HALAMAN SAMPUL. I
KATA PENGANTAR.ii
BAB 1. PENDAHULUAN.. 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah.. 1
1.3 Tujuan.. 1
1.4 Manfaat.. 2
BAB 2. PEMBAHASAN.. 3
BAB 3. PENUTUP 21
3.2 Saran.21
Puji dan syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Makalah ini menyajikan tentang Konsep Pergaulan Sesama Manusia
dalam Islam. Selain itu penyusun juga memaparkan dalam makalah ini hikmah
atau manfaat bergaul dalam islam.
Kotabaru, 02-maret-2017
Penyusun
BAB 1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ada banyak tuntutan yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim dalam
kehidupan di dunia ini, salah satunya adalah keharusan menjalin hablun minallah
dan hablun minannas. Hal ini ditekankan karena manusia sangat membutuhkan
Tuhan yaitu Allah SWT. Dalam kaitannya dengan hablun minannas, manusia tidak
bisa hidup sendirian karena ia membutuhkan manusia lain yang dapat
berinteraksi secara baik untuk mewujudkan kehidupan yang baik.
Indonesia dengan berbagai macam agama yang ada tidak membuat interaksi
antar manusia di dalamnnya menjadi terlupakan. Dalam berinteraksi antar umat
beragama, dikenal adanya istilah toleransi. Dalam kehidupan saat ini, pergaulan
sesama manusia menimbulkan banyak masalah-masalah baru yang ada disekitar
kita, contohnya peperangan antar suku, perselisihan antar umat beragama
sehingga menimbulkan menegangnya hubungan antar umat beragama. Maka
perlu adanya aturan-aturan atau penjelasan tentang konsep pergaulan antar
sesama manusia, baik kepada umat seagama maupun yang berbeda agama.
Makalah ini berisi tentang konsep-konsep pergaulan sesama manusia, baik yang
seagama maupun berbeda agama dalam Islam.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, terdapat beberapa rumusan masalah antara lain :
Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, ada beberapa tujuan dari penulisan makalah
antara lain:
Untuk memahami konsep pergaulan sesama manusia
BAB 2. PEMBAHASAN
Pergaulan adalah proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu,
atau oleh individu dengan kelompok. Pergaulan juga merupakan salah satu cara
seseorang untuk berinteraksi dengan alam sekitarnya. Pergaulan merupakan
fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang tak mungkin bisa hidup sendirian
dan saling membutuhkan antar sesama manusia. Manusia juga memiliki sifat
tolong-menolong dan saling membutuhkan satu sama lain. Interaksi dengan
sesama manusia juga menciptakan kemaslahatan besar bagi manusia itu sendiri
dan juga lingkungannya. Berorganisasi, bersekolah, dan bekerja merupakan
contoh-contoh aktivitas bermanfaat besar yang melibatkan pergaulan antar
manusia. Namun, pergaulan tanpa diimbangi iman yang kokoh akan mudah
membuat seorang muslim terjerumus. Bisa kita lihat pada zaman sekarang
banyak perbuatan-perbuatan para remaja yang begitu menyimpang dari ajaran
agama. Pergaulan bebas, video mesum, perkosaan, dan berbagai bentuk
perilaku penyimpangan lainnya. Semua itu bersumber dari pergaulan yang salah
dan tidak dilandaskan pada kepatuhan terhadap ajaran Al-Quran. Oleh karena
itu, kita sebagai umat muslim wajib mengetahui dan memahami tata cara
pergaulan dalam Islam agar kita tidak salah dalam bergaul. Islam adalah agama
yang syamil (menyeluruh) dan mutakamil (sempurna).
Di antara aturan yang ditetapkan Allah SWT bagi manusia adalah aturan
mengenai tata cara pergaulan dalam Islam. Sebenarnya tata cara pergaulan
dalam islam itu bukan untuk membatasi namun untuk menjaga harkat dan
martabat manusia itu sendiri agar tidak sama dengan tata cara para hewan
dalam bergaul. Bila satu tutunan itu diambil dengan kerendahan hati dan
keinginan untuk berbakti kepada ilahi, maka tak ada hal sulit untuk mengikuti
tuntunan yang baik itu. Terkesan sulit karena melihatnya dari sisi nafsu dan
kepentingan duniawi.
