Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan izin-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Adapun penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Perkembangan Peserta Didik.
Makalah ini berjudul Perkembangan Konsep Diri. Dalam makalah ini di
jelaskan mengenai pengertian konsep diri, dimensi konsep diri, perkembangan
konsep diri remaja, karakteristik konsep diri peserta didik, konsep diri dan
perilaku, konsep diri dan prestasi belajar serta implikasi perkembangan konsep
diri peserta didik terhadap pendidikan.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari Pembaca untuk melengkapi
kekurangan makalah ini guna penyusunan makalah selanjutnya.
Semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata
penulis ucapkan terimakasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep diri bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir, ketika kita lahir, kita
tidak memiliki konsep diri, tidak memiliki pengetahuan tentang diri, dan tidak
memiliki pengharapan apa pun terhadap diri kita sendiri. Konsep diri terbentuk
melalui proses belajar yang berlangsung sejak masa pertumbuhan hingga dewasa.
Konsep diri adalah pandangan atau kesan individu terhadap dirinya secara
menyeluruh yang meliputi pendapatnya tentang dirinya sendiri maupun gambaran
diri orang lain tentang hal-hal yang dapat dicapainya yang terbentuk melalui
pengalaman dan interpretasi dari lingkungannya.
Kini, di saat pendidikan menjadi tulang punggung untuk menciptakan
individu yang berkualitas, pembentukan konsep diri positif pada anak didik adalah
suatu hal yang tak dapat ditinggalkan, yang harus dilakukan secara kontinyu dan
menyeluruh pada setiap tahapan perkembangan anak didik. Di luar rumah,
aktivitas kelas dan lingkungan sekolah memberikan warna terhadap pembentukan
imdividu anak didik, yang dalam prosesnya peran guru adalah sangat vital.
Keberhasilannya sangat ditentukan oleh ada atau tidaknya kesadaran, kemauan
dan kreativitas guru untuk mengintegrasikan pembentukan konsep diri yang
positif ke dalam kegiatan pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka timbul perumusan masalah sebagai
berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan konsep diri?
2. Apakah dimensi-dimensi dari konsep diri?
3. Bagaimana karakteristik konsep diri peserta didik?
4. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri?
5. Bagamana peran konsep diri dalam menentukan perilaku?
6. Bagaimana hubungan antara konsep diri denga prestasi belajar?
7. Bagaimana implikasi perkembangan konsep diri peserta didik terhadap
pendidikan?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan konsep diri.
2. Untuk mengetahui dimensi-dimensi dari konsep diri.
3. Untuk mengetahui konsep diri peserta didik.
4. Untuk mengetahui fakto-faktor yang mempengaruhi konsep diri
5. Untuk mengetahui konsep diri dalam menentukan perilaku.
6. Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri denga prestasi belajar.
7. Untuk mengetahui implikasi perkembangan konsep diri peserta didik terhadap
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Usia
Adaya perbedaan usia menentukan perbedaan bagaimana konsep diri akan
dibentuk. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pengalaman yang
diperoleh seseorang sehingga akan semakin mempengaruhi luasnya wawasan
kognitif. Selanjutnya akan menentukan bagaimana persepsi seseorang terhadap
pengalamannya dan akhirnya turut juga berpengaruh dalam mempersepsi
dirinya.
2. Peran Sexsual
Peran seksual adalah pengetahuan individu sendiri apakah ia termasuk
laki-laki ataukah perempuan. Peran seksual akan mempengaruhi perkembangan
konsep diri individu. Itu berarti, peran seksual yang diterapkan pada seorang
anak lambat-laun akan membentuk konsep diri anak.
Misalnya, seorang anak perempuan tunggal yang mempunyai beberapa
saudara laki-laki, dapat dimungkinkan bahwa lambat laun akan berperilaku
seperti layaknya laki-laki, bahkan konsep dirinya juga dibangun dalam
kerangka konsep laki-laki. Perbedaan peran kedua jenis kelamin tersebut
mengakibatkan adanya perbedaan perilaku terhadap laki-laki dan perempuan.
Perbedaan perilaku terhadap kedua jenis kelamin ini telah diterapkan sejak diri
pada kehidupan anak.
Orangtua akan memberikan perlakuan yang berbeda antara anak laki-laki
dan perempuan. Orangtua mengajarkan anak laki-laki untuk bersikap sebagai
makhluk kuat, mandiri, bertanggung jawab, dan harus melindungi perempuan
dan anak-anak. Orangtua mengajarkan anak perempuan untuk bersikap lemah
lembut, emosional, patuh, pasif, dan harus dilindungi. Perbedaan perilaku
tersebut akan membentuk konsep diri sesuai dengan jenis kelaminya.
3. Keadaan Fisik
Keadaan fisik merupakan faktor yang dominan bagi seseorang, khususnya
bagi seorang wanita. Ini disebabkan keadaan fisik memegang peranan penting
dalam pembentukan konsep diri. Gambaran fisik dipahami melalui pengalaman
langsung dan persepsinya mengenai tubuhnya sendiri. Adanya
ketidaksempurnaan tubuh seseorang, akan mempengaruhi konsep diri secara
tidak langsung. Dengan kata lain, proses evaluasi tentang tubuhnya didasarkan
pada norma sosial dan umpan balik dari orang lain. Penilaian yang positif
terhadap keadaan fisik seseorang baik dari diri sendiri maupun dari orang lain
sangat membantu perkembangan konsep diri yang positif.
4. Sikap-sikap Orang di Lingkungan Sekitarnya
Roger (1961) menyatakan bahwa perkembangan konsep diri ditentukan
oleh interaksi yang terbentuk antara individu dengan lingkungan sekitarnya. Ini
berhubungan dengan feed back atau umpan balik yang diberikan oleh orang-
orang disekitarnya terhadap perilaku individu tersebut. Umpan balik yang
diberikan orang dilingkungannnya akan mempengaruhi konsep diri indvidu.
Jika umpan balik yang diberikan orang-orang di lingkungannya
menunjukkan penerimaan maka individu merasa diterima dan akan membantu
perkembangan konsep diri ke arah positif. Tetapi jika umpan balik yang
diberikan oleh orang-orang dlingkungannya menunjukkan penolakan, individu
akan merasa terabaikan, terasing, merasa rendah diri, dan akan membentuk
konsep diri yang negatif.
5. Figur-figur Bermakna
Banyak figur yang bermakna bagi individu yang pada intinya memberi
pengaruh pada dirinya, baik melalui umpan balik ataupun melalui perilaku
yang kemudian diinternalisasikannya. Figur-figur tersebut memberi pengaruh
yang sangat terasa dalam pembentukan dan perkembangan konsep diri. Figur
bermakna biasanya orang yang mempunyai arti khusus bagi individu meliputi
orangtua, angota keluarga, guru, teman, pacar dan tokoh idola.
Faktor-Faktor Lingkungan
Keberhasilan belajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar diri
siswa, di antaranya yaitu:
a) Faktor Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pendidikan,
memberikan landasan dasar bagi proses belajar pada lingkungan sekolah dan
masyarakat. Faktor-faktor fisik dan sosial psikologis yang ada pada keluarga
sangat berpengaruh terhadap perkembangan belajar anak.
b) Faktor Sekolah
Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan
belajar siswanya. Lingkungan ini meliputi lingkungan kampus, sumber-sumber
belajar, metode mengajar, relasi antara guru dan siswa, atar siswa dan siswa,
kurikulum, sarana prasarana, kebijakan penilaian.
c) Faktor Masyarakat
Lingkungan masyarakat di mana siswa atau individu berada juga
mempengaruhi terhadap semangat atau aktivitas belajarnya. Lingkungan
masyarakat di mana warganya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup,
terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar di dalamnya
akan memberikan pengaruh yang positif terhadap semangat dan perkembangan
belajar generasi mudanya, begitu pula sebaliknya.
Kemampuan Pembawaan
Menurut Mustaqim dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan
menyatakan bahwa anak yang mempunyai kemampuan pembawaan yang lebih
baik akan lebih mudah dan lebih cepat belajar dari pada anak yang mempunyai
kemampuan yang kurang.
Ukuran Prestasi Belajar
Dewasa ini ukuran penilaian yang diberlakukan untuk tingkat Perguruan
Tinggi adalah simbol penilain huruf. dijelaskan bahwa ukuran prestasi belajar
adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Ukuran Prestasi Interval Nilai Bobot Nilai Predikat
Belajar
Skor
No.
1 81-100 A 4 Sangat baik
2 66-80 B 3 Baik
3 56-65 C 2 Cukup
4 46-55 D 1 Kurang
5 0-45 E 0 Gagal
1. Membuat siswa merasa mendapat dukungan dari guru. Dukungan ini dapat
berupa dukungan emosional (emotional support), seperti ungkapan empati,
kepedulian, perhatian, dan umpan balik, dan dapat berupa dukungan
penghargaan (esteem support), seperti ungkapan hormat (penghargaan)
positif terhadap siswa, dorongan untuk maju, serta perbandingan positif
antar siswa dengan siswa yang lain. Bentuk dukungan ini memungkinakn
siswa untuk membangun perasaan memiliki harga diri, memiliki
kemampuan atau kompeten dan berarti.
2. Membuat siswa merasa bertanggung jawab. Memberi kesempatan pada
siswa untuk membuat keputusan sendiri atas perilakunya dapat diartikan
sebagai upaya guru untuk memberi tanggung jawab kepada siswa.
Tanggung jawab ini akan mengarahkan sikap positif siswa terhadap diri
sendiri, yang diwujudkan dengan usaha pencapaian prestasi belajar yang
tinggi serta peningkatan integritas dalam menghadapi tekanan social. Hal
ini menunjukkan pula adanya pengharapan guru terhadap perilaku siswa,
sehingga siswa merasa dirinya mempunyai peranan dan diikutsertakan
dalam kegiatan pendidikan.
3. Membuat siswa merasa mampu. Dapat dilakukan dengan cara
menunjukkan sikap dan pandangan positif terhadap kemampuan yang
dimiliki siswa. Guru harus berpandangan bahwa semua siswa pada
dasarnya memiliki kemampuan, hanya saja mungkin belum
dikembangkan. Dengan sikap dan pandangan positif terhadap kemampuan
siswa ini, maka siswa juga akan berpandangan positif terhadap
kemampuan dirinya sendiri.
4. Mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang realistis. Dalam upaya
meningkatkan konsep diri siswa, guru harus membentuk siswa untuk
menetapkan tujuan yang hendak dicapai serealistis mungkin, yakni tujuan
yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Penetapan tujuan yang
realistis ini dapat dilakukan dengan mengacu pada pencapaian prestasi
sudah dapat diramalkan, sehingga siswa akan terbantu untuk bersikap
positif terhadap kemampuan dirinya sendiri.
5. Membantu siswa menilai diri mereka secara realistis. Pada saat mengalami
kegagalan, adakalanya siswa menilai secara negative, dengan memandang
dirinya sebagai orang yang tidak mampu. Untuk menghindari penilaian
yang negative dari siswa tersebut, guru perlu membantu siswa menilai
prsetasi mereka secara realistis, yang membantu rasa percaya akan
kemampuan mereka dalam menghadapi tugas-tugas sekolah dan
meningkatkan prestasi belajar di kemudian hari. Salah satu cara membantu
siswa menilai diri meraka secara realistis adalah dengan membandingkan
prestasi siswa pada masa lampau dan prestasi siswa saat ini. Hal ini pada
gilirannya dapat membandingkan motivasi, minat, dan sikap siswa
terhadap seluruh tugas di sekolah.
6. Mendorong siswa agar bangga dengan dirinya secara realistis. Upaya lain
yang harus dilakukan guru dalam membantu mengembangkan konsep diri
peserta didik adalah dengan memberikan dorongan kepada siswa agar
bangga dengan prestasi yang telah dicapainya. Ini adalah hal yang penting,
karena perasaan bangga atas prestasi yang dicapai merupakan salah satu
kunci untuk menjadi lebih positif dalam memandang kemampuan yang
dimiliki.
Point pertama dalam beberapa strategi yang dapat dilakukan guru dalam
meningkatkan dan mengembangkan konsep diri peserta didik berupa dukungan
support (emosional support) dan dukungan penghargaan (esteem support).
Dukungan support (emosional support) seperti ungkapan empati, kepedulian,
perhatian, dan umpan balik. Menurut Harjasuganda dalam Rusli Lutan (2008),
Umpan balik adalah pengetahuan yang diperoleh berkenaan dengan sesuatu
tugas, perbuatan atau respons yang telah diberikan. Fungsi feedback adalah
memberikan motivasi, reinforcement (Harsono, 1988:89) atau punishment.
Menurut Apruebo (2005:100), Reinforcement means any event that increase the
probability that a particular response will reoccur under similar consequences.
Reinforcement maksudnya adalah pemberian penguatan atas kejadian atau
aktivitas yang telah dilaksanakan sehingga aktivitas tersebut tetap mampu
dipertahankan atau memberikan respons yang serupa dan pada aktivitas
berikutnya dapat meningkat lagi. Dalam hal pemberian reinforcement
Harjasuganda dalam Weinberg dan Gould (2008) mengemukakan bahwa
reinforcement dapat menggunakan penghargaan atau hukuman yang mungkin
sekali dapat meningkatkan atau menurunkan respons serupa yang terjadi pada
masa berikutnya. Penghargaan tidak selalu dalam bentuk benda sebagai hadiah,
tetapi bisa melalui ungkapan-ungkapan.
Umpan balik dapat diberikan dalam beberapa jenis. Jenis umpan balik
dikemukakan oleh Harjasuganda (dalam Suherman) 2008, yaitu umpan balik
positif, umpan balik netral, dan umpan balik negatif. Pemberian jenis umpan balik
harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Umpan balik positif adalah umpan
balik yang diungkapkan dengan kata-kata bagus, menyenangkan, pintar, menarik,
dan hebat. Umpan balik netral adalah umpan balik yang tidak merujuk secara
khusus kepada siswa yang melakukan kesalahan, tetapi secara netral
mengingatkan kepada seluruh siswa yang sedang melakukan. Umpan balik negatif
adalah lawan dari umpan balik positif, meskipun jarang dianjurkan mengingat
khawatir akan merusak kepercayaan diri siswa tetapi pemberian negatif feedback
dilakukan cara-cara: (1) implisit (tidak langsung), (2) diberikan pada siswa yang
tidak mengerti setelah beberapa kali diberikan umpan balik, (3) diberikan pada
siswa yang tidak memperhatikan penjelasan gurunya (biasanya siswa yang
menjadi atlet atau yang sudah terampil).
Kebutuhan siswa terkait dengan tingkat perkembangan psikososial siswa.
Pada perkembangan siswa pada kelompok anak besar (usia 10-12 tahun), mereka
sangat membutuhkan penguatan (reinforcement) agar perubahan perilaku yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran tetap melekat. Guru harus berhati-hati
memberikan umpan balik untuk perbaikan atau koreksi atas kekeliruan yang
dilakukan siswa. Kekurang sesuaian jenis umpan balik yang diberikan akan
berdampak kepada perasaan tidak enak, pesimistis, tidak memiliki motivasi, atau
tidak memiliki harga diri karena selalu mendapat teguran guru. Untuk itu
karakteristik siswa harus mendapat perhatian penting ketika guru akan
memberikan umpan balik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi
seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan
dengan dirinya. Konsep diri adalah gagasan atau keseluruhan gambaran tentang
diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan dan penilaian seseorang
terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri atas bagaimana cara kita melihat diri
sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana
kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana yang kita harapkan.
B. Saran
Untuk membangun konsep diri, kita harus belajar menyukai diri sendiri,
mengembangkan pikiran positif, memperbaiki hubungan interpersonal ke yang
lebih baik, sikap aktif yang positif, dan menjaga keseimbangan hidup. Semua
yang kita lakukan pasti ada manfaatnya begitu juga dalam memahami konsep diri,
kita menjadi bangga dengan diri sendiri, percaya diri penuh, dapat beradaptasi
dengan lingkungan, dan mencapai sebuah kebahagiaan dalam hidup.
Daftar Pustaka