Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Pengertian Analisa Inti Batuan


Analisa inti batuan adalah tahapan analisa setelah contoh formasi
dibawah permukaan (core) diperoleh. Tujuan dari pada analisa inti batuan
untuk menentukan secara langsung informasi tentang sifatsifat fisik batuan
yang ditembus selama pemboran. Studi dari data analisa inti batuan dalam
pemboran eksplorasi dapat digunakan untuk mengevaluasi kemungkinan
dapat diproduksi hidrokarbon dari suatu sumur, sedangkan tahap eksploitasi
daripada suatu reservoir dapat digunakan untuk pegangan melaksanakan well
completion dan merupakan suatu informasi penting untuk melaksanakan
proyek secondary dan tertiary recovery. Selain itu, data inti batuan ini juga
berguna sebagai bahan pembanding dan kalibrasi pada metode logging.
Prosedur Analisa Inti Batuan pada dasarnya terdiri atas 2 bagian,
sebagai berikut :
- Analisa inti batuan rutin
- Analisa inti batuan spesial
Analisa Inti Batuan Rutin umumnya berkisar tentang pengukuran
porositas, permeabilitas absolut dan saturasi fluida, sedangkan Analisa Inti
Batuan Spesial dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengukuran pada
kondisi statis dan pengukuran pada kondisi dinamis. Pengukuran pada kondisi
statis meliputi tekanan kapiler, sifat-sifat listrik dan cepat rambat suara, grain
density, wettability, kompresibilitas batuan, permeabilitas dan porositas fungsi
tekanan (Net Over Burden) dan studi petrography. Pengukuran pada kondisi
dinamis meliputi permeabilitas relatif, thermal-recovery, gas residual, water
floodevaluation, liquid permeability (evaluasi completion, work over dan
injection fluid meliputi surfactant dan polymer).

1. 2 Analisa Batuan Reservoir


1
Dalam operasi perminyakan hal-hal yang perlu dilakukan adalah
meneliti apa saja karakteristik dari batuan penyusun reservoir. Kegiatan yang
biasanya dilakukan untuk menganalisa reservoir adalah Analisa Core, Analisa
Cutting dan Analisa Logging.
Analisa Core biasanya dilakukan dengan mengambil sampel batuan
yang di bor dari dalam formasi dan selanjutnya core diteliti di laboratorium.
Analisa logging dilakukan dengan cara menganalisa lapisan batuan
yang dibor dengan menggunakan peralatan logging(tool log). Peralatan
logging dimasukkan kedalam sumur, kemudian alat tersebut akan
mengeluarkan gelombanggelombang khusus seperti listrik, gamma ray,
suara dan sebagainya (tergantung jenis loggingnya), kemudian gelombang
tersebut akan terpantul. kembali dan diterima oleh alat logging, dan datanya
kemudian dikirim ke peralatan dipermukaan untuk dianalisa.

Gambar 1.1 Core

Untuk analisa cutting, dilakukan dengan meneliti cutting yang berasal


dari lumpur pemboran yang disirkulasikan kedalam sumur pemboran. Cutting
dibersihkan dari lumpur pemboran, selanjutnya di teliti di laboratorium untuk
mengetahui sifat dari batuan reservoir tersebut.
Pada praktikum kali ini, kita akan menganalisa sifat batuan reservoir
dengan metode Analisa Core.

1. 3 Karakteristik Batuan Reservoir

2
Reservoir adalah suatu tempat terakumulasinya minyak dan gas bumi.
Pada umumnya reservoir minyak memiliki karakteristik yang berbeda-beda
tergantung dari komposisi, temperature dan tekanan pada tempat dimana
terjadi akumulasi hidrokarbon didalamnya. Suatu reservoir minyak biasanya
mempunyai tiga unsur utama yaitu adanya batuan reservoir, lapisan penutup
dan perangkap.
Suatu wilayah atau tempat bisa disebut sebagai sebuah reservoir
apabila terdapat sumber dari hidrokarbon atau tempat terakumulasinya
minyak dan gas bumi. Untuk dapat terakumulasinya minyak dan gas bumi ini,
tempat atau reservoir tersebut harus memenuhi beberapa syarat yang harus
ada sebagai berikut:

Gambar 1.2 Petroleum System

1. Adanya batuaninduk (Source Rock)


Merupakan batuan sedimen yang mengandung bahan organik seperti
sisa-sisa hewan dan tumbuhan yang telah mengalami proses pematangan
dengan waktu yang sangat lama sehingga menghasilkan minyak dan gas
bumi.
2. Adanya jalur migrasi (MigrationRoute)