Selain adanya norma dan aturan di masyarakat yang membatasi cara manusia
bergaul, agama Islampun juga memiliki tata cara tersendiri untuk mengatur
pergaulan antar sesama manusia. Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam
menjalin pergaulan sesama manusia antara lain:
Menjadi gaul yang islami bisa kita lakukan dengan minimal tiga kunci, yaitu:
Dalam perkara-perkara umum (sosial) kita tetap menjalin hubungan yang baik
dengan non muslim sekalipun. Contoh baik: Nabi berdiri ketika iring-iringan
jenazah non muslim melewati beliau.
Sesama muslim adalah bersaudara, seperti tubuh yang satu dan seperti satu
bangunan yang kokoh dan saling mendukung antar bagiannya.Pergaulan sesama
muslim dibalut dengan ukhuwah islamiyah. Ada banyak hak saudara kita atas
diri kita, di antaranya sebagaimana dalam hadits Nabi:
Jika ada yang meninggal hendaknya kita sholatkan dan kita antar ke
pemakamannya
Dalam pergaulan antar generasi tidak hanya yang muda menghormati yang
lebih tua tetapi juga yang tua menghargai yang lebih muda. Dalam pergaulan
sosial dengan mereka, hendaklah kita bersikap wajar dan menghormatinya,
mendengarkan pembicaraannya, serta wajib mengingatkan jika mereka keliru
dan berbuat kejahatan, dengan cara-cara yang lebih baik. Kita juga dilarang
memperlakukan mereka secara berlebihan, misalnya terlalu hormat dan tunduk
melebihi apa pun, sekalipun mereka salah. Hal ini tidak dibenarkan, sebab yang
paling mulia di antara kita bukan umur, ilmu, pangkat, harta, dan kedudukannya,
akan tetapi karena kualitas takwanya kepada Allah Swt. Hal ini sesuai dengan
salah satu hadis Rasulullah saw dalam riwayat Thabrani:
)
(
Ayat di atas memerintahkan kita untuk berbakti pada kedua orang tua. Jadi,
kewajiban kita kepada kedua orangtua ialah untuk selalu berbakti kepadanya
dan jangan sedikit pun melukai perasaan mereka, karena Allah tidak akan rida
kepada kita.Tidak hanya kepada orang tua saja, namun kepada anggota keluarga
yang lain hendaknya kita senantiasa saling mengingatkan untuk tetap taat
kepada ajaran Islam. Sebagaimana Nabi telah melakukannya kepada Ahlu Bait.
Tetangga adalah saudara terdekat kita oleh karena itu kita wajib untuk hormati.
Pengertian tetangga disini bukan hanya sebatas tetangga rumah, namun juga
mencakup tetangga di tempat kerja, sawah, ladang, dan kantor, serta tetangga
dalam safar. Rasulullah SAW bersabda:
Sudah menjadi fitrah, laki-laki tertarik kepada wanita dan demikian pula
sebaliknya. Islam telah mengatur bagaimana rasa tertarik dan rasa cinta di
antara dua jenis manusia itu dapat disalurkan. Bukan dengan pacaran dan
pergaulan bebas, tetapi dengan ikatan yang kuat (mitsaq ghaalizh) misalnya
pernikahan. Jadi, ada batasan-batasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan
di luar pernikahan. Hal inilah yang dikemukakan oleh Rasulullah saw dalam hadis
riwayat Abu Daud dan Tirmidzi:
( )
Jika salah seorang di antara kamu mencintai saudaranya, hendaklah ia
membuktikannya. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Di antara aturan yang ditetapkan Allah SWT bagi manusia adalah aturan
mengenai tata cara pergaulan antara pria dan wanita. Berikut rambu-rambu
yang harus diperhatikan oleh setiap muslim agar mereka terhindar dari
perbuatan zina yang tercela:
Hendaknya setiap muslim menjaga pandangan matanya dari melihat lawan jenis
secara berlebihan. Dengan kata lain hendaknya dihindarkan berpandangan mata
secara bebas. Awal dorongan syahwat adalah dengan melihat, karena itu jagalah
mata agar terhindar dari tipu daya setan.
Tidak berbuat sesuatu yang dapat mendekatkan diri pada perbuatan zina
misalnya berkhalwat (berdua-duaan) dengan lawan jenis yang bukan mahram.
Hal ini ditegaskan dalam Al-quran Surat Al-Israa ayat 32
artinya: Dan janganlah kalian mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk. (QS 17:32)
Selain itu Nabi juga bersabda, Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir,
maka janganlah berkhalwat dengan seorang wanita (tanpa disertai mahramnya)
karena sesungguhnya yang ketiganya adalah syaithan (HR. Ahmad).
Menjauhi pembicaraan atau cara berbicara yang bisa membangkitkan selera. Hal
ini kita bisa temukan dalam firman Allah pada Surat Al-ahzab ayat 31, yang
berbunyi:
artinya: Dan barang siapa diantara kamu (istri-istri Nabi) tetap taat kepada Allah
dan Rasul-Nya dan mengerjakan amal saleh, niscaya Kami berikan pahala
kepadanya dua kali lipat dan Kami sediakan rezeki yang mulia baginya. (QS
33:31)
Hendaknya tidak melakukan ikhtilat, yakni berbaur antara pria dengan wanita
dalam satu tempat. Hal ini diungkapkan Abu Asied, Rasulullah saw pernah
keluar dari masjid dan pada saat itu bercampur baur laki-laki dan wanita di jalan,
maka beliau berkata: Mundurlah kalian (kaum wanita), bukan untuk kalian
bagian tengah jalan bagian kalian adalah pinggir jalan (HR. Abu Dawud). Selain
itu Ibnu Umar berkata, Rasulullah melarang laki-laki berjalan diantara dua
wanita. (HR. Abu Daud).
Kepribadian seseorang itu dapat menular atau tertular orang lain. Demikian
halnya dalam etika, pergaulan dan hubungannya dengan orang lain. Penularan
itu disebabkan oleh pengaruh kedekatan dan pengaruh cinta. Mereka
menampakkan perilakunya dalam perbuatan-perbuatannya yang tanpa disadari.
Jangan bergaul dengan orang-orang yang rusak moralnya, karena bergaul
dengan mereka sedikit banyak akan menular kepada kita. Janganlah menjalin
hubungan dengan orang yang hina (rendah akhlaknya) karena itu akan menular
kepadamu. Pilihlah temanmu. Adapun manfaat bergaul, yaitu:
Ajang memastikan identitas diri dengan cara menumbuhkan rasa percaya diri.
Kerukunan (dari ruku, bahasa Arab, artinya tiang atau tiang-tiang yang
menopang rumah; penopang yang memberi kedamain dan kesejahteraan
kepada penghuninya) secara luas bermakna adanya suasana persaudaraan dan
kebersamaan antar semua orang walaupun mereka berbeda secara suku,
agama, ras, dan golongan. Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk
menjadi rukun karena sebelumnya ada ketidakrukunan; serta kemampuan dan
kemauan untuk hidup berdampingan dan bersama dengan damai serta
tenteram. Langkah-langkah untuk mencapai kerukunan seperti itu, memerlukan
proses waktu serta dialog, saling terbuka, menerima dan menghargai sesama,
serta cinta-kasih.
Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna baik dan damai.
Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan kesatuan hati dan
bersepakat untuk tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran
(Depdikbud, 1985:850) Bila pemaknaan tersebut dijadikan pegangan, maka
kerukunan adalah sesuatu yang ideal dan didambakan oleh masyarakat
manusia. Manusia ditakdirkan Allah Sebagai makhluk sosial yang membutuhkan
hubungan dan interaksi sosial dengan sesama manusia. Sebagai makhluk sosial,
manusia memerlukan kerja sama dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, baik kebutuhan material maupun spiritual.
Ajaran Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan tolong menolong
(taawun) dengan sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan umat Islam dapat berhubungan dengan siapa saja tanpa
batasan ras, bangsa, dan agama.
Kerja sama antar umat bergama merupakan bagian dari hubungan sosial anatar
manusia yang tidak dilarang dalam ajaran Islam. Hubungan dan kerja sama
ydalam bidang-bidang ekonomi, politik, maupun budaya tidak dilarang, bahkan
dianjurkan sepanjang berada dalam ruang lingkup kebaikan
Kerukunan antar pemeluk agama yang sama, yaitu suatu bentuk kerukunan yang
terjalin antar masyarakat penganut satu agama sama. Misalnya kerukunan
sesama orang Islam atau kerukunan sesama penganut Kristen. Kerukunan antar
pemeluk agama yang sama juga harus dijaga agar tidak terjadi perpecahan,
walaupun sebenarnya dalam hal ini sangat minim sekali terjadi konflik.
Kerukunan antar pemeluk agama yang berbeda, yaitu suatu bentuk kerukunan
yang terjalin antar masyarakat penganut agama yang tidak sama. Misalnya,
kerukunan orang Islam dengan penganut agama Kerukunan antar pemeluk
agama yang berbeda benar-benar harus dijaga untuk mencegah terjadinya
konflik-konflik yang berkepanjangan, yang pada akhirnya akan memecah belah
keutuhan negara kita. Negara Indonesiia notabene adalah negara yang
mengakui bermacam-macam agama, oleh karena itu sangat sangat rawan
timbulnya konflik SARA. Sebagai warga negara yang baik kita hendaknya
memelihara kerukunan tersebut dengan saling menghormati dan menghargai
terhadap pemeluk agama lain.
Ada beberapa manfaat yang kita dapat dari memelihara kerukunan antarumat
beragama di antaranya sebagai berikut.
Bersikap optimis dalam menjalin interaksi antar umat beragama agar para
pemeluk agama dapat berkomunikasi dengan baik dan pada gilirannya bisa
hidup berdampingan lebih sebagai kawan dan mitra daripada sebagai lawan.
Selalu siap membantu sesama dalam keadaan apapun dan tanpa melihat status
orang tersebut, karena dengan saling membantu, kita akan mempererat tali
persaudaraan sebangsa dan setanah air kita, sehingga secara tidak langsung
akan memperkokoh persatuan Indonesia.
Hormatilah selalu orang lain tanpa memandang Agama apa yang mereka anut.
Hal ini tentu akan mempererat kerukunan umat beragama di Indonesia.
Bila terjadi masalah yang membawa nama agama, tetap selesaikan dengan
kepala dingin dan damai, tanpa harus saling tunjuk dan menyalahkan. Hal ini
diperlukan karena di Indonesia ini masyarakatnya sangat beraneka ragam.
Sikap prasangka stereotype etnik dan dijiwai oleh suasana persaingan yang
tajam.
Islam tidak melarang kerjasama dengan non muslim dalam hal-hal yang
berkaitan dengan hal-hal dunia, misalnya hubungan bisnis ataupun studi. Bahkan
ada ayat yang memerintahkan agar kita berlaku adil kepada siapa pun, termasuk
kepada non muslim. Yakni:
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.(QS Al maidah ayat 8)
Jadi, saat berinteraksi dengan non muslim, prinsip-prinsip toleransi, keadilan, dan
kebenaran harus kita tegakkan. Namun untuk urusan yang berkaitan dengan
kayakinan dan peribadatan, kita mengambil garis yang jelas dan tegas.
Menurut ajaran Islam, toleransi bukan saja terhadap sesama manusia, tetapi
juga terhadap alam semesta, binatang, dan lingkungan hidup. Sikap toleransi
dipandang sifat yang sangat baik untuk menciptakan kondisi pergaulan yang
lebih harmonis, dengan saling mengoreksi dan saling mengisi kekurangan
masing-masing, sehingga tidak ada seorang pun yang merasa dikecewakan atau
disakiti oleh teman bergaul lainnya.
Toleransi menurut Syekh Salim bin Hilali memiliki karakteristik sebagai berikut,
yaitu antara lain:
Terikat dan tunduk kepada agama Allah Subhanahu wa Taala tanpa ada rasa
keberatan
2.4 Ukhuwah
Ukhuwah Islamiyah
Ukhuwah islamiyah menurut Dr. Abdullah Nashih Ulwan adalah ikatan kejiwaan
yang melahirkan perasaan yang mendalam dengan kelembutan, cinta, dan sikap
hormat kepada setiap orang yang sama-sama diikat dengan akidah islamiyah,
iman, dan takwa. Menurut Dr. Quraish Shihab, ukhuwah islamiyah adalah
persaudaraan yang bersifat islami atau yang diajarkan oleh islam. Sehingga
ukhuwah islamiyah adalah menghormati persaudaraan dan persahabatan yang
dijalin antarsesama umat islam dengan saling, mencintai, dan mengasihi. Dalam
hadis dikatakan bahwa,
[]
Nabi Muhammad saw bersabda, Seorang muslim adalah saudara bagi muslim
yang lain (HR Bukhari dan Muslim)
Ukhuwah Wathaniah
Wathaniah berasal dari kata Al-Wathan artinya tanah air atau kampung halaman.
Sehingga yang dimaksud dengan ukhuwah wathaniah adalah persaudaraan
sesama warga negara dalam satu tanah air dan satu bangsa. Sikap ini
merupakan perwujudan rasa syukur seorang hamba kepada Allah swt yang telah
mengkaruniai tanah air. Hal ini juga penting untuk persatuan dan persaudaraan
dalam ikatan tanah air. Perbedaan suku, bahasa, adat istiadat, dan agama
sebaiknya disatukan dalam persaudaraan setanah air ada atau ukhuwah
wathaniah.
Ukhuwah Insaniah
Jiwa yang tidak dirawat. Ukhuwah sangat erat kaitannya dengan iman, sehingga
jika iman tidak dirawat dengan baik maka akan sulit untuk menjalankan
ukhuwah. Untuk itu, kita pelu proses membersihan hati dan merawat jiwa secara
intens dan kontinyu agar nilai-nilai ukhuwah dapat digunakan.
Lidah yang tidak dikendalikan. Dalam hadisnya, nabi saw bersabda bahwa
barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia
berkata baik atau diam. Untuk itu, lidah perlu dijaga agar tidak menimbulkan
perselisihan dan permusuhan di masyarakat.
Dari segi kaidah, setiap orang yang tidak mau menerima islam sebagai
agamanya di sebut kafir atau non islam . Kata kafir berarti orang yang menolak,
yang tidak mau menerima atau menolak menaati aturan allah yang diwujudkan
kepada manusia melalui ajaran islam.
Memberikan infak sebagian dari harta yang dimiliki, baik yang wajib dalm bentuk
zakat maupun yang sunnah dalam bentuk sedekah. Menjenguk bila ada anggota
masyarakat yang sakit dan taziyah bila ada anggota masyarakat yang
meninggal dengan mengantar jenazahnya sampai di kuburnya.
Amar maruf dan nahi munkar adalah memerintahkan orang lain untuk berbuat
baik dan mencegah perbuatan jahat. Disamping system dan saran pendukung,
amar maruf dan nahi munkar memerlukan juga kebijakan dalam bertindak.
Karna itu rasulullah memberikan tiga tingkatan yaitu:
Menggunakan lisan,
Bentuk amar maruf dan nahi munkar yang bersistem diantaranya adalah:
Mendirikan masjid
Menyelenggarakan pengajian
Mendirikan pesantren
3.1 Kesimpulan
Pergaulan adalah proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu,
dapat juga oleh individu dengan kelompok. Pergaulan juga merupakan salah satu
cara seseorang untuk berinteraksi dengan alam sekitarnya.
Dalam hal ini berarti pergaulan sesama manusia sangat dibutuhkan dalam
kehidupan serta kerukunan antar umat beragama yaitu hubungan sesama umat
beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling
menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran
agamanya dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Selain
itu, dalam pergaulan sesama manusia dibutuhkan aturan ataupun adab-adab
dalam bergaul antar umat beragama baik yang beragama Islam ataupun yang
non Islam.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta:Departemen Agama RI
http://rangga-bachdar.blogspot.co.id/2012/05/akhlak-pergaulan-dalam-
islam.html, diakses pada 13 September 2015
Anwar, Nasrudin (2015). Kandungan QS Al-Isra Ayat 23-24. From