Anda di halaman 1dari 7

A.

IDENTITAS JURNAL

JUDUL : Students problem solving strategies in problem solving mathematics clasroom


Penulis : Pimpaka Intaros, Maitree Inprasitha, Niwat Srisawadi
- Doctoral Program in Mathematics Education, Faculty of Education,
Khon Kaen University, 40002, Thailand
- Center for Research in Mathematics Education, Faculty of Education,
Khon Kaen University, 40002, Thailand
- Science Education Program, Faculty of Education, Khon Kaen
University, 40002, Thailand
Indeks : ELSEVIER Procedia Social and Behavior

Volume : 116
Halaman : 4119 4123
Tahun : 2014

B. Review Jurnal
Pendekatan pembelajaran matematika di kelas telah diubah untuk proses
yang berorientasi masalah yang lebih berbasis wawasan selama dekade
terakhir (van Oers, 2002). Selain itu, pemecahan masalah memerlukan
Pendahuluan
berbagai keterampilan termasuk menafsirkan informasi, perencanaan dan
metodis kerja, memeriksa hasil dan mencoba strategi alternatif (Muir,
Beswick, & Williamson, 2008).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki strategi pemecahan
masalah yang digunakan siswa (Posamentier & Krulik, 1998) dalam
Tujuan
memecahkan masalah matematika di kelas, menggunakan pendekatan
terbuka (open-endded).
Kelompok Kelompok sasaran termasuk enam kelas dari siswa kelas VII, yang belajar

1
dan Sasaran di Sekolah Ban Bueng-Neum-Bueng-krai-siang, tahun akademik 2010
Penelitian Thailand.
Beberapa metode digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data
yaitu: video dan rekaman rekaman audio, catatan lapangan yang diambil
Metodologi
untuk pengumpulan data, data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan
Penelitian
menggunakan transkripsi kasus mempelajari kelas, statistik deskriptif, dan
deskripsi analitik
Bahwa siswa menggunakan strategi pemecahan masalah dalam
semua tahap memecahkan masalah matematika
Bahwa para siswa menggunakan semua jenis strategi pemecahan
Hasil dan masalah untuk memecahkan masalah matematika di kelas. Selain
Pembahasan itu, ketika siswa memecahkan masalah, mereka bekerja sama untuk
membuat strategi pemecahan masalah. Dengan demikian, cara
berpikir siswa yang berbeda juga mendukung untuk menggunakan
strategi pemecahan masalah
Para siswa dapat secara mandiri mengatur dan melakukan kegiatan
pemecahan masalah. Pendekatan terbuka dapat mengarahkan
pembelajaran matematika dimana guru sebagai pusat dan siswa
mempraktekkan kearah dimana siswa mengidentifikasi masalah dan
Penutup dan menciptakan strategi pemecahan masalah sendiri.
Rekomendasi Menariknya, oleh karena itu, konteks budaya dan sosial di kelas
dalam pemecahan masalah-matematika juga apakah mempengaruhi
pengalaman otentik siswa dalam pemecahan masalah, itu yang harus
dicari untuk penelitian selanjutnya.

