Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Buah dan sayuran merupakan jenis produk hasil pertanian yang termasuk

dalam tanaman hortikultura yang memiliki potensi besar dalam

perkembangannya. Potensi pengembangan buah-buahan dan sayuran di indonesia

sangat besar, keanekaragaman varietas dan jenisnya yang didukung oleh iklim

yang sesuai untuk buah-buahan dan sayuran tropika akan menghasilkan berbagai

buah dan sayuran yang sangat bervariasi dan menarik. Selain dapat dilakukan

pengolahan lebih lanjut, buah-buahan dan sayuran juga dapat dikonsumsi secara

langsung. Buah-buahan dan sayuran mengandung cukup banyak sumber zat gizi

yang diperlukan oleh tubuh misalnya protein dan vitamin.

Produk holtikultura seperti buah dan sayur adalah produk yang masih

melakukan aktifitas metabolisme setelah dipanen. Produk buah dan sayur akan

mengalami perubahan dari warna produk, aroma, dan tekstur produk menjadi

matang dan tua, kemudian setelah itu mulai mengalami kerusakan setelah

melewati masa optimal. Aktivitas ini tidak dapat dihentikan akan tetapi dapat

diperlamvat hingga batas waktu tertentu. Aktivitas metabolisme berhubungan

dengan laju respirasi yang berlangsung pada produk holtikultural. Laju respirasi

merupakan proses yang menggunakan bahan organik yang tersimpan kemudian

dirombak menjadi produk yang lebih sederhana dengan menghasilkan energi.

(Dwi P. dkk., 2013).

Buah dan sayuran setelah dipanen akan terjadi proses transformasi dan

metabolisme. Proses metabolisme pada buah dan sayuran dapat menyebabkan


2

berkurangnya kualitas produk. Pengurangan laju respirasi sampai batas tertentu

dapat memperpanjang daya simpan produk segar tetapi kebutuhan energi sel

terpenuhi. Pengendalian respirasi tersebut dapat dilakukan dengan cara pelapisan,

penyimpanan suhu rendah, dan modifikasi atmosfir ruang penyimpanan.

Buah-buahan dan sayuran apabila setelah dipanen tidak ditangani dengan

baik, akan mengalami perubahan akibat pengaruh fisiologis, fisik, kimiawi,

parasitik atau mikrobiologis, dimana ada yang menguntungkan dan ada yang

sangat merugikan (kerusakan/busuk) bila tidak dapat dikendalikan dengan baik.

Adanya faktor penanganan pasca panen yang baik secara umum mulai dari

pemanenan, pengumpulan, sortasi, pembersihan dan pencucian, grading,

pengemasan, pemeraman, penyimpanan dan pengangkutan, dapat mengurangi

kerusakan pada buah dan sayuran.(Andi, 2015)

B. Tujuan

Tujuan paktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyimpanan

dingin terhadap buah mangga yang sudah dipanen serta mengamati perubahan

yang terjadi setelah satu minggu penyimpanan.


3

BAB.II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam proses penanganan pasca panen melalui proses penyimpanan

produk buah dan sayuran, berbagai teknologi telah tersedia termasuk diantaranya

adalah teknologi pra-pendinginan yang bertujuan untuk mengurangi suhu lapang

pada buah sesaat setelah panen, sehingga proses metabolisme pada buah dan

sayuran dapat diperlambat sebelum dilakukannya aplikasi teknologi penyimpanan

lainnya. Teknologi-teknologi pasca panen lainnya seperti aplikasi atmosfir

termodifikasi, pelilinan, penyimpanan sistem hipobarik, penyimpanan suhu

rendah serta banyak lagi teknologi penyimpanan lainnya dalam proses

penanganan pasca panen pada buah dan sayuran segar (Andi, 2015).

Hasil penelitian laboratorium secara umum menunjukkan bahwa

penyimpanan pada suhu rendah (dingin) yang dipertahankan konstan dapat

memperpanjang mutu fisik (warna dan penampilan/ kesegaran, tekstur dan cita

rasa) dan nilai gizi terutama kandungan Vitamin C buah dan sayuran segar.

