Anda di halaman 1dari 16

RESUME

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Konsep Dasar Keperawatan 1 (KDK 1)

Dosen :

Erna Safariyah, Skep,. Ners

KELOMPOK 4
IMANIAR VITASARI

ADE RAHMAWATI REGILIANA P


AI YENI SULISTIAWATI
DESI CHOERUNNISA SUNINGSIH
DINNY OKTAVIANI MIRNA MIRNAWATI
LIA CAMPAKA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA
SUKABUMI
2011
A. PENDAHULUAN

Penting bagi perawat untuk memahami konsep yang mendasari kesehatan


spiritual. Spiritualitas merupakan suatu konsep yang unik pada masing-masing
individu. Manusia adalah mahluk yang mempunyai aspek spiritual yang akhir-
akhir ini banyak perhatian dari masyarakat yang disebut kecerdasan spiritual
yang sangat menentukan kehagiaan hidup seseorang. Perawat atau ners
memahami bahwa aspek ini adalah bagian dari pelayanan yang komprehensif.
Karena respon spiritual kemungkian akan muncul pada pasien.
B. PENGERTIAN SPIRITUAL
Spirituality berasal dari bahasa latin spiritus yang berarti nafas atau
udara.spirit memberikan hidup,menjiwai seseorang. Spirit memberikan arti
penting ke hal apa saja yang sekiranya menjadi pusat dari seluruh aspek
kehidupan seseorang( Dombeck,1995).
Spirituality adalah suatu yang dipengaruhi oleh budaya, perkembangan,
pengalaman hidup kepercayaan dan nilai kehidupan. Spiritualitas mampu
menghadirkan cinta, kepercayaan, dan harapan, melihat arti dari kehidupan dan
memelihara hubungan dengan sesama. (Perry Potter, 2003).
Spiritual adalah konsep yang unik pada masing-masing individu (Farran et
al, 1989). Masing-masing individu memiliki definisi yang berbeda mengenai
spiritual, hal ini dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup dan
ide-ide mereka sendiri tentang hidup. Menurut Emblen, 1992 spiritual sangat
sulit untuk didefinisikan. Kata-kata yang digunakan untuk menjabarkan spiritual
termasuk makna, transenden, harapan, cinta, kualitas, hubungan dan eksistensi.
Spiritual menghubungkan antara intrapersonal (hubungan dengan diri sendiri),
interpersonal (hubungan antara diri sendiri dan orang lain), dan transpersonal
(hubungan antara diri sendiri dengan tuhan/kekuatan gaib)
Spiritual adalah suatu kepercayaan dalam hubungan antar manusia
dengan beberapa kekuatan diatasnya, kreatif, kemuliaan atau sumber energi
serta spiritual juga merupakan pencarian arti dalam kehidupan dan
pengembangan dari nilai-nilai dan sistem kepercayaan seseorang yang mana
akan terjadi konflik bila pemahamannya dibatasi. (Hanafi, djuariah. 2005).
Spirituality atau kepercayaan spiritual adalah kepercayaan dengan sebuah
kekuatan yang lebih tinggi dari kekuatan pencipta, sesuatu yang bersifat Tuhan,
atau sumber energi yang tidak terbatas. Contoh, seseorang percaya pada Tuhan,
Allah, Kekuatan tertinggi. Spirituality memiliki beberapa aspek antara lain :
a. Hubungan yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam hidup
b. Menemukan arti dan tujuan dalam hidup.
c. Menyadari dan mampu untuk menarik sumber-sumber dan kekuatan dari
dalam diri.
d. Mempunyai perasaan hubungan kedekatan dengan diri sendiri dan Tuhan atau
Allah. (Cozier Barbara, 2000).
Kesehatan spiritual atau kesejahteraan adalah rasa keharmonisan saling
kedekatan antara diri dengan orang lain, alam, dan dengan kehidupan yang
tertinggi (Hungelmann et al,1985).
Spiritual dimulai ketika anak-anak belajar tentang diri mereka dan
hubungan mereka dengan orang lain. Banyak orang dewasa mengalami
pertumbuhan spiritual ketika memasuki hubungan yang langgeng. Kemampuan
untuk mengasihi orang lain dan diri sendiri secara bermakna adalah bukti dari
kesehatan spiritual.
Kesehatan jiwa (spiritual) menurut ilmu kedokteran saat ini adalah suatu
kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yan
optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan orang lain
( suliswati,Hj.tji anita,2004).
Mempunyai kepercayaaan atau keyakinan berarti mempercayai atau
mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau seseorang. Konsep kepercayaan
mempunyai dua pengertian:

