MAGANG KERJA
Oleh :
ROHMATIN MAULA
135040201111137
Rotasi Pendek
Rotasi Sedang
a. Pembenihan
Benih tanaman jagung untuk jagung baby yang digunakan merupakan benih jagung
lokal adaptasi BSB. Benih diambil dari tanaman jagung yang berumur 4 bulan. Ciri-ciri
jagung yang akan digunakan untuk benih yaitu bijinya utuh, sudah tua berukuran besar
dengan panjang tongkol 20 cm, kulit tongkol jagung sudah berwarna coklat dan
masih tertutup. Satu tongkol jagung lokal menghasilkan 75 gram biji jagung. Cara
penanaman jagung yang akan digunakan untuk benih dalam satu bedeng dibuat lubang
tanam dengan jarak tanam 40x60 cm kemudian ditambahkan 1kg kompos. Dalam
satu lubang tanam diisi 2 biji jagung, setelah mengalami masa pertumbuhan hanya akan
dipilih satu tanaman terbaik yang digunakan untuk benih. Untuk produksi benih 1
bedeng dibutuhkan 75 gram benih tanaman jagung dan akan menghasilkan 3,25 kg
benih jagung dalam 1 bedengnya.
Perawatan yang dilakukan pada tanaman untuk produksi benih sama seperti
perawatan tanaman jagung biasa. Penyiraman dilakukan 1-2 hari sekali sedangkan
penyiangan gulma dilakukan apabila populasi gulma mengganggu pertumbuhan
tanaman jagung dirasa cukup merugikan. Pada saat tanaman berusia 3
minggu,dilakukan aplokasi POC (Pupuk Organik Cair) yang diencerkan dalam air
dengan perbandingan 1:10. Pemanenan dilakukan dengan memilih tongkol jagung yang
terbaik. Cara pemanenan sama seperti panen jagung biasanya, hanya saja untuk
penjemuran jagung tidak dikupas habis kulitnya ditinggalkan 1 lapisan pada tongkol
jagung. Penjemuran tongkol jagung dilakukan 2 kali yaitu ketika jagung masih
menempel pada tongkol dan ketika jagung sudah dipipil. Biji yang digunakan sebagai
benih merupakan biji yang berada pada bagian tengah tongkol. Penjemuran masing-
masing dilakukan selama 3 hari pada pukul 8-11 pagi. Benih jagung disimpan dalam
botol kaca yang tertutup rapat. Penggunaan botol kaca bertujuan agar benih tetap
terjaga kualitasnya sampai saat ditanam.
b. Rotasi Tanaman
Jagung baby merupakan tanaman buah yang ditanam setelah tanaman daun-
daunan. Sehingga saat akan melakukan budidaya tanaman jagung baby dipilih
bedengan yang sebelumnya digunakan untuk budidaya tanaman daun-daunan. Rotasi
tanaman dengan tanaman yang berbeda famili dapat memutus siklus hama dan
penyakit. Selain itu jenis tanaman disekitar bedengan tanaman jagung juga harus
diperhatikan. Tanaman sejenis tidak dianjurkan untuk ditanam berdekatan atau
berdampingan. Minimal harus berjarak 1 bedeng untuk menanam dengan jenis tanaman
yang sama. Pada tanaman jagung tumpangsari dengan Tagetes sp merupakan bedengan
yang sebelumnya ditanami tanaman kangkung darat sedangkan pada tanaman jagung
yang ditanam secara monokultur merupakan bedengan yang sebelumnya ditanami
tanaman brokoli. Pada tanaman jagung baby monokultur samping kanan dan kiri
bedengan yaitu tanaman kacang merah dan tanaman kubis bunga, sedangkat pada
tanaman tupangsari samping kanan dan kiri bedengan yaitu tanaman okra dan tanaman
selada keriting
c. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah merupakan kegiatan menciptakan kondisi tanah yang gembur
pada kedalaman yang cukup, aerasi dan drainasi tanah menjadi lebih baik daya jelajah
akar tidak terganggu sehingga tanaman jagung tumbuh dengan baik. Pengolahan lahan
yang digunakan untuk budidaya tanaman jagung baby yaitu minimum tillage dengan
menggunakan garpu. Pengolahan lahan dengan garpu bertujuan untuk menggemburkan
tanah, mempermudah pencabutan gulma. Berdasarkan sistem rotasi panjang, tanaman
buah ditanam setelah tanaman daun. Lahan yang digunakan tanaman jagung baby
merupakan lahan bekas bedengan tanaman kangkung dan brokoli. Pada tanaman jagung
baby monokultur samping kanan dan kiri bedengan yaitu tanaman kacang merah dan
tanaman kubis bunga, sedangkan pada tanaman tupangsari samping kanan dan kiri
bedengan yaitu tanaman okra dan tanaman selada keriting.
c. Penanaman
Penanaman merupakan proses pemindahan benih kedalam tanah dengan tujuan agar
tanaman tumbuh dan berkembang dengan baik. Untuk memperoleh pertanaman yang baik
sebelumnya harus dilakukan pengolahan tanah yang sempurna, penentuan jarak tanam
yang tepat, penentuan jumlah benih perlobang tanam dan benih yang akan di tanam adalah
benih yang kualitas baik. Benih jagung ditanam dalam lubang tanam. Lubang tanam
dibuat menggunakan tugal dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm. Dalam satu lubang tanam
diisi 1-2 biji jagung. Selanjutnya lubang ditutup dengan menggunakan kompos satu
sampai 2 genggam tiap lubang atau sekitar 0,5 kg.
d. Pemeliharan Tanaman
a) Pemupukan
Pemupukan dilakukan pada awal tanam dan setelah tanam. Pupuk yang
digunakan pada saat awal tanam disebut pupuk dasar yang berasal dari pupuk
kompos. Pupuk yang ditambahkan setelah 1 bulan setelah tanam biasa disebut pupuk
susul. Pupuk susul bisa berasal dari pupuk kompos ataupun POC (Pupuk Organik
Cair). POC di YBSB terdapat 2 macam yaitu berasal dari air siraman kompos dan urin
kelinci yang sudah difermentasi selama 2 minggu.
Komposisi pupuk kompos di YBSB berasal dari kotoran ayam, kotoran
kambing dan rumput kemudian ditambahkan dolomit. Jumlah bahan yang digunakan
dalam satu lapis kompos terdiri dari 60 kg kotoran kambing, 250 kg kotoran ayam
bercampur sekam, rumput dan dolomit secukupnya. Dalam satu kali pengomposan
terdiri dari 5-6 lapisan. Masa pengomposan selama 3 bulan. Sehingga pupuk sudah
matang ketika diaplikasikan di lahanPupuk kandang ayam broiler mempunyai kadar
hara P yang relatif lebih tinggi dari pukan lainnya. Kadar hara ini sangat dipengaruhi
oleh jenis konsentrat yang diberikan.
c). Penyiraman
Air merupakan komponen penting bagi berlangsungnya berbagai proses
fisiologi seperti serapan hara, fotosintesis dan reaksi biokimia sehingga penurunan
absorbsi air mengakibatkan hambatan pertumbuhan dan penurunan hasil.
Penyiraman dilakukan pada saat musim kemarau atau pada saat tidak ada curah
hujan. Penyiraman dilakukan 2 hari sekali dengan jumlah air 50-100 liter tiap
bedengan. Air yang cukup sangat diperlukan oleh tanaman pada saat awal masa
pertumbuhannya. Sehingga pada awal setelah tanam jumlah air yang dibutuhkan
lebih banyak.
Hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Pangan (2015) menunjukkan bahwa
tanaman jagung yang kekurangan air dan mengalami kelayuan selama 1-2 hari pada
periode pembumbunan, dapat menurunkan hasil sampai 22%. Bila kelayuan
tanaman terjadi hingga 5-8 hari, penurunan hasil jagung dapat mencapai 50%.
Biasanya setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila
tanah telah lembab. Pengairan berikutnya diberikan dengan tujuan untuk menjaga
agar tanaman tidak layu dan ini pun tidak perlu banyak air.
d). Penyiangan dan Pembubunan
1. Hama
Jenis Tanaman Hama yang Ditemukan Tingkat Kerusakan
Valanga nigricornis 3,833%
Jagung Monokultur (2 Spodoptera litura 4,417%
tanaman/lubang) Cnaphalocrosis medinalis 2,417%
Melanitis leda 0,083%
Valanga nigricornis 3,33%
Jagung Monokultur Spodoptera litura 4,17%
( 1 tanaman/lubang) Peregrinus maidis 1,33 %
Cnaphalocrosis medinalis 1,83%
Spodoptera litura 1,25%
Jagung + Tagetes Valanga nigricornis 2,50%
Cnaphalocrosis medinalis 0,50%
Spodoptera litura 0,286%
Jagung + bayam
Agrotis ipsilon 2,857%
Jagung + Kacang Tanah Spodoptera litura 2,5%
Valanga nigricornis 1,5 %
Jagung + Ubi Jalar Valanga nigricornis 4,20 %
Cnaphalocrosis medinalis 3,20%
Spodoptera litura 9,10%
Jagung + Wortel Spodoptera litura 5,33 %
Jagung + selada sioma Peregrinus maidis 1,5 %
Spodoptera litura 1,25 %
Jagung + bit + ubi jalar Cnaphalocrosis medinalis 4,50%
Valanga nigricornis 0,50%
Spodoptera litura 1,75%
Larva memiliki 2 pasang tanduk, satu pasang ada di bagian ujung kepala, dan satu
pasang lainnya ada di bagian ujung abdomen. Larva penyebab kerusakan pada tanaman,
dengan memakan daun tanaman jagung. Fase pertumbuhan tanaman yang diserang adalah
dari fase anakan sampai pembentukan tongkol jagung. Menurut Dale dkk (1994) biologi dari
Melanitis leda imago berupa kupu-kupu berwarna coklat berukuran 7,5 cm. Sayap terlipat di
atas tubuh ketika serangga sedang beristirahat. Kupu-kupu terbang pada sore hari. Siklus
hidup dari telur sampai imago berlangsung selama 30 hari. Imago betina bertelur seperti
mutiara dan diletakkan secara tunggal atau berkelompok pada barisan tanaman.
Imago betina meletakkan 50-100 telur dalam waktu sekitar 2 minggu, telur akan
menetas setelah 4 hari. Setelah menetas , larva mulai makan pada daun-daun. Larva berwarna
kuning - hijau dan menyatu dengan dedaunan tanaman. Tubuh ditutupi dengan rambut
kuning. Kepala datar dan berbentuk segi empat dengan 2 pasang tanduk dikepala. Preferensi
habitat serangga ini terjadi pada lingkungan padi tetapi yang paling umum di padi dataran
rendah tadah hujan di Asia (Reissig et al 1986) dan padi sawah di Bangladesh (Alam
1974).Kerusakan tanaman dan ekologi. tanaman inang selain beras di Afrika Barat tidak
diketahui, tetapi di Asia, serangga ini juga mnyerang alang-alang Cylindrica, Panicum
maximum Jacq, Saccharum officinarum L, dan Sorgum verticilliflorum (Dale 1994).
Larva Melanitis leda memakan di pinggiran dan ujung daun dan hanya
meninggalkan jaringan daun dan urat daun. Kerusakan ini mirip dengan yang disebabkan
oleh belalang dan ulat grayak. Larva menyebabkan tingkat kerusakan sebesar 0,083 %.
Larva menyerang pada fase vegetatif saat tanaman jagung berumur 10-30 hari setelah
tanam. Larva mempunyai warna bervariasi, ulat yang baru menetas berwarna hijau muda,
bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan serta hidup secara bergerombol. Ulat menyerang
tanaman jagung di malam hari, saat siang hari bersembunyi ditempat lembab. Ngengat betina
meletakkan kelompok- kelompok telur yang 22 22 ditutupi bulu-bulu halus berwarna merah
sawo pada permukaan bawah daun. Setiap kelompok telur terdiri dari 100-300 butir. Seekor
ngengat betina mampu bertelur 1000-2000 butir. Masa telur 3-4 hari, ulat 17-20 hari,
kepompong 10- 14 hari. Siklus hidupnya 36-45 hari (Kalshoven, 1981).
e. Penggerek Putih Palsu (Cnaphalocrosis medinalis) (Lepidoptera : Pyraustinae)
Hama putih palsu merupakan hama padi. Kerusakan akibat serangan larva hama putih
palsu terlihat dengan adanya warna putih pada daun di pertanaman. Larva makan jaringan
hijau daun dari dalam lipatan daun meninggalkan permukaan bawah daun yang berwarna
putih. Tingkat kerusakan akibat serangan Cnaphalocrosis medinalis adalah sebesar 1,383 %
%. Menurut Umboh (2013) Siklus hidup hama ini 30- 60 hari. Tanda pertama adanya
infestasi hama putih palsu adalah kehadiran ngengat berwarna kuning coklat yang memiliki 3
buah pita hitam dengan garis lengkap atau terputus pada bagian sayap depan. Panjang tubuh
10-12 mm sedangkan lebar dengan rentangan sayap 17-19 mm. Pada saat beristirahat,
ngengat berbentuk segitiga. Imago/ngengat berwarna coklat muda dan ujung sayap berwarna
gelap. Abdomennya berbentuk memanjang dan ramping.
Penyakit bulai pada jagung terutama terdapat di dataran rendah. Konidium yang
paling baik berkecambah pada suhu 30 C. Infeksi hanya terjadi kalau ada air, baik ini air
embun, air hujan. Infeksi sangat ditentukan oleh umur tanaman dan umur daun yang
terinfeksi. Tanaman yang berumur lebih dari 3 minggu cukup tahan terhadap infeksi, dan
makin muda tanaman, makin rentan pula (Semangun, 1993).
b. Helmintosporium maydis
Awal terinfeksinya hawar daun, menunjukkan gejala berupa bercak kecil, berbentuk
oval kemudian bercak semakin memanjang berbentuk oval dan berkembang menjadi
nekrotik (disebut hawar), warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Bercak muncul di
mulai dari daun terbawah kemudian berkembang menuju daun atas. Infeksi berat akibat
serangan penyakit hawar daun dapat mengakibatkan tanaman jagung cepat mati atau
mengering. Tingkat kerusakan akibat infeksi jamur H.maydis adalah sebesar 0,0018 %.
Cendawan ini tidak menginfeksi tongkol atau klobot jagung, cendawan dapat bertahan
hidup dalam bentuk miselium dorman pada daun atau sisa-sisa tanaman di lahan.
Kehilangan hasil akibat bercak daun mencapai 59%, terutama bila penyakit menginfeksi
tanaman sebelum bunga betina keluar (Poy 1970). Sudjono (1990) mengemukakan
bahwa dengan curah hujan yang rendah (6-16,50 mm/bulan) pada musim
kemarau,intensitas penyakit hawar daun sangat rendah dibanding pada musim hujan
dengan curah hujan 210-480 mm/bulan. Perkembangan penyakit tersebut berkaitan
dengan suhu dan kelembapan. Pada musim kemarau, suhu udara meningkat dan
kelembapan pada siang hari menurun. Sebaliknya pada musim hujan suhu siang hari
lebih rendah dan stabil serta kelembapan cenderung lebih tinggi dengan variasi tidak
ekstrim. Kondisi tersebut mengakibatkan sporulasi H. maydis meningkat atau spora di
udara cukup tersedia sehingga peluang terjadinya infeksi cukup besar. Akibatnya
intensitas serangan selalu lebih tinggi pada musim hujan dibandingkan musim kemarau.
Pengendalian H. maydis pada daerah endemis dapat dilakukan dengan pembenaman
sisa-sisa panen untuk mengurangi sumber inokulum awal. Cara ini efektif menekan
intensitas serangan pada daerah endemis H. maydis (Summer dan Litteral 1974).
Pengendalian secara biologis dengan menggunakan mikroorganisme antagonis belum
banyak dilaporkan. Cendawan antagonis Trichosporom sp. (Wang dan Wu 1987) dan
bakteri Pseudomonas cepacia (Upadhyal dan Jasaswal 1992) berpotensi dikembangkan
di areal pertanaman jagung.
V. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil magang kerja yang telah dilakukan di Yayasan Bina Sarana Bakti
Cisarua Bogor, sistem pengelolaan hama dan penyakit pada tanaman jagung baby yang
dilakukan dengan 3 pendekatan yaitu holistik, preventif dan kuratif baik. Pendekatan secara
holistik meliputi aspek perencanaan kebun, pendekatan secara preventif meliputi aspek kultur
teknis dan pendekatan secara holistik meliputi aspek penyembuhan tanaman yang terinfeksi
penyakit. Pada budidaya tanaman jagung baby yang dilakukan di YBSB pendekatan secara
kuratif tidak dilakukan karena tingkat kerusakan akibat hama dan penyakit < 20%.
Hama yang ditemukan pada tanaman jagung baby antara lain Valanga nigricornis,
Spodoptera litura, Cnaphalocrosis medinalis, Peregrinus maidis, Agrotis ipsilon dan
Melanitis leda. Tingkat kerusakan tertinggi disebabkan oleh Spodoptera litura dengan tingkat
kerusakan mencapai 3,34 %. Penyakit yang ditemukan pada tanaman jagung baby antara lain
Helmintosporium maydis dan Perenosclerospora maydis.
Saran
Dalam budidaya tanaman, perlu memperhatikan beberapa aspek antara lain iklim dan
cuaca, kultur teknis, perencanaan kebun dan kesehatan tanah. Kondisi lahan yang memiliki
biodiversitas tinggi menyebabkan piramida makanan semakin kompleks sehingga tidak ada
individu yang mendominasi suatu populasi. Penggunaan tanaman repellent dan antraktan
perlu ditingkatkan untuk menekan populasi OPT. Penggunaan agen antagonis seperti
Trichoderma sp, Metarhizium anisopliae, Beauveria bassiana dan Verticilium lecanii perlu
dikembangkan untuk menekan populasi organisme pengganggu tanaman.