Disusun oleh :
Kelas F
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2017
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan dan memberikan rahmat, hidayah-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar.
Segala usaha dan kemampuan telah penulis curahkan semaksimal mungkin
dalam menyelesaikan makalah ini dengan tujuan memenuhi tugas Mata Kuliah
Pemuliaan Tanaman Terapan
Menyadari bahwa penulisan makalah ini banyak mengalami hambatan, namun
berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka hambatan tersebut dapat
diatasi.
Harapan penulis, semoga Allah SWT senantiasa memberikan pertolongan dan
anugerah terbaik atas jasa yang telah diberikan. Penulis menyadari, bahwa tiada gading
yang tak retak, maka dengan tangan terbuka kritik dan saran yang bersifat membangun,
akan penulis terima dengan senang hati. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua
pihak. Dan semoga Allah melimpahkan rahmat kepada kita semua. Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................................2
BAB I................................................................................................................................3
PENDAHULUAN............................................................................................................3
1.1 Latar Belakang......................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................5
2.1 Pembentukan Populasi Segregasi........................................................................5
2.2 Pembentukan Galur Murni.............................................................................5
2.3 Evaluasi Galur Murni dan Seleksi Tetua............................................................7
2.4 Produksi Benih F1..................................................................................................8
BAB III...........................................................................................................................10
PENUTUP......................................................................................................................10
3.1 Simpulan...............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................11
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cabai atau cabai merah a atau cabai pedas adalah salah satu komoditi sayuran yang
sangat penting. Luas pertanamannya selalu yang terluas di antara sayuran lainnya.
Kegunaannya selain untuk bumbu masak yang selalu digunakan hampir pada semua
panganan di Indonesia, juga untuk keperluan industri.
Hasil produksi cabai yang maksimal selain tergantung pada pemeliharaan dan
persiapan waktu panen, juga sangat bergantung pada jenis atau kultivar cabai itu
sendiri. Penyaringan antar varietas dilakukan untuk memperoleh cabai unggul tersebut.
Kandungan vitamin C pada buah cabai cukup tinggi, sehingga hal ini merupakan
nilai tambah dari dataran rendah sampai dataran tinggi, sehingga banyak petani di
Indonesia yang bertanaman cabai.
Pada tanaman cabai diketahui adanya fenomena heterosis, sehingga memungkinkan
untuk dibentuk varietas hibrida yang akan menghasilkan sifat-sifat yang lebih baik dari
varietas yang menyerbuk sendiri seperti sifat kualitas dan daya hasil, resistensi terhadap
hama dan penyakit penting serta sifat baik lainnya.
Benih hibrida adalah benih yang diproduksi secara khusus yang menggunakan
paling sedikit dua tetua yang telah teruji sebelumnya. Benih hasil silangan kedua tetua
tersebut benih hibrida. Untuk menghasilkan benih hibrida tersebut, sampai sekarang
masih dilakukan secara manual dengan kedua tetua yang diketahui asal usulnya.
Untuk membudidayakan varietas hibrida biasanya memerlukan cara pengerjaan
yang intensif. Hasil panen yang dicapai dari varietas hibrida lebih tinggi dari pada
kedua tetuanya dan memiliki keseragaman tinggi. Hal ini disebabkan karena tanaman
cabai termasuk tanaman menyerbuk sendiri dan pembiakannya melalui biji, sehingga
varietas dari komoditi ini yang menjadi tetua merupakan galur murni.
Pembentukan varietas hibrida memerlukan waktu yang cukup lama, karena harus
dimulai dari pembentukan populasi segregasi, pembentukan galur murni, evaluasi galur
murni dan seleksi tetua, dan produksi benih F1.
3
1.2 Rumusan Masalah
Melihat uraian diatas, maka ada beberapa masalah yang akan coba dibahas dalam
makalah ini, diantaranya adalah :
1. Bagaimana cara merakit tanaman cabai yang mengandung capsaicin tinggi ?
2. Bagaimana cara merakit tanaman cabai yang menghasilkan daya hasil yang
tinggi?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis untuk :
1. Untuk mengetahui cara untuk merakit tanaman cabai yang mengandung
capsaicin tinggi
2. Untuk mengetahui cara untuk merakit tanaman cabai yang menghasilkan daya
hasil yang tinggi
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembentukan Populasi Segregasi
Pada tahap pembentukan segregasi dari sekian banyak kultivar cabai dipilih beberapa
kultivar yang memiliki sifat unggul. Kultivar cabai yang dipilih adalah Carolina reaper
dan Prabu F1. Cabai Carolina reaper merupakan cabai introduksi dari Carolina, Amerika
Serikat. Saat ini Carolina reaper ditetapkan sebagai cabai terpedas didunia. Carolina
reaper merupakan hasil persilangan antara spesies-spesies cabai Capsicum chinense.
Yang kedua varietas yang digunakan adalah varietas Prabu F1. Vrietas ini merupakan
varietas lokal yang bisa di tanam di dataran rendah dan dataran tinggi .
Pemilihan varietas ini didasarkan karena kita menginginkan cabai yang memiliki kadar
capsaicin tinggi dan bentuk buah panjang dan besar. Oleh karena itu dipilih 2 varietas
tersbut, dimana pada varietas Carolina reaper memiliki kadar capsaicin tinggi tapi
bentuk buah yang membulat, mengerucut, dan permukaannya agak kasar. Untuk
varietas Prabu F1 memiliki bentuk yang panjang, besar, membuur lancim, dan
permukaan kulitnya halus.
5
tetapi dapat juga digunakan baik pada populasi silang dalam atau menyerbuk
silang (Fehr, 19871.)
3.
Gb.1 skema seleksi tetua metode Bulk
Sumber : www.biologydiscussion.com
6
2.3 Evaluasi Galur Murni dan Seleksi Tetua
Dalam rangkaian kegiatan dari perakitan cabai hibrida, ada tahap evaluasi galur murni
(inbreed) dan seleksi tetua. Tahap ini dilakukan dengan cara mengevaluasi daya gabung,
meliputi daya gabung umum (DGU) dan daya gabung khusus (DGK), serta menduga
penampilan double cross. Evaluasi galur murni (inbreed) dan seleksi tetua yang dilihat
berdasarkan daya hasil dan kualitas buah cabai. Parameter yang digunakan dalam
persilangan cabai kultivar Carolina reaper dan Prabu, yaitu kandungan capsaicin yang
tinggi, bentuk buah panjang dan besar, dan permukaan kulit cabai yang halus.
Evaluasi tersebut diketahui berdasarkan daya hasil, dapat berupa tinggi atau
lebih tinggi daripada varietas yang sudah ada dan dari kualitas buah, seperti ukuran
buah sesuai dengan preferensi konsumen, penampilan buah, dan ketahanan simpan.
Kedua tetua hendaknya secara genetik harus jauh hubungan kekerabatannya sehingga
pengaruh dari heterosisnya akan tinggi. Selain itu masing-masing tetua sebaiknya
homozigot, sehingga dampak dari gen-gen resesif tidak tertutup oleh alel-alel
dominannya.
Sifat hasil hibrida yang ingin dicapai, di antaranya kandungan capsaicin yang
tinggi, bentuk buah panjang dan besar, dan permukaan kulit cabai yang halus. Uji daya
hasil cabai hibrida dapat dilakukan dengan pengujian di beberapa daerah dengan
berbagai iklim, dengan tujuan agar menentukan daya adaptasi di daerah mana suatu
varietas dapat tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Daya gabung umum (DGU) dan
daya gabung khusus (DGK) digunakan pada tahap awal untuk mengetahui tetua yang
mana yang dapat menghasilkan potensi hasil tinggi. Tetua yang dapat menghasilkan
daya hasil tinggi diketahui jika hasil turunan dari kombinasi tetua tersebut mempunyai
nilai heterosis yang positif dan daya gabung yang tinggi.
7
Secara umum terjadi peningkatan produksi hibrida F1 dibandingkan dengan
tetua-tetuanya, ini dapat diketahui dari nilai heterosis positif. Adanya pengaruh heterosis
ini disebabkan adanya akumulasi gen dominan, sedangkan heterobeltiosis tidak lepas
dari adanya pengaruh dominan lebih (over-dominan) pada karakter tersebut. Menurut
Perez et al (2009) bahwa nilai heterosis yang tinggi juga menunjukkan adanya aksi gen
non-aditif pada karakter produksi per tanaman sehingga teknik hibridisasi sangat
berguna untuk mengeksplorasi potensi produksi pada cabai hibrida.
Salah satu varietas cabai hibrida yaitu Hot Beauty memiliki karakteristik daya adaptasi
luas, pertumbuhan kekar,tinggi dan subur. Daya hasil 1,2 kg -2,0 kg/tanaman, ukuran
buah panjang 13cm, berat 7,5 gr, diameter 1,4 cm, warna buah masak merah menyala,
rasa sangat pedas di bandingkan varietas cabai hibrida yang lain serta tahan
pengangkutan dan penyimpanan.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
9
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto, Ady., dkk. 2010. Heterosis dan Daya Gabung Karakter Agronomi Cabai
Hasil Persilangan Half Diallel. J. Agron Indonesia. 38 (2): 113-121.
10
Perez, G.M., H.V.A. Gonzales, L.A. Pena, C.J. Sahagun. 2009. Combining ability and
heterosis for fruit yield and quality in manzano hot pepper (Capsicum pubescens
R & P) landraces. Revista Chapingo Series Horticultura 15:47-55.
Syukur, Muhamad,. dkk. Evaluasi Daya Hasil Cabai Hibrida dan Daya Adaptasinya di
Empat Lokasi dalam Dua Tahun. J. Agron Indonesia 38(1) : 43-51.
11