ringan, pekerjaan menjadi lebih mudah meski dengan
peralatan sederhana, juga mengurangi keletihan pekerja.
Ekonomis
Material sisa (waste material) yang rendah, kepastian penggunaan
material pelengkap semen instan Prime Mortar, dan kekuatan
struktur yang terukur, dapat meringankan biaya konstruksi dan
biaya operasional bangunan pada saat digunakan.
Ukuran Akurat
Standar proses produksi DIN (Deutsch Industrie Norm) dan cara
pemotongan flat-cake yang merupakan satu-satunya di dunia
industri beton ringan, memastikan semua produk mempunyai
ukuran yang presisi dengan rejected-rate terendah.
Kedap Suara
Massa yang rendah mengakibatkan energi bunyi yang memantul
dan merayap di permukaan beton ringanHebel tidak diteruskan
dengan baik.Sehingga dinding dapat meredam kebisingan dan
kenyamanan penghuni terjaga.
Hemat energi
Gelembung-gelembung udara yang terkandung menjadikan bahan
ini memiliki sifat insulasi panas yang baik, sehingga dapat
memberikan kenyamanan dan lingkungan yang sehat,
penghematan energi dan pemakaian AC.

CIRI - CIRI BLOK HEBEL


Ukuran akurat
- Blok
Panjang : 600 mm
Tinggi : 200 mm
Tebal : 75;100;125;150;175;200 mm
- Blok Jumbo Panjang : 600 mm Tinggi : 400 mm
Tebal : 75;100;125;150;175;200 mm
Bentuk lurus, tidak lengkung
Sudut-sudut blok siku
Permukaan lebih halus, pori-pori lebih rapat.
Tiga sisi tepi blok tidak bersisik/ rata (sisi atas, bawah, depan)
Warna putih merata
Berat per blok lebih ringan
Produk lebih varian (blok, jumbo blok, panel, lintel, anak tangga,
modular panel)

d.Sub sistem Tangga struktural


e.Sub sistem Atap
Tujuan atap adalah pertama-tama membentuk suatu penutup kedap
air dari bangunan yang bersangkutan, tetapi atap tambahan pula harus
dapat digunakan sebagai pelindung terhadap hawa dingin dan terhadap
hawa panas. Pada bangunan yang didirikan dalam pasangan bata
pasangan atap juga melaksanakan hubungan untuk tembok.
Bentuk atap tergantung dari tutup atap yang hendak dipasang pada atap,
dari pemberian bentuk oleh ahli perancang dan dari kemungkinan
konsruktif.

Atap Datar
Bentuk yang paling sederana adalah atap datar(gambar 41-1). Sisi atap
datar diletakan pada suatu ladai untuk mendorong air hujan mengalir ke
pipa buangan.
Lapisan Bitumen
Pada atap lurus kebanyakan diterapkan lapisan bitumen, tetapi
bahan ini juga dipergunakan pada atap miring. Pada umumnya
tergantung dari konstrukis atap dan dari lereng atap harus diambil
pilihan antara suatu lapis yang dipasang bebas dan suatu lapisan yang
dieratkan pada konstruksi atap.

Lapisan Yang Dipasang Bebas


Lapisan bitumen yang dipasang bebas semata mata diterapkan
pada bidang atap yang boleh dikatakan datar dan terutama apabila
bidang yang dilapisi terdiri dari bagian bagian yang dari sendiri sangat
dipengaruhi oleh pengerjaan. Lapisan yang dipasang erat diterapkan
baik pada bidang atap mendatar maupun pada bidang atap miring. Cara
mengeratkan tergantung dari bahan bidang atap.
Lapis Yang Ditempelkan
Lapis yang ditempelkan dibedakan dalam lapis yang ditempelkan da
lapis yang dipaku. penerapan suatu lapis yang ditepelkan semata mata
mungkin pada sebuah bidang atap yang susunannya adalah demikian
rupa sehingga lapisan bitumen tidak mengalami gangguan dari
pengerjaan bagian bagian satu salam lain dari mana bidang atap dibuat.

Lapis Yang Dipaku


Pada lapis yang dipaku (gambar 42-3), sebagai lapis bawah juga
dipakai kertas parafin. Pada kertas parafin ini diletakan lapisan partama
bulu kempa atap yang kampuh memanjang saling berhimpitan dengan 60
a 100 mm dan di tempat impitan, kampuh memanjang dieratkan dengan
paku aspal yang ditempatkan zig zag. Apabila bidang atap terdiri dari
bagian bagian atap kayu, maka kampuh memanjang harus dipasang
dalam arah yang sama dengan arah bagian bagian atap, sehingga
setiap imipitan dieratkan pada satu bagian atap. Ini ialah berkenan
dengan pengerjan yang mungkin terjadi.
Bidang atap dari bahan berbatu dengan struktur raoat lebih mudah
menghantar temperatur daripada bidang atap dari bahan berbatu batu
dengan struktur berpori. Uap-lembab yang terdapat pada suatu ruangan
akan mengebun pada permukaan yang dingin. Sekiranya kontruksi bidang
atap terdiri dari eton bertulang, maka pembentukan tetesan akan terjadi
pada sisi bawah (sisi dalam). Lapisan pemlesteran yang disemprotkan dan
berpori agak dapat menerima pembentukan tetesan ini. pada konstruksi
dari bata rongga atau bahan brpori yang lain, uap lembab dapat tertarik
terus sampai pada sebelah bawah lapisan yang menahan air

Atap Sandar
Atap sandar juga merupakan atap yang sederhana () juga
merupakan bentuk atap yang sederhana; lereng yang berkisan 10 sampai
35, dalam hal melintas dalam arah lebar bangunan dan dengan sendirinya
lereng ini ikut menentukan tutup-atap apakah yang dipasang.

Kaki Kuda kuda


Tumpuan gorden dalam arah memanjang dapat terdiri dari dinding
yang ditebok atau dari apa yang dinamakan kaki kuda kuda bantu dan
pada bentangan yang lebih besar oleh sebuah gelagar konstruksi dari
kayu atau dari baja. Untuk menumpuh gorden sampai saatnya ditembok,
dipergunakan kaki kuda kuda bantu atau kaki kuda kuda darurat, yang
dipakukan dari bagian perancah. Terutama yang harus diperhatikan
bahwa kaki kuda kuda bantu harus dikukuhkan pada kontruksi lantai
yang terletak pada sebelah bawahnya. Bagian lantai dan lapisan rapih
pada lantai dari bahan batuan, baru dipasang apabila atap telah kedap air
sama sekali.

Sistem Atap Hotel All Season menggunakan atap dak


Waterproofing adalah lapisan yang dapat menahan tekanan air agar
tidak masuk ke lapisan terdalam bangunan.

