1.2 Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini yaitu untuk mengetahui persentase kekuatan
tumbuh benih pada kondisi suboptimum yaitu pada media pasir dan batu koral.
4.1 Hasil
A. SET
B. BGT
4.2 Pembahasan
Uji kekuatan tumbuh benih yang dilakukan pada tiga jenis benih yaitu
jagung, cabai, dan kakao. Pada ketiga jenis tersebut dilakukan pada tiga posisi biji
yang berbeda dan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Uji ini dilakukan dengan
dua perlakuan. Dimana perlakuan pertama dengan menggunakan media pasir yang
dikenal dengan istilah SET ( Soil Emergence Test) dan perlakuan kedua dengan
menggunakan media batu bata yang dikenal dengan istilah BGT ( Brick Grit Test).
Dalam praktikum ini kita dapat melihat uji vigor benih jagung, cabai,
kakao dengan menggunaka media pasir dan batu bata. Jika dilihat pada tabel SET
benih yang pertama berkecambah adalah benih jagung pada posisi pangkal. Dan
untuk benih cabai dan kakao muncul kecambah pertama pada hari ke 3 dan pada
posisi pangkal. Jika dilihat untuk persentase daya kecambah benih yang paling
tinggi untuk tanaman jagung adalah pada benih yang berasal dari posisi pangkal
jika dirata-ratakan untuk ketiga ulangan yaitu 96 %. Sedangkan nilai terendah
untuk benih yang berasal dari posisi tengah yaitu 54 %. Untuk tanaman cabai nilai
tertinggi juga terdapat pada posisi tengah yaitu 80 % dan nilai terendah pada
posisi tengah yaitu 28 %. Begitupun terhadap benih kakao nilai tertinggi terdapat
pada posisi pangkal yaitu 96 % dan terendah pada posisi ujung yaitu 33,3 %.
Pada hasil BGT ( Brick Grit Test ) untuk tanaman jagung, cabai, kakao
nilai daya kecambah benih tertinggi terletak pada posisi tengah dengan masing-
masing 61,3%; 81,3 % ; 50,6 %. Sedangkan untuk nilai terendah terdapat pada
posisi ujung untuk benih jagung dan cabai yaitu 40,6 % dan 40 %. Dan untuk
benih kakao nilai paling rendah terdapat pada posisi pangkal yairu 30%.
Menurut Sajad (2004) Mutu benih yang baik memiliki nilai viabiltas dan
vigor yang tinggi. Mutu benih yang baik dipengaruhi oleh tingkat kematangan
fisiologis buah. Buah yang dipanen sebelum masak fisiologis tidak memiliki
cadangan makanan yang cukup dan keadaan embrio belum sempurna. Benih yang
dipanen sebelum masak fisiologis dicapai tidak mempunyai viabilitas dan vigor
yang tinggi, bahkan pada beberapa tanaman benih yang demikian tidak akan
berkecambah. Letak posisi biji juga akan dipengaruh pada tingkat kematangan
buah. Biji yang terletak pada posisi pangkal memiliki tingkat kematangan yang
paling tinggi sehingga biji sedikit lebih keras dibandingkan posisi tengah dan
posisi ujung. Berdasarkan hubungan tingkat kematangan dan posisi buah, posisi
tengahlah yang memiliki nilai vigor dan viabilitas yang baik. Walaupun hasil
praktikum ini kurang begitu sesuai dengan literatur mungkin terdapat beberapa
kesalahan pada saat pengerjaan,misalnya ketika pembersihan dan pemisahaan dati
kulit ari, range pengambilan biji juga tidak diperhatikan dengan teliti.
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari parktikum kali ini adalah tingkat kematangan
buah membei pengaruh pada kondisi biji pada masing-masing posisi yaitu posisi
pangkal, tengah, ujung. Posisi tengah adalah kondisi yang paling baik tingkat
kematangannya, sehingga nilai viabilitas dan vigornya tinggi dan baik.
5.2 Saran
Agar hasil praktikum dapat sesuai dengan literature maka pengerjaan
ketika praktikum harus diperhatikan sesuia petunjuk asisten dan modul praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Rubenstin, Irwin dkk. 1978. The Plant Seed. Academi Press Inc; USA\
PRODUKSI BENIH
OLEH :