C. TERJEMAHAN JURNAL

2
2013 Penulis. Diterbitkan oleh akses Elsevier Ltd Terbuka CC BY-NC-ND lisensi.
Seleksi dan / atau peer-review di bawah tanggung jawab Akademik Pendidikan Dunia
dan Pusat Penelitian.
Strategi Pemecahan Masalah siswa
dalam Memecahkan Masalah Matematika di kelas
Pimpaka Intaros
Maitree Inprasitha
Niwat Srisawadi
Doctoral Program in Mathematics Education, Faculty of Education, Khon Kaen University, 40002, Thailand
Center for Research in Mathematics Education, Faculty of Education, Khon Kaen University, 40002, Thailand
Science Education Program, Faculty of Education, Khon Kaen University, 40002, Thailand
Abstrak
Pendekatan pembelajaran matematika di kelas telah dirancang untuk proses yang
berorientasi pada masalah berbasis wawasan selama beberapa dekade terakhir (van Oers,
2002). Selain itu, pemecahan masalah memerlukan berbagai keterampilan termasuk
menafsirkan informasi, perencanaan dan cara kerja, pemeriksaan hasil dan mencoba
strategi alternatif (Muir, Beswick, & Williamson, 2008). Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menyelidiki strategi pemecahan masalah siswa (Posamentier & Krulik, 1998)
dalam memecahkan masalah matematika di kelas, menggunakan pendekatan terbuka
sebagai pendekatan pembelajaran yang terdiri dari empat fase: 1) berawal dari masalah
terbuka, 2) siswa belajar mandiri, 3) diskusi seluruh kelas, dan 4) perbandingan, dan
menyimpulkan dengan menghubungkan ide-ide matematika siswa yang muncul di kelas
(Inprasitha, 2010). Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini. Video
dan tape rekaman audio, dan catatan lapangan digunakan sebagai metode untuk
mengumpulkan data dari objek penelitian yang termasuk enam kelas dari siswa kelas VII
tahun akademik 2010 di sekolah yang berpartisipasi dalam Proyek Pengembangan
Profesional Guru Matematika melalui Lesson Study dan Pendekatan terbuka. Data
dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan deskripsi analitik. Hasil
mengungkapkan bahwa siswa menggunakan strategi pemecahan masalah dalam semua
fase penyelesaian dan sebagian besar terdapat pada fase 2 dari pemecahan masalah
matematika di kelas. Selain itu, ketika siswa memecahkan masalah, mereka bekerja sama
untuk membuat strategi pemecahan masalah mereka sendiri. Dengan demikian dapat
dianggap bahwa pemecahan masalah matematika di kelas, dimulai dengan masalah
terbuka dengan memberi ruang bagi siswa untuk memecahkan masalah sendiri,
mendorong siswa untuk menemukan masalah menurut mereka sendiri dan strategi
pemecahan masalahnya.

Kata kunci: Pemecahan Masalah Matematika di Kelas, Pendekatan Terbuka, Strategi


Pemecahan Masalah

1. Pendahuluan
Pendekatan pembelajran matematika di kelas saat ini telah di ubah menjadi
sebuah proses yang berorientasi pada masalah yang berbasis wawasan (van Oers, 2002).
Intinya adalah pertanyaannya bukan terletak pada; apakah guru harus menggunakan
strategi pemecahan masalah sebagai pendekatan pembelajaran matematika, melainkan
apa jenis pengalaman otentik siswa tentang matematika dapat digunakan dalam
memecahkan masalah (Cai, Mamona-Downs, & Weber, 2005). Memecahkan masalah

3
matematika di kelas atau pada pembelajaran matematika telah menggunakan pendekatan
terbuka sebagai pendekatan pembelajaran yang ditekankan pada siswa.
Pemecahan masalah mendorong siswa untuk menggunakan strategi yang berbeda
dalam memecahkan masalah yang terdiri dari empat fase (Inprasitha, 2010) seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 1. Para guru mendorong siswa untuk melakukan pemecahan
masalah, di samping itu memulai kelas dengan masalah terbuka yang dirancang sesuai
dengan pengalaman siswa atau apa yang telah dipelajari. Dengan kata lain, pendekatan
ini tentu mengajarkan siswa untuk belajar matematika dengan cara yang bermakna.
Sehingga dapat dikatakan bahwa pendekatan yang digunakan dalam pemecahan masalah
di kelas adalah praktek matematika yang membentuk konsep, makna, proses, dan nilai-
nilai, yaitu menemukan, dan mentransformasi dari teknik (cara melakukan) ke makna
(cara mengetahui) (Bishop, 1988). Selain itu, pemecahan masalah memerlukan berbagai
keterampilan termasuk menafsirkan informasi, perencanaan dan cara kerja, pemeeriksaan
hasil, dan mencoba strategi alternatif (Muir, Beswick, & Williamson, 2008). Pemahaman
seorang guru terhadap penggunaan strategi pemecahan masalah bagi siswa yang
digunakan untuk memecahkan masalah matematika di kelas harus direkomendasikan.