3
Merupakan jalan minyak dan gas bumi dari batuan induk sampai
terakumulasi pada perangkap.
3. Adanya batuan waduk (Reservoir Rock)
Merupakan batuan sedimen yang mempunyai pori, sehingga minyak dan
gas bumi yang dihasilkan batuan induk dapat masuk dan terakumulasi.
4. Adanya batuan penutup (Cap Rock)
Merupakan batuan sedimen yang tidak dapat dilalui oleh cairan
(impermeable), sehingga minyak dan gas bumi terjebak dalam batuan
tersebut.
5. Adanya struktur batuan perangkap (Trap)
Merupakan batuan yang berfungsi sebagai penghalang bermigrasinya
minyak dan gas bumi lebih jauh, dan jenis-jenis dari perangkap itu
sendiri adalah sebagai berikut :
Perangkap Stratigrafi
Prinsip dalam perangkap stratigrafi adalah minyak dan gas bumi
terperangkap dalam perjalanan ke atas kemudian terhalang dari segala
arah terutama dari bagian atas dan pinggir, hal ini dikarenakan batuan
reservoar telah menghilang atau berubah fasies menjadi batu lain
sehingga merupakan penghalang permeabilitas (Koesoemadinata, 1980,
dengan modifikasinya). Dan jebakan stratigrafi tidak berasosiasi dengan
ketidakselarasan seperti Channels, Barrier Bar, dan Reef, namun
berasosiasi dengan ketidakselarasan seperti Onlap Pinchouts, dan
Truncations.

4
Gambar 1.3 Jebakan Stratrigrafi

Pada perangkap stratigrafi ini, berasal dari lapisan reservoar


tersebut, atau ketika terjadi perubahan permeabilitas pada lapisan
reservoar itu sendiri. Pada salah satu tipe jebakan stratigrafi, pada
horizontal, lapisan impermeabel memotong lapisan yang bengkok pada
batuan yang memiliki kandungan minyak. Terkadang terpotong pada
lapisan yang tidak dapat ditembus, atau Pinches, pada formasi yang
memiliki kandungan minyak. Pada perangkap stratigrafi yang lain
berupa Lens-shaped. Pada perangkap ini, lapisan yang tidak dapat
ditembus ini mengelilingi batuan yang memiliki kandungan hidrokarbon.
Pada tipe yang lain, terjadi perubahan permeabilitas dan porositas pada
reservoar itu sendiri. Pada reservoar yang telah mencapai puncaknya
yang tidak sarang dan impermeabel, yang dimana pada bagian bawahnya
sarang dan permeabel serta terdapat hidrokarbon.

5
Gambar 1.4 Perangkap Stratigrafi

Gambar 1.5 Perangkap Stratigrafi

6
Gambar 1.6 Perangkap Stratigrafi Lateral Disconformity

Perangkap Struktural
Jenis perangkap selanjutnya adalah perangkap struktural,
perangkap ini Jebakan tipe struktural ini banyak dipengaruhi oleh
kejadian deformasi perlapisan dengan terbentuknya struktur lipatan dan
patahan yang merupakan respon dari kejadian tektonik dan merupakan
perangkap yang paling asli dan perangkap yang paling penting, pada
bagian ini berbagai unsur perangkap yang membentuk lapisan penyekat
dan lapisan reservoar sehingga dapat menangkap minyak, disebabkan
oleh gejala tektonik atau struktur seperti pelipatan dan patahan
(Koesoemadinata, 1980, dengan modifikasinya).

Jebakan Patahan
Jebakan patahan merupakan patahan yang terhenti pada lapisan
batuan. Jebakan ini terjadi bersama dalam sebuah formasi dalam bagian
patahan yang bergerak, kemudian gerakan pada formasi ini berhenti dan
pada saat yang bersamaan minyak bumi mengalami migrasi dan terjebak
pada daerah patahan tersebut, lalu sering kali pada formasi yang
impermeabel yang pada satu sisinya berhadapan dengan pergerakan

7
patahan yang bersifat sarang dan formasi yang permeabel pada sisi yang
lain. Kemudian, minyak bumi bermigrasi pada formasi yang sarang dan
permeabel. Minyak dan gas disini sudah terperangkap karena lapisan
tidak dapat ditembus pada daerah jebakan patahan ini.

Gambar 1.7Jebakan patahan pada jebakan struktural

Jebakan Antiklin
Kemudian, pada jebakan struktural selanjutnya, yaitu jebakan
antiklin, jebakan yang antiklinnya melipat ke atas pada lapisan batuan,
yang memiliki bentuk menyerupai kubah pada bangunan. Minyak dan gas
bumi bermigrasi pada lipatan yang sarang dan pada lapisan yang
permeabel, serta naik pada puncak lipatan. Disini, minyak dan gas sudah
terjebakkarena lapisan yang diatasnya merupakan batuan impermeabel.

8
Gambar 1.8Jebakan antiklin pada Jebakan Strutural

Perangkap Kombinasi
Kemudian perangkap yang selanjutnya adalah perangkap
kombinasi antara struktural dan stratigrafi. Dimana pada perangkap jenis
ini merupakan faktor bersama dalam membatasi bergeraknya atau
menjebak minyak bumi. Dan, pada jenis perangkap ini, terdapat leboh
dari satu jenis perangkap yang membenuk reservoar. Sebagai contohnya
antiklin patahan, terbentuk ketika patahan memotong tegak lurus pada
antiklin. Dan, pada perangkap ini kedua perangkapnya tidak saling
mengendalikan perangkap itu sendiri.

Gambar 1.9 Perangkap Kombinasi

Jebakan Struktural lainnya

9
Contoh dari perangkap struktur yang lain adalah Tilted fault blocks
in an extensional regime, marupakan jebakan yang bearasal dari Seal
yang berada diatas Mudstone dan memotong patahan yang sejajar
Mudstone. Kemudian, Rollover anticline on thrust, adalah jebakan yang
minyak bumi berada pada Hanging Wall dan Footwall. Lalu, Seal yang
posisinya lateral Ada diapir dan menutup rapat jebakan yang berada
diatasnya.

Gambar 1.10 Perangkap Struktural yang lain

Perangkap Hidrodinamik
Kemudian perangkap yang terakhir adalah perangkap
hidrodinamik. Perangkap ini sangta jarang karena dipengaruhi oleh
pergerakan air. Pergerakan air ini yang mampu merubah ukuran pada
akumulasi minyak bumi atau dimana jebakan minyak bumi yang pada
lokasi tersebut dapat menyebabkan perpindahan. Kemudian perangkap ini
digambarkan pergerakan air yang biasanya dari iar hujan, masuk kedalam
reservoar formasi, dan minyak bumi bermigrasi ke reservoar dan bertemu
untuk migrasi ke atas menuju permukaan melalui permukaan air.
Kemudian tergantung pada keseimbangan berat jenis minyak, dan dapat

10
menemukan sendiri, dan tidak dapat bergerak ke reservoar permukaan
karena tidak ada jebakan minyak yang konvensional.

Gambar 1.11Perangkap Hidrodinamik

Untuk reservoir terbagi menjadi dua, yaitu :


1. Reservoir Jenuh
Reservoir jenuh (saturated) biasanya mengandung hidrokarbon dalam
bentuk minyak yang dijenuhi oleh gas terlarut dan dalam bentuk gas
bebas yang terakumulasi membentuk gascap. Bila minyak dan gas
diproduksikan, kemungkinan akan ada air yang ikut terproduksi, tekanan
reservoir akan turun. Dengan turunnya tekanan reservoir, maka volume
gas yang membentuk gas cap akan mengembang dan merupakan
pendorong keluarnya fluida dari dalam reservoir. Selain pengembangan
volume gas cap dan pembebasan gas terlarut, mungkin juga terjadi
perembesan air kedalam reservoir.
2. Reservoir Tak Jenuh
Reservoir tidak jenuh (undersaturated) pada keadaan mula-mula tidak
terdapat gas bebas yang terakumulasi membentuk gas cap. Apabila
reservoir diproduksikan, maka gas akan mengalamai pengembangan
yang menyebabkan bertambahnya volume minyak. Pada saat tekanan

11
reservoir mencapai tekanan bubble point maka gas akan keluar dari
minyak.
Pada umumnya reservoir minyak memiliki karakteristik yang berbeda-
beda tergantung dari komposisi, temperatur dan tekanan pada tempat
dimana terjadi akumulasi hidrokarbon didalamnya. Suatu reservoir minyak
biasanya mempunyai tiga unsur utama yaitu adanya batuan reservoir,
lapisan penutup dan perangkap.
Petroleum system proses terdiri dari 5 proses yaitu :
1. Pembentukan (Generation): Tekanan dari batuan2 di atas batuan induk
membuat temperatur dan tekanan menjadi lebih besar dan dapat
menyebabkan batuan induk berubah dari material organik menjadi
minyak atau gas bumi.
2. Migrasi atau perpindahan (Migration): Senyawa hidrokarbon (minyak
dan gas bumi) akan cenderung berpindah dari batuan induk (source) ke
batuan penyimpan (reservoir) karena berat jenisnya yang ringan
dibandingkan air.
3. Pengumpulan (Accumulation): Sejumlah senyawa hidrokarbon yang
lebih cepat berpindah dari batuan induk ke batuan penyimpan
dibandingkan waktu hilangnya jebakan akan membuat minyak dan gas
bumi terkumpul.
4. Penyimpanan (Preservation): Minyak atau gas bumi tetap tersimpan di
batuan penyimpan dan tidak berubah oleh proses lainnya seperti
biodegradation (berubah karena ada mikroba-mikroba yang dapat
merusak kualitas minyak).
5. Waktu (Timing): Jebakan harus terbentuk sebelum atau selama minyak
bumi berpindah dari batuan induk ke batuan penyimpan.

