Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG


Berbagai gangguan kulit pada bayi dan balita seperti biang keringat, eksim
popok, dan eksim susu sebenarnya bisa diatasi bila orang tua rajin menjaga kesehatan
kulit. Berbeda dengan kulit dewasa yang tebal dan mantap, kulit bayi dan balita relatif
tipis dengan ikatan antar sel yang longgar. Karena itu kulit anak lebih rentan terhadap
infeksi, iritasi, dan alergi. Secara struktural kulit bayi dan balita belum berkembang
dan berfungsi optimal sehingga diperlukan perawatan khusus.
Perawatan kulit bayi dan balita bisa dimulai dari kegiatan sehari-hari.
Misalnya dengan memandikan secara teratur, membersihkan rambut, dan mengganti
popok atau menggunakan pakaian. Mandi misalnya, diwajibkan dua kali sehari, pagi
dan sore. Dalam memandikan, perhatikan hal-hal berikut: suhu air disesuaikan dengan
umur anak, gunakan sabun bayi yang lunak.Pemeliharaan kulit itu bisa dilakukan
dengan menggunakan bermacam kosmetika bayi yang beredar saat ini. Sebagian
berfungsi untuk membersihkan kulit misalnya sabun.
Penggunaan kosmetika berupa sabununtuk bayi perlu dipilih yang tepat dan
disesuaikan dengan kondisi kulit bayi. Misalnya dengan mencermati zat warna dan
bahan-bahan pengawet yang mungkin saja tidak sesuai dengan kulit bayi. Juga apakah
pH-nya sesuai dengan kulit bayi.
Untuk tetap menjaga kehalusan kulit bayi, biasanya berkisar antara pH 5 7.
Lebih dari itu biasanya membuat kulit kering dan bersisik. Pilih yang baunya lembut
dan tidak berwarna. Penggunaan bahan alami seperti coconut dan palm oil serta milk
protein selain dapat membersihkan dan melembutkan juga sangat kecil kemungkinan
menimbulkan alergi untuk kulit yang sensitif sekalipun.

I.2. Rumusan Masalah


Dalam makalah yang kami buat ada beberapa permasalahan yang akan dibahas,

sebagai berikut:

1) Apa yang dimaksud dengan sabun cair?

1
2) Bagaimana karakteristik sediaan sabun cair yang baik bagi bayi?

3) Apa saja komposisi dari sabun cair bayi?

4) Bagaimana cara pembuatan sabun cair bayi?

5) Perbandingan keunggulan apa saja dari produk sabun cair bayi yang sudah ada

dipasaran?

6) Bagaimana evaluasi dari sediaan sabun cair bayi?

I.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini adalah

sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui sabun cair.

2) Untuk memahami karakteristik sediaan sabun cair bayi yang baik.

3) Untuk mengetahui komposisi sabun cair bayi.

4) Untuk memahami cara pembuatan sabun cair bayi.

5) Untuk memahami evaluasi dari sediaan sabun cair bayi.

I.4 Manfaat penulisan

1. Sebagai tambahan informasi untuk memahami cara pembuatan, komposisi, formulasi,

karateristik dan evaluasi sediaan sabun cair bayi.

2. Menambah literatur ilmu pengetahuan khususnya mahasiswa program studi farmasi

fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam institut sains dan teknologi nasional

jakarta.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit
Kulit merupakan bagian yang menutupi permukaan tubuh manusia. Selain
membuat penampilan cantik, kulit juga memiliki fungsi mengatur suhu tubuh,
melindungi diri dari pengaruh luar, dan indera peraba. Pada orang dewasa berat kulit
mencapai lebih kurang 16% dari total berat badan. Tebal kulit berkisar antara 0,5
milimeter yang ada pada kelopak mata, dan 4 milimeter pada kulit tumit kaki.(1)

2.1.1 Anatomi Kulit(1)

Kulit terbagi atas tiga lapisan , yaitu :

1. Epidermis (kulit ari), sebagai lapisan yang paling luar

Dengan tebal 0,16 mm pada pelupuk mata sampai 0,8 mm pada


telapak tangan dan kaki, epidermis merupakan lapisan kulit terluar yang
berfungsi sebagai swar dasar dari kulit (terhadap kehilangan air, elektrolit,
dan nutrisi dari badan : terhadap bakteri, iritasi oleh zat kimia , dan lain-
lain) dan sawar terhadap penetrasi air dan substansi asing dari luar badan.
Dari sudut kosmetik, epidermis merupakan bagian kulit yang menarik
karena kosmetik dipakai pada epidermis itu. Meskipun ada beberapa jenis
kosmetik yang digunakan sampai ke dermis, namun tetap penampilan
epidermis yang menjadi tujuan utama. Dengan kemajuan teknologi, dermis
menjadi tujuan dalam kosmetik medic. Sel-sel epidermis ini disebut
keratinosit . Para ahli histology membagi epidermis dari bagian terluar
hingga menjadi 5 lapisan, yakni :

a. Lapisan tanduk (stratum korneum), sebagai lapisan yang paling atas


Pada stratum korneum terdapat lapisan permukaan pelindung dengan
pH antara 4,5 6,5 yang disebut mantel asam yang terdiri dari asam
laktat dan asam amino dikarboksilat dalam sekresi keringat dan
tercampur dengan substansi lipoid dari sebasea . Jika terjadi perubahan
drastis pada pH mantel ini dapat menyebabkan infestasi bakteri dan

3
dapat terjadi berbagai macam penyakit kulit. Stratum korneum
tersusun dari sel mati berkreatin berbentuk datar dan tersusun berlapis-
lapis , serta diduga merupakan sawar kulit pokok terhadap kehilangan
air. Bila kandungan air pada stratum korneum berkurang, maka kulit
akan menjadi kering dan bersisik, dan apabila terjadi dehidrasi sampai
kira-kira di atas 10% akan menimbulkan celah dan akan membuka
jalan bagi substansi iritan dan mikroorganisme masuk melalui kulit.
b. Lapisan jernih (stratum lusidum), disebut juga lapisan barrier
Stratum lusidum bertindak sebagai sawar yang jelas dapat
diperlihatkan hanya telapak tangan dan kaki.

c. Lapisan berbutir-butir ( stratum granulosum)


Stratum granulosum berpartisipasi aktif dalam proses keratinisasi,
tetapi mekanismenya belum diketahui.

d. Lapisan malphigi ( stratum spinosum) yang selnya seperti berduri


Stratum spinosum memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti
berduri, intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filament-filamen kecil
yang terdiri atas serabut protein. Cairan limfe masih ditemukan
mengitari sel-sel dalam lapisan malphigi ini.

e. Lapisan basal (Stratum germinativum) yang hanya tersusun oleh satu


lapis sel-sel basal
Lapisan sel basal merupakan lapisan paling dalam dari epidermis dan
membentuk lapisan baru yang menyusun epidermis. Melanosit, yang
membentuk melanin (untuk pigmentasi kulit) , terdapat dalam lapisan
basal sepanjang stratum germinativum. Epidermis duhubungkan
dengan lapisan bawahnya dengan system seperti papilla.

2. Dermis (korium, kutis, kulit jangat)

Berbeda dengan epidermis yang tersusun oleh sel-sel dalam


berbagai bentuk dan keadaan, dermis terutama terdiri dari bahan dasar
serabut kolagen dan elastin, yang berada di dalam substansi dasar yang
bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopoisakarida. Serabut kolagen

4
dapat mencapai 72 persen dari keseluruhan berat kulit manusia bebas
lemak.

Di dalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit seperti folikel


rambut , papilla rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar
sebasea , otot penegak rambut , ujung pembuluh darah dan ujung saraf,
juga sebagian serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit
(subkutis/hypodermis).

Dermis terutama terdiri dari jaringan non-selular yang


dihubungkan dengan serabut kolagen yang berasal dari fibrinosit. Dermis
juga mengandung kelenjar keringat, kandung rambut dan kelenjar sebasea.
Ekrin glandula sudorifera terdapat meliputi seluruh badan dan terutama
berraksi terhadap panas untuk membuat suatu lapisan asam (pH 4,5-5,5)
dan larutan garam sebagai keringat.

Kelenjar sebasea membuka ke dalam kantung rambut membentuk


lipoid yang kompleks yang sedikit hidrofil, secara perlahan dan tetap
mengalir ke luar kulit . apokrin adlaah kelenjar keringat yang
mengeluarkan suatu cairan seperti susu melalui kantung rambut pada kulit.

3. Subkutan atau hypodermis


Lapisan ini terletak di bawah dermis, mengandung jaringan adipose
dalam jumlah besar. Hypodermis akan membentuk agregat dengan
jaringan kolagen sehingga terbentuk ikatan lentur antara struktur kulit
pada bagian dalam dengan struktur kulit pada permukaan. Lapisan ini
berfungsi sebagai protektor panas dan mekanik.

2.1.2 Anatomi Kulit Bayi

Ada perbedaan yang sangat besar dari permukaan dan volume tubuh
bayi dan anak remaja. Kulit bayi lebih tipis dari pada anak remaja. Lapisan di
bagian dalam mempunyai kelembaban yang lebih tinggi. Lapisan asid ada
dalambeberapa minggu pertama dan pada bayi lebih mudah terkena gangguan
dari pada anak remaja.

5
Gambar Struktur Kulit

2.1.3 Fungsi Kulit Bayi

Fungsi Kulit pada Bayi antara lain (Hasan at all, 2002) :


1. Proteksi secara fisis dan imunologis.
2. Mengatur suhu tubuh.
3. Mengatur keseimbangan elektrolit.
4. Persepsi ( panas, dingin, tekanan, nyeri dan perabaan)
5. Ekskresi

Fungsi kulit yang lain adalah:

- Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan

memcegah masuknya mikroorganisme

- Melindungi tubuh dari kehilangan cairan tubuh dengan mencegah

terjadinya peguapan air yang berlebihan

- Sebagai pengatur panas

- Tempat penyimpanan provitamin D dan pembentukan vitamin D

- Merupakan salah satu organ ekskresi, yaitu melalui keringat


6
- Sebagai organ pengindra

- Sebagai pembentukan kolagen

2.1.4 Karakteristik Kulit Bayi


Pada dasarnya struktur kulit bayi atau anak hampir sama dengan orang
dewasa hampir sama dengan kulit orang dewasa . Namun, fungsinya belum
berkembang sempurna . itu sebabnya, kulit bayi belum mampu berfungsi
secara optimal. Begitu lahir, kulit bayi mengalami perubahan drastis dari
kondisi lingkungan yang sangat berbeda dibandingkan ketika berada di dalam
rahim ibu yang hangat , nyaman, dan aman. Di luar rahim, tidak ada lagi
cairan amnion yang menjaga kelembaban kulitnya. Pasalnya dibutuhkan
waktu hingga satu tahun bagi epidermis kulit untuk berkembang dengan cepat
dan berfungsi secara efektif.Kondisi kulit bayi baru lahir mengalami peralihan
dari lingkungan dalam kandungan terhadap perubahan suhu dengan
kelembaban udara yang berubah-ubah dan juga kontak dengan kuman,
patogen, substansi yang berbahaya dapat mengganggu kulit bayi setelah
kelahiran (Sujayanto, 2001).

Kulit bayi 30% lebih tipis dari kulit orang dewasa sehingga cairan
lebih mudah menguap . Secara structural lapisan atas kulit bayi baru lahir
(infant stratum korneum) lebih tipis dari orang dewasa. Lapisan atas kulit bayi
ini memiliki lapisan dinding (corneocytes) yang seharusnya menjaga
kelembapan alami kulit. Namun corneocytes begitu kecil dan renggang
sehingga secara fungsional kulit bayi memiliki kapasitas menahan air yang
sangat rendah disbanding kulit dewasa sehingga menyebabkan kekeringan
kulit.

Sel-sel kulit bayi masih kecil-kecil dan belum berkembang sehingga


ikatan di antara sel-sel kulit tersebut masih longgar . Lapisan tanduk pada
permukaan kulit pun masih sangat tipis , ini menyebabkan kulit bayi lebih
tembus air disbanding orang dewasa . Semua keadaan ini membuat kulit bayi
cenderung lebih tak mampu melawan infeksi dan bereaksi terhadap alergi ,
serta mudah robek. Bayi juga sedikit memproduksi melanin, yaitu pigmen

7
yang melindungi dari sinar matahari sehingga kemudian berarti resiko lebih
besar terhadap terbakarnya kulit.

2.2 Definisi Sabun

Definsi sabun adalah campuran dari garam alkali seperti natrium atau kalium
hidroksida dengan asam lemak bebas pada minyak lemak. Sabun yang dihasilkan
disebut juga sabun alkali karena bersifat basa . pada pemakaian sehari-hari, sabun yang
demikian berbentuk sabun padat (soap bar).

Sabun cair adalah sediaan pembersih kulit berbentuk cair yang dibuat dari bahan
dasar sabun atau detergen dengan penambahan bahan lain yang diijinkan tanpa
menimbulkan iritasi pada kulit

Pada sabun cair, garam alkali mempunyai beberapa kekurangan seperti pH nya
yang cukup tinggi, kemampuan untuk memberishkan kotoran pada kulit kurang baik,
dan rentan terhadap air sadah. Oleh sebab itu , dikembangkan teknologi baru untuk
pembuatan sabun cair dengan menggunakan campuran bahan detergen sintetik,
pelembab dan beberapa bahan tambahan.
Penggunaan sabun cair akhir-akhir ini berkembang cukup pesat . selain untuk
mandi, juga digunakan untuk mencuci tangan dengan menambahkan beberapa
antibakteri.
Faktor yang menentukan kualitas sabun cair adalah :
1. kualitas esteteika, seperti rasa kulit, bau, kekentalan.
2. kemampuan untuk membersihkan
3. kemudahan pembilasan
4. potensi iritasi terhadap kulit
5.komposisi pengawet

2.2.1 Mekanisme Kerja Sabun

Tiga elemen penting dalam mekanisme kerja sabun adalah tempat


substratnya berasal (kulit manusia, pakaian, alat gelas dan perkakas lainnya),
jenis kotoran yang akan dibersihkan (padat, minyak, kepolaran, sifat,,
elektrolit, dan lainnya) dan kemampuan membersihkan dari sabun itu sendiri.
(2)

8
Dalam hal ini, sabun cair digunakan untuk mandi atau mencuci bagian
tubuh yang kotor dengan cara menghilangkan debu, kelebihan minyak pada
bagian tubuh tersebut.

Pada kulit yang sehat , lemak dapat berasal dari lapisan stratum
korneum (bagian dari epidermis) seperti kolestrol, seramid, dan yang
disekresikan oleh kelenjar sebaseus seperti squalene , trigliserida, dan asam
lemak. Lemak ini membentuk lapisan sebum pada kulit.

Fungsi lapisan ini, dekomposisi dan oksidasi oleh bakteri dipermukaan


kulit menghasilkan kotoran yang harus dibersihkan. Lemak dari stratum
korneum jika tetap berada di kulit bersama dengan sebum dan debu dalam
jangka waktu yang lama akan menyebabkan timbulnya penyakit kulit .(3)

Kalau lemak yang disekresi oleh kelenjar sebaseus dibersihkan , dalam


waktu singkat akan terbentuk kembali lapisan lemak yang baru . tapi untuk
lapisan lemak yang dihasilkan oleh stratum korneum, membutuhkn waktu
yang lebih lama untuk digantikan. Karena fungsi dari lapisan lemak di stratum
korneum sebagai barier kulit dan mempertahankan kelembaban , maka bahan
pembersih diharapkan tidak menembus lapisan stratum korneum dan
membersihkan lemak yang dihasilkannya, tetapi hanya menghilangkan
kotoranya saja . (2)

Untuk membersihkan kotoran yang berupa minyak , tidak bisa dibilas


dengan air saja, tapi membutuhkan zat lain untuk menurunkan tegangan antar
muka antara minyak dengan air. Dengan adanya surfaktan pada sabun, terjadi
proses emulsifikasi , dimana bagian yang polar(hidrofilik) berikatan dengan
air dan bagian non polar (lipofilik) berikatan dengan minyak . mekanisme
kerja secara jelas ditunjukkan oleh gambar 4 dibawah ini. Bagian yang
terbentuk bulat adalah bagian hidrofilik, bagian yang berbentuk panjang
adalah rantai lipofilik , yang akan memecah kotoran dan selanjutnya kotoran
berubah menjadi tetesan kecil yang dapat dibilas dengan air. Setelah terbentuk
suatu emulsi , kotoran dapat dengan mudah dibilas oleh air .(3,4)

2.2.2 Kriteria Sabun Cair Yang Baik :

9
1). Mudah digunakan
2). Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan
3). Bahan aktif kompatibel dengan bahan tambahan lain.
4). Bahan dasar dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit (5).

2.2.3 Klasifikasi Sabun


1. Sabun Cair
Bentuk cair dan tidak mengental pada suhu kamar
2. Sabun Lunak/ Krim
Seperti pasta dan sangat mudah larut
3. Sabun Keras/ Padat
Dibuat dari lemak yang padat atau dari minyak yang dikeraskan dengan
proses hidrogenasi, Asam lemaknya jenuh dan mempunyai BM tinggi,
Sukar larut dalam air
Sabun padat (batangan) dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu :
Sabun opaque ( tidak transparan )
Sabun translucent ( agak transparan )
Sabun transparan (sangat transparan)
Ditinjau dari jenis dan fungsinya sabun dapat kategorikan sebagai :
1. Transparant Soap sabun tembus pandang ini tampilannya jernih dan
cenderung memiliki kadar yang ringan. Sabun ini mudah sekali larut
karena mempunyai sifat sukar mengering.
2. Castile Soap sabun yang memakai nama suatu daerah di Spanyol ini
memakai olive oil untuk formulanya. Sabun ini aman dikonsumsi karena
tidak memakai lemak hewani sama sekali.
3. Deodorant Soap sabun ini bersifat sangat aktif digunakan untuk
menghilang aroma tak sedap pada bagian tubuh. Tidak dianjurkan
digunakan untuk kulit wajah karena memiliki kandungan yang cukup
keras yang dapat menyebabkan kulit teriritasi.

10
4. Acne Soap Sabun ini dikhususkan untuk membunuh bakteri-bakteri
pada jerawat. Seringkali sabun jerawat ini mengakibatkan kulit kering
Bila pemakaiannya dibarengi dengan penggunaan produk anti-acne lain
maka kulit akan sangat teriritasi, sehingga akan lebih baik jika Anda
memberi pelembab atau clarning lotion setelah menggunakan Acne Soap.
5. Cosmetic Soap atau Bar Cleanser biasanya dijual di gerai-gerai
kecantikan. Harganya jauh lebih mahal dari sabun-sabun biasa karena di
dalamnya terdapat formula khusus seperti pemutih. Cosmetic soap
biasanya memfokuskan formulanya untuk memberi hasil tertentu, seperti
pada whitening facial soap dan firming facial soap.
6. Superfatted Soap memiliki kandungan minyak dan lemak lebih banyak
sehingga membuat terasa lembut dan kenyal. Sabun ini sangat cocok
digunakan untuk kulit kering karena dalamnya terdapat kandungan
gliserin, petroleurn dan beeswax yang dapat melindungi mencegah kulit
dan iritasi dan jerawat.
7. Oatmeal Soap dan hasil penelitian, gandum mempunyai kandungan anti
iritasi. Dibandingkan sabun lain, sabun gandum ini lebih baik dalam
menyerap minyak menghaluskan kulit kering dan sensitif.
8. Natural Soap sabun alami ini memiliki formula yang sangat lengkap
seperti vitamin, ekstrak buah, minyak nabati, ekstrak bunga, aloe vera dan
essential oil. Cocok untuk semua jenis kulit dan kemungkinan
membahayakan kulit sangat kecil.

2.2.4 Syarat Mutu Sabun Cair

Kriteria Uji Satuan Persyaratan


Keadaan:
- Bentuk Cairan homogen
- Bau Khas
- Warna Khas
pH, 25C 6-8
Kadar Alkali Bebas % Tidak dipersyaratkan
Bobot Jenis Relatif, g/ml 1,01-1,10
25C
Cemaran Mikroba: Koloni/ml maks. 1 x 105
- Angka Lempeng Total
11
Sumber: SNI 06-4085-1996

2.3 Komposisi sabun cair


Pada sabun cair modern umumnya mengandung beberapa komponen (3)
a. Bahan Dasar
Bahan dasar untuk sediaan sabun adalah surfaktan .surfaktan berfungsi
sebagai pembentuk busa (foaming agent) , pembasah dan pembentuk
emulsi dengan kotoran di kulit.
Surfaktan di definisikan sebagai material pada konsentrasi kecil yang
mempunyai kemampuan untuk teradsorbsi pada permukaan atau antar
muka dari system dan dapat menurunkan tegangan permukaan atau
tegangan antar muka dari system tersebut .
Surfaktan mempunyai struktur umum berupa molekul amfipatik, yaitu
gugus lipofil dan hidrofil.Gugus lipofil berupa rantai karbon dengan atom
C8-C18. Gugus hidrofil dapat berupa gugus karboksilat ,sulfat, atau
sulfonat (2,3).
Ada beberapa jenis surfaktan (2,3)
1. Surfaktan anionic, adalah surfaktan yang dapat menghasilkan ion aktif
permukaan yang bermuatan negative dalam larutan air. Sifatnya dapat
larut dalam air, menghasilkan banyak busa dan berfungsi sebagai
detergen dalam produk sabun. Contohnya adalah natrium lauril sulfat
ester sulfosuksinat, alkil benzene sulfonat, alkil eter sulfat.
Natrium laurel sulfat adalah surfaktan anionic , yang
merupakan natrium alkil sulfat yang terdiri dari natrium laurel sulfat
tidak kurang dari 85% serta natrium klorida dan natrium sulfat tidak
lebih dari 8%. Pemeriannya berupa serbuk berwarna putih atau kuning
pucat dengan bau yang khas .jika berinteraksi dengan surfaktan
kationik, seperti centrimide, akan mengalami penurunan aktifitasnya.
Ia tidak dipengaruhi oleh kesadahan air, yang berhubungan dengan
garam Ca dan Mg (5)

12
2. Surfaktan kationik, adalah surfaktan yang dapat menghasilkan ion aktif
permukaan yang bermuatan positif dalam larutan air. Surfaktan
kationik menghasilkan busa yang lebih sedikit dan kurang baik jika
digunakan sebagai detergen dibandingkan dengan surfaktan anionic.
3. Surfaktan nonionic tidak dapat membentuk busa dengan baik ,
sehingga hanya digunakan untuk menstabilkan busa mempertahankan
viskositas produk atau sebagai pelarut bahan pewangi. Contohnya
derivate propilenglikol.
4. Surfaktan amfoterik , adalah surfaktan yang dapat menghasilkan ion
aktif permukaan yang bermuatan positif dan negative dalam larutan air.
Surfaktan amfoterik dapat membentuk busa yang lebih stabil,
memberikan rasa lembut di kulit, dan dapat bercampur dengan
sufaktan jenis lain. Contohnya adalah derivate betain dan natrium
cocoamphodiacetat.
Cocoamidopropil betain adalah derivate asam lemak amida
dengan struktur betain.Pemeriannya berupa larutan kuning terang,
encer, dan tidak berbau.Cocoamidopropil betain termasuk golongan
surfaktan amfoterik yang banyak digunakan untuk sabun, sampo, dan
kosmetika pembersih lainnya. Biasanya digunakan pada konsentrasi 5
sampai 10% untuk menghasilkan efek yang melembutkan .sifat lainnya
adalah pada range pH yang luas.
Natrium cocoamphodiacetat adalah derivate dari asam lemak
imidazolin .fungsinya yang banyak dipakai dalam sampo dan sabun
adalah sebagai pembersih dan pelembut.

b. Bahan Tambahan
Bahan tambahan digunakan untuk menghasilkan produk yang nyaman
dipakai, higienis dan memiliki penampakan yang baik .beberapa
tambahan :
1. Emolien
Ditambahkan pada sabun cair untuk mengatasi efek kering pada
kulit yang ditimbulkan oleh surfaktan .juga berfungsi untuk
melembutkan dan menjaga kesehatan kulit. Zat yang biasa dipakai

13
antara lain isopropyl miristat, desil oleat, gliserin, derivate lanolin,
derivate selulosa , natrium cocoamphodiacetat (4)
2. Pewangi
Pewangi dalam sabun cair juga penting .konsentrasinya dari 1%
sampai 5% , bergantung pada batasan harga (4)
3. Pengontrol Viskositas /Pengental
Penambahan pengental diperlukan untuk mendapatkan viskositas
yang diinginkan .dalam formulasi suatu produk banyak factor yang
menentukan viskositas , seperti pemilihan surfaktan dan pemilihan
pewangi. Pengental yang digunakan dapat berupa surfaktan atau
polimer. Pada pemakaian pengental surfaktan , diperlukan
konsentrasi yang lebih besar daripada pengental polimer untuk
menghasilkan viskositas yang sama. Umumnya , produk kosmetika
banyak menggunakan polimer alam, dan senyawa hidrokoloid lain.
(4)

4. Pengawet
Pengawet ditambahkan ke dalam suatu produk untuk mencegah
pencemaran oleh bakteri, jamur, dan mikroba sehingga
memperpanjang waktu paruh produk dan melindungi pemakai dari
kemungkinan terjadinya infeksi.Pengawet yang ideal, yang aman
dan efektif untuk semua produk kosmetik, belum ditemukan.
Artinya setiap produk baru memerlukan penelitian lebih dulu untuk
dapat memilih pengawet yang sesuai .tapi secara kualitatif,
pengawet, harus memenuhi salah satu persyaratan berikut : (4)
a. Tidak toksik, mengiritasi atau menimbulkan efek sensitifitas
pada konsentrasi yang digunakan pada kulit.
b. Stabil pada pemanasan dan penyimpanan yang lama.
c. Tidak bereaksi dengan bahan lain dalam formula dan kemasan
yang dapat menyebabkan penurunan aktifitas antimikroba.

14
2.4 SABUN CAIR BAYI
Sabun bayi adalah sediaan kosmetika bayi yang berguna untuk menjaga
kehalusan dan kelembutan serta kesegaran kulit bayi. Pada umumnya mempunyai pH
sekitar 5-7, dibuat dengan cara cetak dan emulsi . Sabun bayi mengandung banyak
lemak. Merupakan sabun lunak hingga tidak akan mengiritasi kulit bayi , tapi mungkin
dapat menyebabkan dermatitis pada kulit.
Sabun bayi biasanya dibuat dan reaksi antara asam lemak tinggi yang terdapat
dalam minyak-minyak lemak seperti oleum olivarum cocos, dengan suatu alkali seperti
NaOH, KOH, dsb. Kedalam sabun bayi dapat juga ditambahkan suatu antiseptika
seperti heksaklorofen, triklorokarborbanilid, dsb.

2.4.1 Komponen Umum Sediaan Kosmetik Bayi

Dalam kosmetika perawatan bayi ada dua pertimbangan yang dipakai


untuk keselamatan bayi yaitu untuk kebersihan dan untuk perlindungan. Bahan
bahan tambahan yang digunakan dalam kosmetika bayi untuk penyembuhan
biasanya menghasilkan gangguan pada kulit, tapi orang yang membuat
formula kosmetika bayi harus selalu sadar dengan masalah-masalah
keselamatan atau kenyamanan untuk bayi dengan bahan-bahan tambahan yang
digunakan, karena dapat merusak kulit bayi.
Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pembuatan sediaan kosmetika
bayi harus murni dan aman. Hal ini disebabkan karena kulit bayi sangat halus
dan sangat peka terhadap iritasi, kuman/bakteri, sinar matahari, angina dan
gesekan. Biasanya susunan umum dari sediaan kosmetika bayi terdiri dari zat
pelapis, zat pelembut, zat pembawa dan zat pewangi ringan.
Zat pelembut (emolien) yang sering digunakan adalah :
1. Minyak hidrokarbon dan malam, misalnya paraffin, vaselin, ceresin, sera,
dan sebagainya.
2. Minyak silicon, misalnya dimetil polisiloksan, dan sebagainya.
3. Asam-asam lemak dan alcohol lemak. Misalnya asam stearat, asam
palmitat, dan sebaginya.
4. Minyak tumbuh-tumbuhan, ester trigliserida dari minyak tumbuh-
tumbuhan, lemak dan lemak hewan.
5. Ester-ester alkyl, metal, isopropyl dan butyl dari asam lemak.
6. Ester-ester setogliserida.
15
7. Hasil etoksilasi gliserida.
8. Lanolin, fosfolipida, sterol, ester poliol, dsb.
Oleh karena kulit bayi sangat halus dan sangat peka maka pembuatan
sediaan kosmetika bayi hanya boleh digunakan zat pewangi yang bersifat
ringan. Zat-zat pewangi yang tidak boleh digunakan dalam pembuatan sediaan
kosmetika bayi adalah zat-zat pewangi yang mengandung sinamaldehida,
sitral, eugenol vanillin, amilasetat, benzilalkohol, kamfer, sitrnelal, kumarin,
menthol, terpen, seskuiterpen, pereubalsem, tolubalsem dan minyak permen.

2.4.2 Tujuan Kosmetik Bayi

Kosmetika bayi mungkin digunakan untuk maksud yang spesifik atau


untuk secara umum yang sering digunakan, untuk memenuhi fungsi secara
keseluruhan. Menurut Alexander (3) kosmetika bayi dapat digunakan sebagai :
1. Emolin (zat pelembut) yang dapat memberi kelembutan untuk kulit yang
kering dan mencegah luka.
2. Alat pembersih untuk melepaskan adherent soil atau bantuan dalam
melonggarkan dan membersihkan dari scurf dalam kulit kepala.
3. Antiseptik untuk menekan pertumbuhan bakteri dan mengontrol infeksi.
4. Meringankan untuk menghilangkan iritasi.

2.4.3 Morfologi Bahan


1. Aquadest
Pemerian :Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
berasa.
Kelarutan :Dapat bercampur dengan kebanyakan pelarut polar.
Berat Jenis :0,9971 pada 250oC.
Kegunaan : Pelarut dan pembawa
Penyimpanan :Dalam wadah tertutup rapat.
OTT :Dapat bereaksi dengan obat dan bahan tambahan lain yang
dapat menghidrolisis pada temperatur yang ditingkatkan. Air dapat
bereaksi dengan logam alkali dan oksida-oksida seperti kalsium oksida
dan magnesium oksida. Air juga dapat bereaksi dengan gram-garam
anhidrat untuk membentuk hidrat-hidrat dari berbagai komposisi, dan
dengan material organik dan kalsium karbida.

2. Sodium Lauril Sulfat(11)

16
Rumus molekul : CH3(CH2)12OSO3 Na
Berat Molekul : 290 310 g/mol
Ciri Fisik : bubuk putih
Kelarutan : 150 gr/l
pH : 9 10
Densitas : 1.05 gr/ cm3
Sifat sifat : merupakan surfaktan anionic,
ramah lingkungan, merupakan bahan pembuat busa, surfaktan
dengan produksi terbesar karena biaya yang relatif rendah
(http://www.chwmicalland21.com).

Natrium lauril sulfat adalah campuran natrium alkil sulfat,


terdiri terutama dari natrium dodesilsulfat CH 3(CH3)12OSO3Na.
Mengandung tidak kurang dari 85,0 % natrium alkil sulfat, dihitung
sebagai C12H25NaO4S.
Nama lain : Sodium Lauril Sulfat
Pemerian : Serbuk atau hablur, warna putih atau kuning
pucat, bau khas, lemah.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Denaturan, surfaktan, pembersih, sebagai
detergent pembusa.

3. Gliserin(11)
- Warna : Putih
- Rasa : Rasa tawar seperti lendir
- Bau : Hampir tidak berbau
- Bentuk : Butir, bentuk bulat (bulat telur)
- Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan
dengan
etanol 95 %,praktis tidak larut dalam
kloroform dalam eter dan dalam minyak
lemak dan dalam minyak menguap.
- Titik lebur : 18oC
- Titik didih : 290oC
- Massa molekular : 92,09382g/mol
- Bobot jenis : 1,261 g/ml
17
- pH larutan :7
- Stabilitas : Stabil terhadap udara : Higroskopik
dengan
adanya udara dari luar (mudah teroksidasi),
stabil terhadap panas : Mudah
terdekomposisi dengan adanya pemanasan,
mengkristal dalam suhu rendah, Kristal
tidak akan mencair sampai dengan suhu
20oC akan timbul ledakan jika dicampur
dengan bahan teroksidasi.
- Inkompatibilitas : Seperti kromiumtrioksid, kalium horat,
atau kalium permanganate, berubah warna
menjadi hitam dengan adanya cahaya atau
setelah kontak dengan ZnO dan bisulfat,
gliserin ditambah kontaminan yang
mengandung logam akan berubah warna
dengan penambahan fenol salisilat dan
tannin, asam borat membentuk kompleks
gliseroborik acid (lebih kuat dari pada asam
borat)

Pada saat ini pemakaian gliserin untuk berbagai keperluan


industri sudah sangat luas sekali.Berikut ini persentase pemakaian
gliserin untuk berbagai keperluan industri :
Alkyd resin : 36 %
Cosmetic/pharmaceutical : 30 %
Tobacco product : 16 %
Food/beverages : 10 %
Urethane uses : 6 %
Explosives : 2 %
4. Asam Sitrat

Sebagai tambahan, asam sitrat membentuk berbagai jenis ester,


amida dan asil klorida. Senyawa campuran seperti garam ester juga dapat
terbentuk. Tetapi anhidratnya tidak dapat terbentuk, tetapi derivate asil dari
asam dapat didehidrasi untuk membentuk derivate asil, eter dan
18
sebagainya (Othmer, 1967) . Asam sitrat dapat memperbaiki kelarutan
seperti propilen glikol dan dapat digunakan sebagai penstabil dalam lemak.
Pemakaian asam sitrat banyak digunakan dalam industri makanan (75%),
industri farmasi (10%), industri kosmetik dan industri lainnya (15%),
karena disamping memiliki cita rasa dan struktur kimiannya mempunyai
gugus alfa hidroksi yang dapat mencegah penuaan pada kulit, dimana
kelarutannya yang tinggi, rasa asam yang segar sehingga memberikan nilai
yang istimewa (Othmer,K.,1976)

Asam sitrat berbentuk anhidrat atau mengandung satu molekul air


hidrat.Mengandung tidak kurang dari 99.5% dan tidak lebih dari 100.5%
C6H8O7 dihitung terhadap zat anhidrat.

Pemerian : hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur


granul sampai halus, putih, tidak berbau atau praktis
tidak berbau, rasa sangat asam. Bentuk hidrat mekar
dalam udara kering.

Kelarutan : sangat mudah larut larut dalam air, mudah larut


dalam etanol. Agak sukar larut dalam eter.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

5. PEG 150 Distearat(11)


- Penyimpanan : Simpan dalam rapat selaed kontainer di temps tidak
lebih besar dari 90 F.
- Polaritas : nonionik.
- Kelarutan : Air, Isopropyl Alkohol, Toluene, Propylene Glycol.
- pH (3% berair): 4.5
- HLB Nilai : 18,9
- Titik Nyala :> 175C (> 347F)
- Tuang Titik : 56 C (133F)
- Berat jenis cairan : 1,07 pada 25C (77F)
- Batas Penggunaan : 0,5%- 3% pada sediaan kosmetik sabun dan
shampoo

6. Disodium Cocoamphodiacetace
- Nama Lain : DisodiumN-2- (N- (2-carboxymethoxyethyl)
N-carboxymethylamino) ethylcocamide
Senyawaimidazolium, 1-(2- (carboxymethoxy) etil) -1-
(karboksimetil) alkil-4,5-dihidro-2-norcoco, hidroksida,
19
garambatin,garamdisodium
Cocoamphocarboxyglycinate
- Bentuk : Cairan kental
- Warna : Berwarna kuning pucat
- Kelarutan : Larut dalam air

- Rumus Kimia :

- Risiko : iritasi, iritasirendah untukkulit dan mata.


- Karakteristik : sangat baik untuk meningkatkan busa.

7. Propandiol
- Nama Lain : 1,2 - propanediol; 1,2 - dihydroxy propana; Propylene
glycol; -propanediol
- Rumus Kimia : CH2OHCHOHCH3 (C3H8O2)
- Bentuk : Cairan
- Warna : Cairan jernih
- Bau : hampir tidak berbau
- Kelarutan : Larut dalam air, etanol dan pelarut organic
- Titik Didih : 188,2 0 C

8. Polietilen Glikol(10)
- Nama lain : PEG
- Bentuk : Cair jernih
- Warna : Tidak berwarna atau agak kekuningan
- Bau : Berbau manis
- Kegunaan : Digunakan sebagai basis salep, plasiticizer,
lubrikankapsul dan tablet, basis supositoria dan pelarut
.
9. Lavandula Hybrida (13)

20
- MetodeumumEkstraksi : Steamsuling
- BagianBiasanyaDigunakan : Daun danBunga/Buds
- Warna : Cairan jernih berwarna kuning
- KekuatanAromaawal :Sedang
- AromatikKeterangan : Segar, manis, bunga,
lebihherbadarilavender.
- Kegunaan : Abses, asma, lecet, bisul, luka bakar,
luka, sistitis, kulit kering, kulit kusam, eksim, kelelahan, gigitan
serangga, kulit yang teriritasi, kutu, nyeri otot, kudis, shock, luka,
keseleo, strain, vertigo,luka.

10. Cocoamidopropil Betain


- Bentuk : Larutan encer kuning terang
- Bau : tidak berbau
- Konsentrasi : 5%-10%
- Kegunaan : Surfaktan, efek melembutkan,

11. Disodium Edetat


- Nama lain : Na-EDTA
- Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna atu kuning;
bau mirip amoniak.
- Kelarutan : Praktis tidak larut dalam kloroform dan
eter, sedikit larut dalam etanol 95%; larut dalam 11
bagian air
- OTT : Agen oksidasi kuat, basa kuat, dan ion
logam polivalen seperti tembaga, nikel dan tembaga
alloy.Asam edetat dan disodium edetat berkelakuan
sebagaiasam lemah, menggantikan karbon dioksida
dari karbonat dan bereaksi dengan logam pada bentuk
hidrogen.
- Stabilitas : Garam edetat lebih stabil dari pada asam
bebas, yang mana dekarboksilat jika dipanasi diatas
150C. disodium edetat dihidrat kehilangan air dari
Kristalsaat dipanasi pada temperatur 120C. larutan
encerasam edetat atau garam edetat dapat
disterilisasidengan autoclave, dan dapat disimpan pada
wadah bebas basa
21
- Penyimpanan : Dapat disimpan pada wadah tertutup rapat
pada tempat yang sejuk dan kering.
- Penggunaan : Chelating agent 0,005-0,1%

2.5 Evaluasi Sediaan Sabun Cair

Evaluasi sediaan sabun cair meliputi beberapa hal seperti pengamatan


bentuk fisik, perubahan pH, penentuan sifat alir, penentuan bobot jenis,
kestabilan busa dan stabilitas produk.Yang mendapatkan perhatian lebih
adalah penentuan sifat alir, kestabilan busa dan stabilitas produk.
1. Penentuan sifat alir (6)
Penentuan sifat alir berhubungan erat dengan viskositas .viskositas adalah
suatu pernyataan yang menyatakan tahanan yang mencegah zat cair untuk
mengalir. Makin tinggi viskositasnya , makin besar tahanannya. Prinsip
prinsip dasar reologi ini penting dalam bidang formulasi produk farmasi
dan kosmetika seperti emulsi, pasta, supositoria, krim, lotion , dan produk
cair lainnya.
Jika zat diklasifikasikan menurut tipe aliran dan deformasinya, maka pada
umumnya terbagi menjadi dua macam, yaitu system Newton dan system
non-newton.Pemilihannya tergantung dan sifat aliran sesuai dengan hukum
alir Newton atau tidak. Menurut system Newton, semakin besar viskositas
suatu cairan , akan semakin besar pula gaya persatuan luas (shearing
stress) yang diperlukan untuk menghasilkan suatu rate of shear tertentu.
Sehingga rate of shear berbanding langsung dengan shearing
stress.Dengan membuat kurva antara tekanan geser (shearing stress) dan
kecepatan geser (rate of shear), maka dapat dilihat sifat alir suatu cairan
system non newton lebih sering ditemukan dalam sediaan farmasi dan
kosmetik , seperti larutan koloid, emulsi , suspense cair dan salep. Ada tiga
kelas aliran system non newton, yaitu aliran plastis , pseudoplastis, dan
dilatan.
Aliran Plastis
Kurva aliran plastis tidak melalui titik nol tetapi agak memotong sumbu
tekanan geser (atau akan memotong jiks bagiannya yang lurus

22
dekstrapolasikan terhadap sumbu tersebut ) pada titik tertentu yang disebut
yield value. Zat tidak akan mengalir sampai tekanan geser yang diberikan .
Aliran Pseudoplastis
Sejumlah besar produk farmasi termasuk gom arab dan derivatnya
menunjukkan aliran ini. Sebagai aturan umum, aliran pseudoplastis
diperlihatkan oleh polimer-polimer dalam larutan, yang merupakan
kebalikan dari system plastis, yang tersusun dari partikel-partikel yang
terflokulasi dalam suspense.Kurva konsistensi untuk zat pseudoplastis
mulai dari titik nol (atau mendekatinya pada tekanan geser yang rendah).
Tidak terdapat yield value seperti kurva aliran plastis .
Aliran Dilatan
Suspensi tertentu dengan persentase zat padat terdispersi yang tinggi
menunjukkan suatu kenaikan tahanan terhadap aliran dengan
bertambahnya kecepatan geser. System demikian mengalami pertambahan
volume jika digeser , dan disebut dilatan. Kalau pseudoplastis sebagai
system yang menipiskan geseran, maka dilatan adalah system yang
menebalkan geseran.
2. Stabilitas
Stabilitas diartikan bahwa sediaan ketika disimpan dalam kondisi
penyimpanan tertentu di dalam kemasan penyimpan dan
pengangkutannya tidak menunjukkan perubahan sama sekali atau
berubah dalam batas-batas tidak menunjukkan perubahan sama sekali
atau berubah dalam batas-batas yang diperbolehkan .stabilitas
dipengaruhi oleh duafaktor, yaitu labilitas bahan penyusun sediaan
dan factor luar seperti suhu, kelembaban dan cahaya yang dapat
menginduksi atau mempercepat jalannya reaksi. Pada sediaan padat,
reaksi yang menyebabkan ketidaktabilan berjalan lambat, tapi dalam
sediaan cair atau system yang mengandung air sangat peka akan
penguraian sehingga perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui
stabilitas sediaan tersebut (6)
Pengujian stabilitas kosmetik tidak melibatkan bahan aktif yang
mempunyai efek farmakologi , tapi lebih diutamakan pada
penampilan dan karakteristik produk tersebut. Persyaratan stabilitas
yang harus dipenuhi oleh kosmetik emulsi pada umumnya meliputi
penampilan fisik (pemisahan dan perubahan warna ), bau, viskositas,
dan perubahan kimia (pH, hidrolisis) (6).
23
Prosedur pengujian stabilitas dibuat sedemikian rupa untuk
mendapatkan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam
waktu singkat.Dalam hal ini, sampel disimpan dalam suatu kondisi
yang diciptakan untuk mempercepat perubahan yang terjadi dalam
keadaan normal. Beberapa kondisi yang digunakan adalah suhu yang
dinaikkan , kelembaban yang dinaikkan , percobaan dengan siklus
dan freeze thaw (6).

BAB III
METODOLOGI

3.1. Formulasi
F1 F2 F3 F4 F5
Nama Bahan Karakteristik
(%) (%) (%) (%) (%)
Water Pelarut Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100
Cocarnidopropyl Betain Larut dalam air,
konsentrasi 5-
5 4,46 5 5
10% sebagai
Surfaktan
Sodium Laurate Sulfat Surfaktan
anionic ,
0,4 0,4
pembentuk busa
, larut dalam air
Polysorbate 20 Basis Sabun 3 4 1,5
Disodium Surfaktan
cocoamphodiacetate amfoterik,
pembentuk busa
yang stabil , 0,04 13,0
konsentrasi yang
digunakan 5%-
10%
Sodium Solven
1,5
Lauroamphocatate
Sodium Lactat 2
24
Gliserin Humektan 25
Dinatrium EDTA Larut dalam 11
bagian air, batas
penggunaan
0,1
sebagai
chelating agent
0,005-0,1%
PEG 150 Distearate Basis Sabun,
larut dalam air,
batas 3 3 2
penggunaan
0,5%-3%
Chamomilla recuitita Dapat
flower ekstrak menghaluskan
kulit dan
menenangkan
0,04 1,0
terutama untuk
kulit yang lebih
sensitive dan
mudah merah
Sodium benzoate 0,4
Alcohol Pelarut 10
Phenoxyethanol Pelarut 10
Citric Acid 50% Pengatur pH,
konsentrasi
0,65 0,1 0,65 0,65 0,65
dalam industri
kosmetik 15%
Fragrance Pengaroma 3,5 q.s

Methyl Paraben 0,2

Glukose, Glukose Preservative Part A :


Oxidase, Substra
Lactoperoxidase, t1
Bioactive Enzyme, & Part B :
Substrar Enzim
0,05
Cocoamidopropyl Surfaktan
8,82
Hydroxy Sultaine
Sodium Benzoat Pengawet 0,3 0,4
Minyak jarak Pelarut lemak 9
PEG-30 Glyceryl Emolien
3
Cocoate
Surfaktan Blend Surfaktan 25
(Disodium Lauryl
25
Sulfosucinat, Sodium
Cocoyl Isethionate,
Cocoamidopropil
Betaine)
Glucomate VLT Surfaktan
Thichmer
4,28
(PEG-Methyl glucose
triolete & Propandiol)
Propandiol Humektan 0,5
PEG-7 Glyceril Cocoate Skin
1,0
Conditioner
PEG-120 Methyl Glucos Iritacy Reduce
2,75
Diolate
Lavandula Hybrida Oil Essensial Oil
0,1
(Fragrance)
Ocean Breeze Fragrance 0,1
Glydant Preservativ
(iodopropyl Butyl
0,5
carbamate, DMDM
Hydantoin)
Parfum Pengaroma 0,5 0,5
Laureth-3 Emulsifier 1,2
Keterangan : F1 : johnson baby bedtime bath, F2: Lubrizol Mild Sulfate-Free Baby Body
Wash, F3 : Sebamed baby bubble bath, F4: Lavandin Calming Baby Bath, F5: Kelompok

3.2. METODE PEMBUATAN SABUN CAIR


a. Formula 1
1. Timbang dan ukur semua bahan.
2. Pada suhu 60 0C campur bahan A ( Coco-betain, Sodium laurel sulfat, PEG 150
Distearat , Polysorbat 20)
3. Larutkan sodium amphodiacetat dengan aquadest secukupnya ad larut. (bahan
B)
4. Larutkan sodium benzoate dengan aquadest secukupnya ad larut. (bahan C)
5. Campurkan bahan A dan bahan B dengan pengadukan ad homogeny
6. Tambahkan larutan bahan C sebagai pengawet ad homogeny.
7. Tambahkan parfum secukupnya,
8. Tambahkan larutan asam sitrat ad pH 5, cukupkan dengan aquadest ad 100%.
9. Lakukan evaluasi.

26
b. Formula 2
1. Timbang dan ukur semua bahan.
2. Pada suhu 60 oC campur bahanA (Coco-Betain, PEG 30 GC, PEG 120
MTG ) dengan aquadest ad larut dan homogeny .
3. Tambahkan Glucamat , dengan pengadukan ad homogeny.
4. Tambahkan Glydan dan fragrance dengan pengadukan ad homogeny
5. Tambahkan buffer atau larutan dapar sitrat ad pH 5. Cukupkan dengan
aquadest ad 100%.
6. Lakukan evaluasi.

c. Formula 3
3. Timbang semua bahan.
4. Pada suhu 60 0 C, campurkan bahan A ( cocoamidopropil betain, polisorbat 20,
disodium cocoamphodiacetat) dengan aquadest secukupnya, aduk ad larut dan
homogeny.
5. Campurkan bahan B ( PEG-150 distearat + alkohol ad homogen)
6. Campurkan bahan C (sodium laktat + sodium benzoate dengan aquadest
secukupnya ad larut dan homogen)
7. Campurkan bahan D (chamomile extract + phenoxythanol) ad larut dan
homogen
8. Campurkan bahan A dan bahan B ad homogen.
9. Tambahkan bahan D, kemdian bahan C sebagai pengawet, parfum campur ad
homogen.
10. Tambahkan larutan asam sitrat ad pH 5, cukupkan dengan aquadest ad 100%.
11. Lakukan evaluasi.

d. Formula 4
0
1. Pada suhu 70 C ,campurkan bagian A ( Disodium cocoamphodiacetat,
cocoamidopropil hydroxysultaine, propandiol, laureth-3)dalam air ad larut dan
homogeny.
2. Tambahkan PEG-7 Glyceril & PEG- 120 Methyl Glucose dengan pengadukan
ad larut dan homogeny.
3. Turunkan suhu menjadi 40 o C .

27
4. Tambahkan Lavandula Hybrida, Polysorbat 20, Chamomile ekstrak dengan
pengadukan ad larut dan homogeny.
5. Tambahkan Biover Enzym & Substrat sedikit demi sedikit dengan pengadukan
ad larut dan homogeny.
6. Tambahkan larutan asam sitrat sampai pH berkiar antara 6,0 6,5
7. Lakukan evaluasi

3.3 Formulasi Kelompok

Nama Bahan Fungsi F Kelompok %


Water Pelarut Ad 100 Ad 100
Hydrocarbon castor Oil Pelarut lemak / minyak 9
(Minyak jarak) lemak
Cocarnidopropyl Betain Surfaktan 5

Citric Acid Pembentuk busa, 0,65


pengatur pH, pengkhelat
ion logam
Gliserin Humektan 25
Metilparaben Pengawet 0,2
Sodium Lauril Sulfat Surfaktan 0,4
Fragrance Pengaroma q.s
Dinatrium EDTA Pengompleks 0,1
PEG 150 Distearat Basis sabun 2

1. Timbang dan ukur semua bahan.


2. Campur fase minyak bahan A(Hydorcarbon Castor Oil ,Metil Paraben)
3. Campur fase air bahan B(Dinatrium EDTA, Gliserin, PEG-150 DS,
Cocoamidopropyl Betain, Sodium Lauril Sulfat dengan pengadukan),
4. Campur fase minyak dan fase air pada suhu 60-70C,
5. Tambahkan fragrance dengan aquadest sebagian.
6. Campur ad homogen.
7. Tambahkan buffer atau larutan dapar sitrat ad pH 5. Cukupkan dengan aquadest
ad 100%.
8. Lakukan evaluasi.

28
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Formula sabun cair bayi ini dibuat berdasarkan formulasi sediaan yang sudah ada,
diambil beberapa bahan yang paling baik untuk membuat sediaan cair bayi yang
ekonomis, tidak menimbulkan iritasi pada kulit bayi yang sensitif dan tidak terlalu
banyak mengandung bahan-bahan kimia. Pada proses pembuatan sabun , campuran fase
minyak dan fase air dibuat terpisah kemudian dicampurkan dengan pengadukan pada
suhu 60-70C.
Asam sitrat yang digunakan dalam formulasi kelompok sebagai bahan pembuat
busa juga memiliki fungsi lain sebagai pengatur pH dan berfungsi juga sebagai agen
pengkelat yaitu pengikat ion-ion logam pemicu oksidasi sehingga mampu mencegah
terjadinya oksidasi pada minyak (Hidrokarbon Castor Oil / Minyak Jarak) pada saat
pemanasan. Kemudian sodium lauril sulfat dan cocoamidopropyl betain merupakan
kombinasi surfaktan yang ditujukan agar menghasilkan busa yang stabil .Sodium Lauril
Sulfat (SLS) merupakan surfaktan utama dan memiliki sifat pembentuk busa yang baik.
SLS biasa dikombinasi dengan surfaktan lain supaya lebih kompatibel dengan kulit dan
busanya lebih stabil (Barel et al, 2009) .
Cocoamidopropyl betain digolongkan ke dalam surfaktan amfoterik.
Cocoamidopropyl Betain adalah surfaktansekunder dengan sifat pembusa, pembasah,
dan pengemulsi yang baik, khususnya dengan keberadaan surfaktan anionik (Barel et
al, 2009). Selanjutnya adalah gliserin yang merupakan humektan sehingga berfungsi
untuk melembabkan kulit. Ditambahkan PEG -150 DS untuk membuat sediaan sabun
yang semakin stabil dan tidak memberikan efek iritasi pada mata serta aman dalam
produk kosmetik bayi. Kemudian ditambahkan Dinatrium EDTA sebagai
29
pengkhelat.Bahan terakhir yang ditambahkan adalah fragrance sebagai pengaroma,
pengawet metil paraben yang sudah dilarutkan ke dalam minyak, campurkan ad
homogen kemudian ditambahkan larutan buffer ad pH 5.Kemudian dilakukan evaluasi
sediaan yang dijelaskan dibawah ini.

4.2 Evaluasi Sediaan Sabun Cair Bayi

1. Pengujian Sediaan Sabun Cair Bayi


Uji Organoleptis Meliputi: bau, warna, bentuk sediaan
Evaluasi Fisika
a. Pengukuran pH
Sesuai dengan pH netral.
b. Pengukuran Viskositas
Tidak terlalu kental agar memudahkan saat penuangan, tidak terlalu encer
agar memudahkan saat penggunaan.
c. Homogenitas
Kandungan zat aktif merata di seluruh bagian.
d. Uji kelembaban
Pengujian kelembaban produk dilakukan untuk mengetahui kestabilan
produk terhadap kehilangan air karena penguapan (water holding
capacity). Dalam pengujian ini, kelembaban produk dinyatakan sebagai
kemampuan produk dalam mempertahankan beratnya terhadap pengaruh
panas matahari. Kehilangan berat yang kecil menandakan bahwa produk
memiliki tingkat kestabilan dan kelembaban yang tinggi.
Evaluasi kimia
a. Uji identifikasi
b. Penetapan kadar

2. Uji Stabilitas
Untuk memastikan bahwa produk dapat dipasarkan. Mulai dari
penyimpanan dan pengangkutannya tidak menunjukkan perubahan sama sekali
atau berubah dalam batas-batas yang diperbolehkan .stabilitas dipengaruhi
oleh dua factor yaitu :
a. Labilitas bahan penyusun sediaan

30
b. Factor luar seperti suhu, kelembaban, dan cahaya
Langkah yang pertama ada atau tidaknya perubahan yang ditandai oleh :
1. Perubahan kimia
Perubahan warna, warna memudar, perubahan bau, noda, kristalisasi
2. Perubahan Fisika
Pemisahan, pengendapan, pengumpulan, blooming, sweating, gelling,
perubahan bentuk produk / bentuk tidak rata, penguapan, pembekuan,
softening.

31
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Kriteria Sabun Cair Yang Baik (secara umum) :
1). Mudah digunakan
2). Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan
3). Bahan aktif kompatibel dengan bahan tambahan lain.
4). Bahan dasar dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit (5).

Sabun cair bayi dalam formulasi ini mengandung Sodium Lauril Sulfat
sebagai surfaktan utama , cocoamidopropil betain sebagai surfaktan sekunder. Sodium
Lauril Sulfat merupakan surfaktan anionic yang sangat baik dalam membentuk busa
dan berfungsi dalam produk sabun. Cocoamidopropil betain merupakan surfaktan
yang dapat bercampur dengan surfaktan jenis lain , dan berfungsi untuk membentuk
busa yang lebih stabil, sehingga dalam formulasi ini sabun cair yang diperoleh dapat
menghasilkan busa yang stabil, gliserin sebagai emolien atau dapat memberikan efek
melembutkan, PEG 150 Distearat sebagai basis sabun dan sangat baik untuk sediaan
sabun cair bayi karena tidak menimbulkan iritasi pada mata, methyl paraben sebagai
pengawet,minyak jarak sebagai pelarut lemak, asam sitrat sebagai pengatur pH ,
disodium EDTA sebagai pengkhelat , fragrance , dan aqua destilata sebagai pelarut.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Tri Novinaty, Pengaruh Formulasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan


Alam, Universitas Indonesia, 2008.
2. Rosen, M.J , Surfactan and Interfacial Phenomena John Wiley and son, USA, 1978 :
272-276
3. Mitsui , T., New Cosmetics and Science Elsevier . Amsterdam, Netherlands , 1997.
4. Umbach , W, Comsetics & Toiletries , Development, Production, Use . 1st edition,
Allured Publishing Corp. 1991.
5. Reynold , E.F (ed) Martindale : The Extra Pharmacopela 28th edition The
Pharmaceutical Press . London 1982 ; 952-953

6. Keithler, W.M.R., The formulation of Cosmetics Spacialties, Drug and Cosmetic


Industry, New York, 1956.

7. Soeryati, Sri, Sediaan kosmetika, departemen pendidikan nasional Unpad, bandung,


2002.

8. Schrader, Karlheinz and Andreas Domsch. 2005. Cosmetology Theory and Practice
Vol II. Verlag Fur Chemische Industrie: Augsburg.

9. http://www.epa.gov/opprd001/inerts/edta.pdf. Diakses pada tanggal : 14 November


2014

10. http://ingredientstodiefor.com/files/EZThixPEG150.pdf Diakses pada tanggal : 14


November 2014
11. http://www.in-cosmetics.com/__novadocuments/54870?v=635382695617300000
Diakses pada tanggal : 14 November 2014
12. Landmark , Larry, The Evolution of Liquid Soap, Cosmetics and Toiletries Vol 107,
allured Publishing Corp, 1992.
33
13. Julia Lawless, TheIllustratedEncyclopediaMinyak Atsiri(Rockport, MA:
ElementBooks, 1995)., 56-67
14. http://ms.swewe.net/word_show.htm/?69587_1&Propanediol Diakses pada tanggal :
14 November 2014
15. http://www.saapedia.org/en/saa/?type=detail&id=7 Diakses pada tanggal : 14
November 2014

34

Anda mungkin juga menyukai