2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki strategi pemecahan masalah oleh siswa
dalam memecahkan masalah matematika di kelas menggunakan pendekatan terbuka
sebagai pendekatan pembelajaran.

3. Kelompok Sasaran Penelitian (Sampel)


Kelompok sasaran merupakan enam dari siswa kelas VII, yang belajar di Sekolah
Ban Bueng-Neum-Bueng-krai-siang, dan sedang mengikuti 5 kelas di Length
Comparison pada semester kedua tahun akademik 2010. sekolah telah berpartisipasi
dalam Proyek Pengembangan Profesional Guru Matematika melalui Lesson Study dan
Pendekatan terbuka yang dilaksanakan oleh Pusat Penelitian Pendidikan Matematika
(Center for Research in Mathematics Education), Khon Kaen University sejak tahun
akademik 2007.

4. Metodologi Penelitian
4.1. Kerangka teoritis
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan prinsip 2 kerangka teoritis, sebagai
berikut.
1) Pendekatan terbuka sebagai Pendekatan Pembelajaran (Inprasitha, 2010) terdiri
dari empat fase: 1) Pendekatan terbuka di mulai dengan masalah, masalah terbuka yang
diajukan dalam kelas dimaksud agar siswa sering bertanya tentang arti dari masalah
tersebut sehingga tertantang untuk memecahkan masalah tersebut, 2) siswa belajar
mandiri, fase ini terdiri dari kombinasi dua bagian: kerja individu dan diskusi dengan
seluruh kelas, 3) seluruh kelas diskusi dan melakukan perbandingan, yang terpenting
bahwa siswa harus melakukan pengembangan lebih lanjut dari kasus yang di amati dan
guru harus mencoba untuk mengidentifikasi terhadap para siswa yang tidak memahami
masalah dan memberikan lebih banyak saran untuk merangsang siswa di dalam kelas
agar berpikir sesuai dengan masalah, dan 4) merangkum, yaitu melalui ide-ide

4
matematika yang di hubungkan oleh siswa di kelas, guru harus menrangkum preposisi
semua siswa dan berkonsentrasi pada satu sudut pandang untuk menghasilkan sebuah
kesimpulan dengan mengintegrasikan serta mengatur mereka menurut sudut pandang
tertentu, dimana hal tersebut digunakan untuk mengidentifikasi fase kasus yang dipelajari
di kelas.
2) Strategi Pemecahan Masalah (Posamentier & Krulik, 1998) meliputi 1)
Menggunakan pengetahuan sebelumnya, 2) Menemukan pola, 3) Mengadopsi sudut
pandang yang berbeda, 4) Memecahkan masalah sederhana atau analogi, 5) Mengingat
kasus-kasus yang rumit, 6) membuat gambar (representasi visual), 7) Cerdas
memprediksi dan meguji hipotesis (pendekatan), 8) Mendata semua kemungkinan, 9)
Pengorganisasian data, dan 10) penalaran logika, di mana hal tersebut digunakan untuk
penyelidikan di tiap fase dari kasus yang sedang diteliti di kelas.
Kedua kerangka teoritis akan mendukung data empiris untuk pemecahan masalah
matematika di kelas dengan menggunakan pendekatan terbuka sebagai pendekatan
pembelajaran yang mendorong siswa untuk belajar sendiri melalui pemecahan masalah
bersama di setiap fase diskusi.
Gambar 1 : Skema Kerangka Teoritis yang digunakan

4.2. Pengumpulan Data dan Analisis


Studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa metode digunakan
untuk mengumpulkan dan menganalisis data yaitu: video dan rekaman audio, catatan
lapangan yang diambil untuk mengumpulkan data, kemudian data yang terkumpul
dianalisis dengan menggunakan transkripsi kasus yang dibahas di kelas, kemudian
dengan statistik deskriptif, dan deskripsi analitik.

5. Hasil dan Pembahasan


Dalam pemecahan masalah matematika di kelas menggunakan pendekatan
terbuka sebagai pendekatan pengajaran, semua fase strategi pemecahan masalah terjadi di

5
dalam kelas dan siswa menggunakannya dengan berbagai cara dalam setiap fase seperti
yang ditunjukkan dalam tabel.

