Anda di halaman 1dari 16

Hasil Wawancara di KPP Kembangan Jakarta Barat

Wawancara dengan kepala KPP yakni Bapak Oktianadi Trianto

1. Menurut Bapak, apa yang melatarbelakangi adanya perubahan peraturan dalam


pemungutan PPh Pasal 25 bagi WP OPPT ?
Kalau menurut saya ya mba, yang melatarbelakangi hal tersebut itu karena adanya
penurunan tariff PPh Pasal 25 ayat (7) huruf c bagi WP OPPT dari 2% menjadi 0,75%,
tujuannya untuk meringankan tugas yang harus dibayar setiap bulannya oleh WP serta
untuk meningkatkan likuiditas dengan memperkecil jumlah pajak yang harus dibayar.
Bagaimana dengan dihapusnya pedagang kendaraan bermotor dan restoran serta
adanya perluasan subjek pajak pak ?
Kalau untuk tujuan pengamanan penerimaan tentu akan baik sekali apabila pedagang
kendaraan bermotor tidak dikecualikan dari kewajiban dalam kategori orang pribadi
pengusaha tertentu. Sebab hal ini sekaligus dapat bertambahnya jumlah WP terdaftar
meskipun sebagiannya menggunakan kode cabang 001. Alasan penghapusan
pengecualian bagi pedagang kendaraan bermotor dan restoran serta adanya perluasan
subjek pajak yakni untuk pedagang kendaraan bermotor walaupun harga jual kendaraan
bermotor sangat tinggi dibandingkan harga barang konsumsi tetapi pada umumnya yang
melakukan jenis kegiatan usaha ini adalah WP badan dalam bentuk perusahaan
komonditer (CV) atau PT. Sedangkan untuk usaha rumah makan atau restoran walaupun
telah dihapus tetapi dengan adanya perluasan subjek pajak maka juga termasuk sebagai
WP OPPT. Serta dengan adanya perluasan subjek pajak ini bertujuan WP tidak berpikir
bahwa peraturan ini hanya mengecualikan pihak-pihak tertentu dari pengukuhan sebagai
WP OPPT, karena diharapkan tanpa adanya pemikiran tersebut WP masyarakat dengan
kerelaan akan melaksanakan kewajibannya, sehingga hal tersebut akan berdampak
dengan meningkatnya jumlah WP OPPT dan penerimaan pajak . dengan adanya
perluasan subjek pajak yang akan mengakibatkan lebih banyak WPOP yang terjaring,
tidak ada yang nihil apabila memiliki omzet karena PPh Pasal 25 yang harus dibayar
dihitung sebesar 0,75% dari peredaran bruto atau omset. Nah, setelah dilakukan program
Sensus Pajak Nnasional dan semua data yang didapat telah diinput, maka
akanmemudahkan fiskus untuk melakukan pengawasan terhadap kepatuhan OPPT, yang
semua itu diharapkan akan meningkatkan penerimaan pajak.

2. Menurut Bapak sendiri apa yang melatarbelakangi perbedaan perhitungan PPh


Pasal 25 dengan PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu
(WP OPPT)?
Perbedaan dalam perhitungan PPh Pasal 25 pada umumnya dengan PPh Pasal 25 WP
OPPT adalah jika perhitungan angsuran PPh Pasal 25 bagi WP OPPT menggunakan tarif
flat dan peredaran bruto/omzet sebagai dasar perhitungan pajaknya yaitu sebesar 0,75%
dikalikan dengan penghasilan bruto atau omzet, sehingga dalam perhitungan PPh Pasal
25 ini lebih mendekati kebenaran penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak dari kegiatan
usaha sebagai pedagang pengecer. Sedangkan perhitungan angsuran PPh Pasal 25 yang
umum diperoleh dari jumlah utang pajak menurut SPT Tahunan tahun sebelumnya dibagi
12 bulan, sehingga jumlah angsuran PPh Pasal 25 setiap bulannya hanya berupa
anggapan atau perkiraan.

3. Kalau menurut Bapak, apakah dengan dikeluarkannya PER 32/PJ/2010


akanmenimbulkan dampak positif dan negatif dalam pelaksanaannya pak?
Dalam pelaksanaan kebijakan pemungutan PPh Pasal 25 bagi WP OPPT ini memberikan
dampak kedua-duanya, baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positifnya
karena peraturan yang berlaku bahwa penyetoran sebesar 0,75% dari peredaran bruto,
dapat dipastikan tidak adanya laporan SPT nihilm apabila terdapat omzet, menambah
jumlah penerimaan pajak ( PPh OP) dimana yang 20% nya didistribusikan langsung
kepada masyarakat melalui PEMDA, menambah jumlah WP yang terdaftar, lebih
mencerminkan prinsip keadilan pembayaran pajak pada semua lapisan masyarakat karena
tarifnya flat (0,75%). Sedangkan dampak negatifnya mungkin dapat menimbulkan
keresahan dikalangan masyarakat pengusaha kecil karena sebenarnya penghasilan mereka
masih dibawah besar.
4. Kira-kira apa saja pak yang mempengaruhi pelaksanaan pemungutan PPh Pasal 25
bagi WP OPPT ?
a. Yang mempengaruhi pelaksanaannya itu biasanya komunikasi antara fiskus dengan
WP, karena dengan adanya komunikasi yang efektif dan persuasif sangatlah penting
dengan tujuan untuk mengenalkan peran pajak dalam pembangunan infrastruktur dan
sebagainya, yang nanti hasilnya akan langsung dinikmati oleh masyarakat. Dengan
demikian, seberapapun besarnya kontribusi WP akan sangat bermanfaat sekali untuk
pembangunan dimasa depan.
- Apakah KPP Pratama Kembangan sudah melakukan komunikasi dengan baik?
Sejauh ini sudah dilaksanakan dengan baik akan tetapi masih saja ditemukan WP
yang tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya dikarenakan kurangnya kesadaran
dari WP itu sendiri, maka tugas tambahan Petugas Pajak yakni memberikan
pembinaan serta pemahaman yang lebih mudah dipahami oleh WP dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya.
- Bagaimana cara komunikasi yangb dilakukan KPP dalam mensosialisasikan
peraturan ini?
Sosialisasi dilakukan melalui radio, media televisi, memberikan pamflet, mendatangi
atau mengundang WP secara langsung, pemberitahuan hak dan kewajiban saat
mayarakat memperoleh NPWP dan lainnya.Kegiatan dengan mendatangi langsung
WP dilakukan dipusat-pusat perbelanjaan seperti pasar,mall, dsb, hal tersebut sudah
dilakukan, akan tetapi kalau dari WP nya itu sendiri saja tidak memiliki kesadaran
yang tinggi, bagaimana semua ini dapat berjalan optimal. Yang perlu ditambahkan
dari petugas pajak mungkin seperti memberikan pembinaan yang lebih kepada WP
yang masih saja tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya agar melaksanakannya
- Bagaimana komunikasi yang dilakukan KPP berkaitan dengan kewajiban
pendaftaran NPWP bagi WP OPPT?
Kegiatan ekstensifikasi dan Sensus Pajak Nasional ini dilakukan untuk mendapatkan
data dan pengamatan yang akurat dilapangan.Ekstensifikasi dan Sensus Pajak
Nasional dilakukan dengan melakukan penyisiran di daerah sentral perbelanjaan yang
baru dibuka serta ditempat-tempat yang dirasa ramai.Disamping untuk mendapatkan
Wajib Pajak baru dari kegiatan ekstensifikasi ini, sekaligus dapat dilakukan
pembaharuan data Wajib Pajak.Hal ini dimaksudkan untuk mengingat Wajib Pajak
dalam perdagangan yang bersifat dinamis dan mudah berpindah lokasi usaha
mengikuti perkembangan usaha dan kawasannya.
- Biasanya, daerah mana saja pak yang memiliki potensi terbesar diterapkannya
peraturan ini?
Yang memiliki potensi terbesar diterapkannya peraturan ini yaitu Kecamatan
Kembangan Utara, Kembangan Timur dan Kotamadya Jakarta Selatan, dikarenakan
kawasan tersebut merupakan sentra perdagangan.
b. Kesadaran Wajib Pajak, karena tanpa adanya kesadaran Wajib Pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya yakni membayar PPh Pasal 25 sebesar
0,75% dari penghasilan bruto atau omzet, apabila kesadaran tersebut tidak dimiliki
oleh WP itu sendiri maka pelaksanaan dari peraturan ini tidak akan berjalan dengan
optimal.

5. Adakah hambatan yang dihadapi KPP ini dalam melaksanakan kebijakan ini ?
Hambatannya itu meliputi :
a. Kurangnya antusias dari masyarakat terhadap segala macam kegiatan yang ujung-
ujungnya mengurangi jumlah pendapatan mereka. Walaupun kami (KPP) telah gencar
melakukan sosialisasi, tetapi jika WP itu sendirin tidak merespon atau tidak antusias
maka akan sia-sia. Oleh karena itu, masalah paling besar yang dihadapi oleh petugas
pajak dalam mensosialisasikan suatu peraturan perpajakan adalah kesadaran Wajib
Pajak itu sendiri. Kami juga harus meningkatkan dalam memberikan pemahaman
kepada WP mengenai kebijakan ini, agar WP benar-benar paham terhadap
pelaksanaannya, sehingga tidak ada alasan WP untuk tidak melaksanakan kewajiban
perpajakannya karena tidak paham.
b. Belum adanya sarana low enforcementyang tegas untuk menindak WP OPPT apabila
mereka tidak memenuhi kewajibannya. Walaupun WP lalai melaksanakan kewajiban
pajaknya tetapi fiskus tidak dapat langsung melakukan pemeriksaan, melainkan fiskus
harus melakukan himbauan atau memberikan surat teguran terlebih dahulu.
6. Pak, apakah WP OPPT yang telah menutup gerainya atau pindah lokasi usaha
melaporkan kepada KPP?
Memang dalam usaha sebagai pedagang pengecer ini sangat dinamis.Biasanya WP yang
telah tutup atau berganti kepemilikan tidak melaporkannya ke KPP, mereka main pergi
begitu saja. Sehingga, apabila kami tidak kelokasi maka kami tidak akan mengetahuinya.
Hal tersebut sangat mempersulit kami dalam melakukan pengawasan. Namun biasanya
kami tidak bertidak sendiri, kami bekerja sama dengan pihak pengelola pusat
perbelanjaan dalam memberikan informasi mengenai jumlah keluar masuknya pedagang.
Yaa seperti yang saya bilang tadi, kembali lagi ke WP itu sendiri tentang kesadaran
kewajiban perpajakannya.
- Kira-kira berapa banyak pak WP OPPT yang menutup gerai atau berpindah
lokasi setiap tahunnya?
Kira-kira sekitar 10% sampai 15% setiap tahunnya mba

7. Apakah KPP Pratama Kembangan Jakarta Barat ini sudah memiliki fasilitas yang
memadai dalam malaksanakan kegiatan pemungutan pajak?
Ya, sudah mba.Terdapat fasilitas yang nyaman bagi WP yang datang ke KPP ini, seperti
tempat parker yang luas, ruang tunggu ber-AC, WC, Musholah, dan lain-lain. Serta
semua formulir yang dibutuhkan WP dalam melaksanakan kewajibannya (seperti : SSP,
SPT, dan sebagainya) selalu tersedia.

8. Bagaimana dengan fiskus yang melakukan pengawasan dalam pelaksanaan


pemungutan PPh Pasal 25 OPPT pak?
A/R yang melakukan pengawasan kepada para WP melalui system informasi
perpajakan.Dalam system ini, A/R dapat melihat apakah WP tersebut memiliki Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN). Jika WP tidak melakukan kewajiban, maka A/R
akan memberikan surat himbauan yang berisikan kewajiban WP dan nomor telepon A/R
yang bersangkutan apabila ada yang tidak dimengerti WP dapat menghubungi.
9. Apakah fiskus sudah memiliki SOP yang jelas pak?
Pastilah mba, karena setiap fiskus sudah memiliki tugasnya masing-masing sesuai dengan
seksi yang ditempatinya, seperti A/R yang bertugas melakukan pengawasan terhadap
kewajiban WP dan memberikan konsultasi.
Hasil wawancara wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu

Wajib Pajak A (padagang elektronik)

Nuning : Berapa lama Ibu sudah menjadi Wajib Pajak ?


Ibu Rosa : 5 tahun
Nuning : Bagaimana Ibu mendapatkan NPWP ?
Ibu Rosa : Diberikan oleh fiskus yang datang ke toko.
Nuning : Berapa banyak toko yang Ibu miliki ?
Ibu Rosa : Ada dua.
Nuning :Berapa omzet yang Ibu peroleh setiap bulannya untuk masing-masing
toko ?
Ibu Rosa :Kurang lebih sekitar Rp18.000.000;00 untuk yang disini dan
Rp15.000.000;00 untuk toko yang satunya, tapi juga tidak tetap, kadang
kurang, kadang bisa lebih.
Nuning : Bagaimana pendapat Ibu mengenai kebijakan pengenaan PPh Pasal 25
bagi WP OPPT ?
Ibu Rosa : Menurut saya, kalau dilihat dari segi tarif itu tidak terlalu memberatkan,
karena lebih kecil. Tetapi saya kurang setuju bila penghasilan bruto
dijadikan dasar perhitungan, karena berapapun pemasukan yang diterima
pasti dikenakan pajak.
Nuning : Bagaimana dengan ketentuan lain seperti kriteria menjadi WPOPPT,
perlakuan atas pajak yang Ibu bayar
Ibu Rosa : Saya tidak tahu mba, yang saya tahu setiap bulannya saya harus
membayar dan melaporkan pajak sebesar 0,75% dari omzet yang saya
peroleh untuk setiap tokonya.
Nuning : Apakah Ibu melaksanakan pembayaran dan pelaporan SPT Masa dan
SPT Tahunan ?
Ibu Rosa : Iya mba, saya rutin melaksanakan pembayaran dan pelaporan pajak
setiap bulan dan SPT Tahunannya.
Nuning : Apa alasan Ibu melaksanakan atau tidak melaksanakan pembayaran dan
pelaporan SPT Masa dan SPT Tahunan ?
Ibu Rosa : Untuk menghindari sanksi pajak.
Nuning : Apakah Ibu mengalami kesulitan dalam melaksanakan kebijakan ini ?
Ibu Rosa : Setiap bulan saya harus melakukan perhitungan dan pengisian SSP yang
jumlahnya berbeda-beda, dan saya tidak tahu bagaimana cara mengisi SPT
Tahunan.
Nuning : Lalu, bagaimana Ibu mengisi SPT Tahunan (termasuk menghitung pajak
yang terutang) ?
Ibu Rosa : Biasanya saya mengisi SPT di Kantor Pajak tempat saya membayar dan
melapor, karena disana saya hanya menulis saja (mengisi SPT Tahunan)
sesuai dengan petunjuk yang diberikan petugas pajaknya. Kalau soal
menghitung pajaknya ya si petugas pajaknya itu sendiri mba.

Wajib Pajak B (Pedagang peralatan rumah tangga sekaligus material)

Nuning : Berapa lama Bapak sudah menjadi Wajib Pajak ?


Bapak Ali : Sekitar 1,5 tahun mba.
Nuning : Bagaimana Bapak mendapatkan NPWP ?
Bapak Ali : Diberikan oleh fiskus yang datang ke toko.
Nuning : Berapa banyak toko yang Bapak miliki ?
Bapak Ali : Hanya ini saja.
Nuning : Berapa omzet yang Bapak peroleh setiap bulannya untuk masing-masing
toko ?
Bapak Ali : Sekitar 15-20 juta setiap bulannya, tapi itu juga tidak tetap.
Nuning : Bagaimana pendapat Bapak mengenai kebijakan pengenaan PPh Pasal 25
bagi WP OPPT ?
Bapak Ali : Saya tidak tahu mba, yang pasti saya harus membayar dan melaporkan
pajak setiap bulannya sebesar 0,75% dari omzet. Tetapi, menurut saya
apabila omzet bruto dijadikan penghitungan pajak saya tidak setuju mba.
Karena berapapun pemasukan yang diterima pasti dikenakan pajak, jadi
terasa berat buat saya sebagai WP OPPT.
Nuning : Apakah Bapak melaksanakan pembayaran dan pelaporan SPT Masa dan
SPT Tahunan ?
Bapak Ali : Ya mba, saya membayar dan melapor pajak setiap bulan dan juga SPT
Tahunan.
Nnuning : Apa alasan Bapak melaksanakan atau tidak melaksanakan pembayaran
dan pelaporan SPT Masa dan SPT Tahunan ?
Bapak Ali : Untuk menghindari sanksi pajak dan pemeriksaan. Karena apabila tidak
melakukannya maka akan dikenakan sanksi dan akan diperiksa oleh
petugas pajak (begitu kata petugas pajak pada saat memberikan NPWP).
Nuning : Apakah Bapak mengalami kesulitan dalam melaksanakan kebijakan ini ?
Bapak Ali : Setiap bulan saya harus melakukan perhitungan yang jumlahnya
berbeda-beda, dan saya tidak tahu bagaimana cara mengisi formulir
pembayaran pajak dan mengisi SPT Tahunan.
Nuning : Lalu, bagaimana Bapak mengisi SPT Tahunan (termasuk menghitung
pajak yang terutang) ?
Bapak Ali : Biasanya saya mengisi formulir pembayaran dan SPT dikantor pajak
tempat dimana saya membayar dan melapor, mengisinya juga disana
biasanya dibantu oleh satpam. Sedangkan untuk SPT Tahunan saya hanya
menulis saja,sesuai dengan petunjuk yang diberikan petugas pajak.
Nuning : Apakah petugas pajak tidak pernah memberitahukan cara pengisiannya?
Bapak Ali : Pernah mba, tapi hanya beberapa kali, saya rasa itu tidak cukup, saya
mengharapkan lebih sering. Contoh saat memberikan NPWP, setelah itu
saya melakukan sendiri tapi salah mulu mba, ditolak juga. Karena itu
sambil mengambil formulir pembayaran dikantor pajak sekalian saja saya
mengisi ditempat dan dibantu oleh satpam.
Wajib Pajak C (Pedagang Pakaian)

Nuning : Berapa lama Mas sudah menjadi Wajib Pajak ?


Mas Arif : Sekitar 1 tahun lebih mba.
Nuning : Bagaimana Mas mendapatkan NPWP ?
Mas Arif : Saya langsung datang kekantor pajaknya mba.
Nuning : Berapa banyak toko yang Mas miliki ?
Mas Arif : Hanya toko ini saja mba.
Nuning : Berapa omzet yang Mas peroleh setiap bulannya ?
Mas Arif : tidak menentu mba, tapi kalau sebulan selama ini paling banyak itu
sekitar 8 jutaan (jarang sih tapi hehehe).
Nuning : Bagaimana pendapat Mas mengenai kebijakan pengenaan PPh Pasal 25
bagi WP OPPT ?
Mas Arif : Mengenai kebijakan ini saya tidak terlalu tau ya mba, yang saya tahu itu
saya harus membayar pajak dan melaporkannya kekantor pajak setiap
bulannya sebesar 0,75% dari hasil penjualan.
Nuning : Menurut Mas, apakah kebijakan ini sudah tepat?
Mas Arif : Saya tidak bisa bilang, karena tidak terlalu tahu tentang kebijakan ini.
Tapi saya merasa keberatan bila penghasilan dari penjualan digunakan
untuk menghitung pajak, karena biaya yang saya keluarkan setiap hari,
sewa toko dan lainnya tidak diperhitungkan.
Nuning : Apakah Mas melaksanakan pembayaran dan pelaporan SPT Masa dan
SPT Tahunan?
Mas Arif : Ya. Tapi untuk yang bulanan kadang-kadang mba.
Nuning : Apa alasan Mas yang kadang-kadang melaksanakan pembayaran dan
pelaporan SPT Masa PPh Pasal 25?
Mas Arif : Untuk menghemat pengeluaran mba.
Nuning : Apa Mas tidak dikenakan sanksi dan pemeriksaan oleh petugas pajak?
Mas Arif : Sejauh dan selama ini sih belum mba.
Nuning : Apakah Mas mengalami kesulitan dalam melaksanakan kebijakan ini ?
Mas Arif : Setiap kali ingin membayar saya harus mengambil formulir untuk
membayar dikantor pajak dan juga pada saat mengisi formulir tersebut
saya dibantu oleh satpam dikantor pajak.
Nuning : Bagaimana Mas mengisi SPT Tahunan ?
Mas Arif : Kalau itu, saya mengisinya dibantu petugas pajak dikantor pajak.

Wajib Pajak D (Pedagang Elektronik)

Nuning : Berapa lama Ibu sudah menjadi Wajib Pajak ?


Ibu Lina : Sekitar 8 tahun mba.
Nuning : Bagaimana Ibu mendapatkan NPWP ?
Ibu Lina : Saya langsung datang kekantor pajak.
Nuning : Berapa banyak toko yang Ibu miliki ?
Ibu Lina : Ada dua cabang.
Nuning : Berapa omzet yang Ibu peroleh setiap bulannya ?
Ibu Lina : Tidak tentu mba. Untung kedua cabang tersebut masing-masing kurang
lebihnya sekitar 19 juta.
Nuning : Bagaimana pendapat Ibu mengenai kebijakan pengenaan PPh Pasal 25
bagi WP OPPT ?
Ibu Lina : Oh tentang pembayaran pajak yang setiap bulan yang 0,75% dari omzet?
Nuning : Benar. Menurut Ibu sendiri bagaimana bu?
Ibu Lina : Saya tidak tahu banyak mba, saya saja baru tahu dari petugas pajak
waktu menyampaikan SPT Tahunan, sebelumnya petugas pajak sudah
mengkomunikasikannya, tapi saya kurang paham, akhirnya setiap mau
menyampaikan SPT Tahunan, saya selalu meminta bantuan petugas pajak.
Yang pasti saya sendiri merasa keberatan kalau perhitungannya harus
dihitung dari omzet.
Nuning : Apakah Ibu melaksanakan pembayaran dan pelaporan SPT Masa dan
SPT Tahunan?
Ibu Lina : Ya. Tapi tidak teratur untuk PPh Pasal 25 yang dibayar setiap bulannya.
Nuning : Apa alasan Ibu yang kadang-kadang melaksanakan pembayaran dan
pelaporan SPT Masa PPh Pasal 25?
Ibu Lina : Tidak ada alasan mba, tapi juga tergantung pemasukan bulan
bersangkutan.
Nuning : Apa Ibu tidak dikenakana sanksi dan pemeriksaaan dari petugas
pajaknya ?
Ibu Lina : Selama ini sih belum dikenakan sanksi mba, semoga saja tidak.
Nuning : Apakah Ibu sendiri mengalami kesulitan dalam melaksanakan kebijakan
ini ?
Ibu Lina : Alhamdulillah tidak mba. Karena Ibu minta tolong orang untuk
menghitung pajak dan mengisi SPT, membayar dan melapor ke Kantor
Pajak tempat dimana Ibu terdaftar.
Masa Orang Pribadi Pengusaha
Penerimaan Tertentu
Row Labels

2009 17,899,559,976

Januari 1,248,152,847

Februari 1,291,398,662

Maret 1,399,201,459

April 1,523,999,801

Mei 1,513,236,266

Juni 1,555,446,472

Juli 1,584,910,877

Agustus 1,561,875,211

September 1,494,926,565

Oktober 1,603,864,292

November 1,563,291,114

Desember 1,559,256,410

2010 14,515,693,540

Januari 1,012,124,508

Februari 1,042,292,540

Maret 1,148,692,058

April 1,211,601,512

Mei 1,330,599,276

Juni 1,225,792,899

Juli 1,239,290,148
Agustus 1,253,218,555

September 1,214,867,161

Oktober 1,253,960,124

November 1,285,587,480

Desember 1,297,667,279

2011 12,679,602,617

Januari 954,351,253

Februari 988,278,875

Maret 973,747,758

April 1,189,318,248

Mei 1,175,962,772

Juni 1,122,425,732

Juli 1,057,038,324

Agustus 1,017,288,346

September 1,022,576,014

Oktober 1,043,410,155

November 1,055,376,606

Desember 1,079,828,534

Jumlah Penerimaan PPh Pasal 25 OPPT per tahun

Tahun PPh Pasal 25 OPPT %


2009 17,899,559,976 28.06%
2010 14,515,693,540 35.90%
2011 12,679,602,617 44.36%
Total 45,094,856,133 35.80%
Jumlah WPOPPT Efektif yang menyampaikan SPT

2009 2010 2011

Jumlah WPOP 36,484 58,160 80,133

Jumlah WP efektif 13,838 11,002 12,185


Jumlah SPT 6,839 3,615 8,278
Jumlah Penyampaian
SPT 49% 33% 68%
% dari WPOP Terdaftar - - -

Anda mungkin juga menyukai