Sedangkan penyimpanan pada suhu dingin, namun sesekali difluktuasikan atau

diekspose pada suhu ruang menyebabkan penurunan mutu fisik/organoleptik dan

nilai gizi yang lebih cepat dibandingkan suhu stabil. Penyimpanan pada suhu

ruang (dibiarkan sesuai dengan suhu lingkungan) menyebabkan penurunan mutu

fisik-organoleptik dan mutu nilai gizi sangat cepat yang diikuti dengan proses

pembusukan. Sementara susut bobot lebih tinggi terjadi pada suhu ruang dan suhu

berfluktuasi, dibandingkan dengan suhu dingin yang dipertahankan stabil stabil

(Andi, 2015).
4

Buah memiliki masa simpan yang relatif rendah sehingga buah dikenal

sebagai bahan pangan yang cepat rusak dan hal ini sangat berpengaruh terhadap

kualitas masa simpan buah. Mutu simpan buah sangat erat kaitannya dengan

proses respirasi dan transpirasi selama penanganan dan penyimpanan di mana

akan menyebabkan susut pasca panen seperti susut fisik yang diukur dengan

berat; susut kualitas karena perubahan wujud (kenampakan), cita rasa, warna atau

tekstur yang menyebabkan bahan pangan kurang disukai konsumen; susut nilai

gizi yang berpengaruh terhadap kualitas buah. Mutu simpan buah akan lebih

bertahan lama jika laju respirasi rendah dan transpirasi dapat dicegah dengan

meningkatkan kelembaban relatif, menurunkan suhu udara. Pada umumnya

komoditas yang mempunyai umur simpan pendek mempunyai laju respirasi tinggi

atau peka terhadap suhu rendah (Tranggono, 2011).

Kebanyakan buah-buahan/sayur-sayuran yang berasal dari daerah tropis

atau sub-tropis mudah mengalami kerusakan. Namun menurut pengetahuan

masyarakat secara umum untuk mencegah kerusakan tersebut buah atau sayuran

yang akan dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama, lebih baik disimpan pada

suhu rendah atau suhu dingin misalnya 10-15 o C, suhu di atas titik beku atau pada

suhu kulkas.( Dede, 2014)

Berdasarkan aktivitas respirasi, sifat hasil tanaman diklasifikasikan

menjadi yang bersifat klimatrik dan non-klimatrik. Hasil tanaman yang bersifat

klimatrik akan menurun aktivitas respirasinya pada saat menjelang masak,

sedangkan hasil tanaman non-klimaterik yaitu aktivitas respirasi naik dan

selanjutnya menurun setelah kelewat matang. (Khatir, 2009)


5

Laju respirasi buah dan sayuran merupakan petunjuk aktivitas

metabolisme jaringan dan oleh karena itu berguna sebagai petunjuk lama

penyimpanan buah dan sayuran tersebut. Jika laju respirasi buah atau sayuran

diukur, oksigen yang dikonsumsi dan karbondioksida yang dilepaskan selama

periode perkembangan, pematangan, pemasakan, dan senesen, maka pola respirasi

tertentu akan di peroleh. Laju respirasi per unit berat tertinggi terjadi pada buah

mentah (hijau) atau sayuran yang belum dewasa dan kemudian menurun dengan

bertambahnya umur (Kanoni, 2009)

Pematangan buah yaitu mengacu pada perubahan yang terjadi setelah

pendewasaan penuh, yang dicirikan oleh melunaknya daging buah, terbentuknya

karakteristik aroma, dan peningkatan kandungan cairan buah (Zulkarnaen, 2009).

Etilen adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang pada suhu kamar

berbentuk gas. Senyawa ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan

penting dalam proses pertumbuhan dan pematangan hasil-hasil pertanian.

Menurut Abidin (1985) etilen adalah hormon tumbuh yang secara umum berlainan

dengan auksin, giberellin dan sitokinin. Dalam keadaan normal, etilen akan

berbentuk gas dan struktur kimianya sangat sederhana sekali. Di alam etilen akan

berperan apabila terjadi perubahan secara fisiologis pada suatu tanaman. Hormon

ini akan berperan dalam proses pematangan buah dalam fase klimaterik (Isbandi,

2012).
6

BAB.III METODE PRAKTIKUM

A. Alat da Bahan
Alat yang digunakan adalah timbangan, kertas label,

refraktometer, kulkas, higrometer, termometer, PH meter, silet/ cutter,

panci/wadah, plastik, kertas dan pulpen untuk mencatat, serta kamera /

HP sebagai alat dokumentasi. Bahan yang digunakan adalah buah

mangga yang setengah matang sebanyak 4 buah.


B. Langkah Kerja
1. Menyipakan buah mangga sebanyak 4 buah. Kemudian

menimbangnya dan mencatat hasil nya.


2. Masing-masing buah diberi tanda 1 sampai 4, dimana angka 1 & 2

merupakan buah yang disimpan ditempat terbuka. Angka 3 & 4

merupakan buah yang disimpan didalam kulkas.