1. 4 Sifat-Sifat Fisik Batuan

12
Sifat-sifat fisik batuan reservoir tersebut antara lain :
1. Porositas ()
Dalam reservoir minyak, porositas menggambarkan persentase dari total
ruang yang tersedia untuk ditempati oleh suatu cairan atau gas. Porositas
dapat di definisikan sebagai perbandingan antara volume total pori-pori
batuan dengan volume total batuan per satuan volume tertentu.
2. Saturasi Fluida (S)
Saturasi adalah perbandingan antara volume pori-pori batuan yang terisi
fluida formasi tertentu terhadap total volume pori-pori batuan yang terisi
fluida atau jumlah kejenuhan fluida dalam batuan reservoir per satuan
volume pori. Oleh karena didalam reservoir terdapat tiga jenis fluida,
maka saturasi dibagi menjadi tiga yaitu saturasi air (Sw), saturasi minyak
(So) dan saturasi gas (Sg).
3. Permeabilitas (k)
Permeabilitas didefinisikan sebagai ukuran media berpori untuk
meloloskan/melewatkan fluida. Apabila media berporinya tidak saling
berhubungan maka batuan tersebut tidak mempunyai permeabilitas. Oleh
karena itu ada hubungan antara permeabilitas batuan dengan porositas
efektif. Semakin besar porositas efektif, maka semakin besar juga
permebilitasnya.
4. Resistivity
Batuan reservoir terdiri atas campuran mineral-mineral, fragmen dan pori-
pori. Padatan-padatan mineral tersebut tidak dapat menghantarkan arus
listrik kecuali mineral clay. Sifat kelistrikan batuan reservoir tergantung
pada geometri pori-pori batuan dan fluida yang mengisi pori. Minyak dan
gas bersifat tidak menghantarkan arus listrik sedangkan air bersifat
menghantarkan arus listrik apabila air melarutkan garam. Arus listrik akan
terhantarkan oleh air akibat adanya gerakan dari ion-ion elektronik. Untuk
menentukan apakah material didalam reservoir bersifat menghantar arus
listrik atau tidak maka digunakan parameter resistivity.

13
Resistivitydidefinisikan sebagai kemampuan dari suatu material untuk
menghantarkan arus listrik.
5. Wettability
Wettability didefinisikan sebagai suatu kemampuan batuan untuk dibasahi
oleh fasa fluida atau kecenderungan dari suatu fluida untuk menyebar atau
melekat ke permukaan batuan. Sebuah cairan fluida akan bersifat
membasahi bila gaya adhesi antara batuan dan partikel cairan lebih besar
dari pada gaya kohesi antara partikel cairan itu sendiri. Tegangan adhesi
merupakan fungsi tegangan permukaan setiap fasa didalam batuan
sehingga wettability berhubungan dengan sifat interaksi (gaya tarik
menarik) antara batuan dengan fasa fluidanya.
6. Tekanan Kapiler (Pc)
Tekanan kapiler pada batuan berpori didefinisikan sebagai perbedaan
tekanan antara fluida yang membasahi batuan dengan fluida yang bersifat
tidak membasahi batuan jika didalam batuan tersebut terdapat dua atau
lebih fasa fluida yang tidak bercampur dalam kondisi statis.
7. Kompresibilitas
Menurut Geertsma, terdapat tiga macam kompresibilitas pada batuan
yaitu:
a. Kompresibilitas matriks batuan, yaitu fraksional perubahan volume
dari material padatan batuan (grain) terhadap satuan perubahan
tekanan.
b. Kompresibilitas batuan keseluruhan, yaitu fraksional perubahan
volume dari volume batuan terhadap satuan perubahan tekanan.
c. Kompresibilitas pori-pori batuan, yaitu fraksional perubahan volume
pori-pori batuan terhadap satuan perubahan tekanan.

14

Anda mungkin juga menyukai