1) Kepercayaan didefinisikan sebagai kultur atau budaya dan lembaga


keagamaan seperti Islam, Kristen, Budha, dan lain-lain.
2) Kepercayaan didefinisikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan
Ketuhanan, kekuatan tertinggi, orang yang mempunyai wewenang atau
kuasa, suatu perasaan yang memberikan alasan tentang keyakinan
(belief) dan keyakinan sepenuhnya (action). Harapan (hope), harapan
merupakan suatu konsep multidimensi, suatu kelanjutan yang sifatnya
berupa kebaikan, perkembangan, dan bisa mengurangi sesuatu yang
kurang menyenangkan. Harapan juga merupakan energi yang bisa
memberikan motivasi kepada individu untuk mencapai sutau prestasi
dan berorientasi ke depan. Agama, adalah sebagai sistem organisasi
kepercayaan dan peribadatan dimana seseorang bisa mengungkapkan
dengan jelas secara lahiriah mengenai spiritualitasnya. Agama adalah
suatu sistem ibadah yang terorganisasi atau teratur.

Individu sebagai makhluk spiritual mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :


a. Diciptakan Tuhan dalam bentuk yang sempurna dibanding makhluk
ciptaan lainnya.
b. Memiliki rohani/jiwa yang sempurna (akal, pikiran, perasaan dan
kemauan).
c. Individu diciptakan sebagai khalifah (penguasa dan pengatur kehidupan)
dimuka bumi.
d. Terdiri atas unsur bio-psiko-sosial yang utuh (Ali H.Z, 2002: 43).

Spiritualitas juga memberikan suatu perasaan yang berhubungan dengan


intrapersonal (hubungan antara diri sendiri), interpersonal (hubungan antara
orang lain dan lingkungan) dan transpersonal (hubungan yang tidak dapat
dilihat yaitu suatu hubungan dengan ketuhanan yang merupakan kekuatan
tertinggi). Adapun unsur-unsur spiritualitas meliputi kesehatan spiritual,
kebutuhan spiritual dan kesadaran spiritual. Dimensi spiritual merupakan suatu
penggabungan yang menjadi satu kesatuan antara unsur psikologikal, fisiologikal
atau fisik, sosiologikal dan spiritual.
Kata spiritual sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Untuk
memahami pengertian spiritual dapat dilihat dari berbagai sumber.
Menurut Oxford English Dictionary, untuk memahami makna kata spiritual dapat
diketahui dari arti kata-kata berikut ini : persembahan, dimensi supranatural,
berbeda dengan dimensi fisik, perasaan atau pernyataan jiwa, kekudusan,
sesuatu yang suci, pemikiran yang intelektual dan berkualitas, adanya
perkembangan pemikiran dan perasaan, adanya perasaan humor, ada
perubahan hidup, dan berhubungan dengan organisasi keagaamaan. Sedangkan
berdasarkan etimologinya, spiritual berarti sesuatu yang mendasar, penting, dan
mampu menggerakan serta memimpin cara berfikir dan bertingkah laku
seseorang .
Berdasarkan konsep keperawatan, makna spiritual dapat dihubungkan
dengan kata-kata: makna, harapan, kerukunan, dan sistem kepercayaan (Dyson,
Cobb, Forman, 1997). Dyson mengamati bahwa perawat menemukan aspek
spiritual tersebut dalam hubungan seseorang dengan dirinya sendiri, orang lain,
dan dengan Tuhan. Menurut Reed (1992) spiritual mencakup hubungan intra-,
inter-, dan transpersonal. Spiritual juga diartikan sebagai inti dari manusia yang
memasuki dan mempengaruhi kehidupannya dan dimanifestasikan dalam
pemikiran dan prilaku serta dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain,
alam, dan Tuhan (Dossey & Guzzetta, 2000).
Para ahli keperawatan menyimpulkan bahwa spiritual merupakan sebuah
konsep yang dapat diterapkan pada seluruh manusia. Spiritual juga merupakan
aspek yang menyatu dan universal bagi semua manusia. Setiap orang memiliki
dimensi spiritual. Dimensi ini mengintegrasi, memotivasi, menggerakkan, dan
mempengaruhi seluruh aspek hidup manusia.

C. KARAKTERISTIK SPIRITUAL
Spiritualitas mempunyai suatu karakter, sehingga bisa diketahui bagaimana
tingkat spiritualitas seseorang. Karakteristik spiritual tersebut, antara lain

1) Hubungan dengan diri sendiri


Pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya).
Sikap (percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau masa
depan, harmoni atau keselarasan diri).
2) Hubungan dengan alam
Mengetahui tentang tanaman, pohon, margasatwa dan iklim.
Berkomunikasi dengan alam (bertanam, berjalan kaki), mengabadikan
dan melindungi alam.
3) Hubungan dengan orang lain
Harmonis
Berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik.
Mengasuh anak, orang tua dan orang sakit.
Menyakini kehidupan dan kematian.
Tidak harmonis
Konflik dengan orang lain.
Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi.
4) Hubungan dengan Ketuhanan
Agamis atau tidak agamis
Sembahyang/ berdoa/ meditasi.
Perlengkapan keagamaaan.
Bersatu dengan alam.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan spiritualnya


apabila mampu :

1) merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaannya di


dunia/kehidupan,
2) mengembangkan arti penderitaan dan menyakini hikmah dari suatu
kejadian atau penderitaan,
3) menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya
dan cinta,
4) membina integritas personal dan merasa diri berharga,
5) merasakan kehidupan yang terarah yang terlihat melalui harapan,
6) mengembangkan hubungan antar manusia yang positif.

D. KONSEP-KONSEP YANG TERKAIT DENGAN SPIRITUAL


Sebuah isu yang sering muncul dalam konsep keperawatan adalah kesulitan
dalam membedakan antara spiritual dengan aspek-aspek yang lain dalam diri
manusia, khususnya membedakan spiritual dari religi. Selain itu perawat juga
perlu memahami perbedaan dimensi spiritual dengan dimensi psikologi, dan
memperkirakan bagaimana kebudayaan dengan spiritual saling berhubungan.

Religi
Berdasarkan kamus, religi berarti suatu sistem kepercayaan dan praktek yang
berhubungan dengan Yang Maha Kuasa (Smith, 1995). Pargamet (1997)
mendefinisikan religi sebagai suatu pencarian kebenaran tentang cara-cara yang
berhubungan dengan korban atau persembahan. Seringkali kali kata spiritual dan
religi digunakan secara bertukaran, akan tetapi sebenarnya ada perbedaan
antara keduanya. Dari definisi religi, dapat digunakan sebagai dasar bahwa religi
merupakan sebuah konsep yang lebih sempit daripada spiritual. Mengingat
spiritual lebih mengacu kepada suatu bagian dalam diri manusia, yang berfungsi
untuk mencari makna hidup melalui hubungan intra-, inter-, dan transpersonal
(Reed, 1992). Jadi dapat dikatakan religi merupakan jembatan menuju spiritual
yang membantu cara berfikir, merasakan, dan berperilaku serta membantu
seseorang menemukan makna hidup. Sedangkan praktek religi merupakan cara
individu mengekspresikan spiritualnya .

Dimensi Psikologi
Karena fisik, psikologi, dan spiritual merupakan aspek yang saling terkait, sangat
sulit membedakan dimensi psikologi dengan dimensi spiritual. Akan tetapi
sebagai perawat harus mengetahui perbedaan keduanya.Spilka, Spangler, dan
Nelson (1983) membedakan dua dimensi ini dengan mengatakan bahwa dimensi
psikologi berhubungan dengan hubungan antar manusia seperti : berduka,
kehilangan, dan permasalahan emosional. Sedangkan dimensi spiritual
merupakan segala hal dalam diri manusia yang berhubungan dengan pencarian
makna, nilai-nilai, dan hubungan dengan Yang Maha Kuasa.

Kebudayaan
Kebudayaan merupakan kumpulan cara hidup dan berfikir yang dibangun oleh
sekelompok orang dalam suatu daerah tertentu (Martsolf, 1997). Kebudayaan
terdiri dari nilai, kepercayaan, tingkah laku sekelompok masyarakat. Kebudayaan
juga meliputi perilaku, peran, dan praktek keagamaan yang diwariskan turun-
temurun. Menurut Martsolf (1997) ada tiga pandangan yang menjelaskan
hubungan spiritual dengan kebudayaan, yaitu spiritual dipengaruhi seluruhnya
oleh kebudayaan, spiritual dipengaruhi pengalaman hidup yang tidak
berhubungan dengan kebudayaan, dan spiritual dapat dipengaruhi kebudayaan
dan pengalaman hidup yang tidak berhubungan dengan kebudayaan.
E. Elemen-Elemen dalam Spiritual
1. Kebutuhan Spritual
4 hal yang mendasari kebutuhan spiritual adalah :
1. Pencarian arti
2. Perasaan untuk memaafkan / pengampunan
3. Kebutuhan akan cinta (Keinginan untuk mendapatkan kasih sayang :
keluarga dan teman)
4. Kebutuhan akan harapan (Fish and Shelly, 1978; Peterson and Nelson,
1987; Schoenbeck, 1994).
Kebutuhan spiritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan (Rnetzkys,
1979). Dimensi ini termasuk menemukan arti, tujuan, menderita, dan kematian;
kebutuhan akan harapan dan keyakinan hidup, dan kebutuhan akan keyakinan
pada diri sendiri, dan Tuhan. Sullender (1998) mengidentifikasi 5 dasar
kebutuhan spiritual manusia : 1. arti dan tujuan hidup 2. perasaan misteri 3.
pengabdian 4. rasa percaya 5. harapan di waktu kesusahan.
Spiritual saat ini dihubungkan dengan pencarian akan arti dan refleksi dari
bagian kepercayaan pada paham duniawi. Hal ini menimbulkan pertanyaan:
haruskah perawat yang tidak religius, atau yang tidak memiliki spiritual,
menolong seseorang yang membutuhkan spiritual (Walter, 1997). Pada dasarnya
apakah mereka mampu? Pada studi keperawatan dengan orang-orang yang
memiliki fase terminal, ditemukan bahwa perawat merasa tidak harus memiliki
pengalaman dan keahlian untuk memberikan dukungan secara spiritual.
Sebuah pembelajaran insiden kritis dari respon perawat terhadap
kebutuhan spiritual dari klien memberikan sebuah pengertian yang mendalam
terhadap perawat akan kebutuhan spiritual klien serta peran perawat sebagai
pemberi layanan secara spiritual. Kebutuhan akan harapan merupakan
kepentingan utama terhadap seseorang yang dihadapi oleh penyakit dan
ancaman potensial terhadap gaya hidup dan kehidupan.

2. Kesadaran Spritual

Kesadaran spiritual akan timbul saat seseorang dihadapkan pada


kebutuhan spiritual dan pencarian identitas, saat mempertahankan nilai-
nilai dan keyakinan atau kepercayaan.
Tiga tingkat kesadaran menurut Wilber:

A. Tingkat Existensial
Pada level ini Wilber menggunakan istilah yang berasal dari filsuf-filsuf
eksistensial, yaitu penyatuan diri dengan orang lain (uniting the self and others).
Para filsuf eksistensialis mengakui bahwa makhluk di bumi memiliki ikatan
otentik antara total individu dengan lingkungannya. Mereka meyakini bahwa
individu hanya eksis ketika berada dalam relasi dengan orang-orang lain, dan
bahwa kehilangan kesadaran berarti memutuskan hubungan antara diri dengan
orang-orang lain.
Di sisi lain, meningkatkan kesadaran berarti melibatkan diri dalam
hubungan mendalam dengan orang-orang lain, yang hasilnya akan memperkaya
kesadaran internal (inner awareness) seseorang.
Menurut Wilber, peningkatan kesadaran ke tingkat eksistensial dapat
dicapai secara sederhana dengan duduk di tempat yang sepi (tenang),
menghentikan semua konsep mental tentang diri sendiri, dan merasakan
eksistensi dasar seseorang. Untuk menguatkan identitas seseorang agar lebih
permanen pada level ini, biasanya diperlukan bentuk-bentuk terapi eksistensial
semacam meditasi, hatha yoga, terapi Gestalt, psikolog dan humanistic.
B. Tingkat Transpersonal Bands
Pada level ini individu mulai menyadari dan mengakui bentuk-bentuk
pengetahuan yang tidak bersifat dualistis (antara subjek dan objek pengetahuan
tidak terpisah). Individu mulai merealisasi dan mengalami apa yang disebut
sebagai reliansi/keyakinan eksklusif dalam pengalaman. Wilber mengikuti konsep
Jung dalam menggambarkan elemen-elemen yang ada dalam tingkat
transpersonal ini. Jung menggunakan istilah synchronicity, yaitu suatu kejadian
yang penuh makna antara gejala psikis dan fisik. Bila dua kejadian, yang satu
bersifat psikis dan yang lain bersifat fisik, terjadi dalam waktu yang sama, ini
berarti terjadi synchronicity.
Aspek psikis dalam fenomena ini dapat termanifestasi dalam suatu bentuk
mimpi, ide, atau intuisi, yang kemudian menjadi kenyataan secara fisik. Sebagai
contoh, ketika seseorang memikirkan orang lain, menit berikutnya ia menerima
telepon dari orang yang baru saja dipikirkan. Contoh lain, seseorang bermimpi
tentang pesawat jatuh dan ketika ia membaca koran pada pagi harinya ternyata
mimpinya itu benar-benar terjadi semalam. Gejala synchronicity muncul bila
secara fisik individu dalam keadaan kurang sadar, misalnya bermimpi atau
merenung. Pengetahuan sinkronistik ini meningkatkan kemampuan dalam
pengambilan keputusan, yaitu dengan meningkatkan kepekaan intuitif, yang
diberdayakan setelah semua data empiris dijajaki secara objektif. Pada tingkat
kesadaran ini individu mengalami perasaan transendensi, mengalami sebagai
saksi supra-individual. Artinya individu mampu mengamati aliran dari sesuatu,
tanpa menyela, mengomentari, atau memanipulasi alur peristiwa.

C. Level of Mind
Berikut adalah tingkat kesadaran paling tinggi dalam Spectrum of
Consciousness dari Wilber. Dalam menggambarkan Level of Mind, Wilber
menyatakan bahwa Diri orang yang mengalami kesadaran sebenarnya
bukanlah real self (Diri sesungguhnya) dari orang tersebut. Bagaimanapun
cara seseorang melihat, berpikir, dan merasakan dirinya, Diri merupakan
sesuatu yang kompleks. Ide, konsep, pikiran, emosi, dan objek mental semuanya
secara konstan menyambil energi kita, yang menyebabkan adanya suatu tabir
antara diri kita dengan realitas.
Pada tingkat ini, individu menyingkap tabir tersebut, sehingga
memungkinkan dia mengalami realitas secara langsung. Ini disebut pengetahuan
yang tidak dualistis (nondual knowing). Krishnamurti menggambarkan kesadaran
seperti ini sebagai kesadaran intensif tanpa pilihan, tidak terkontaminasi oleh
pikiran-pikiran, simbol-simbol, atau dualitas; suatu kesadaran tentang apa.

3. Kesehatan Spiritual

Dicapai ketika seseorang menemukan keseimbangan antara, nilai


hidup :

Hasil dan system kepercayaan


Hubungan antara diri sendiri dan orang lain

Dengan berjalannya kehidupan, spiritual seseorang dan kesadarn arti


spiritual akan lebih meningkat, tujuan dari nilai-nilai kehidupan akan
lebih nyata.

Kesehatan spiritual atau kesejahteraan adalah rasa keharmonisan saling


kedekatan antara diri dengan orang lain, alam, dan dengan kehidupan yang
tertinggi (Hungelmann et al, 1985). Rasa keharmonisan ini dicapai ketika
seseorang menemukan keseimbangan antara nilai, tujuan, dan system
keyakinan mereka dengan hubungan mereka di dalam diri mereka sendiri dan
dengan orang lain. Pada saat terjadi stress, penyakit, penyembuhan, atau
kehilangan, seseorang mungkin berbalik ke cara-cara lama dalam merespons
atau menyesuaikan dengan situasi. Sering kali gaya koping ini terdapat dalam
keyakinan atau nilai dasar orang tersebut. Keyakinan ini sering berakar dalam
spiritualitas orang tersebut. Sepanjang hidup seorang individu mungkin tumbuh
lebih spiritual, menjadi lebih menyadari tentang makna, tujuan, dan nilai hidup.
Spiritualitas dimulai ketika anak-anak belajar tentang diri mereka dan
hubungan mereka dengan orang lain. Banyak orang dewasa mengalami
pertumbuhan spiritual ketika memasuki hubungan yang langgeng.
Kemampuan untuk mengasihi orang lain dan diri sendiri secara bermakna
adalah bukti dari kesehatan spiritualitas. Menetapkan hubungan dengan yang
maha agung, kehidupan, atau nilai adalah salah satu cara mengembangkan
spiritualitas. Kesehatan spiritualitas yang sehat adalah sesuatu yang
memberikan kedamaian dan penerimaan tentang diri dan hal tersebut sering
didasarkan pada hubungan yang langgeng dengan yang Maha Agung. Penyakit
dan kehilangan dapat mengancam dan menantang proses perkembangan
spiritual.Kesehatan spiritual tercapai ketika seseorang menemukan
keseimbangan antara nilai hidup, tujuan hidup, sistem keyakinan, dan hubungan
seseorang dengan diri sendiri atau orang lain.
Tanda-tanda Kesehatan Spiritual.
Seseorang yang mempunyai karakter baik juga mempunyai kehidupan
spiritual yang sehat. Dari jumlah banyaknya keluhan orang, mungkin kalian akan
segera mengetahui berapa banyak karakter buruk yang masih tertinggal didalam
diri seseorang. Dan ketika kalian mampu menghilangkan seluruh keluhan yang
kalian miliki, kalian kemudian akan mengetahui bahwa kalian itu sehat dan tidak
ada lagi karakter buruk yang tertinggal.Hal ini sangat penting bagi seseorang
untuk memiliki karakter yang baik. Jika seseorang tidak mempunyai keluhan lagi,
berarti dia sudah memiliki kesabaran dan ini berarti dia mempunyai iman yang
sejati. Kesabaran adalah sebuah tindakan melawan semua keinginan ego.Ada
Tiga Tipe Kesabaran, yaitu:
1. Sabar Terhadap Ketidaknyamanan Fisik :
Misalnya ketika kalian bangun di pagi hari yang dingin untuk
melaksanakan shalat, berwudhu dengan air yang dingin atau ketika kalian antri
kalian akan merasakan ketidak nyamanan Begitu pula ketika kita sedang sakit,
atau pada saat2 kita sedang menyelesaikan tugas yang sulit dan sebagainya.
2. Sabar dengan Menahan Diri dari Segala Hal yang Dilarang :
Sebuah hadits mengatakan, Hidup sebagai hamba dan menjauhi hal-hal
yang dilarang adalah lebih berharga dibandingkan ibadah seluruh malaikat,
manusia dan Jinn selama hidupnya.Islam menawarkan dua jenis perintah,
pertama apa yang harus kita lakukan dan kedua, apa yang tidak boleh kita
lakukan atau "Yang Dilarang". Yang terpenting di antara keduanya adalah
meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah . Meninggalkan suatu larangan lebih
baik dari pada menunaikan ibadah Haji sebanyak 50.000 kali. Itu berarti, kalian
bisa bersabar untuk beribadah tetapi tidak sabar dalam menjaga batasan yang
telah ditetapkan Allah swt. Jika kalian kembali dari ibadah haji yang ke-50.000
tetapi masih melihat pramugari pesawat dengan penuh syahwat maka
semuanya akan sia-sia.
Jika kita bersabar dalam beribadah, malaikat menuliskan pahala kita,
tetapi bila kita menunjukkan ketahanan terhadap suatu larangan, maka Allah swt
akan memberikan balasan yang tak hingga.Allah swt memerintahkan kita untuk
beribadah, sebanyak mungkin. Shalat lima kali sehari adalah cukup dan jika
kalian bisa melakukan lebih dari itu, itu lebih baik. Tetapi untuk hal-hal yang
dilarang, kalian harus menghindari semuanya. Ada dua tingkatan menyangkut
hal-hal yang dilarang, yaitu haram (terlarang) dan makruh (tidak disukai).
Sekarang ummat Muslim mendapat dukungan dari Setan untuk melakukan hal-
hal yang makruh. Itu adalah penyakit yang buruk di kalangan Muslim.
Allah swt dan Rasulullah saw.Kita diperintahkan sekuat tenaga untuk
menolak segala keburukan yang tidak disukai Allah dan Rasulullah saw. Jika
seseorang mempertahankan benteng luar maka harta di dalamnya akan
selamat. Setiap tindakan yang terlarang mempunyai efek buruk terhadap iman
kita, mereka menghancurkan iman kita. Ada 500 kebaikan yang dapat kita
lakukan sebisa mungkin. Ada 800 larangan dan karakteristik buruk yang harus
kita tinggalkan semua, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi.
Lebih buruk lagi jika kalian bersembunyi dari orang-orang dan melakukan
hal terlarang. Kalian tidak tersembunyi dari Allah.Menjaga diri ketika sedang
sendiri adalah lebih baik sebab kalian bersama Allah dan kita harus menjaga
penghormatan kita kepada-Nya melebihi yang diberikan kepada orang-orang.
3. Bersabar dalam menghadapi orang yang mengganggu kita.
Ini adalah tipe kesabaran yang paling baik di antara ketiganya. Al-Quran
mengatakan, Kami menguji beberapa di antara kalian dengan orang-orang
lainnya di antara kalian. Kesabaran adalah hal yang paling penting dalam hidup
manusia. Jika kalian mempunyai kesabaran, seluruh kebaikan akan kalian
dapatkan. Pandangan Allah tertuju pada diri kalian, jadi akankah kalian bersabar?
Apabila kalian bisa melepaskan diri dari daya tarik semua sifat2 buruk,
maka tidak akan ada lagi kesulitan yang akan menimpa kalian baik dalam
kehidupan di dunia maupun di akhirat. Kalian harus selalu ingat bahwa segala
sesuatu itu terjadi se-mata2 adalah atas kehendak Allah. Inilah kuncinya, obat
bagi segala penyakit hati. Kalian harus berkata, Mengapa aku harus mengeluh,
bila Allah yang memerintahkan ini semua harus terjadi? Bila kalian mampu
mengingat hal ini kalian akan merasa puas dengan segala kehendak-Nya dan
akan setuju dengan semua itu. (Syaikh Nazim al-Qubrusi al Haqqani an
Naqshbandi,1998).