Tabel 1. Persentase penggunaan strategi pemecahan masalah oleh siswa yang terjadi di
setiap fase dari 5 fase pemecahan masalah matematika kelas

Dari Tabel 1, menunjukkan bahwa siswa menggunakan strategi pemecahan pada semua
fase dan sebagian besar terdapat di fase ke-2, yaitu siswa belajar mandiri. Oleh karena
itu, dapat dikatakan bahwa masalah terbuka yang digunakan pada awal pembelajaran
telah mengarahkan siswa untuk membuat masalah mereka sendiri, dan fase selanjutnya
telah merangsang siswa untuk membuat pemecahan masalah melalui strategi mereka
sendiri untuk memecahkan masalah.

Tabel 2. Persentase masing-masing jenis strategi pemecahan masalah oleh siswa yang
terjadi di 5 tahapan pemecahan masalah matematika di kelas

Dari Tabel 2, menunjukkan bahwa dalam pemecahan masalah matematika di


kelas, para siswa menggunakan semua jenis strategi pemecahan masalah untuk
memecahkan masalah. Selain itu, ketika siswa memecahkan masalah, mereka bekerja

6
sama untuk membuat strategi pemecahan masalah. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa cara siswa yang berbeda dalam berpikir juga mendukung siswa untuk
menggunakan strategi pemecahan masalah dengan berbagai carayang berbeda.

6. Penutup dan Rekomendasi


Hasil tersebut dapat dipertimbangkan dalam pendekatan baru yang digunakan dalam
memecahkan masalah matematika di kelas yang mendorong kegiatan pemecahan
masalah. Para siswa dapat mandiri dalam mengatur dan melakukan kegiatan pemecahan
masalah. Pendekatan terbuka dapat mengarahkan pembelejaran matematika secara
tradisional di mana guru sebagai pusat dan siswa hanya diarahkan untuk mengidentifikasi
masalah dan menciptakan strategi pemecahan masalah sendiri. Menariknya, konteks
budaya dan sosial di kelas dalam pemecahan masalah matematika apakah mempengaruhi
pengalaman otentik siswa untuk memecahkan masalah, itulah yang kemudian harus
dicari untuk penelitian selanjutnya.

7. Ucapan Terima Kasih


Penelitian ini didukung oleh Promosi Penelitian Pendidikan Tinggi dan Universitas Riset
Nasional. Proyek Thailand, Kantor Komisi Pendidikan Tinggi, melalui Cluster Riset
untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Dasar dan penelitian ini dilakukan oleh Pusat
Penelitian Pendidikan Matematika, Khon Kaen University, Thailand.

Daftar Pustaka
Bishop, A. J. (1988). Mathematical Enculturation. A Cultural Perspective on Mathematics
Education. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers.
Cai, J., Mamona - Downs, J., & Weber, K. (2005). Mathematical problem solving: What we know
and where we are going. Journal of Mathematical Behavior, 24, 217-220.
Inprasitha, M. (2010). One Feature of Adaptive Lesson Study in Thailand: Designing Learning
Unit. Proceedings of 45 Korean National Meeting of Mathematics Education. (pp. 193-206).
Seoul: Dongkook University.
Muir, T., Beswick, K., & Williamson, J. (2008). "I'm Not Very Good at Solving Problems": An
Exploration of Students' Problem Solving Behaviours. Journal of Mathematical Behavior,
27(3), 228-241.
Posamentier, A. S. & Krulik, S. (1998). Problem-Solving Strategies for Efficient and Elegant
Solutions. A Researce for the Mathematics Teacher. California: Corwin Press.
van Oers, B. (2002). Educational Forms of Initiation in Mathematical Culture. In C. Kieran, E.
Forman, & A. Sfard (Eds.). Learning Discourse. Discursive Approaches to Research in
Mathematics Education. (pp.59-85). Dordrecht: Kluwer Academic Publishers.

Anda mungkin juga menyukai