3. Sebelum disimpan ditempatnya masing-masing, buah diamati

terlebih dahulu. Adapun parameter pengamatannya yaitu bentuk

fisik, warna, tekstur, dan aroma buah mangga.


4. Mencatat hasil pengamatannya dari masing-masing parameter yang

diamati.
5. Mencatat suhu dan kelembaban dari masing-masing tempat

perlakuan.
6. Kemudian setelah 1 minggu penyimpanan, buah kembali diamati

dengan parameter seperti sebelumnya.


7. Memeriksa PH dan kadar gula dari masing-masing buah mangga

yang diamati.
Cara Mengukur kadar gula buah :
Buah dikerik menggunakan silet/cutter sehingga keluar sari

nya
Ambil sedikit sari buahnya dan oleskan sari buah pada

ujungnya (detector)
7

Lihat hasilnya melalui lubang kecil di bagian tengahnya


(seperti melihat dengan teropong)
Cara mengukur PH buah :
Buah dihaluskan/ dihancurkan sehingga menyerupai jus ,

tempatkan dalam wadah


Gunakan PH untuk mengukur kadar gula buah dengan

mencelupkan ujungnya

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Suhu ruangan 29 oC dan Kelembaban 71% ,
Suhu di dalam kulkas 2 oC dan kelembaban 85%

No 1 2 3 4

Parameter Di ruang Di ruang Di kulkas Di kulkas

terbuka terbuka
Berat Awal 0.4 0.4 0.4 0.4
8

(kg) Akhi 0.3 0.3 0.35 0.35

r
Kondis Awal Tangkai Tangkai Tangkai Tangkai

i buah masih buah masih buah masih buah masih


Fisik
ada, mulus, ada, ada ada, mulus ada, ada

ada bekas sedikit luka sedikit luka sedikit luka

getah memar, ada memar

bekas getah
Akhi Agak Agak Mulus Mulus

r keriput keriput
Warna Awal Hijau muda Hijau muda Hijau muda Hijau muda

kekuningan kekuningan
Akhi Kekuningan, Kekuningan Hijau muda Hijau muda

r kehitaman , kehitaman

pada pada

pangkal pangkal
Tekstur Awal Keras , Keras, Keras, Keras,

sedikit layu sedikit layu sedikit layu sedikit layu


Akhi Lunak Lunak Keras Keras

r
Aroma Awal Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

aroma aroma aroma aroma


Akhi Ada aroma Ada aroma Tidak ada Tidak ada

r wangi wangi aroma aroma


Kadar Gula 7 9 3 3
(Brix)
PH 5.5 5.4 4.1 4.3

Buah di ruang terbuka Setelah 1 minggu


9

Buah didalam kulkas setelah 1 minggu

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum diatas dapat kita ketahui bahwa Buah 1 dan

2 mengalami penurunan berat,perubahan fisik (kondisi fisik, tekstur dan

warna) dan aroma , sedangkan buah 3 dan 4 hampir tidak mengalami

perubahan pada fisik maupu aromanya namun hanya mengalami sedikit

penurunan berat buah. Perbedaan kadar gula dan PH buah 1 dan 2 dengan

buah 3 dan 4 dapat diasumsikan adanya perubahan cita rasa buah. Ini

menunjukkan bahwa penyimpanan pada suhu rendah (dingin) yang

dipertahankan konstan (didalam kulkas) dapat memperpanjang mutu fisik

(warna dan penampilan/ kesegaran, tekstur dan cita rasa) . Penyimpanan pada

suhu ruang (dibiarkan sesuai dengan suhu lingkungan) menyebabkan

penurunan mutu fisik-organoleptik dan mutu nilai gizi sangat cepat yang

diikuti dengan proses pembusukan. Sementara susut bobot lebih tinggi terjadi
10

pada suhu ruang dan suhu berfluktuasi, dibandingkan dengan suhu dingin

yang dipertahankan stabil.


Namun demikian, aplikasi penyimpanan suhu rendah merupakan

teknologi paling umum dipraktekkan sehari-hari dalam upaya meningkatkan

masa simpan buah dan sayuran segar yang akan dikonsumsi. Salah satu

teknologi penyimpanan dingin yang sering diaplikasikan oleh masyarakat

umum adalah penyimpanan dengan menggunakan kulkas atau alat pendingin

yang dibuat khusus untuk mempertahankan kesegaran buah dan sayuran.


Dalam perlakuan penyimpanan melalui proses pendinginan dapat dilakukan

dengan berbagai cara yaitu :


Pendinginan dengan udara (dingin) yang mengalir (air cooling).
Pendinginan dengan merendam dalam air dingin mengalir atau dengan

pencucian dengan air dingin (hydro cooling).


Pendinginan dengan cara kontak dengan es (ice cooling).

Pada praktikum ini perlakuannya adalah penyimpanan dingin di dalam

kulkas.

Pertumbuhan mikrorganisme perusak (bakteri/cendawan) dapat

diperlambat pada suhu penyimpanan rendah, namun komoditas segar

berangsur-angsur kehilangan resistensi alaminya terhadap pertumbuhan

organisme perusak. Oleh karena itu lamanya umur simpan ditentukan oleh

interaksi oleh senensensi alami (kehilangan kualitas), pertumbuhan

organisme perubahan dan kepekaan terhadap cacat suhu dingin Penyimpanan

buah pada suhu rendah yang stabil dapat mempertahankan tekstur alami

karena pendinginan atau penyimpanan pada suhu rendah dapat menghambat

atau mengurangi laju respirasi dan transpirasi atau kehilangan air.


11

Buah mangga, terutama yang matang, memiliki beberapa kandungan

seperti protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, serat, beberapa vitamin

(A,B1, B2 dan C), zat besi, dan niacin. Berdasarkan sifat klimakteriknya,

proses klimakterik dalam buah dapat dibagi dalam 3 tahap yaitu klimakterik

menaik, puncak klimakterik dan klimakterik menurun. Buah-buah yang

mengalami proses klimakterik diantaranya yaitu tomat, alpokat, mangga,

pepaya, dan pisang, karena buah-buahan tersebut menunjukkan adanya

peningkatan CO2 yang mendadak selama pematangan buah. Buah-buah yang

mengalami pola berbeda dengan pola diatas diantaranya yaitu ketimun,

anggur, limau, semangka, jeruk, nenas dan arbei (Kamarani, 2010).

Pada umumnya suhu di dalam kulkas kira-kira tidak melebihi 10 C

bahkan kurang dari kisaran pada suhu tersebut. Dilain pihak, beberapa jenis

komodit buah dan sayuran segar memerlukan suhu penyimpanan melebihi 10

C untuk mempertahankan tingkat kesegarannya dalam waktu masa simpan

tertentu. Sehingga apabila buah dan sayuran yang berbeda-beda jenisnya

disimpan di dalam satu kulkas, maka beberapa jenis buah dan sayuran yang

tidak cocok dengan suhu kulkas akan mengalami kerusakan dingin.


12

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan Uraian pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sbb

:
Dengan menerapkan teknologi pasca panen melalui penyimpanan

dingin, maka kerusakan dan penurunan mutu pada komoditi buah

dan sayuran dapat dikurangi


Penyimpanan dingin pada buah-buahan dapat menghambat laju

respirasi dan metabolisme buah


Pertumbuhan mikrorganisme perusak (bakteri/cendawan) dapat

diperlambat pada suhu penyimpanan suhu rendah


Buah mangga bersifat klimakterik sehingga laju respirasinya cepat

dan mudah mengalami kerusakan mutu (pembusukan/senesence )


B. Saran
Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan

pengetahuan penyusun, oleh karena itu diharapkan pembaca untuk dapat

mencari referensi dari sumber lain yang lebih lengkap.


13

DAFTAR PUSTAKA

Andi Jihadil Akbar, 2015. Makalah Tinjauan Proses Penanganan, Penyimpanan


Dan Pengolahan Buah-Buahan Dan Sayuran Dan Metode Kontrol
Atmosfer.Universitas Muslim Makasar; Makasar

Dwi P, dkk., 2013. KARAKTERISTIK JAMUR TIRAM (Pleurotus Ostreatus)


SELAMA PENYIMPANAN DALAM KEMASAN LASTIK POLYPROPILEN
(PP). Jurnal Agrointek. Vol. 7. No.2

Isbandi J. 2012. Pertumbuhan dan perkembangan Tanaman. Yogyakarta : Fakulas


Pertanian UGM.

Kamarani. 2010. Fisiologi Pasca Panen. Yogyakarta : Gadjah Mada University


Press.
Kanoni, Sri, 2009. Handout Viskositas TPHP. Universitas Gadjah Mada:
Jogjakarta.

Khatir, Rita, 2009. Penuntun Praktikum Fisiologi dan Teknologi Penanganan


Pasca Panen. Faperta_UNSYIAH: Banda Aceh.

Tranggono. 2011. Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. Yogyakarta : Gadjah


Mada University Press.

Zulkarnaen. 2009. Dasar-Dasar Holtikultura. Jakarta : Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai