Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP


PENCEGAHAN DEPRESI PADA LANSIA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DENPASAR SELATAN I
KOTAMADYA DENPASAR-BALI

OLEH :
NI KETUT ERAWATI
NIM : 010030217 B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2001

1
2

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN --------------------------------------------------------------- 1


1.1 Latar Belakang Masalah --------------------------------------------------- 1
1.2 Perumusan Masalah -------------------------------------------------------- 2
1.2.1 Pernyataan Masalah ------------------------------------------------- 2
1.2.2 Pertanyaan Masalah ------------------------------------------------- 3
1.3 Tujuan Penelitian ----------------------------------------------------------- 3
1.3.1 Tujuan Umum -------------------------------------------------------- 3
1.3.2 Tujuan Khusus ------------------------------------------------------- 3
1.4 Manfaat Penelitian ---------------------------------------------------------- 4
1.5 Relevansi --------------------------------------------------------------------- 4
BAB 2 TINJAUAN TEORI -------------------------------------------------------------- 5
1.1 Konsep Keluarga ------------------------------------------------------------- 5
1.1.1 Pengertian Keluarga ------------------------------------------------- 5
1.1.2 Fungsi Keluarga ------------------------------------------------------ 5
1.1.3 Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan ----------------- 6
1.1.4 Keluarga sebagai Unit Pelayanan yang dirawat ----------------- 6
1.2 Konsep Lansia ---------------------------------------------------------------- 6
1.2.1 Batasan Lanjut Usia ------------------------------------------------- 6
1.2.2 Permasalahan Pada Lanjut Usia ----------------------------------- 7
1.2.3 Teori Proses Menua -------------------------------------------------- 7
1.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketuaan --------------------- 10
1.2.5 Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia ----------------- 10
1.2.6 Penyakit yang sering dijumpai pada Lansia ---------------------- 11
1.3 Konsep Depresi -------------------------------------------------------------- 11
1.3.1 Definisi ---------------------------------------------------------------- 11
1.3.2 Jenis-jenis Depresi --------------------------------------------------- 11
1.3.3 Faktor Predisposisi -------------------------------------------------- 14
1.3.4 Faktor Pencetus ------------------------------------------------------ 15
1.3.5 Pengelolaan Depresi pada Usia Lanjut ---------------------------- 16
1.4 Kerangka Konsep ------------------------------------------------------------ 23
1.5 Hipotesa ----------------------------------------------------------------------- 23
BAB 3 METODE PENELITIAN ------------------------------------------------------- 24
1.1 Rancangan Penelitian ------------------------------------------------------- 24
1.2 Kerangka Kerja -------------------------------------------------------------- 24
3

1.3 Identifikasi Variabel -------------------------------------------------------- 25


1.4 Definisi Operasional Sampling ------------------------------------------- 25
1.5 Rancangan Sampling ------------------------------------------------------- 27
1.5.1 Populasi --------------------------------------------------------------- 27
1.5.2 Sampel ----------------------------------------------------------------- 27
1.5.3 Sampling -------------------------------------------------------------- 28
1.6 Pengumpulan dan Analisa Data ------------------------------------------- 28
1.6.1 Instrument Penelitian ------------------------------------------------ 28
1.6.2 Cara Pengumpulan Data ------------------------------------------- 28
1.6.3 Analisa Data ---------------------------------------------------------- 29
1.7 Etika Penelitian -------------------------------------------------------------- 29
1.8 Keterbatasan ----------------------------------------------------------------- 30
1.9 Jadwal Penelitian ------------------------------------------------------------ 30
DAFTAR PUSTAKA -----------------------------------------------------------------------
LAMPIRAN ---------------------------------------------------------------------------------
4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Usia lanjut adalah tahap akhir dari siklus hidup manusia, merupakan bagian
dari proses alamiah kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh
setiap individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan, baik secara
fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan
yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagai bagian dari proses
penuaan yang normal, seperti berkurangnya ketajaman panca indera, menurunnya
daya tahan tubuh merupakan ancaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi
mereka masih harus berhadapan dengan kehilangan peran diri, kedudukan sosial serta
perpisahan dengan orang-orang yang dicintai. Kondisi diatas menyebabkan orang
usia lanjut menjadi lebih rentan untuk mengalami problem mental, salah satunya
adalah depresi (FKUI,2000:80)
Depresi merupakan suatu gangguan afektif yang ditandai dengan hilangnya
minat atau kesenangan dalam aktivitas-aktivitas yang biasa dan pada waktu yang
lampau (Townsend,1998:179). Secara umum insiden depresi pada wanita dibanding
pria adalah 1.2 - 2.0 / 1.0, dengan angka morbiditas pada pria adalah 4 - 8 per 1000
kelahiran hidup (Morgan,1991:54). Pada lansia, prevalensi depresi diperkirakan 15%
dari populasi usia lanjut dan diduga sekitar 60% dari pasien di unit geriatri menderita
depresi. Pada tahun 2020 depresi akan menduduki urutan teratas di negara
berkembang, termasuk Indonesia (FKUI,2000:158,60). Menurut "The National Old
People's Welfare Council" di Inggris yang dikutip oleh Nugroho (2000:42)
menyatakan bahwa depresi merupakan salah satu penyakit atau gangguan umum
pada lansia yang menduduki ranking teratas.
Saat ini gangguan depresi pada usia lanjut kurang dipahami sehingga banyak
kasus depresi pada usia lanjut tidak dikenali dan tidak diobati. Terjadinya depresi
pada usia lanjut merupakan interaksi faktor biologik, psikologik dan sosial. Faktor
sosial adalah berkurangnya interaksi sosial, kesepian, berkabung dan kemiskinan
dapat mencetuskan depresi. Sedangkan faktor psikologik yang berperan dalam
timbulnya depresi adalah rasa rendah diri, kurang percaya diri, kurangnya rasa
keakraban, dan ketidak berdayaan karena menderita penyakit kronis. Dari aspek
biologik usia lanjut mengalami kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel saraf
maupun zat neurotransmiter, resiko genetik maupun adanya penyakit tertentu seperti
kanker, DM, stroke memudahkan terjadinya gangguan depresi. Semua hal tersebut
menuntut kemampuan beradaptasi yang cukup besar.
5

Menurut Erikson tahap lansia sebagai tahap integrity versus dispair yakni
individu yang sukses melampaui tahap ini akan dapat beradaptasi dengan baik,
menerima berbagai perubahan dengan tulus, mampu berdamai dengan
keterbatasannya, bertambah bijak menyikapi kehidupan. Sebaliknya mereka yang
gagal akan melewati tahap ini dengan penuh pemberontakan, putus asa dan ingkar
terhadap kenyataan yang dihadapinya (FKUI. 2000 : 157). Sukses tidaknya seseorang
melewati tahap ini dipengaruhi oleh maturitas kepribadian pada fase sebelumnya,
tekanan hidup yang dihadapinya, dan dukungan dari lingkungan terdekatnya
termasuk keluarga.
Dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk dari terapi keluarga yang
termasuk pada penatalaksanaan depresi pada usia lanjut, karena melalui keluarga
berbagai masalah-masalah kesehatan itu bisa muncul sekaligus dapat diatasi. Adanya
problem keluarga akan berpengaruh pada perkembangan depresi pada lansia.
Disamping itu proses penuaan yang terjadi pada lansia juga dapat mempengaruhi
dinamika keluarga. Melalui dukungan keluarga, lansia akan merasa masih ada yang
memperhatikan, ikut merasakan mau membantu mengatasi beban hidupnya. Jadi
dengan adanya dukungan keluarga yang mempunyai ikatan emosional setidaknya
akan memberikan kekuatan pada lansia untuk menjalani hari tua yang lebih baik.

1.2 Perumusan Masalah


1.2.1 Pernyataan Masalah
Depresi merupakan salah satu problem mental yang sering ditemukan
pada komunitas usia lanjut. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap
munculnya depresi pada usia lanjut baik organobiologik maupun psikososial.
Secara organobiologik depresi pada usia lanjut dikaitkan dengan menurunnya
aktivitas neurotransmiter, perubahan anatomis dan sensitivitas reseptor, dan
pemakaian obat-obat tertentu khususnya obat anti hipertensi. Dari aspek
psikososial dapat berupa respon terhadap kehilangan peran, kematian pasangan
atau kerabat dekat, pindah tempat tinggal, ataupun memasuki masa pensiun.
Sejauh pengamatan peneliti, masalah depresi pada lansia yang ada di
keluarga masih belum dipahami, sehingga banyak kasus depresi yang tidak
dikenali dan tidak diobati. Kurangnya penghargaan, menurunnya nilai-nilai
kekerabatan dan komunikasi keluarga yang merupakan suatu bentuk dukungan
terhadap lansia yang ada di keluarga akan mengakibatkan semakin
bertambahnya tingkat depresi yang terjadi pada usia lanjut.
6

1.2.2 Pertanyaan Masalah


Permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini :
1. Seberapa besar dukungan keluarga yang diterima oleh lansia yang ada di
keluarga ?
2. Seberapa besar tingkat depresi lansia yang ada di keluarga ?
3. Adakah pengaruh dukungan keluarga terhadap pencegahan depresi pada
lansia di keluarga ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran mengenai pengaruh dukungan keluarga terhadap
pencegahan depresi pada lansia di keluarga.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.Mengidentifikasi seberapa besar dukungan keluarga yang diterima oleh
lansia yang ada di keluarga.
2.Mengidentifikasi seberapa besar tingkat depresi lansia yang ada di
keluarga.
3.Mempelajari pengaruh dukungan keluarga terhadap pencegahan depresi
pada lansia di keluarga.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan keluarga dalam memberikan
dukungan kepada anggota keluarganya yang lansia agar tidak terjadi depresi pada
lansia.
2. Sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut berkaitan dengan topik permasalahan
yang sama.

1.5 Relevansi
Depresi pada lansia seringkali dianggap sebagai bagian dari proses menua.
Depresi adalah suatu gangguan / penyakit, sedangkan proses penuaan bukanlah
penyakit. Oleh karena itu penting bagi keluarga sebagai lingkungan terdekat lansia
yang masih mempunyai ikatan emosional untuk mengenali dan mengelola gangguan
depresi agar para lansia dapat terbebas dari penderitaan.
Pada lansia yang ada di keluarga, adanya problem keluarga, ataupun hal-hal
yang dapat menimbulkan stress pada keluarga akan dapat mempengaruhi terjadinya
depresi pada lansia. Mengingat rentannya lansia mengalami depresi, untuk itu
7

dukungan keluarga yang dapat berupa komunikasi, pemberian materi, perhatian


emosional dan penghargaan jelas sangat berarti bagi para lanjut usia.
8

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Keluarga


2.1.1 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu
atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI,1988)
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya
masing-masing, menciptakan serta memperhatikan kebudayaan (Bailon &
Maglaya,1989)

2.1.2 Fungsi-Fungsi Keluarga


Fungsi keluarga biasanya didefinisikan sebagai hasil atau konsekuensi dari
struktur keluarga. Adapun fungsi keluarga tersebut adalah (Friedman,1998:100):
1. Fungsi afektif (fungsi pemeliharaan kepribadian) : untuk stabilitas
kepribadian kaum dewasa, memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggota
keluarga.
2. Fungsi sosialisasi dan fungsi penempatan sosial : untuk sosialisasi primer
anak-anak yang bertujuan untuk membuat mereka menjadi anggota keluarga.
3. Fungsi reproduktif : untuk menjaga kelangsungan generasi dan juga untuk
kelangsungan hidup bermasyarakat.
4. Fungsi ekonomis : untuk mengadakan sumber-sumber ekonomi yang
memadai dan pengalokasian sumber-sumber tersebut secara efektif.
5. Fungsi perawatan kesehatan : untuk pengadaan kebutuhan-kebutuhan fisik,
pangan, sandang, papan dan perawatan kesehatan.

2.1.3 Tugas-Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan


Freeman (1981) membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh
keluarga (Effendi ,1998:42):
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
3. Memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan.
9

5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga


kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas
kesehatan yang ada.

2.1.4 Keluarga Sebagai Unit Pelayanan yang Dirawat


Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah-masalah kesehatan
keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antar sesama di sekitarnya atau
masyarakat secara keseluruhan. Melalui asuhan keperawatan yang diberikan oleh
perawat kepada keluarga diharapkan keluarga dapat lebih mengenal dan
melaksanakan tugas-tugasnya dalam bidang kesehatan.

2.2 Konsep Lansia


2.2.1 Batasan Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia ,lanjut usia dikelompokkan
menjadi:
a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun.
b. Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun
2.2.2 Permasalahan Pada Lanjut Usia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan
lanjut usia antara lain (Setiabudhi,1999: 40 - 42):
1. Permasalahan Umum :
- Makin besarnya jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.
- Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang
berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati.
- Lahirnya kelompok masyarakat industri.
- Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan
lanjut usia.
- Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan
lansia.
2. Permasalahan khusus :
- Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik
fisik, mental maupun sosial.
- Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
- Rendahnya produktivitas kerja lansia.
10

- Banyaknya lansia yang miskin, telantar dan cacat.


- Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan
masyarakat individualistik.
- Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu
kesehatan fisik lansia.

2.2.3 Teori Proses Menua


Teori-Teori Biologi
1. Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatie Theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang diprogram oleh molekul-molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari
sel-sel kelamin. (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).
2. "Pemakaian dan Rusak" kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-
sel tubuh lelah (terpakai).
3. Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
4. Teori "Immunologi Slow Virus" (Immunology Slow Virus Theory)
Sistem immun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ
tubuh.
5. Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
terpakai.
6. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal
bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan
organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-
sel tidak dapat regenerasi.
7. Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang
kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya
11

elastis, kekacauan, dan hilangnya fungsi.


8. Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah
setelah sel-sel tersebut mati.

Teori Kejiwaan Sosial


2. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
a. Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan
secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang
sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan
sosial.
b. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut
usia.
c. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan ke lnjut usia.
3. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut
usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori di atas. Pada teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut
usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya.
4. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik
secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan
ganda (Triple Loos), yakni :
a. Kehilangan peran (Loos of Role)
b. Hambatan kontak sosial (Restraction of Contact and Relation
Ships)
c. Berkurangnya komitmen (Reduced commitment to Social
Mores and Values)

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan


Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan adalah (Nugroho, 2000:19):
Hereditas = ketuaan genetik
Nutrisi = makanan
12

Status kesehatan
Pengalaman hidup
Lingkungan
Stres

2.2.5 Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia


1. Perubahan-perubahan Fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh
diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardio
vaskuler, sistem pengaturan temperatur tubuh, sistem respirasi,
muskuloskletal, gastrointestinal, genitourinaria, endokrin dan
integumen

Perubahan-perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental
Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
Kesehatan umum
Tingkat pendidikan
Keturunan (Hereditas)
Lingkungan
Gangguan saraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian
Gangguan gizi akibat kehilakngan jabatan
Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-
teman dan family
Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik : perubahan terhadap gambaran
diri, perubahan konsep diri.
Perkembangan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya
(Maslow, 1970).
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat
dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari. (Murray dan Zentner,
1970).

2.2.6 Penyakit yang sering dijumpai pada lansia


Menurut "The national Old People's Welfare Council"
13

Di Inggris mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan umum


pada lanjut usia ada 12 macam, yakni (Nugroho, 2000: 42):
1. Depresi mental
2. Gangguan pendengaran
3. Bronkitis kronis
4. Gangguan pada tungkai / sikap berjalan
5. Gangguan pada koksa / sendi panggul
6. Anemia
7. Demensia

2.3 Konsep Depresi


2.3.1 Definisi
Depresi adalah suatu kelainan alam perasaan berupa hilangnya minat atau
kesenangan dalam aktivitas-aktivitas yang biasa dan pada waktu yang lampau
(Townsend,1998:179). Rentang respon emosi individu dapat berfluktuasi dalam
rentang respon emosi dari adaptif sampai maladaptif. Respon depresi merupakan
emosi yang mal adaptif (Keliat,1996:2).

2.3.2 Jenis-Jenis Depresi


Penggolongan depresi dapat dibedakan (Wilkinson,1995:18 - 26):
1. Menurut gejalanya
- Depresi neurotik
Depresi neurotik biasanya terjadi setelah mengalami peristiwa yang
menyedihkan tetapi yang jauh lebih berat daripada biasanya. Penderitanya
seringkali dipenuhi trauma emosional yang mendahului penyakit misalnya
kehilangan orang yang dicintai, pekerjaan, milik berharga, atau seorang
kekasih. Orang yang menderita depresi neurotik bisa merasa gelisah,
cemas dan sekaligus merasa depresi. Mereka menderita hipokondria atau
ketakutan yang abnormal seperti agrofobia tetapi mereka tidak menderita
delusi atau halusinasi.
- Depresi psikotik
Secara tegas istilah 'psikotik' harus dipakai untuk penyakit depresi yang
berkaitan dengan delusi dan halusinasi atau keduanya.
- Psikosis depresi manik
Depresi manik biasanya merupakan penyakit yang kambuh kembali
disertai gangguan suasana hati yang berat. Orang yang mengalami
gangguan ini menunjukkan gabungan depresi dan rasa cemas tetapi
14

kadang-kadang hal ini dapat diganti dengan perasaan gembira, gairah, dan
aktivitas secara berlebihan gambaran ini disebut 'mania'.
- Pemisahan diantara keduanya
Para dokter membedakan antara depresi neurotik dan psikotik tidak hanya
berdasarkan gejala lain yang ada dan seberapa terganggunya perilaku
orang tersebut.
2. Menurut Penyebabnya
- Depresi reaktif
Pada depresi reaktif, gejalanya diperkirakan akibat stres luar seperti
kehilangan seseorang atau kehilangan pekerjaan.
- Depresi endogenus
Pada depresi endogenous, gejalanya terjadi tanpa dipengaruhi oleh faktor
lain.
- Depresi primer dan sekunder
Tujuan penggolongan ini adalah untuk memisahkan depresi yang
disebabkan penyakit fisik atau psiatrik atau kecanduan obat atau alkohol
(depresi 'sekunder') dengan depresi yang tidak mempunyai penyebab-
penyebab ini (depresi 'primer'). Penggolongan ini lebih banyak digunakan
untuk penelitian tujuan perawatan.

3. Menurut arah penyakit


- Depresi tersembunyi
Diagnosa depresi tersembunyi (atau atipikal) kadang-kadang dibuat
bilamana depresi dianggap mendasari gangguan fisik dan mental yang
tidak dapat diterangkan, misalnya rasa sakit yang lama tanpa sebab yang
nyata atau hipokondria atau sebaliknya perilaku yang tidak dapat
diterangkan seperti wanita lanjut usia yang suka mengutil.
- Berduka
Proses kesedihan itu wajar dan merupakan reaksi yang diperlukan terhadap
suatu kehilangan. Proses ini membuat orang yang kehilangan itu mampu
menerima kenyataan tersebut, mengalami rasa sakit akibat kesedihan yang
menimpa, menderita putusnya hubungan dengan orang yang dicintai dan
penyesuaian kembali.
- Depresi pascalahir
Banyak wanita kadang-kadang mengalami periode gangguan emosional
dalam 10 hari pertama setelah melahirkan bayi ketika emosi mereka masih
15

labil dan mereka merasa sedih dan suka menangis. Seringkali hal itu
berlangsung selama satu atau dua hari kemudian berlalu.
- Depresi dan manula
Usia tua merupakan saat meningkatnya kerentanan terhadap depresi.
Namun, kadang-kadang depresi pada manula ditutupi oleh penyakit fisik
dan cacat tubuh seperti penglihatan atau pendengaran yang terganggu.
Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengingat kemungkinan
terjadinya penyakit depresi pada orang tua.
2.3.3 Faktor Predisposisi
Terdapat 2 teori untuk menjelaskan faktor pendukung terjadinya depresii
(Townsend,1998:181 - 183):
1. Teori Biologis
a. Genetik. Dari sejumlah penyelidikan yang telah dilakukan ditemukan
bahwa terdapat dukungan keterlibatan herediter dalam penyakit depresi.
Luasnya akibat pada pokoknya tampak menjadi lebih tinggi diantara
individu-individu yang memiliki hubungan keluarga dengan kelainan
tersebut daripada diantara populasi umum (DSM-III-R, 1987).
b. Biokimia. Ketidakseimbangan elektrolit tampak memainkan peranan
dalam penyakit depresif. Suatu kesalahan hasil metabolisme dalam
perubahan natrium dan kalium di dalam neuron (Gibbons, 1960).
Teori biokimia yang lainnya menyangkut biogenik amin norepinefrin,
dopamin, dan serotinin. Tingkatan zat-zat kimia ini mengalami defisiensi
dalam individu dengan penyakit depresif (Janowsky et al, 1988).
2. Teori Psikososial
a. Psikoanalisa. Teori ini (Klein, 1934) melibatkan suatu ketidakpuasan
dalam hubungan awal ibu-bayi sebagai suatu predisposisi untuk penyakit
depresif. Kebutuhan bayi tidak terpenuhi, suatu kondisi yang digambarkan
sebagai suatu kehilangan. Respons berduka belum terpecahkan, dan
kemarahan dan permusuhan ditunjukkan kepada diri sendiri. Ego tetap
lemah, sementara superego meluas dan menjadi menghukum.
b. Kognitif. Ahli teori-teori ini (Beck et al, 1979) yakin bahwa penyakit
depresif terjadi sebagai suatu hasil dari kelainan kognitif. Kelainan proses
pikir membantu perkembangan evaluasi diri individu. Persepsi merupakan
ketidakadekuatan dan ketidakberhargaan. Pandangan untuk masa depan
merupakan suatu kepesimisan keputusasaan.
c. Teori Pembelajaran. Teori ini (seligman, 1973) mengemukakan bahwa
penyakit depresif dipengaruhi oleh keyakinan individu bahwa ada kurang
16

kontrol atau situasi-situasi kehidupannya. Ini dianggap bahwa keyakinan


ini muncul dari pengalaman-pengalaman yang mengakibatkan kegagalan
(baik yang dirasakan atau yang nyata). Setelah sejumlah kegagalan,
individu merasa tidak berdaya untuk berhasil dalam usaha-usaha yang
keras, dan oleh karena itu berhenti mencoba. Pembelajaran
ketidakberdayaan ini digambarkan sebagai suatu predisposisi untuk
penyakit depresif.
d. Teori Kehilangan Objek. Teori ini (Bowly, 1973) menyatakan bahwa
penyakit depresif terjadi jika pribadi tersebut terpisah dari atau ditolak
orang terdekat selama 6 bulan pertama kehidupan. Proses ikatan
diputuskan, dan anak menarik diri dari orang lain dan lingkungan.

2.3.4 Faktor Pencetus


Ada empat sumber utama stresor yang dapat mencetuskan gangguan alam
perasaan (Sundeen,Stuart,1998:260):
1. Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk
kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri. Karena
elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka persepsi
pasien merupakan hal yang sangat penting.
2. Peristiwa besar dalam kehidupan sering dilaporkan sebagai pendahulu
episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang
dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.
3. Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan
depresi, terutama pada wanita.
4. Perubahan fisiologik diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit
fisik, seperti infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik,
dapat mencetuskan gangguan alam perasaan.

2.3.5 Pengelolaan Depresi Pada Usia Lanjut (FKUI,2000:60 - 76)


1. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada usia lanjut :
a. Obat-obatan
Beberapa jenis obat seperti digoksin, L-dopa, steroid, penyekat beta
dan anti hipertensi lainnya, pemberian benzodiazepin jangka
panjang, fenobarbiton, dan pemakaian neuroleptik jangka lama dapat
mengakibatkan depresi.
b. Neurobiologik
Perubahan neuroendokrinologik seperti hormon, neurotransmiter
17

(serotonin, dopamin, dll) menyebabkan usia lanjut rentan terhadap


depresi. Depresi pada usia lanjut dapat diakibatkan oleh proses
neurodegeneratif, misalnya depresi sebagai gejala dari demensia.
c. Psikososial
- Kepribadian pasien sebelum sakit turut berperan dalam
manifestasi gejala depresi, misalnya orang yang pencemas semasa
mudanya ketika mengalami depresi di usia lanjut memperlihatkan
gambaran depresi neurotik yang menyolok.
- Dukungan sosial yang buruk, kapasitas membina keakraban yang
lemah juga berperan dalam terjadinya depresi.
- Berbagai peristiwa kehidupan seperti kematian pasangan, problem
keuangan yang berat, pindah rumah, peringatan peristiwa sedih,
anak yang cacat menanjak dewasa, dan sebagainya lebih sering
terjadi pada pasien-pasien usia lanjut dengan depresi
dibandingkan dengan usia lanjut yang sehat.
2. Gambaran Klinis Depresi Pada Usia Lanjut
Seorang usia lanjut yang mengalami depresi kebanyakan
menyangkal adanya mood depresi. Yang terlihat adalah gejala hilangnya
tenaga (loyo), hilangnya rasa senang, tidak bisa tidur atau keluhan rasa
sakit dan nyeri. Menurut Brodaty (1991) gejala yang sering tampil
adalah ansietas (kecemasan), preokupasi gejala fisik, perlambatan
motorik, kelelahan, mencela diri sendiri, pikiran bunuh diri dan
insomnia.
Gambaran klinik depresi pada pasien berusia lanjut (dibandingkan
dengan pasien yang lebih muda), adalah mereka lebih banyak
menonjolkan gejala somatiknya disamping mengeluh tentang gangguan
memori, dan umumnya cenderung meminimalkan atau menyangkal
mood depresinya. Hal lain yang tidak menguntungkan adalah pasien
usia lanjut umumnya kurang mau mencari bantuan psikiater karena tak
dapat menerima penjelasan yang bersifat psikologis untuk gangguan
depresi yang mereka alami.
3. Diagnosis Depresi
Gangguan depresi dibedakan dalam depresi ringan, sedang dan
berat sesuai dengan banyak dan beratnya gejala serta dampaknya
terhadap fungsi kehidupan seseorang. Menurut ICD 10, pada gangguan
depresi ada 3 gejala utama yaitu :
Mood terdepresi (suasana perasaan hati murung / sedih),
18

Hilang minat atau gairah,


Hilang tenaga dan mudah lelah, yang disertai dengan gejala lain
seperti :
Konsentrasi menurun,
Harga diri menurun,
Perasaan bersalah,
Pesimis memandang masa depan,
Ide bunuh diri atau menyakiti diri sendiri,
Pola tidur berubah,
Nafsu makan menurun.

Tabel 2.1Pedoman Berat Ringannya Depresi


Gejala
Depresi Gejala lain Fungsi Keterangan
Utama
Ringan 2 2 Baik Distress +
Sedang 2 3 atau 4 Terganggu Berlangsung
minimal 2 minggu
Berat 3 4 Terganggu Intensitas gejala
berat sangat berat
Sumber:Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI,2000

4. Pemeriksaan pasien Depresi


Salah satu langkah awal yang penting dalam penatalaksanaan
depresi adalah mendeteksi atau mengidentifikasi. Sampai saat ini belum
ada suatu konsensus atau prosedur khusus untuk penapisan / skrining
depresi pada populasi usia lanjut. Salah satu instrumen yang dapat
membantu adalah Geriatric Depression Scale (GDS) yang terdiri atas
30 pertanyaan yang harus dijawab oleh pasien sendiri. GDS ini dapat
dimampatkan menjadi hanya 15 pertanyaan saja.
Bilamana ditemukan tanda-tanda yang mengarah pada depresi,
harus dilakukan lagi pemeriksaan yang lebih rinci sebagai berikut :
1. Riwayat klinik / anamnesis
a. riwayat keluarga
b. gangguan psikiatri yang lampau
c. kepribadian
d. riwayat sosial
19

e. ide / percobaan bunuh diri


f. gangguan-gangguan somatik
g. perkembangan gejala-gejala depresi
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien depresi sangat penting karena gejala-
gejala depresi sering disertai dengan penyakit fisik.
3. Pemeriksaan kognitif
Penilaian Mini Mental State Examination (MMSE) pada usia lanjut
yang menunjukkan gejala depresi bermanfaat dalam tindak lanjut
penatalaksanaan pasien. Perbaikan pada MMSE setelah dilakukan
terapi terhadap depresi, menunjukkan bahwa pasien dengan depresi
mengalami masalah konsentrasi dan memori yang mempengaruhi
fungsi kognitifnya.

4. Pemeriksaan status mental


- Penampilan dan perilaku
- Mood / suasana perasaan hati
- Pembicaraan
- Isi pikiran
- Gejala ansietas
- Gejala hipokondriakal
5. Pemeriksaan lainnya
Mengingat pasien usia lanjut rentan terhadap gangguan metabolik
sekunder akibat penyakit depresi yang berat, seperti tidak adekuatnya
asupan cairan, maka perlu dipertimbangkan pemeriksaan sebagai
berikut :
- ureum dan elektrolit
- darah lengkap dan hitung jenis
- Vitamin B12 dan Folat
- Tes fungsi Tiroid
- Foto dada
- Lain-lain : serum sifilis,Electro Cardio Graphy ( ECG),Electro
Encephalo Graphy ( EEG), CT-scan dst.

5. Prognosis
Prognosis depresi pada usia lanjut tidaklah berbeda dengan
20

prognosis pada usia yang lebih muda. Umumnya pasien akan sembuh
dan tetap dapat berfungsi dengan baik jika depresi diobati dan
ditatalaksana dengan baik. Hasil terapi yang kurang baik tampaknya
berhubungan dengan episode awal yang parah dan adanya komorbiditas
dengan penyakit kronik.

6. Penatalaksanaan Depresi Pada usia Lanjut


1. Terapi fisik
a. Obat
Secara umum, semua obat antidepresan sama efektivitasnya.
Pemilihan jenis antidepresan ditentukan oleh pengalaman klinikus
dan pengenalan terhadap berbagai jenis antidepresan. Biasanya
pengobatan dimulai dengan dosis separuh dosis dewasa, lalu
dinaikkan perlahan-lahan sampai ada perbaikan gejala.
b. Terapi Elektrokonvulsif (ECT)
Untuk pasien depresi yang tidak bisa makan dan minum, berniat
bunuh diri atau retardasi hebat maka ECT merupakan pilihan
terapi yang efektif dan aman. ECT diberikan 1- 2 kali seminggu
pada pasien rawat nginap, unilateral untuk mengurangi
confusion/memory problem. Terapi ECT diberikan sampai ada
perbaikan mood (sekitar 5 - 10 kali), dilanjutkan dengan anti
depresan untuk mencegah kekambuhan.
2. Terapi Psikologik
a. Psikoterapi
Psikoterapi individual maupun kelompok paling efektif jika
dilakukan bersama-sama dengan pemberian antidepresan. Baik
pendekatan psikodinamik maupun kognitif behaviour sama
keberhasilannya. Meskipun mekanisme psikoterapi tidak
sepenuhnya dimengerti, namun kecocokan antara pasien dan
terapis dalam proses terapeutik akan meredakan gejala dan
membuat pasien lebih nyaman, lebih mampu mengatasi
persoalannya serta lebih percaya diri.
b. Terapi kognitif
Terapi kognitif - perilaku bertujuan mengubah pola pikir pasien
yang selalu negatif (persepsi diri, masa depan, dunia, diri tak
berguna, tak mampu dan sebagainya) ke arah pola pikir yang
netral atau positif. Ternyata pasien usia lanjut dengan depresi
21

dapat menerima metode ini meskipun penjelasan harus diberikan


secara singkat dan terfokus. Melalui latihan-latihan, tugas-tugas
dan aktivitas tertentu terapi kognitif bertujuan mengubah perilaku
dan pola pikir.
c. Terapi keluarga
Problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan penyakit
depresi, sehingga dukungan terhadap keluarga pasien sangat
penting. Proses penuaan mengubah dinamika keluarga, ada
perubahan posisi dari dominan menjadi dependen pada orang usia
lanjut. Tujuan terapi terhadap keluarga pasien yang depresi adalah
untuk meredakan perasaan frustasi dan putus asa, mengubah dan
memperbaiki sikap / struktur dalam keluarga yang menghambat
proses penyembuhan pasien.
d. Penanganan Ansietas (Relaksasi)
Teknik yang umum dipergunakan adalah program relaksasi
progresif baik secara langsung dengan instruktur (psikolog atau
terapis okupasional) atau melalui tape recorder. Teknik ini dapat
dilakukan dalam praktek umum sehari-hari. Untuk menguasai
teknik ini diperlukan kursus singkat terapi relaksasi.

7. Dukungan Keluarga dalam Kaitannya dengan Depresi Pada Lansia


Keluarga memainkan suatu peranan yang signifikan dalam
kehidupan pada hampir semua orang lanjut usia (lansia). Ketika
keluarga tidak menjadi bagian kehidupan seseorang yang telah lansia,
umumnya menyebabkan orang tersebut tidak mempunyai tempat
tinggal, atau ada masalah-masalah yang telah berlangsung lama dan
keterasingan. Sebaliknya, kepercayaan yang umum, ketika orang lansia
akan membutuhkan bantuan keluarga menyediakan sekurang-kurangnya
80% dukungan / bantuan. Dibandingkan dengan "kenyamanan di hari
tua", keluarga saat ini menyediakan kepedulian yang lebih luas selama
periode waktu yang lama (Schmall, Pratt, 1993).
Walaupun anak yang telah dewasa adalah suatu sumber utama
yang memberi bantuan terhadap orangtua yang lansia, beberapa trend
demografi dan sosial mempunyai akibat / impak yang signifikan pada
kemampuan anggota keluarga dalam menyediakan dukungan. Hal ini
22

tidak berarti bahwa keluarga bertanggung jawab atas timbulnya depresi


pada seseorang namun sudah jelas bahwa banyak masalah depresi
berkisar di seputar kesulitan dalam cara anggota keluarga saling
berkomunikasi dan saling berhubungan.
23

2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Stres pada
lansia

Adaptasi

Fisiologis Psikologi
s
LA GA Task Ego Oriented

Adaptif Maladaptif

Faktor Faktor
pendukung: pencetus:
Teori biologik: - Kehil
Depresi
- Genetik angan
- Biokimia keterikatan
Teori - Perist
psikoanalisa: iwa besar
- Psikoanal dalam

Faktor pendukung: Faktor


- Dukungan keluarga Pencegaha penghambat:
n terhadap - Kepribad
- Perilaku positif depresi ian
- Psikoterapi individu - Dukunga
/kelompok
- Penanganan ansietas
/relaksasi

Keterangan:
Variabel diteliti
1. VARIABLE TIDAK DITELITI

2.5 Hipotesa
24

Ho :tidak ada pengaruh antara dukungan keluarga terhadap tingkat depresi pada
lansia di keluarga
BAB 3
METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang tahap-tahap yang dibuat oleh peneliti
berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan, menyangkut
diantaranya : rancangan penelitian, kerangka kerja, identifikasi dan definisi variabel,
rancangan sampling, pengumpulan dan analisa data, etika penelitian, keterbatasan
penelitian serta jadwal penelitian.

3.1 Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian pada hakekatnya merupakan suatu strategi untuk
mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau
penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian. (Nursalam, 2001). Pada penelitian
ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu suatu penelitian yang
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek,dengan cara
pendekatan,observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat.Artinya tiap
subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap
status karakter atau variable subjek pada saat pemeriksaan ( Notoatmodjo,1993:141).
3.2 Kerangka Kerja

Dukungan keluarga :
- Mengenal masalah
- Mengambil keputusan
- Merawat anggota keluarga
- Mempertahankan hubungan dengan Depresi pada lansia
lembaga kesehatan
- Mempertahankan lingkungan

Kontrol:
- Tingkat social
ekonomi
- Pendidikan
- Suku/ras
- Agama
Keterangan:

: diteliti

1
26

: tidak diteliti

3.3 Identifikasi Variabel


Variabel adalah suatu ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu
kelompok (orang, benda, situasi) yang berbeda dengan dimiliki oleh kelompok
tersebut (Nursalam, 2001 : 41).
2. Variabel Independen
Adalah variabel yang dapat diamati dan diukur untuk diketahui pengaruhnya
dengan variabel lain, yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah
dukungan keluarga.

3. Variabel Dependen
Merupakan variabel yang akan muncul sebagai akibat dari manipulasi suatu
variabel - variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah depresi
pada lansia.

3.4 Definisi Operasional


Definisi operasional memberikan pengertian suatu variabel dan
menggambarkan aktivitas-aktivitas yang diperlukan untuk mengukurnya.
(Brockopp,1999:150).
VARIABE ALAT
NO DEFINISI OPERASIONAL PARAMETER SKALA SKOR
L UKUR
1 Independen Tingkat dukungan keluarga Lima tugas keluarga: Kuesioner Ordinal Masing-masing item yang
Dukungan dalam kriteria 1.Keluarga mampu mengenal masalah pada dijabarkan dalam lima tugas
Keluarga baik,sedang,kurang yang depresi pada lansia keluarga keluarga terdiri dari lima
diberikan kepada lansia yang 2.Keluarga mampu mengambil yang pertanyaan dimana jawaban ya
berusia 60-74 th berdasarkan keputusan dikaitkan memiliki nilai 1 dan jawaban
pernyataan responden terhadap 3.Keluarga mampu merawat lansia dengan 5 tidak memiliki nilai 0
kuesioner yang ada. 4.Keluarga mampu mempertahankan tugas sehingga nilai total adalah:
lingkungan yang baik untuk lansia keluarga <10:dukungan keluarga
5.Keluarga mampu mempertahankan menurut kurang
hubungan dengan fasilitas kesehatan Freeman 10-15:dukungan keluarga
sedang
16-25:dukungan keluarga baik
2 Dependen : Tingkat depresi yang Gejala-gejala Depresi: Kuesioner Ordinal GDS terdiri dari 15
Depresi digolongkan dalam kriteria 1.Berkurangnya minat. dengan pertanyaan dimana pada
pada lansia tidak depresi, kemungkinan 2.Kehilangan aktivitas. mengguna option yang bercetak miring
depresi dan depresi,yang 3.Perasaan kesepian dan bosan. kan GDS. memiliki nilai 1,dan yang
dialami oleh lansia berusia 60- 4.Perasaan tidak berdaya. tegak memiliki nilai
74 th. 5.Kehilangan semangat. 0,sehingga nilai total adalah:
6.Kehilangan harapan. <5:tidak depresi
5-9;kemungkinan depresi

1
28

>10;depresi
3.5 Rancangan Sampling
3.5.1 Populasi
Adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah yang
diteliti (Nursalam, 2001 : 64). Populasi dalam penelitian ini adalah semua
keluarga extended dengan lansia di wilayah kerja Puskesmas Denpasar Selatan I
Bali. Adapun alasan peneliti memilih Puskesmas tersebut adalah mengingat
Puskesmas DenSel I merupakan salah satu tempat pendidikan bagi mahasiswa
yang sedang praktek di komunitas.Disamping itu Puskesmas DenSel I sudah
memiliki program pembinaan lansia di wilayahnya.

3.5.2 Sampel
Adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan "sampling" tertentu untuk
bisa memenuhi / mewakili populasi (Nursalam, 2001 : 64). Sampel diambil
dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi dari sampel. Kriteria inklusi
adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi yang akan
diteliti. Kriteria inklusi sampel pada penelitian ini adalah :
- Umur lansia 60 - 70 tahun
- Lansia tidak menderita cacat fisik dan mental
- Lansia dan keluarga bersedia untuk diteliti
- Berada pada wilayah kerja Puskesmas ..
Kriteria eksklusi adalah karakteristik dari subjek penelitian yang tidak diteliti.
Kriteria eksklusi sampel pada penelitian ini adalah :
- Tingkat sosial ekonomi keluarga / lansia
- Suku / ras keluarga / lansia
- Agama yang dianut keluarga / lansia
- Tingkat pendidikan keluarga / lansia
- Jenis kelamin lansia
- Lansia yang menderita cacat fisik dan mental
- Tidak bersedia diteliti
Untuk menentukan besarnya sampel yang diambil, dapat digunakan rumus
sebagai berikut : (Husaini U, 1995 : 188)
X 2 NP ( 1 - P )
S
d 2 ( N -1) - X 2 P ( 1- P )

Keterangan :
S : banyaknya anggota sampel
N : banyaknya anggota populasi

1
30

P : proporsi dalam populasi = 0,5


d : derajat ketelitian = 1,96
X2 : harga tabel chi - kuadrat untuk tertentu = 0,05
Oleh karena keterbatasan waktu dan jumlah sampel, maka besarnya sampel yang
diambil adalah 30 sampel dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi
sampel sehingga dianggap telah mewakili (representatif) dari seluruh populasi.

3.5.3 Sampling
Adalah suatu proses dalam menyeleksi proses dari populasi untuk dapat
mewakili populasi (Nursalam, 2001 : 66). Teknik sampling yang digunakan
dalam penelitian ini adalah non probability sampling dengan cara memilih
sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (purposive
sampling).

3.6 Pengumpulan dan Analisa Data


3.6.1 Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Kuesioner adalah self report informasi form yang disusun untuk mendapatkan
informasi yang diharapkan dari responden sesuai dengan pertanyaan. (Nursalam,
2001 : 72). Untuk mengukur dukungan keluarga, peneliti menggunakan alat
ukur kuesioner pada keluarga yang dikaitkan dengan 5 tugas keluarga dalam
bidang kesehatan menurut Freeman. Sedangkan untuk mengukur depresi pada
lansia digunakan kuesioner berupa Geriatric Depresion Scale.

3.6.2 Cara pengumpulan Data


Peneliti akan mengajukan permohonan untuk mendapatkan ijin meneliti
kepada Kepala Puskesmas, setelah terlebih dahulu mengadakan diseminasi
rencana penelitian. Setelah mendapat ijin peneliti mulai mengadakan penjajakan
jumlah populasi dan sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Dalam pelaksanaan
nya peneliti mulai mengadakan pendekatan pada keluarga dan lansia untuk
mendapatkan persetujuan sebagai responden. Selanjutnya data dikumpulkan
dengan menggunakan kuesioner.

3.6.3 Analisa Data


Dari hasil pengisian kuesioner, data akan ditabulasikan dan dikumpulkan
secara kuantitatif untuk mengetahui apakah ada pengaruh dukungan keluarga
terhadap pencegahan depresi pada lansia. Data yang dikumpulkan kemudian
31

diuji dengan menggunakan tabulasi silang "chi - square" dengan tingkat


kemaknaan 5% atau p = 0,05.

3.7 Etika Penelitian


Dalam melakukan penelitian peneliti akan mengajukan permohonan ijin
kepada Kepala Puskesmas Denpasar Selatan I untuk mendapatkan proses tujuan.
Kemudian setelah mendapatkan persetujuan barulah melakukan penelitian dengan
menekankan masalah etika yang meliputi :
3.7.1 Lembar Persetujuan Penelitian
Lembar persetujuan diberikan kepada subyek yang akan diteliti dalam hal
ini adalah keluarga dan lansia. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset
yang dilakukan. Jika keluarga dan lansia bersedia diteliti maka mereka harus
menanda tangani lembar persetujuan tersebut. Jika keluarga dan lansia menolak
untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-
haknya.

3.7.2 Anonimity
Untuk menjaga kerahasiaan identitas keluarga dan lansia, peneliti tidak
akan mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, tetapi cukup
dengan memberi kode pada masing-masing lembar tersebut.

3.7.3 Confidentiallity
Semua informasi yang diberikan oleh keluarga dan lansia dijamin
kerahasiannya oleh peneliti.
3.8 Keterbatasan
Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian (Nursalam,
2000 : 1973). Adapun keterbatasan yang dihadapi peneliti dalam penelitian ini adalah
3.8.1 Pengumpulan data dengan kuesioner memiliki jawaban yang lebih banyak
dipengaruhi yang bersifat subyektif, sehingga hasilnya kurang mewakili
secara kualitatif.
3.8.2 Terbatasnya kemampuan peneliti, waktu penelitian sehingga sampel yang
didapatkan juga terbatas dan hasilnya kurang sempurna.
3.9 Jadwal Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan dalam kurun waktu + 3 bulan, sesuai dengan
jadwal sebagai berikut :
No Kegiatan Waktu Pelaksanaan
Bulan
Nopember Desember Januari
Minggu Minggu Minggu
I II III IV I II III IV I II III IV
1. Persiapan penelitian
- Penyusunan proposal
- Studi awal
- Diseminasi informasi pada
subjek penelitian
2. Pelaksanaan penelitian
- Pengumpulan data
- Pengolahan data dan hasil
pembahasan
3. Evaluasi hasil penelitian
- Penyusunan laporan
- Diseminasi hasil penelitian

Lampiran 1 : Formulir Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian

Kepada Yth, . (Responden)

Nama saya Ni Ketut Erawati, mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan FK


Universitas Airlangga Angkatan III. Saya akan melakukan penelitian tentang
"Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Pencegahan Depresi Pada Lansia". Hasil
penelitian ini akan sangat bermanfaat dalam membantu menyelesaikan masalah-
masalah psikologis pada lansia yang ada di keluarga.
Untuk itu kami mohon partisipasi saudara. Semua data yang dikumpulkan akan
dirahasiakan dan tanpa nama. Data hanya disajikan untuk kepentingan
pengembangan Ilmu Keperawatan.
Partisipasi saudara adalah secara sukarela, tanpa adanya paksaan. Bila saudara
berkenan menjadi responden, silahkan menandatangani pada tempat yang telah
disediakan.
Atas partisipasi saudara, saya sampaikan terima kasih.

Tempat dan tanggal :


Tanda tangan :
Nama terang :
1
33

Lampiran 2 : Lembar Identitas Respondenn

Identitas Responden
Lansia KK
(Kode) (Kode)
1. Pendidikan
a. Tidak sekolah
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. Akademik / PT
2. Umur
a. 45 - 55 tahun
b. 56 - 65 tahun
c. 66 - 70 tahun
d. Lebih dari 70 tahun
3. Pekerjaan sebelumnya
a. Tidak bekerja
b. Pensiunan
c. Petani
d. Nelayan
e. Wiraswasta
f. Lain-lain
4. Agama / kepercayaan
a. Islam
b. Katholik
c. Kristen
d. Budha
e. Hindu
f. Lain-lain
5. Jenis kelamin
a. Laki-laki
b. Wanita

Lampiran 3 : Lembar Kuesioner Keluarga

Lembar Kuesioner

Jawablah dengan memberi tanda pada pilihan yang saudara anggap tepat !
A. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.
1. Apakah keluarga tahu salah satu anggota keluarganya telah memasuki masa tua
34

Ya Tidak

2. Apakah keluarga tahu masalah / penyakit yang biasa terjadi pada orang usia
lanjut ?
Ya Tidak

3. Apakah keluarga tahu sebab-sebab kenapa lansia rentan terhadap masalah


penyakit ?
Ya Tidak

4. Apakah keluarga dapat mengenali gejala-gejala yang terjadi apabila lansia


mengalami masalah / penyakit ?
Ya Tidak

5. Apakah keluarga menganggap perawatan pada orangtua itu perlu / penting ?


Ya Tidak

B. Mengambil keputusan untuk melakukan tidakan yang tepat


1. Apakah keluarga pernah memberikan aktivitas seperti senam atau kegiatan lain
sesuai kemampuan fisik lansia untuk mempertahankan kebugaran tubuhnya ?
Ya Tidak

2. Apakah keluarga menganggap lansia memerlukan tempat tinggal tertentu ?


Ya Tidak

3. Apakah keluarga tahu aktivitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh
lansia ?
Ya Tidak

4. Apakah keluarga tahun makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan oleh
lansia ?
Ya Tidak
5. Apakah keluarga memandang perlu untuk meminta pendapat kepada lansia
terhadap suatu permasalahan
Ya Tidak

C. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit


Pertanyaan 1 - 5 di bawah ini ditanyakan pada keluarga bila anggota keluarganya
(lansia) sakit.
35

1. Apakah keluarga sering mengubah posisi miring, kiri - kanan untuk mencegah
luka tekan ?
Ya Tidak

2. Apakah keluarga pernah melakukan latihan berkemih pada lansia bila lansia
sering mengompol ?
Ya Tidak

3. Aapakah keluarga pernah melatih otot-otot lengan dan kaki bila lansia tidak
mampu bergerak sendiri ?
Ya Tidak

4. Apakah keluarga selalu / pernah membentu lansia dalam merawat diri ?


Ya Tidak

5. Adakah orang tertentu / anggota keluarga lain yang menemani orang usia lanjut
atau merawatnya (care giver)
Ya Tidak

D. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan


perkembangan kepribadian anggota keluarga.
1. Apakah keluarga mampu menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk
keperluan sehari-hari lansia ?
Ya Tidak

2. Apakah keluarga mampu menyiapkan dan mengatur jenis-jenis makanan,


menyuapi atau membujuk untuk makan bila lansia tidak mau makan ?
Ya Tidak

3. Dalam berkomunikasi apakah keluarga berbicara pelan-pelan dengan suara


agak keras tetapi tetap sopan ?
Ya Tidak

4. Apakah keluarga mampu meluangkan waktunya untuk bercakap-cakap bila


lansia sedang sendiri / diam saja ?
Ya Tidak

5. Apakah keluarga mampu menciptakan lingkungan yang aman bagi lansia ?


(kamar dan tempat tidur bersih, cukup luas, penerangan cukup, tidak licin dan
terhindar dari perabotan tajam) ?
Ya Tidak
36

E. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-


lembaga kesehatan.
1. Apakah keluarga merasakan manfaat dengan adanya usia lanjut di keluarga ?
Ya Tidak

2. Apakah keluarga memandang perlu mengajak lansia berobat ke fasilitas


pelayanan kesehatan yang diinginkannya ?
Ya Tidak

3. Apakah keluarga memberi kesempatan kepada lansia untuk memilih sendiri


fasilitas kesehatan yang diinginkan ?
Ya Tidak

4. Apakah keluarga tahu jadwal berobat / kontrol lansia di klinik / rumah sakit ?
Ya Tidak

5. Apakah keluarga tahu obat-obat yang diminum lansia saat ini ?


Ya Tidak

Penilaian :
Masing-masing pertanyaan pada masing-masing item mempunyai skor 1.
- Skor maksimal = 25
- Skor < 10 = dukungan keluarga kurang
- Skor 11 - 15 = dukungan keluarga sedang
- Skor 16 - 25 = dukungan keluarga baik
37

Lampiran : 4
Geriatric Depression Scale 15 (GDS 15)

Pilihlah jawaban yang paling tepat, yang sesuai dengan perasaan anda dalam satu
minggu terakhir !
1. Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda ?
Ya Tidak

2. Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau kesenangan
anda ?
Ya Tidak

3. Apakah anda merasa kehidupan anda kosong ?


Ya Tidak

4. Apakah anda sering merasa bosan ?


Ya Tidak

5. Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat ?


Ya Tidak

6. Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda ?


Ya Tidak

7. Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda ?


Ya Tidak

8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya ?


Ya Tidak
9. Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi ke luar dan
mengerjakan sesuatu hal yang baru ?
Ya Tidak

10. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda
dibandingkan kebanyakan orang ?
Ya Tidak

11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan ?
Ya Tidak

12. Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini ?
38

Ya Tidak

13. Apakah anda merasa penuh semangat ?


Ya Tidak

14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan ?
Ya Tidak

15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya dari anda ?
Ya Tidak

Skor : hitung jumlah jawaban yang bercetak tebal


- Skor jawaban bercetak tebal mempunyai nilai 1
- Skor antara 5 - 9 menunjukkan kemungkinan besar depresi
- Skor 10 atau lebih menunjukkan depresi
39

DAFTAR PUSTAKA

Brockopp, D.Y. (1999). Dasar-Dasar Riset Keperawatan. Edisi 2. Alih Bahasa


Yasmin Asih, EGC, Jakarta.

(1993). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas


Kesehatan I. Depkes RI. Jakarta.

(1994). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usiaa Lanjut Bagi Petugas


Kesehatan II. Depkes RI. Jakarta.

Effendy, N. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2,


EGC, Jakarta.

Friedman M,M. (1998). Keperawtan Keluarga. Edisi 3. Alih Bahasa Ina Debora,
EGC, Jakarta.

(2000). Pedoman Pengelolaan Kesehayan Pasien Geriatri. Edisi 1.


Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta.

(2000). Pedoman Praktis Perawatan Kesehatan. Edisi 1. Bagian Ilmu


Penyakit Dalam FKUI.

Gallo, J,J. (1998). Buku Saku Gerontologi. Edisi 2. Alih Bahasa James Veldman,
EGC, Jakarta.

Keliat. (1999). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC, Jakarta.

Keliat. (1996). Kedaruratan Pada gangguan Alam Perasaan, EGC, Jakarta.

Lueckenotte A,G. (1996). Gerontologic Nursing, Mosby Year Book, Missouri.

Morgan. (1991). Segi Praktis Psikiatri. Edisi 2. Alih Bahasa Rudy Hartanto,
Binarupa Aksara, Jakarta.
40

Nugroho, W. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi 2, EGC, Jakarta.

Nursalam, Siti Pariani. (2001). Metodologi Riset Keperawatan, Sagung Seto,


Jakarta.

Setiabudhi, T. (1999). Panduan Gerontologi, Gramedia, Jakarta.

Stuart, Sundeen. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Alih Bahasa
Achiryani S. EGC, Jakarta.

Townsend M,C. (1998). Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri.


Edisi 3. Alih Bahasa Novy Helena, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai