DISUSUN OLEH :
AVINA FIRLIYANI VANESHA
23.0832
2015
JATINANGOR
A. RUANG LINGKUP MANAJEMEN ASET
Ruang lingkup Manajemen Aset yakni :
Meningkatkan keamanan fisik dan aspek legal aset yang dimiliki, dan
1. Preparation
Tahap persiapan biasa dimulai dari mapping kondisi aset, lokasi aset, SDM
perusahaan sampai teknis pelaksanaan inventarisasi aset.
2. Execution
3. Finishing
Jumlah barang yang ada tidak sesuai dengan yang tertera di Daftar
Barang Ruangan
Sulitnya proses penghapusan barang sehingga barang yang
kondisinya rusak sudah dipindahkan dari ruangan, padahal masih
tertera di Daftar Barang Ruangan
(3) Standar barang dan standar kebutuhan ditetapkan oleh pengelola barang
setelah berkoordinasi dengan instansi atau dinas teknis terkait.
Penggunaan
Status penggunaan barang ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Barang milik negara oleh pengelola barang
b. Barang milik daerah oleh gubernur/bupati/walikota.
Pemanfaatan
Bentuk-bentuk pemanfaatan barang milik negara/daerah berupa:
a. sewa
b. pinjam pakai
c. kerjasama pemanfaatan
d. bangun guna serah dan bangun serah guna.
(1) Barang milik negara/daerah dapat disewakan kepada pihak lain sepanjang
menguntungkan negara/daerah.
(3) Jangka waktu penyewaan barang milik negara/daerah paling lama lima
tahun dan dapat diperpanjang.
(4) Penetapan formula besaran tarif sewa dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. barang milik negara oleh pengelola barang;
b. barang milik daerah oleh gubernur/bupati/walikota.
PINJAM PAKAI
1. Pinjam pakai barang milik negara/daerah dilaksanakan antara pemerintah
pusat dengan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah.
2. Jangka waktu pinjam pakai barang milik negara/daerah paling lama dua
tahun dan dapat diperpanjang.
3. Pinjam pakai dilaksanakan berdasarkan surat perjanjian yang sekurang-
kurangnya memuat :
a. Pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian;
b. Jenis, luas atau jumlah barang yang dipinjamkan, dan jangka waktu;
c. Tanggung jawab peminjam atas biaya operasional dan pemeliharaan selama
jangka waktu peminjaman;
d. Persyaratan lain yang dianggap perlu.
Penilaian
Penilaian barang milik negara/daerah dilakukan dalam rangka penyusunan
neraca pemerintah pusat/daerah, pemanfaatan, dan pemindahtanganan barang
milik negara/daerah. Sedangkan Penetapan nilai barang milik negara/daerah
dalam rangka penyusunan neraca pemerintah pusat/daerah dilakukan dengan
berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahann (SAP).
(1) Penilaian barang milik negara berupa tanah dan/atau bangunan dalam rangka
pemanfaatan atau pemindahtanganan dilakukan oleh tim yang ditetapkan oleh
pengelola barang, dan dapat melibatkan penilai independen yang ditetapkan oleh
pengelola barang.
(2) Hasil penilaian barang milik negara/daerah ditetapkan oleh:
a. Pengelola barang untuk barang milik negara;
b. Gubernur/bupati/walikota untuk barang milik daerah.
Penghapusan
Penghapusan barang milik negara/daerah meliputi:
a. Penghapusan dari daftar barang pengguna dan/atau kuasa pengguna
b. Penghapusan dari daftar barang milik negara/daerah.
E. EVALUASI ASET
Evaluasi aset menurut Hariyono (2007:46) adalah kegiatan untuk
menentukan apakah kinerja aset memadai untuk mendukung strategi penyediaan
pelayanan yang telah ditentukan. Evaluasi program pelayanan mencakup evaluasi
atas kinerja aset. Kinerja aset ditinjau ulang (review) secara rutin dengan
pembanding praktik terbaik (best practice) untuk mengidentifikasi aset-aset yang
kinerjanya buruk, atau membutuhkan biaya terlalu tinggi untuk dimiliki atau
dioperasikan. Aset-aset yang dipelihara secara tidak memadai dapat menimbulkan
memungkinkan dilakukannya alih investasi dalam aset.
Evaluasi hendaknya dapat menemukan aset-aset yang memiliki kapasitas
berlebih, atau melebihi kebutuhan potensi risiko keamanan atau kesehatan,
mengganggu pelayanan utama, atau menimbulkan pengeluaran tak terduga untuk
perbaikan kerusakan. Menurut Hariyono (2007:46), dalam evaluasi aset hal-hal
yang perlu dilakukan antara lain:
2. Fungsionalitas
Fungsionalitas aset menurut Hariyono (2007:66) merupakan ukuran
efektivitas dari suatu aset dalam mendukung aktivitas yang akan dilakukan. Untuk
memantau dan menilai fungsionalitas aset, entitas harus menenentukan:
a. Peranan yang dimainkan aset dalam pencapaian hasil melalui pemberian
pelayanan; dan
b. Karakter fungsional yang disyaratkan dari suatu aset untuk mendukung aktivitas
tertentu (persyaratan fungsional yang dibuat bagi aset-aset yang dibangun).
Fungsionalitas suatu aset hendaknya ditinjau ulang secara rutin. Hal ini akan
memungkinkan untuk mengidentifikasi pengaruh signifikan atas pelayanan. Hal
ini juga akan memungkinkan adanya perubahan berkala yang dibuat untuk
memperbaiki pemberian pelayanan dan standar fungsional. Fungsional juga
diukur dari kemudahan aksesibilitasnya. Menurut Tarigan (2006) aksesibilitas
adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi apakah suatu lokasi menarik
untuk dikunjungi atau tidak. Tingkat aksesibilitas merupakan tingkat kemudahan
di dalam mencapai dan menuju arah suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di
sekitarnya. Tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana
perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya
dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut. Dalam
analisis kota yang telah ada atau rencana kota, dikenal standar lokasi (standard
for location requirement) atau standar jarak seperti terlihat pada Tabel.
Pengukuran kinerja aset
5) memberikan konteks dan bimbingan pada jenis data kinerja yang akan
digunakan sebagai kunci dari pengelolaan kementerian dan pemerintah
secara keseluruhan seperti perencanaan strategis aset.
TEKNIK-TEKNIK PENGAWASAN
Pada dasarnya pengawasan sebagai bagian dari pengendalian secara
integral. Secara garis besar teknik-teknik pengawasan meliputi :
1. Pemeriksaan (Audit)
2. Inspeksi
3. Supervisi
4. Pemantauan (Monitoring)
5. Verifikasi
MEKANISME PELAPORAN HASIL PENGAWASAN ATAS
PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH
Apabila pengawasan telah dilakukan maka, harus disusun laporan hasil
pengawasan untuk disampaikan kepada pihakpihak terkait.Penjelasan dibawah
ini merupakan mekanisme pelaporan setelah pengawasan dilakukan.
Pendekatan mendasarkan pada hasil pengawasan BPK. Laporan Hasil
Pemeriksaan atas laporan keuangan Pemerintah daerah (termasuk didalamnya
pengawasan atas BMD) disampaikan kepada gubernur/ bupati/ walikota sesuai
dengan kewenangannya. (Pasal 17 Ayat 3 UU No 15 Tahun 2004 dan Pasal 7
UU No 15 Tahun 2006 ). Apabila dilakukan pemeriksaan kinerja maka Laporan
Hasil Pemeriksaan (LHP) Kinerja dan dan LHP dengan tujuan tertentu
disampaikan pula lepada gubernur/bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya. (Pasal 17 Ayat 6 UU No 15 Tahun 2004).
TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN/AUDIT ATAS
PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH
Secara umum tindak lanjut atas temuan pengawasan dapat berupa :
1. Tindakan administratif sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
2. Tindakan tuntutan perbendaharaan atau tuntutan gantirugi;
3. Tindakan tuntutan/gugatan perdata;
4. Tindakan pengaduan perbuatan pidana;
5. Tindakan penyempurnaan kelembagaan, kepegawaian dan ketatalaksanaan
Agar pengelolaan barang milik daerah dapat berjalan dengan tertib dan
optimal maka tahapan perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pengawasan dan
pengendalian perlu dilakukan dalam satu kesatuan sistem. Perencanaan yang tepat
bertujuan agar penggunaan anggaran dalam hal pengelolaan barang milik daerah
dilakukan secara efisien, efektif dan ekonomis. Pelaksanaan secara efisien dan
efektif bertujuan agar pengelolaan barang milik daerah dilakukan secara baik dan
benar yaitu profesional, transparan dan akuntabel sehingga barang milik daerah
tersebut memberikan manfaat baik itu untuk jalannya roda pemerintahan maupun
untuk kesejahteraan masyarakat. Adanya pembinaan, pengawasan dan
pengendalian diperlukan untuk menghindari penyimpangan dari peraturan yang
berlaku dalam setiap tahapan pengelolaan barang milik daerah.
Dalam interaksi pengelolaan BMN, selain melibatkan pihak internal juga
diharuskan berkorelasi dengan pihak luar, antara lain dengan Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL), Badan Pertanahan Negara RI (BPN RI),
sehingga diperlukan koordinasi yang lebih intens. Selain itu, penyimpanan
arsip/dokumen penting perlu diperhatikan, mengingat dalam penatausahaan BMN
terdapat surat-surat penting, seperti sertifikat, berita acara serah terima, dan
lainnya yang penting untuk pemanfaatan aset.
Dengan diselenggarakannya kegiatan pengelolaan dan penatausahaan oleh
Pusat Pengelolaan BMN, diharapkan seluruh jajaran Kementerian Pekerjaan
Umum dapat mengelola BMN secara tertib sesuai dengan amanat Undang-
Undang Nomor 39/2008 tentang Kementerian Negara.
Peranan pengelolaan BMN dalam rangka meningkatkan opini LKKL dan
LKPP sangat penting, karena DJKN berperan dalam meningkatkan kualitas LKKL
dan LKPP dengan melaksanakan kegiatan adhoc terutama pelaksanaan IP dalam
rangka Penertiban BMN diimbangi dengan kegiatan penyusunan dan
penyempurnaan SOP (termasuk SOP unggulan) dan penyempurnaan/penyusunan
peraturan, temuan terkait pengelolaan dan penatausahaan BMN semakin sedikit,
opini atas LKKL dan LKPP dari BPK semakin membaik.