Anda di halaman 1dari 11

A.

Jantung Koroner

1. Pengertian Penyakit Jantung Koroner

Penyakit Jantung Koroner adalah istilah umum untuk penumpukan plak di arteri
jantung yang dapat menyebabkan serangan jantung (American Heart
Association, 2013). Penyakit Jantung Koroner juga disebut penyakit arteri
koroner (CAD), penyakit jantung iskemik (IHD), atau penyakit jantung
aterosklerotik, adalah hasil akhir dari akumulasi plak ateromatosa dalam dinding-
dinding arteri yang memasok darah ke miokardium (otot jantung) (Manitoba
Centre for Health Policy, 2013).

Penyakit Jantung Koroner terjadi ketika zat yang disebut plak menumpuk di
arteri yang memasok darah ke jantung (disebut arteri koroner), penumpukan
plak dapat menyebabkan angina, kondisi ini menyebabkan nyeri dada dan tidak
nyaman karena otot jantung tidak mendapatkan darah yang cukup, seiring
waktu, Penyakit Jantung Koroner dapat melemahkan otot jantung, hal ini dapat
menyebabkan gagal jantung dan aritmia (Centers for Disease Control and
Prevention, 2009).

Penyakit Jantung Koroner adalah penyempitan atau tersumbatnya pembuluh


darah arteri jantung yang disebut pembuluh darah koroner. Sebagaimana halnya
organ tubuh lain, jantung pun memerlukan zat makanan dan oksigen agar dapat
memompa darah ke seluruh tubuh, jantung akan bekerja baik jika terdapat
keseimbangan antara pasokan dan pengeluaran. Jika pembuluh darah koroner
tersumbat atau menyempit, maka pasokan darah ke jantung akan berkurang,
sehingga terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan dan pasokan zat
makanan dan oksigen, makin besar persentase penyempitan pembuluh koroner
makin berkurang aliran darah ke jantung, akibatnya timbullah nyeri dada (UPT-
Balai Informasi Teknologi lipi pangan& Kesehatan, 2009)

2. Etiologi Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh


penyempitan atau penyumbatan arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung.

Penyakit jantung koroner adalah ketidak seimbangan antara demand dan


supplay atau kebutuhan dan penyediaan oksigen otot jantung dimana terjadi
kebutuhan yang meningkat atau penyediaan yang menurun, atau bahkan
gabungan diantara keduanya itu, penyebabnya adalah berbagai faktor.

Denyut jantung yang meningkat, kekuatan berkontraksi yang meninggi,


tegangan ventrikel yang meningkat, merupakan beberapa faktor yang dapat
meningkatkan kebutuhan dari otot-otot jantung. Sedangkan faktor yang
mengganggu penyediaan oksigen antara lain, tekanan darah koroner meningkat,
yang salah satunya disebabkan oleh artheroskerosis yang mempersempit
saluran sehingga meningkatkan tekanan, kemudian gangguan pada otot regulasi
jantung dan lain sebagainya.

Manifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu
iskemia mycocard akut, gagal jantung disritmia atau gangguan irama jantung
dan mati mendadak (Margaton, 1996).
3. Patofisiologi

Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (PLAK) yang mengandung
lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan dan terbentuknya kalsium pada intima,
atau permukana bagian dalam pembuluh darah. Plak ini membuat intima
menjadi kasar, jaringan akan berkurang oksigen dan zat gizi sehingga
menimbulkan infark, penyakit jantung koroner menunjukkan gejala gizi terjadi
infark miokard atau bila terjadi iskemia miokard seperti angina pectori.

Kolesterol serum dibawa oleh beberapa lipoprotein yang diklasifikasikan


menurut densitasnya. Lipoprotein dalam urutan densitas yang meningkat adalah
kilomikron. VLDL (Very Low Density Lopoprotein). LDL (low Density Lipoprotein)
dan HDL (High Density Lipoprotein) membawa hampir seluruh kolesterol dan
merupakan yang paling aterojenik. HDL menurunkan resiko penyakit jantung ke
hati, tempat kolesterol di metabolisme dan di ekskresikan. Orang dewasa dapat
diklasifikasikan sebagai beresiko penyakit jantung koroner berdasarkan jumlah
total dan kadar kolesterol LDL-nya (Moore, 1997).

Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner


Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar dan kecil
yang ditandai penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit dan
makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel), dan akhirnya
ke tunika media (lapisan otot polos). Arteri yang paling sering terkena adalah
arteri koroner, aorta dan arteri-arteri sereberal. Langkah pertama dalam
pembentukan aterosklerosis dimulai dengan disfungsi lapisan endotel lumen
arteri, kondisi ini dapat terjadi setelah cedera pada sel endotel atau dari stimulus
lain, cedera pada sel endotel meningkatkan permeabelitas terhadap berbagai
komponen plasma, termasuk asam lemak dan triglesirida, sehingga zat ini dapat
masuk kedalam arteri, oksidasi asam lemak menghasilkan oksigen radikal bebas
yang selanjutnya dapat merusak pembuluh darah. Cedera pada sel endotel
dapat mencetuskan reaksi inflamasi dan imun, termasuk menarik sel darah
putih, terutama neutrofil dan monosit, serta trombosit ke area cedera, sel darah
putih melepaskan sitokin proinflamatori poten yang kemudian memperburuk
situasi, menarik lebih banyak sel darah putih dan trombosit ke area lesi,
menstimulasi proses pembekuan, mengaktifitas sel T dan B, dan melepaskan
senyawa kimia yang berperan sebagai chemoattractant (penarik kimia) yang
mengaktifkan siklus inflamasi, pembekuan dan fibrosis. Pada saat ditarik ke area
cedera, sal darah putih akan menempel disana oleh aktivasi faktor adhesif
endotelial yang bekerja seperti velcro sehingga endotel lengket terutama
terhadap sel darah putih, pada saat menempel di lapisan endotelial, monosit dan
neutrofil mulai berimigrasi di antara sel-sel endotel keruang interstisial. Di ruang
interstisial, monosit yang matang menjadi makrofag dan bersama neutrofil tetap
melepaskan sitokin, yang meneruskan siklus inflamasi. Sitokin proinflamatori
juga merangsan ploriferasi sel otot polos yang mengakibatkan sel otot polos
tumbuh di tunika intima. Selain itu kolesterol dan lemak plasma mendapat akses
ke tunika intima karena permeabilitas lapisan endotel meningkat, pada tahap
indikasi dini kerusakan teradapat lapisan lemak diarteri. Apabila cedera dan
inflamasi terus berlanjut, agregasi trombosit meningkat dan mulai terbentuk
bekuan darah (tombus), sebagian dinding pembuluh diganti dengan jaringan
parut sehingga mengubah struktur dinding pembuluh darah, hasil akhir adalah
penimbunan kolesterol dan lemak, pembentukan deposit jaringan parut,
pembentukan bekuan yang berasal dari trombosit dan proliferasi sel otot polos
sehingga pembuluh mengalami kekakuan dan menyempit. Apabila kekakuan ini
dialami oleh arteri-arteri koroner akibat aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi
sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen, dan kemudian terjadi
iskemia (kekurangan suplai darah) miokardium dan sel-sel miokardium sehingga
menggunakan glikolisis anerob untuk memenuhi kebutuhan energinya. Proses
pembentukan energi ini sangat tidak efisien dan menyebabkan terbentuknya
asam laktat sehinga menurunkan pH miokardium dan menyebabkan nyeri yang
berkaitan dengan angina pectoris. Ketika kekurangan oksigen pada jantung dan
sel-sel otot jantung berkepanjangan dan iskemia miokard yang tidak tertasi
maka terjadilah kematian otot jantung yang di kenal sebagai miokard infark
(Corwin, 2009).
Patofisiologi PJK
Cedera sel endotel

Permeabelitas
Kematian

zat masuk arteri

Nyeri
Arteri

MCI
Reaksi inflamasi

Asam laktat terbentuk


Proinflamatori

Sel darah putih menempel di arteri

imigrasi keruang interstisial

monosit makrofag

sel otot polos tumbuh pembuluh kaku & sempit


Aliran darah

Lapisan lemak Pembentukan Trombus

Gambar 2.1. Patofisiologi Penyakit Jantung


Koroner
Sumber : Ariesti, 2011.

4. Penyebab Jantung Koroner

Penyakit jantung yang diakibatkan oleh penyempitan pembuluh nadi koroner ini
disebut penyakit jantung koroner. Penyempitan dan penyumbatan ini dapat
menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa
nyeri. Dalam kondisi lebih parah kemampuan jantung memompanya darah dapat
hilang. Hal ini akan merusak system golongan irama jantung dan berakibat
dengan kematian (Krisatuti dan Yenrina, 1999).

Salah satu penyakit jantung koroner adalah kebiasaan makanmakanan berlemak


tinggi terutama lemak jenuh. Agar lemak mudah masuk dalam peredarah darah
dan diserap tubuh maka lemak harus diubah oleh enzim lipase menjadi gliserol.
Sebagian sisa lemak akan disimpan di hati dan metabolisme menjadi kolesterol
pembentuk asam empedu yang berfungsi sebagai pencerna lemak, berarti
semakin meningkat pula kadar kolesterol dalam darah. Penumpukan tersebut
dapat menyebabkan (artherosklerosis) atau penebalan pada pembuluh nadi
koroner (arteri koronoria).

Kondisi ini menyebabkan kelenturan pembuluh nadi menjadi berkurang,


serangan jantung koroner akan lebih mudah terjadi ketika pembuluh nadi
mengalami penyumbatan ketika itu pula darah yang membawa oksigen ke
jaringan dinding jantung pun terhenti (Sulistiyani, 1998).

5. Gejala Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner sering ditandai dengan rasa tidak nyaman atau sesak
di dada, gejala seperti ini hanya dirasakan oleh sepertiga penderita. Rasa nyeri
terasa pada dada bagian tengah, lalu menyebar keleher, dagu dan tangan. Rasa
tersebut akan beberapa menit kemudian.

Rasa nyeri muncul karena jantung kekurangan darah dan supplay oksigen. Gejala
ini lain menyertai jantung koroner akibat penyempitan pembuluh nadi jantung
adalah rasa tercekik (angina pectoris). Kondisi ini timbul secara tidak terduga
dan hanya timbul jika jantung dipaksa bekerja keras. Misal fisik dipaksa bekerja
keras atau mengalami tekanan emosional.

Pada usia lanjut gejala serangan jantung sering tidak disrtai keluhan apapun,
sebagian hanya merasa tidak enak badan. Gejala penyakit jantung koroner pada
umumnya tidak spesifik untuk didiagnosa angina pectoris (masa tercekik).
Biasanya diperoleh riwayat penyakit orang bersangkutan, sedangkan
pemeriksaan fisik kurang menunjukkan data yang akurat. Pada keadaan tenang
eletro diagram pada orang yang menghidap angina pectoris akan terlihat normal
pada keadaan istirahat. Sebaliknya menjadi normal saat melakukan kerja fisik.
Riwayat angina pectoris tidak stabil lebih sulit dikendalikan karena terjadi secara
tidak terduga kasus ini menjadi mudah terdeteksi jika disertai dengan nyeri
sangat hebat di dada, disertai dengan gejala mual, takut dan merasa sangat
tidak sehat.

Berbeda dengan kasus infak miokardia pada kelainan jantung yang satu ini
dapat diketahui melalui penyimpanan irama jantung saat pemeriksaan melalui
elektro kardiografi dan dikatikan dengan peningkatan kadar enzim jantung dalam
darah, juga dalam perkembangan penyakit jantung koroner biasanya disertai
kelainan kadar lemak dan trombosit darah penderita yang diikuti oleh kerusakan
endoterium dinding pembuluh nadi (Krisnatuti dan Yenria, 1999).

2.5 Gejala PJK


Gejala PJK yang biasanya timbul adalah:
1. Dada terasa sakit, terasa tertimpa beban, terjepit, diperas, terbakar dan tercekik. Nyeri
terasa di bagian tengah dada, menjalar ke lengan kiri, leher, bahkan
menembus ke punggung. Nyeri dada merupakan keluhan yang paling
sering dirasakan oleh penderita PJK.
2. Sesak nafas
3. Takikardi
4. Jantung berdebar-debar
5. Cemas
6. Gelisah
7. Pusing kepala yang berkepanjangan
8. Sekujur tubuhnya terasa terbakar tanpa sebab yang jelas
9. Keringat dingin
10. Lemah
11. Pingsan
12. Bertambah berat dengan aktivitas

Tapi kebanyakan orang yang menderita PJK tidak mengalami beberapa gejala di
atas, tiba-tiba saja jantung bermasalah dan dalam kondisi yang kronis (UPT-Balai
Informasi Teknologi lipi, 2009).

B. Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

Faktor risiko diartikan sebagai karakteristik yang berkaitan dengan kejadian


suatu penyakit di atas rata-rata. Faktor risiko mempunyai risiko penyakit jantung
koroner dalam dua kelompok, yaitu faktor risiko primer dan sekunder.

1. Faktor risiko primer


a. Merokok (1 pak atau lebih dalam sehari)
b. Hipertensi (diastolik > 90 mmHg ; siastolik > 150 mmHg)
c. Peningkatan kolesterol plasma (> 240 250 mg/dl)
2. Faktor risiko sekunder
a. Peningkatan trigliserida plasma
b. Obesitas
c. Diabetes melitus
d. Stres kronik
e. Pil KB
f. Vasektomi
g. Kurang aktifitas fisik
h. Keturunan
3. Hubungan kejadian dengan konsumsi makanan tertentu
a. Korelasi positif yaitu : Protein hewani, Kolesterol tinggi, Daging,
Lemak total, Telur,Gula, Kalori total,Lemak hewani

b. Korelasi negatif yaitu : Serat, Protein nabati

Risiko-risiko tersebut saling menguatkan, orang yang memiliki tiga faktor risiko
memiliki peluang terserang penyakit jantung enam kali lebih besar dibandingkan
dengan orang yang hanya memiliki satu faktor risiko. Sedangkan risiko seperti
genetik, umur dan jenis kalamin susah dikendalikan.

Faktor risiko penyakit jantung berkaitan dengan diit, bagaimana pengaturan gizi
sangat berperan dalam menekan beberapa faktor primer maupun sekunder
penyakit jantung koroner. Penyakit jantung bersifat multifactorial (Krisnatih dan
Yenrina, 1999).

C. Asupan Zat Gizi

1. Karbohidrat

Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam Karena merupakan sumber


energi utama bagi manusia dan hewan yang harganya relatif murah. Semua
karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Produk yang dihasilkan terutama
dalam bentuk gula sederhana yang mudah larut dalam air dan mudah diangkut
ke seluruh sel-sel guna penyedia energi. Sebagian dari gula sederhana ini
kemudian mengalami polimerisasi dan membentuk polisakarida. Ada 2 jenis
polisakarida tumbuh-tumbuhan, yaitu pati dan non pati. Pati adalah bentuk
simpanan karbohidrat berupa polimer glukosa yang dihubungkan dengan ikatan
glikosidik, seperti beras, gandum, dan jagung serta umbi-umbian merupakan
sumber pati utama di dunia. Polisakarida non pati merupakan komponen utama
serat makanan.

Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi bagi tubuh. Karbohidrat


merupakan sumber utama energi bagi penduduk di seluruh dunia, karena
banyak didapat di alam dan harganya relatif murah. Satu gram karbohidrat
menghasilkan 4 kalori, sebagian karbohidrat di dalam tubuh berada dalam siulasi
darah sehingga glukosa untuk keperluan energi. Sebagian diubah menjadi lemak
hati dan jaringan otot, dan sebagian diubah menjadi lemak untuk kemudian
disimpan sebagai cadangan energi di dalam jaringan lemak.

Makanan yang terlalu tinggi karbohidrat sederhana berasosiasi dengan


hiperlipidemia, tetapi karbohidrat komplek seperti zat tepung kurang aterogenik
dibandingkan dengan bantuk karbohidrat lainnya (mono dan disakarida).

Kuo dan Baised melaporkan bahwa penggantian tepung dengan gula pada
pasien hiperlipidemi dapat meningkatkan trigliserida darah, kolesterol dan
fosfolipid yang dapat menyebabkan terjadinya Penyakit Jantung Koroner.
(Waspadji,2003)

2. Protein

Protein adalah bagian dari semua sel hidup dalam merupakan bagian terbesar
tubuh sesudah air (Sunita Almatsir, 2004). Protein sangat dibutuhkan tubuh
sebagai zat pembangun, sumber protein berasal dari sumber hewani maupun
nabati. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa protein nabati dapat mencegah
hiperlipidemia. Banyak penyakit dipermaslahankan karena daging daging atau
karena diit yang terlalu kaya akan protein, diataranya penyakit ini adalah
nepritis, atherosklerosis dan tekanan darah tinggi (Sediaoetama, 1987).

Soesirah Sutardjo dalam bukunya pengaturan gizi untuk kesehatan jantung


mengemukakan bahwa pada penderita kolesterol tinggi dimana protein diberikan
campuran antara protein hewani dan nabati, kemudian diganti dengan protein
kedelai sebagai sumber utama protein, menunjukkan bahwa terjadi penurunan
kolesterol darah sebanyak 20%. Dengan demikian konsumsi protein dapat
menurunkan absorbsi kolesterol

3. Lemak

Lemak makanan terdiri dari beberapa asam lemak yaitu asam lemak jenuh dan
asam lemak tidak jenuh. Lemak jenuh cenderung menaikkan kadar kolesterol
dan trigliserida darah. bahan makanan yang banyak mengandung lemak jenuh
adalah : lemak hewan, lemak susu, mentega, keju, santan, minyak-minyak ikan.

Asam lemak omega 3 dapat membersihkan plasma dari lipoprotein kilomikron


dan kemungkinan juga dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein). Asam lemak
omega-3 diduga menurunkan produksi trigliserida di dalam hati, bagian utama
lipida dan protein dalam VLDL. Asam lemak omega-3 dihubungkan dengan
pencegahan penyakit jantung koroner dengan artritis (Sunita Almatsir, 2004).

Kolesterol

Kolesterol merupakan komponen esensial membran struktural semua sel dan


merupakan komponen utama sel otak dan saraf. Kolesterol dapat membayakan
tubuh, kolesterol yang terdapat dalam jumlah terlalu banyak di dalam darah
dapat membentuk endapan pada dinding pembuluh darah sehingga
menyebabkan penyempitan yang dinamakan atherosklerosis. Bila penyempitan
terjadi pada pembuluh darah jantung dapat menyebabkan penyakit jantung
koroner dan bila pada pembuluh darah otak penyakit serebrovaskuler.(Almatsir ,
2004)

Trigliserida

Jenis lemak dalam darah dapat mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah. Di
dalam makanan terdapat dua macam lemak yaitu lemak jenuh dan lemak tidak
jenuh. Pada lemak jenih dapat menaikkan kadar kolesteol dan trigliseida darah.
Hal ini akan mempengaruhi terbentuknya atherosclerosis yang merupakan
perjalanan awal dari penyakit jantung koroner. Sedangkan lemak tidak jenuh
cenderung menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah ( Purwati, Samilar
Rahayu, 1998)

Keterkaitan trigliserida dengan penyakit jantung koroner adalah peningkatan


terhadap hipertrigliserida. Trigliserida bersikulasi dalam darah bersama-sama
dengan VDDL yang bersifat aterogenik, disamping itu trigliseida membantu
trombosit arteri koroner, mendorong jantung koroner, juga hiperglidemia
mempengaruhi peningkatan insulin dalam darah, menambah factor resiko
pembentukan atherosclerosis.

Didalam tubuh sebagian lemak berupa trigliserida yang terbagi 3 asam lemak
yang tergabung menjadi molekul glycerol. Dimana sangat berbeda dengan
kolesterol seperti kolesterol trigliserida yang merupakan komponen dari darah
baik dating dari diit atau dihasilkan oleh tubuh. Sebagian besar lemak dimakan
berbentuk trigliserida . makanan yang mengandung akan meningkatkan
trigliserida dalam darah dan cenderung meningkatkan kadar kolesterol. Lemak
yang berasal dari buah-buahan sepert kelapa, urian, dan alpukat, alpukat tidak
mengandung kolesterol tetapi kadar trigliserida tinggi. Penelitian para ahli
menegaskan bahwa peningkatan kadar trigliserida dalam darah merupakan
salah satu factor resiko penyakit jantung koroner (Suharto,2004).

Di dalam makanan terdapat dua macam lemak yaitu lemak jenuh dan lemak
tidak jenuh. Lemak jenuh menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida darah. Hal
ini akan mempengaruhi terbentuknya atherosklerosis yang merupakan
perjalanan awal dari penyakit jantung koroner. Sedangkan lemak tidak jenuh
cenderung menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah (Purwati, Samiliar
Rahayu, 1998).

Batasan menurut Asemann, nilai kolesterol total dan trigliserida yang dikutip oleh
Sarwono Waspadji setelah dimodifikasi dengan data Framingham, USA dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :

TABEL 1

BATASAN TRIGLISERIDA

Kategori (mgdl) Mg/dl


Kadar normal 150
Kadar ambang batas 151-199
Tinggi 200-499
Amat tinggi >500
Sumber : (NECP )

4. Vitamin

a. Vitamin A

Vitamin A berfungsi dalam perlihatan normal pada cahaya remang. Vitamin A


terdapat di dalam pangan hewani, sedangkan karotein terutama di dalam
pangan nabati. Sumber vitamin A adalah hati, kuning telur, susu dan mentega,
sedangkan sumber karoten adalah sayuran berwarna hijau tua serta sayuran dan
buah-buahan yang berwarna kuning jingga. Seperti daun singkong, daun kacang,
kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, wortel, tomat, jagung kuning,
pepaya, mangga, dll.

Peran vitamin A dalam menurunkan faktor risiko dijumpai pada gugus


hidroksinya, yang berfungsi dalam mencegah teroksidasinya lemak tak jenuh
ganda. Dengan demikian lemak tak jenuh ganda tetap dipertahanan,
berpengaruh dalam menurunkan kadar kolesterol darah. Kinley dan Krause,
dalam percobaan menemukan pengurangan kadar kolesterol dalam darah pada
pasien atherosklerosis bila diberikan vitamin A.

b. Vitamin C
Sumber vitamin C banyak terdapat pada buah-buahan dan sayuran. Fungsi
vitamin C sebagai koenzim atau kofaktor. Definisi vitamin A merangsang gladula
adenalin penghasil adrenalin dan hormone kartikosteroid, mengakibatkan
penurunan kadar vitamin C di dalam kelenjar tersebut.

Demikian pula kadar kolesterol di dalam darah akan mengalami peningaktan.


Diduga vitamin C mempunyai keterkatian dengan hormone kartikosteroid yang
mendorong kenaikan kadar kolesterol, sehingga bila ada gangguan kekurangan
vitamin C dalam tubuh akan mengakibatkan peningkatan kadar kolesterol di
dalam darah. Faktor di atas memegang perananan penting dalam penurunan
faktor risiko dalam pembentukan atherosklerosis oleh vitamin C (Waspadji,
2003).

5. Calsium

Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil susu, seperti keju, ikan dimakan
dengan tulang, termasuk ikan kering merupakan sumber kalsium yang baik,
serealia, kacang-kacangan dan hasil kacang-kacangan, tahu dan tempe, dan
sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang baik juga. Menurut Yacowite
dalam bukunya pengkajian status gizi studi epidemiologi mengemukakan pada
penelitiannya mengatakan bahwa pemberian kalsium 2,66 mg/hari dapat
menurunkan kolesterol serum (Waspadji,2003)

D. Kerangka Teori

Faktor Resiko PJK

Faktor Resiko Faktor Resiko Asupan zat-zat


primer : sekunder : gizi :

- Merokok - Obesitas - Karbohidrat


- Hipertensi - Diabetes - Protein
- Peningkatan Mellitus - Lemak
kolesterol - Stress - Vitamin A
- Keturunan - Vitamin C
- Aktifitas fisik - Calcium
(Yenrina, Krisnatuti, 1999)

Anda mungkin juga menyukai