Drainase : Digunakan untuk mengalirkan air hujan melalui pipa


drainase menuju ke tanah
Keterangan :
1 . Hujan
2. Sinar matahari
3. Angin
4 . Suhu/ temperatur
5. Difusi uap dari dalam ke luar
7. Kerusakan mekanis

f.Sub sistem Plafond

g.Sub sistem Lantai


Lantai merupakan bidang alas suatu ruangan sebagai tempat
melaksanakan aktifitas untuk:
- bekerja
- bermain
- rekreasi
- tidur dll
Catatan:
1. Lantai dasar dibuat langsung berhubungn dengan tanah.
2. Lantai tingkat (loteng) tidak berhubungan langsung dengan
tanah.
*Lantai harus memenuhi syarat:
a. struktural
Harus mampu memikul beban-beban yang bekerja dan cukup
kaku (tidak melendut/lendutan kecil atau bergetar.
b.fisikal
Harus mampu memanfaatkan dan memelihara kondisi
alamiah/lingkungan yang terjadi untuk kebutuhan penghuni.

Arsitektural
harus mampu menampilkan aspek fungsional, estetik visual dan
emosional sebagai salah satu elemen bangunan
Catatan: pengertian fungsional
- sesuai dengan jenis kegiatan
- nyaman dan enak digunakan
Konstruksi lantai Dasar
Kondisi dan syarat-syarat:
- Beban langsung dihantarkan kelapisan tanah
- Landasan harus cukup kuat dan stabil (tidak bergerak)dan rata (kecuali
memang sengaja dibuat miring)
- Diadakan pemadatan atau perbaikan tanah yang memadai (dengan
sirtu/pasir),dan lain-lain
- Lapisan tanah Harus asli bersih dari bahan-bahan organis
(rumput,pohon-pohon kecil,potongan-potongan kayu,sisa-sisa sampah,dll.)
- Penutup lantai bisa terbuat dari batu alam, ubin, kayu, permadani,atau
bahan sintesis lainnya.

Konstruksi Lantai Tingkat (loteng)


Kondisi dan syarat-syarat :
- Beban tidak langsung di salurkan ke tanah.
- Beban dipikul oleh elemen lantai itu sendiri,dapat disebarkan
melalui balok dan atau disalurkan langsung melalui kolom

Hubungan elemen struktural


h.Sub sistem Pendukung lainnya

B. Ringkasan Buku Sistem Utilitas Terhadap Struktur,


Konstruksi, & Materialnya

JARINGAN AIR BERSIH


AIR BERSIH dapat dibagi menjadi2 :
Sumber air bersih
Kebutuhan air bersih

SUMBER AIR BERSIH


1) Air Tanah
Pompa air

TIPE TEK. KEDALA PRESSURE KETERANGAN


ANGKAT MAN HEADS
PRAKTIS

POSITIVE DISPLACEMENT

RECIPROCATI
NG
(a) Sumur 22-25 22-25 100-200 Dampak getaran dan
dangkal bising, pemeliharaan
(b) Sumur 22-25 600 600 mahal, cocok
dalam kapasitas rendah dan
di atas
daya angkat tinggi,
silinder
bisa dioperasikan
dengan tangan, bisa
dipasang pada sumur
berdiameter sangat
ROTARY
(a) Sumur 22 22 50-250 Efisien dalam
dangkal pengoperasian

(b) Sumur Biasany 50-500 100-500 Paling cocok untuk


dalam a kapasitas rendah
submer
KEBUTUHAN AIR BERSIH:
1. Kebutuhan air bersih
TIPE BANGUNAN GALON LITERS
Bandara(per penumpang) 3-5 11-19
Apartemen(per penghuni) 60 227
Rumah tinggal
= rumah pribadi (per orang) 50 189
= rumah pribadi dengan dapur 10 38
tambahan 100-150 378-568
= luks(per orang) 40 151
= multiple fam. Apartment (per 60 227
penghuni) 50-75 189-284
= rumah berlibur / jangka pendek (per
penghuni)
= satu keluarga (per penghuni)
Gereja (per kursi) 19-26
Estates (per penghuni) 100-150 378-568
Pabrik (per orang per shift) 15-35 57-132
Hotel denganKM pribadi(2 orangper 60 227
kamar) 50 189
Hotel denganKM pribadi(per orang)
Institusi selain rumah sakit (per orang) 75-125 284-473
Rumah sakit (per tempat tidur) 250-400 946-1514
Motel dengan KM, toilet & dapur (per 50 189
tempat tidur) 40 151
Motel dengan KM, toilet (per tempat
tidur)
Rumah makan dengan toilet (per 7-10 26-38
pelanggan) 2,5-3 9-11
Rumah makan tanpa toilet (per 2 8
pelanggan)
Rumah makan dengan bar (per
pelanggan tambahan)
Sekolah:
= dengan kafetaria, gym & shower 25 95
(per murid) 20 76
= dengan kafetaria saja(per murid) 15 67
= tanpa kafetaria, gym & shower (per
murid)
Toko (per toilet room) 400 1514
Kolam renang (per orang) 10 38
Teater:
= drive-in (per mobil) 5 19
= movie (per kursiauditorium) 5 19
Pekerja:
= konstruksi (per orang per shift) 50 189
= harian (sekolah/kantor, per orang 15 57
per shift)

2. Kebutuhan Sanitair
TIPE CLOSET URINAL WASTAFEL
BANGUNAN
Gedung 1bh @150 1bh @300 pria Sama dengan
pertemuan wanita closet
R. Rapat 1 bh @300 pria
Tempat ibadah
Auditorium 1bh @1-100 org 1bh @1-200 org 1bh @1-200 org
Convention hall 2bh @101-200 2bh @201-400 2bh @201-400
Bioskop org org org
3bh @201-400 3bh @401-600 3bh @401-750
org org org
400 org 600 org 750 org
1 bh @500 pria 1 bh @300 pria 1bh @500 org
1bh @300
wanita
Asrama, 1bh @8 wanita 1bh @8 pria 1bh @12 org
Sekolahan 1bh @10 pria
Kampus, Pabrik
Pabrik 1 bh@1-30 org 1 bh@1-30 org 1 bh@10 org
2 bh@11-25 org 2 bh@11-80 org 100 org:
3 bh@26-50 org 3 bh@81-160 1 bh@15 org
4 bh@51-75 org org
5 bh@76-100 4 bh@161-240
org org
100 org: 5 bh@76-100
1 bh@30 org org
50 org
1 bh@50 org
Rumahsakit: 1 bh@8 pasien 1 bh@10 pasien
- Perawat 1 bhper kamar 1 bhper kamar
- kamarpasien
- r. Tunggu +
karyawan
Bangunan 1 bh@1-15 org = jumlah toilet 1 bh@1-15 org
Umum (kantor, 2 bh@16-35 org pria 2 bh@16-35 org
dsb.) 3 bh@36-55org 3 bh@36-60org
4 bh@56-80 org 4 bh@61-90 org
5 bh@81-110 org 5 bh@91-125
6 bh@111-150 org
org 125 org:
150 org: 1 bh@45 org
1 bh@40 org
Sekolah Dasar 1 bh@30 murid 1 bh@35 murid
pria pria
1 bh@25 murid 1 bh@35 murid
wanita wanita
Sekolah 1 bh@40 murid 1 bh@40 murid 1 bh@35 murid
Lanjutan pria pria pria
1 bh@30 murid 1 bh@35 murid
wanita wanita

3. Peralatan Saniter
Tabel minimum flow and pressure required by typical plumbing
fixtures
MACAM FLOW PRESSURE KEBUTUHAN AIR
(PSI) (liter/menit)
Bak cuci dapur 8 7,5
Kloset 8 10
Wastafel 8 5
Bak mandi 8 7,5
Shower 8 5
Urinoir 8
Flush valve for 15 10
urinal/urinoir
Flushometer valve 15 10
Garden hose (50 ft, 30
inch sill cock)
Garden hose (50 ft, 5/8 15
inch outlet)
Bak cuci (pakaian) 5
Bidet 7,5

AIR PANAS:
KEBUTUHAN AIR PANAS :
Sumber panas
Metoda pemanasan pemanas air konvensional pemanas air
bertenaga surya
KEBUTUHAN AIR PANAS:
Suhu Tinggi:
- tangki air panas penyimpan lebih kecil, unit pemanas lebih besar
Suhu Rendah:
dampak kebakaran lebih kecil, tetapi sanitasi lebih rendah
- konsumsi energi lebih rendah, panas yang hilang pada tangki dan
pipa lebih kecil
- unit pemanas lebih kecil dengan tangki air panas penyimpan yang
lebih besar
- memungkinkan penggunaan sumber panas dengan tingkat
temperatur yang rendah.

SUMBER PANAS:
GAS ALAM, LISTRIK (high grade T)
BOILER YANG DIPANASI OLEH MINYAK ATAU BATU BARA (dilengkapi
dengan coil)
UAP PANAS = KAYU, INCINERATOR, TENAGA SURYA, HEAT PUMP,
HEAT RECOVERY (low grade Ta)

METODA PEMANASAN:
PEMANASAN LANGSUNG: air dipanaskan langsung oleh permukaan
panas, elemen dengan tahanan listrik di dalam tangki, permukaan
yang dipanaskan oleh listrik, atau permukaan yang diekspos
langsung ke api atau gas panas.
PEMANASAN TIDAK LANGSUNG: dengan cara: koil yang berisi uap
atau cairan panas yang ditanam pada tangki atau di dalam boiler
yang biasanya berfungsi untuk pemanas ruangan atau industri. Atau
koil yang berisi air panas di luar boiler tetapi di dalam pembungkus
yang berisi uap panas, gas exhoust panas, atau air yang sangat
panas.

PERLENGKAPAN:
- Tangki air panas penyimpan, biasa diterapkan di rumah tinggal
atau bangunan komersial berskala kecil.
- Tangki air panas sirkulasi, air dipanaskan oleh koil, baru
disirkulasikan melalui tangki penyimpan.
- Pemanas tanpa tangki: sirkulasi air panas harus sependek
mungkin.
METODA PEMANASAN:
CENTRALIZED WATER HEATER STORAGE TANK: energi dan air
terbuang pada aliran sepanjang 50 (18 m), karena air yang sudah
mendingin harus dialirkan keluar sebelum air panas sampai ke kran
tujuan.

METODA PEMANASAN:
DENGAN POMPA SIRKULASI ULANG:
mengkonservasi air, tetapi panas yang hilang meningkat dan
membutuhkan energi untuk pompa sirkulasi.

METODA PEMANASAN:
DESENTRALISASI DENGAN DUA TANGKI PENYIMPAN:
Menggunakan tangki penyimpanan ganda, sehingga energi untuk
memanaskan air menjadi 2 kalinya, tetapi air dan panas yang hilang
berkurang.
METODA PEMANASAN:
KOMBINASI CENTRAL SOLAR WATER HEATER DECENTRALIZED
TANKLESS
hemat energi, air dan ruang, tetapi biaya instalasi lebih tinggi

METODA SIRKULASI:
THERMOSIPHON HOT WATER CIRCULATION
tembaga merupakan bahan yang tepat untuk pipa (minimal korosi),
efektif untuk bangunan berlantai banyak

PEMANAS AIR BERTENAGA SURYA:


THERMOSIPHON SYSTEM
-menggunakan kolektor pelat datar yang diisi cairan
-biasanya sistem open loop, tetapi tenaga eksternal (sistem pasif)
-tangki penyimpan lebih tinggi dari pada kolektor
-sederhana/sedikit komponen, tanpa pompa -performa tinggi
-musiman tergantung lokasi yang mencapai titik beku (untuk cairan
kolektor berupa air)
-butuh struktur pendukung tangki penyimpan.

JARINGAN
SISTEM DISTRIBUSI:
Sistem distribusi air bersih didasarkan pada tekanan air dari suplai
air bersih. Besarnya tekanan yang dilepas pada bagian dasar air
yang statis tergantung pada ketinggiannya. Tekanan statis dari air
dengan volume: A= 1 ft2dan h = 1 ft adalah sebesar:

Area air 1 ft2= 144 inc2memiliki berat: 62,4 lb, maka:Tekanan


statisnya adalah 62,4/144 = 0,433 psi.Sehingga air dengan tekanan
statis 1 psi akan memiliki kolom statis air setinggi: 1/0,433 = 2,3 ft.

(angka ini tanpa memperhitungkan tekanan peralatan maupun


tekanan yang hilang akibat gesekan di dalam pipa)

JARINGAN SISTEM DISTRIBUSI : Up Feed


System
Suplai air yang didapat dikumpulkan
kedalam tangki air, kemudian di pompa
dan didistribusikan keseluruh bangunan.

JARINGAN SISTEM DISTRIBUSI : Power Feed


System
= terbagi atas zona-zona distribusi dengan
masing-masing tanki penampungan (housetank)

JARINGAN DISTRIBUSI : Power Feed System


= Tidak terbagi atas zona-zona distribusi, tetapi masih ada distribusi
air panas dan air dingin.

JARINGAN DISTRIBUSI : Power Feed System


= Tidak terbagi atas zona-zona maupun air panas/dingin
PLUMBING & DUCKTING

PLUMBING
pemipaan arah vertikal
PERSYARATAN:
- perletakannya mudah dikontrol
- ruang shaft cukup luas untuk manusia yang melakukan perbaikan
- pada jarak tertentu (setiap lantai) pipa diberi penyangga
- pipa dijauhkan dari saluran listrik dan telepon
- pipa air panas harus dengan expansion joint
- pipa diupayakan terhindar dari pergesekan langsung dengan udara
luar maupun gangguan dari luar lainnya.
- pipa (air panas) dianjurkan dibalut fiberglass atau bahan
insulasi lainnya untuk
mencegah kehilangan panas/perubahan suhu.

DUCTING:
pemipaan arah horisontal

PERSYARATAN:
- perletakannya mudah dikontrol
- pada jarak tertentu pipa diberi penyangga: 1 untuk setiap 10
atau 2,5
untuk setiap 6-8.
- pipa dijauhkan dari saluran listrik dan telepon
- pipa diupayakan terhindar dari pergesekan langsung dengan udara
luar maupun
gangguan dari luar lainnya.
- pipa (air panas) dianjurkan dibalut bahan insulasi lain untuk
mencegah kehilangan
panas/perubahan suhu.
EXPANSION JOINT

PEMIPAAN, TUBING, FITTINGS & KONTROL

(a) Penopang pipa vertikal dari balok baja


(b) Penopang pipa vertikal pada plat lantai untuk pipa min. 1
(c) Penopang pipa horisontal per 10 (biasanya maks )
(d) Penggantung pipa horisontal yang ditanam di dalam ceruk plat
beton

PEMIPAAN, TUBING, FITTINGS & KONTROL


(a) gate valve, saat katup diputar sehingga keping metal pada
kedua sisi menutup maka aliran air pada pipa akan tertutup. Cocok
untuk lokasi yang dibiarkan terbuka.
(b) Globe valve, untuk menutup aliran air pada titik yang biasa
digunakan.
(c) Check valve, Daun katup berfungsi agar air mengalir pada arah
yang direncanakan tetapi mencegah aliran air pada arah yang
berlawanan dari yang direncanakan.
(d) Angle valve , fungsinya hampir sama dengan globe valve.

PEMIPAAN, TUBING, FITTINGS & KONTROL


Untuk mencegah pukulan air (water hammer) ketika katup ditutup
dengan cepat. (a) caped air chambers pada pipa suplai
(b) rechargeable air chambers pada saluran cabang air panas dan
dingin (2)*
(c) special shock absorber**
PEMIPAAN, TUBING, FITTINGS & KONTROL
pukulan air (water hammer) :
katup atau pengontrol aliran air dimatikan secara tiba-tiba, maka
tenaga akan keluar akibat goncangan dari aliran air yang
kecepatannya menurun dan menimbulkan bising di dalam pipa.

JARINGAN AIR KOTOR

Jaringan air kotor merupakan sistem pembuangan kotoran pada


bangunan, yang meliputi:
DRAINASE dan SANITASI
SANITASI adalah sistem pembuangan kotoran pada bangunan yang
dibedakan dalam bentuk disposal cair dan disposal padat.
DISPOSAL CAIR berasal dari KM/WC, urinoir, dapur.
Persyaratan :
Penyaluran secepat mungkin agar tidak terjadi pencemaran
Tidak mengganggu struktur utama
Kontrol dan perawatan mudah dan murah
DISPOSAL CAIR memiliki 2 komponen utama:
1) peralatan sanitair
2) pemipaan
Peralatan sanitair untuk disposal cair:

DRAINASE merupakan sistem penyaluran / pembuangan air hujan.


Berdasarkan lokasi, dibedakan menjadi :
- PEMBUANGAN DI DALAM BANGUNAN
- PEMBUANGAN DI LUAR BANGUNAN

PEMBUANGAN DI DALAM BANGUNAN : Atap talang vertikal bak


penampung
Persyaratan:
- pada atap datar, kemiringan atap 2%
PEMBUANGAN DI DALAM BANGUNAN:
Pengaliran air hujan dari atap ada beberapa jenis (ditentukan oleh jenis
tanah):
a) Cocok untuk laju aliran yang rendah dan jenis tanah yang mudah
menyerap air.
b) Untuk menghindari erosi permukaan, untuk laju aliran yang tinggi
c) Menggunakan satu atau lebih sumur kering untuk permeabilitas
tanah buruk.
PENGOLAHAN KOTORAN CAIR:
a) Sistem yang jarang diterapkan
b) Drainfields: biasa diterapkan
c) & (d) dengan filter pasir: lebih mahal, diterapkan pada daerah
dengan permukaan air tanah yang tinggi

SEPTIC TANK & SUMUR RESAPAN


Seepage pit
- Penempatannya perlu memperhatikan posisi bangunan, sumber air
tanah, saluran air.
- Cocok untuk tanah yang sangat porous dengan muka air tanah min.
2 di bawah dasar sumur resapan

PERENCANAAN SEPTIC TANK:


Jumlah Orang Volume (m3) Ukuran (m3)
60 4 1,2 x 2,5 x 1,5
120 8 1,5 x 3,5 x 1,9
180 12 1,8 x 4,0 x 1,9
240 16 1,8 x 5,4 x 2,0
300 20 2,2 x 5,4 x 2,0
360 24 2,4 x 6,0 x 1,5
420 28 2,5 x 6,0 x 2,1
480 32 2,5 x 7,0 x 2,1

SEPTIC TANK & SUMUR RESAPAN:


tile drainage field
- Relatif tidak mahal dan tidak ada persyaratan muka air tanah yang
dalam.

SEPTIC TANK & SUMUR RESAPAN:


mounds with leaching beds
- Hampir sama dengan drainage tile disposal fields dengan luas area
serap yang jauh lebih besar.
- Jarak bagian dasar terhadap muka air tanah min. 5
-

SISTEM PEMIPAAN:
ONE PIPE SYSTEM
- pemakaian material pipa dan ruang yang efisien
- sederhana, murah
- jika tekanan gas berlebihan, gas akan kembali lewat sanitair
- perlu dirawat/dikontrol secara terus menerus
TWO PIPE SYSTEM
- Kebutuhan material untuk pipa lebih banyak
- Kebutuhan ruang yang lebih luas
- Tekanan gas tidak akan kembali lewat sanitair
- Perawatan yang terus menerus

SINGLE STACK/SOVENT SYSTEM:


- Kebutuhan material untuk pipa dan ruang yang lebih efisien
- Tekanan gas tidak akan kembali lewat sanitair ( ada aerator)
- Perawatan yang terus menerus
- Sistem tanpa vent dengan efek plunger -> soft plunger mampu
meminimalkan variasi tekanan pada stack tunggal
TRANSPORTASI VERTIKAL
(Fungsi, Kapasitas, Volume, Detail Konstruksi)

TRANSPORTASI MANUAL
MANUAL MEKANIS
Elevator
Tangga Eskalator
Ramp Conveyor (ramp berjalan)
Moving Walk
SUMBER : Utilitas Bangunan Floriberta Binarti, ST., Dipl. NDS.Arch
1. TANGGA
Tangga adalah sarana transportasi vertikal sederhana yang diperlukan
pada bangunan yang terdiri lebih dari satu lantai.
Macam tangga:
- Menurut fungsi / kebutuhan : tanggau mum, tangga darurat, ramp.
- Menurut kemiringan : sangat landai (6 -15), landai (15 -24),
umum / normal (25 -45), curam / terjal (45 -75)

BAHAN:
Kayu: untuk bangunan kecil sederhana, misalnya gardu ronda
Batu dan bata : untuk bangunan sedang, misalnya rumah tinggal
Beton dan baja : untuk bangunan berlantai banyak , cocok pula
untuk ditempatkan diluar bangunan.
Pemilihan bahan tergantung dari fungsi dan selera maupun estetika.
PERSYARATAN:

Sudut kemiringan maksimal sebaiknya 35


Setiap 12 anak tangga diberi bordes ( tergantung keadaan ).
Antrade ( langkah datar ) ; minimal 25 cm.
Optrade ( langkah naik ) ; maksimal20 cm.
Tinggi railing +/- 80 cm.
Lebar tangga ( antar railing ), untuk 1 orang berjalan 60 90 cm ;
untuk2 orang berjalan 80 120 cm; untuk tempat publik minimal
150 cm.
2. TANGGA DARURAT
Tangga darurat adalah sarana transportasi vertikal sederhana yang
diperlukan pada bangunan yang terdiri lebih dari satu lantai, yang
dipergunakan sebagai sarana alternatif, apabila terjadi suatu hal yang
tidak diinginkan menimpa gedung tersebut (kebakaran,dll).
Memenuhi persyaratan tangga secara umum
Bahan yang digunakan sebaiknya uncombustible material.
Penempatan pada sudut bangunan, mudah terjangkau atau dilihat
dan sedapat mungkin langsung berhubungan dengan luar.
Dilingkupi oleh dinding dan pintu agar asap tidak masuk dalam
ruang tangga.
Dilengkapi dengan ruang penyekat dan smoke vestibule.
Berupa continuous stairs ( tangga menerus ).

Kriteria Dimensi Tangga Darurat

3. RAMP
Ramp adalah sarana transportasi vertikal sederhana pada bangunan
beberapa lantai berupa lantai yang miring landai.
Sudut kemiringannya sangat landai ( max 12 ) agar aman
Permukaannya dibuat kasar
Bila perlu dipasang anti selip
Selain dengan hitungan sudut (), ramp juga dapat dihitung dalam
hitungan % kemiringan ( kemiringan disarankan 10% s.d 12,5% )
Slope = r = y/x = ..%
Contoh : 10 % artinya 1 : 10
Lebih dari 1 : 8 tidak diijinkan dalam bangunan karena
berbahaya.
4. ESKALATOR
Eskalator adalah salah satu jenis pesawat angkat / angkut untuk
memindahkan beban dari satu tempat ke tempat lain secara vertikal
(secara umum), dengan sudut kemiringan tertentu pada ruang
lintasan yang tetap.
Sumber tenaga : listrik.
Berdasarkan cara peletakannya, dibedakan :
1) Paralel : (untuk pertokoan)
Sudut pandang lebih luas pemakai berjalan memutari eskalator.

2) Cross over / silang : (untuk kantor)


Pemakai tidak perlu berjalan memutari eskalator, lebih praktis.

3) Double cross over / crisscross :


Ganda, sehingga dapat mengangkut penumpang yang lebih banyak.

Komponen Utama Eskalator :


Step : bagian anak tangga.
Truss : rangka baja sebagai tempat penyangga dan tempat
peletakan komponen komponen lain.
Combplate : sisir baja pada awal anak tangga untuk
mencegah masuknya kotoran dan sebagai penutup rangka.
Balustrade : biasanya dari bahan tembus pandang (filter,
kaca, dll) sebagai pengaman bagi pengguna.
Handrail : tempat berpegangan, terbuat dari karet (dilapisi
karet dan ikut berjalan/berputar).
Step roller : roda penggulung tangga.
Step chain : rantai penghubung tangga.
Rail : sebagai pengatur gerakan tangga.
Emergency Brake : tombol untuk rem.

Hal hal lain yang perlu diperhatikan :


1. Handrail & anak tangga harus dalam kecepatan yang sama
2. Rem otomatis harus selalu bekerja dengan baik -> check rutin
3. Tombol ON / Off pada tempat yang mudah dilihat
4. Penerangan di atas eskalator harus mencukupi untuk menerangi
keseluruhan area eskalator
5. Bagian bagian dan finishing eskalator harus dalam desain yang
aman, tidak tajam, tidak mudah menyangkutkan, dll
6. Eskalator juga harus dilengkapi dengan pelindungan terhadap
kebakaran. Yang terdiri dari : sprinkler, smoke pick up, rolling,
shutter system.
Kapasitas Eskalator
Penumpang sebuah pusat perbelanjaan 20000 org/jam. Tentukan spek,
jumlah eskalator dan pertimbangan yang mendasari.
Lebar Anak Tangga Kecepatan fpm Kapasitas Penumpang
per jam
32 inch 90 Normal -> 3750
Max -> 5000
120 Normal -> 5025
Max -> 6666
48 inch 90 Normal -> 6000
Max -> 8000
120 Normal -> 8025
Max -> 10665
Ket : 1 inch = 2,54 cm ; 1 feet = 30,48 cm

MAINTENANCE
Pelumasan & Perawatan :
Perawatan transmisi eskalator : ialah dengan dibuatnya ruang mesin yang
baik dan disertai dengan adanya pendingin ruangan sehingga dapat
mengurangi adanya aliran debu pada ruang mesin dan menciptakan
temperatur ruang kerja mesin yang nyaman.
Perawatan lanjutan :
Pelumasan (oiling) : Pelumasan di sini mutlak diperlukan pada sistem
transmisi dimana terdapat komponen dari logam yang saling bergesekan.
Perawatan dapat berupa penambahan pelumas atau mengganti sesuai
dengan ketentuan
Over Haul : Merupakan pembongkaran secara menyeluruh dari suatu
mesin yang dikarenakan sudah mencapai batas maksimal operasi kerja
dari komponen komponennya.
5. ELEVATOR
Sejarah Elevator
- Ditemukan pada awal abad ke-19 oleh Elisha Otis, berupa
elevator hidrolik
- Untuk memecahkan masalah transportasi pada bangunan tinggi
yang tak mungkin dicapai dengan tangga dalam waktu yang
singkat
- Bekerja secara vertikal
Elevator merupakan alat transportasi vertikal yang menghubungkan
antar lantai pada bangunan berlantai banyak dengan kebutuhan
ruang utamanya vertikal.
a) Menurut beban yang diangkut :
- Orang
- Orang dan barang
- Barang saja
b) Menurut cara menjalankannya :
- Hidrolik
- Kabel dan bandul
- Tanpa gear
- Dengan gear

- Hidrolik
Prinsip kerja : Sistem kerja hidrolik seperti pada dongkrak.
Kelebihan : Tampilannya lebih simple, rapi, dan bisa
diekspose.
Kekurangan : Hanya dapat digunakan pada gedung dengan
ketinggian tertentu ( 32 m ).
- Kabel dan Bandul
Prinsip kerja : Menggunakan bandul dan katrol
Dapat menggunakan gear dan tanpa gear
Kelebihan : Dapat digunakan pada gedung tinggi
Kekurangan : Tidak rapi apabila diekspose

Susunan Kabel dan Perletakan Mesin

Mesin diletakkan diatap

Mesin diletakan di basement


Perbedaan :
1. Tanpa Gear (Gearless)
Untuk ketinggian tidak terbatas
Lebih cepat
Lebih halus
Sedikit pemeliharaan
Lebih awet
Sumber listrik AC
2. Dengan Gear (Geared)
Secara umum lebih murah
Kebalikan tanpa gear
Sumber listrik AC dan DC

A. Single slide door 24-36 inc


B. Standar commercial door 42 inch
C. Center opening door 48-50 inch
D. Two speed 42 inch general
commercial use door
E. Two speed center opening 60 inch

Persyaratan lift penumpang/ orang:


1) Berangkat dan berhenti secara halus
2) Waktu menunggu tidak boleh terlalu lama
3) Dilengkapi dengan pintu / lubang darurat di atas
4) Dilengkapi dengan emergency lighting
5) Kecepatan yang di sarankan

Jumlah Lantai Kecepatan (m / m)


4 10 60 150
11 15 150 210
16 20 210 240
21 - 50 240 360
>50 360 - 450

Untuk lift barang keceparan umum 22, - 60 m / m


Jumlah Lantai Kecepatan (m / m)
<3 30
45 45
>5 60

Kriteria kualitas pelayanan elevator :


Waktu menunggu ( interval,waiting time )
Daya angkut ( handling capacity )
Waktu perjalanan bolak balik ( round trip time )

PROTEKSI KEBAKARAN
Penyebaran api ke seluruh bangunan gedung dapat terjadi melalui 3
mekanisme yaitu :
1. Konduksi
2. Konveksi
3. Radiasi

Penyebab terjadinya kebakaran :


a. Petir
b. Electric (korsluiting)
c. Careless
d. Penjalaran api dari bangunan yang berdekatan
Hal-hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan bahaya api yaitu
penghuni bangunan, isi bangunan, struktur bangunan dan bangunan yang
letaknya bersebelahan

SKEMA PADA WAKTU TERJADI KEBAKARAN

Kebakaran Keluar asap; gas Nyala

Zat asam
Sulit Api
berkurang;
keluar gas

Sistem proteksi kebakaran :


1. PASIF/PREVENTIF
2. AKTIF/KURATIF
Cara-cara menanggulangi bahaya kebakaran :
a. Jarak antara bangunan harus memenuhi persyaratan (tergantung tinggi
rendahnya).
b. Untuk bangunan tinggi, koridor-koridor harus berakhir pada tangga
darurat yang langsung menuju ruang terbuka.
c. Tangga-tangga dan lift untuk kebakaran harus memenuhi persyaratan
bahaya kebakaran. d. Pengendalian asap yang baik.
e. Tersedianya penerangan darurat.
f. Untuk bangunan tinggi dianjurkan mempunyai landasan helikopter.

PROTEKSI KEBAKARAN
Ketahanan terhadap Kebakaran:
secara struktural stabil selama kebakaran, sehingga :
(1) cukup waktu bagi penghuni melakukan evakuasi secara
aman;
(2) cukup waktu bagi pasukan pemadam kebakaran memasuki
lokasi untuk memadamkan api;
(3) dapat menghindari kerusakan pada properti lainnya.

Klasifikasi bangunan menurut ketentuan struktur utamanya


terhadap api.
Kelas A : Bangunan yang komponen struktur utamanya harus tahan
terhadap api sekurang-kurangnya 3 jam.

Kelas B : Bangunan yang komponen struktur utamanya harus tahan


terhadap api sekurang-kurangnya 2 jam.

Kelas C: Bangunan yang komponen struktur utamanya harus tahan


terhadap api sekurang-kurangnya 1/2 jam.

Kelas D: Bangunan yang tidak tercakup dalam kelasA, B, dan C tidak


diatur dalam ketentuan ini, tetapi diatur secara khusus.
Sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
pasif :
Konstruksi tahan api : terkait pada kemampuan dinding luar, lantai, dan
atap untuk dapat menahan api dalam bangunan.

Sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran


pasif :
Sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
pasif :
Jalan masuk kendaraan pemadam kebakaran harus:
(1) sebagai jalan masuk bagi kendaraan darurat dan lintasan dari jalan
umum,
(2) lebar bebas minimum 6 meter dan tidak ada bagian yang lebih jauh
dari 18 meter terhadap bangunan, serta di atas jalan tersebut tidak boleh
dibangun apapun kecuali hanya untuk kendaraan dan pejalan kaki
(3) dilengkapi jalan untuk pejalan kaki yang memadai;
(4) memiliki kapasitas beban dan tinggi bebas yang memudahkan operasi
mobil pemadam kebakaran, dan ;
(5) bila terdapat jalan umum yang memenuhi (1) s.d. (4) di atas maka
jalan tersebut dapat beriaku sebagai jalan lewatnya kendaraan atau
bagian dari padanya.

Sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran


pasif :
Koridor dan Jalan Keluar : harus dilengkapi dengan tanda petunjuk arah
dan lokasi pintu keluar. Tanda EXIT harus dapat dilihat dengan jelas,
diberi lampu yang menyala pada kondisi darurat, dengan kuat cahaya
tidak kurang dari 50 lux dan luas tanda minimum 155 cm2. Serta
ketinggian huruf tidak kurang dari 15 cm.
Sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
pasif :
Pintu keluar : pintu harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya 2 jam
dan harus di cat dengan warna merah.

TANGGA KEBAKARAN
a. Tangga terbuat dari konstruksi beton atau baja yang mempunyai
ketahanan kebakaran selama 2 jam
b. Tangga dipisahkan dari ruangan-ruangan lain dengan dinding beton
yang tebalnya minimum 15 cm atau tebal tembok 30 cm yang memiliki
ketahanan kebakaran selama 2 jam
c. Bahan-bahan finishing, seperti lantai, dari bahan yang tidak mudah
terbakar dan tidak licin, susuran tangan terbuat dari besi
d. Lebar tangga minimum 120 cm.
e. Pintu tangga terbuat dari bahan yang tahan kebakaran 2 jam
f. Pintu paling atas membuka ke arah luar (atap bangunan) dan semua
pintu lainnya membuka ke arah ruangan tangga.
g. Daun pintu yang terbuat dari pintu tahan api dilengkapi dengan engsel,
kunci, dan pegangan yang tahan api
h. Di dalam dan di depan tangga diberi alat penerangan sebagai penunjuk
arah ke tangga dengan daya otomatis

Alat pencegah kebakaran :


a. Fire damper
Alat ini bekerja secara otomatis untuk menutup pipa ducting yang
mengalirkan udara supaya asap dan api tidak menjalar kemana-mana
pada saat terjadi kebakaran.
b. Smoke and heat ventilating
Dipasang pada daerah-daerah yang menghubungkan udara luar. Jika
terjadi kebakaran, asap yang timbul segera mengalir keluar sehingga para
petugas pemadam kebakaran akan terhindar dari asap-asap tersebut.
c. Vent and exhaust
Dipasang pada tempat-tempat khusus seperti di tangga kebakaran. Bila
dipasang di depan tangga kebakaran akan berfungsi menghisap asap
yang akan masuk pada tangga yang dibuka pintunya. Bila dipasang di
dalam tangga secara otomatis berfungsi memasukkan udara untuk
memberikan tekanan pada udara didalam ruangan tangga. Untuk
bangunan dengan sistem atrium dipakai alat exhaust yang secara
otomatis terbuka pada saat terjadi kebakaran.

Sistem proteksi kebakaran pasif :


PENGENDALIAN ASAP, tergantung dari fungsi dan luas bangunan :
jendela, pintu, dinding/partisi, dll yang dapat dibuka sebanding dengan
10% luas lantai
sistem penyedotan asap melalui saluran kipas udara di atas
bangunan
saluran ventilasi udara yang merupakan sistem pengendalian asap
otomatis
ventilasi di atap gedung dapat secara permanen terbuka atau
dibuka dengan alat bantu tertentu atau terbuka secara otomatis
Proteksi kebakaran pada atrium :

Ketentuan bangunan dengan pengendalian asap


Ketentuan PENGENDALIAN ASAP ini tidak berlaku untuk :

bangunan klas 1 atau 10; dan setiap ruangan yang tidak


digunakan oleh penghuni untuk waktu yang cukup lama, seperti
gudang dengan luas lantai 30 m2, ruang kompartemen sanitasi,
ruang tanaman atau sejenisnya;
ruang parkir terbuka atau panggung terbuka.
Sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
aktif :
a. Alarm - detektor
b. Hidran dan selang kebakaran
c. Sprinkler
d. Pasokan air

Alarm kebakaran terdiri dari :


1) Pendeteksi (Detektor)
2) Bel dan suara/sirine
3) Lampu tanda (healthy indicator and fire indicator)
4) Sinyal pengendali (remote signalling)
5) Tombol reset
6) Name plate berisi spesifikasi dari alarm kebakaran tersebut
Jenis alarm yang sering dipakai :
rotary hand bell, smoke detector, stand alone alarm

Alat penginderaan/peringatan dini (Detektor)


Berfungsi untuk memberikan peringatan dini karena mendeteksi
asap/api/suhu dan mengirimkan informasi ke alarm.
Tipe detektor tergantung dari 4 tingkatan api :
a. automatic fire detector system pada tingkatan 1 (incipient stage),
detektor api/ panas sebesar 0.011% (sangat peka terhadap panas).
b. automatic fire detector system pada tingkatan 2 (smoldering stage),
detektor ketebalan asap.
c. automatic fire detector system pada tingkatan 3 (flame stage),
detektor lidah-lidah api.
d. automatic fire detector system pada tingkatan 4 (heat stage), detektor
suhu pada batas tertentu

Diagram tingkat sensitifitas detektor


Ketentuan bangunan dengan detektor dan alarm kebakaran
Sistem deteksi dan alarm kebakaran otomatis harus dipasang di :

bangunan klas 1b; dengan


bangunan klas 2 dengan persyaratan khusus;
bangunan klas 3 yang menampung lebih dari 20 penghuni yang
digunakan sebagai: (1) bagian hunian dari bangunan sekolah; atau
(2) akomodasi bagi lanjut usia, anak-anak atau orang cacat;
bangunan klas 9a.

Ketentuan bangunan dengan kelengkapan hidran

Harus dipasang pada bangunan yang memiliki luas lantai total


lebih dari 500 m2 dan atau terdapat regu pemadam kebakaran.
Bangunan klas 2 atau klas 3 atau sebagian klas 4, dilayani oleh
hidran tunggal yang ditempatkan pada lantai dimana ada jalur
keluar.
Bangunan klas 5, 6, 7, 8 atau 9 yang berlantai tidak lebih dari 2
(dua), dilayani oleh hidran tunggal yang ditempatkan pada lantai
dimana ada jalur keluar, asalkan hidran dapat menjangkau seluruh
satuan peruntukan bangunan.

Hydrant dan FHC


a. Dipasang pada tiap 65,61 m2.
b. Pipa hydrant diameternya bervariasi, namun sebagian besar yang ada
di amplaz ada 6,5
c. Dimensi hydrant

Ketentuan bangunan dengan kelengkapan hose reel


Sistem Hose Reel harus disediakan :
(1) untuk melayani seluruh bangunan, dimana satu atau lebih hidran
dalam dipasang, atau :
(2) bila hidran dalam tidak dipasang, untuk melayani setiap kompartemen
kebakaran dengan luas lantai lebih dari 500 m2 dan untuk maksud butir
ini, satu unit hunian bangunan klas 2 atau klas 3 atau sebagian bangunan
klas 4, dipertimbangkan sebagai kompartemen kebakaran.

SPRINKLER
prinsip kerja :

Automatic sprinkler sistem terdiri dari pipa yang bercorak horizontal


yang diletakkan dekat langit-langit dari bangunan : industri,
perkantoran, office dan lain-lain. Pipa ini dilengkapi dengan outlet
dan sprinkler head.
Bila temperatur naik (135 - 160 F) akan menyebabkan terbuka
secara otomatis dan menyemburkan air.
Ada 2 macam :
1. Wet pipe sprinkler system, dimana main pipe dan pipa
distribusi berisi penuh air. Operasi sitem ini tergantung dari
pembukaan mulut (ujung) pipa tersebut, kerugiannya bila wet
pipe ini mengalami kebocoran.
2. Dry pipe sprinkler system, ialah pipa mula-mula berisi
udara. Sistem ini mengurangi kebocoran, tapi kurang
cepat/bereaksi.

Sistem penyediaan air


Penyediaan air pada sprinkler diusahakan melalui :
a. Tangki gravitasi, harus diletakkan sedemikian rupa sehingga air dapat
menghasilkan aliran dan tekanan cukup pada setiap kepala sprinkler.
b. Tangki bertekanan, harus selalu berisi 2/3 dari volume dan diberi
tekanan 5 kg/cm2
c. Jaringan air bersih khusus untuk pipa sprinkler.

Kepala sprinkler (sprinkler head)


a. Kepala sprinkler warna jingga dan merah digunakan untuk ruangan-
ruangan kantor dan bangunan umum.
b. Bagian sprinkler yang terletak diujung jaringan akan pecah dan
memancarkan air secara otomatis saat terjadi perubahan suhu tertentu.
c. Penempatan titik sprinkler disesuaikan dengan standar yang berlaku
dalam kebakaran ringan. Pada setiap 10-20 m2 dengan ketinggian 3m
terdapat 1 sprinkler.
Beberapa jenis kepala sprinkler yang dibedakan dengan warna
berdasarkan tingkat kepekaan terhadap suhu :
-Jingga, tabung pecah pada suhu 57 c
-Merah, tabung pecah pada suhu 68 c
-Kuning, tabung pecah pada suhu 79 c
-Hijau, tabung pecah pada suhu 93 c
-Biru, tabung pecah pada suhu 141 c

Sprinkler
a. Jarak antar sprinkler rata-rata 2-2,5 meter
b. Diameter pipa sprinkler bervariasi, antara lain 2,5 cm, 4 cm, 5 cm,
6,5 cm, 8 cm

Dry Chemical Fire Extinguisher


Cara Kerja :
Jika terjadi kebakaran ambil tabung tarik tuas penguncinya
tekan hingga gas yang terdapat di dalam tabung keluar dan
memadamkan api Berisi bahan kimia tertentu (CO2). Satu alat mampu
memadamkan sekitar 464,5 m2
Hal hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan :
Pemilihan tipe extinguisher
Fire rating / daya pemadaman
Distribusi penempatan
Cara pemasangan
Labeling
Pemeriksaan dan pemeliharaan

Jaringan telekomunikasi

Sistem telekomunikasi yang umum terdapat pada bangunan dapat


dikelompokkan sebagai berikut:

Telepon/interkom
Audio system
Televisi
Internet/lan
Sistem dalam bangunan dimulai dari saluran Telkom ke fasilitas PABX
( Private Automatic Brench Exchange), kotak hubung induk (MDF- Main
Distribution Frame), kemudian melalui kabel distribusi (DC-Distribution
Cable jaringan telepon disebarkan ke kotak terminal ( JB- Juntion Box)
yang ada tiap-tiap lantai banguan. Dari kotak terminal ini jarigan telepon
diteruskan ke setiap pesawat telepon.
KOMPONEN JARINGAN
PABX ( Private Automatic Branch Exchange)
Fungsi :

Penjawab panggilan otomatis

Dristribusi panggilan otomatis

Perekam pesan
Billing system

MDF ( Main Distribution Frame )


Panel yang menghubungkan seluruh komponen jaringan telepon.
Manual Operator Unit
Untuk distribusi panggilan secara manual.

JB ( Junction Box)
Panel yang terdapat pada setiap lantai. Fungsinya adalah sebagai penguat
signal elektrik agar suara yang dihasilkan lebih jelas dan jernih.

SISTEM DISTRIBUSI
Skema Distribusi Panggilan Masuk
Panggilan
Telepon
masuk
kamar

Telepon
PABX MDF Operato kamar
r

Skema Distribusi Panggilan Keluar


Telepon Tujuan
kamar PABX MDF Telko
m luar

ASAS PERANCANGAN
Penggunaan telepon pada bangunan hotel dapat diperkirakan jumlahnya
berdasarkan jumlah ruang yang dibutuhkan (kamar dan office). Dalam
perancangan perlu dialokasikan ruang utuk kebutuhan :
1 Layanan penerimaan telepon, berikut panel utama telepon
2 Ruang peralatan untuk perlengkapan khusus telekomunikasi
3 Saluran distribusi vertikal dan horisontal serta panel distribusi

TATA SUARA
Sistem tata suara biasanya
diintegrasikan dengan sistem tanda
bahaya,sehingga bila terjadi kondisi
darurat ( kebakaran, dsb), sistem tanda
bahaya mendapatkan prioritas sinyal dari
sistem tata suara untuk membunyikan
tanda bahaya (sirine) atau program
panduan evakuasi keseluruh bangunan.
Sistem tata suara daerah lobi,
koridor,area parkir, dan ruang
administrasi selain digunakan untuk
paduan evakuasi, digunakan pila untuk
pemanggilan (paging) atau keperluan
program musik (background music).

KOMPONEN JARINGAN

BACK GROUND MUSIC


Adalah penyebaran musik dari ruang operator keruang yang memerlukan.
Pada bangunan hotel ,biasanya yang mendapat distribusi back ground
music aalah lobby,selsar, restorean/dan kamar.
Sistem pendistribusiannya menggunakan alat sbb:
Input diperoleh dari player ( komputer,disc player, radio, atau
peralatan music dan lainnya).
Proses dengan amplifier dan equalizer.
- Amplifier untuk memperkuat sinyal elektrik
- Equalizer untuk mengatur kualitas suara
- Loud speaker diletakkan pada ruang yang hendak diberi back

ground music

PENGUMUMAN & PANGGILAN


Adalah penyebaran suara dari ruang operator/ ruang informasi ke
ruang lain pada banguan atau di luar bangunan.
Sistem pendistribusiannya menggunakan peralatan sbb :
- Microfon
- Amplifier
- Loud speaker diletakkan pada ruang yang memerlukan
ASAS PERANCANGAN

Dalam perencanaan jaringan tata suara pada hotel agar dapat


berfungsi secara optimal, mudah dalam perbaikan, serta memenuhi nilai
estetika perlu dilakukan secara matang dengan mempertimbangkan
beberapa hal sbb :

Alokasi ruang untuk peralatan input dan processing


Penempatan kabel distribusi vertikal dan horisontal
Jenis load speaker yang dipergunakan
Penempatan loud speaker diushakan tidak menggangu
estetika

TELEVISI
Jaringan TV kabel pada hotel dimulai dengan antena untuk
menerima sinyal TV, kemudian diteruskan ke receiver unit yang terdapat
pada ruang operator. dari receiver, sinyal diteruskan ke booster yang
terdapat pada lantai tertentu ( tidak setiap lantai). Dari booster, sinyal
diteruskan ke unit-unit televisi.

Antena penerima
Booster

Booster

Bosster
Receiver
Unit-unit TV
ASAS PERANCANGAN

Ada beberapa hal yang harus di pertimbangkan dalam


perencanaan jaringan TV pada hotel yaitu:
Penempatan antena harus berada pada area yang dapat menerima
sinyal dengan baik
Alokasi ruang untuk peralatan (receiver & booster)
Penempatan jaringan distribusi kabel vertikal & horisontal

KONEKSI INTERNET
- Internet merupakan kumpulan berbagai jaringan dari segala penjuru
dunia yang ecara bersama-sma menyediakan dan menggunakan
informasi dan pelayan hubungan .
- Internet menawarkan bebagai aplikasi pertukaran
informasi, seperti transfer file, electronic mail,
chatting, dan yang paling menarik adlah teknologi
World Wide Web yang memberikan informasi
dengan tampilan grafis yang menarik dan mudah di
pergunakan.

Ada 2 macam cara konekdi komputer ke jaringan


internet yaitu:
1 Koneksi melalui jaringan telepon (modem/dial
up)
+ koneksi bersifat instan
+ besarnya biaya ditanggung pada besarnya
pemakaian
+ kecepatan akses data stabil
- Perlu menyediakan satu line telepon untuk satu
komputer
- Tergol
ong
mahal

2 Koneksi
menggunakan
server (seperti
pada warnet)
+ satu server
dapat melayani
banyak komputer
+ kecepatan
akses data relatif
cepat dari sistem
dial up
+memungkinkan
koneksi secara wireless
+ biaya tetap tergolong murah
- Kecepatan akses data tidak stabil

Anda mungkin juga menyukai