F. KETERKAITAN ANTARA SPIRITUAL, KESEHATAN DAN SAKIT


Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat mempengaruhi
tingkat kesehatan dan perilaku self-care klien. Keyakinan spiritual yang perlu di
pahami antara lain:

1) Menuntun kebiasaan hidup sehari-hari


Praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan mungkin mempunyai makna keagamaan bagi klien, seperti
tentang makanan diet.
2) Sumber dukungan
Saat stress individu akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya.
3) Sumber kekuatan dan penyembuhan
Individu bisa menahan distress fisik yang luar biasa karena mempunyai
keyakinan yang kuat.
4) Sumber konflik
Pada situasi tertentu, bisa terjadi konflik antara keyakinan agama dengan
praktik kesehatan, seperti pandangan penyakit.
Dapat disimpulkan bahwa kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk
mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa
keterikatan, dan kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf .

G. MANIFESTASI SPIRITUAL
Manifestasi spiritual merupakan cara kita untuk dapat memahami spiritual
secara nyata. Manifestasi spiritual dapat dilihat melalui bagaimana cara
seseorang berhubungan dengan diri sendiri, orang lain, dan dengan Yang Maha
Kuasa, serta bagaimana sekelompok orang berhubungan dengan anggota
kelompok tersebut (Koenig & Pritchett, 1998).
Contoh kebutuhan spiritual individu adalah kebutuhan seseorang untuk mencari
tujuan hidup, harapan, mengekspresikan perasaan kesedihan maupun
kebahagiaan, untuk bersyukur, dan untuk terus berjuang dalam
hidup. Kebutuhan spiritual menyangkut individu dengan orang lain meliputi
keinginan memaafkan dan dimaafkan serta mencintai dan dicintai. Menurut
Nolan & Crawford (1997) kebutuhan spiritual sekelompok orang meliputi
keinginan kelompok tersebut untuk dapat memberikan kontribusi positif
terhadap lingkungannya.
Dalam kenyataannya, semua manusia memiliki dimensi spiritual, semua klien
akan mengekspresikan dan memanifestasikan kebutuhan spiritual mereka
kepada perawat. Karena kurangnya pemahaman tentang kebutuhan spiritual,
seringkali perawat gagal dalam mengenali ekspresi kebutuhan spiritual klien,
sehingga perawat gagal dalam memenuhi kebutuhan tersebut.Kesejahteraan
Spiritual,merupakan suatu kondisi yang ditandai adanya penerimaan hidup,
kedamaian, keharmonisan, adanya kedekatan dengan Tuhan, diri sendiri,
masyarakat, dan lingkungan sehingga menunjukkan adanya suatu kesatuan
(Greer & Moberg, 1998). Dalam hierarki kebutuhan dasar manusia,
kesejahteraan spiritual termasuk dalam tingkat kebutuhan aktualisasi diri .

H. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SPIRITUAL


Menurut Taylor & Craven (1997), faktor-faktor yang mempengaruhi spiritual
seseorang adalah:
1) Tahap perkembangan seseorang
Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak dengan empat negara berbeda,
ditemukan bahwa mereka mempunyai persepsi tentang Tuhan dan bentuk
sembahyang yang berbeda menurut usia, seks, agama, dan kepribadian anak.
2) Keluarga
Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan spiritual anak. Hal
yang penting bukan apa yang diajarkan oleh orang tua pada anak tentang Tuhan,
tetapi apa yang anak pelajari mengenai Tuhan, kehidupan, diri sendiri dari
perilaku orang tua mereka. Oleh karena keluarga merupakan lingkungan terdekat
dan pengalaman pertama anak dalam mempersepsikan kehidupan di dunia,
maka pandangan anak ada umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka dalam
berhubungan dengan saudara dan orang tua.
3) Latar belakang etnik dan budaya
Sikap, keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan budaya.
Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga.
Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama termasuk nilai moral dari
hubungan keluarga. Akan tetapi perlu diperhatikan apapun tradisi agama atau
sistem kepercayaan yang dianut individu, tetap saja pengalaman spiritual unik
bagi setiap individu.
4) Pengalaman hidup sebelumnya
Pengalaman hidup baik yang positif maupun pengalaman negatif dapat
mempengaruhi spiritual seseorang. Pengalaman hidup yang menyenangkan
seperti pernikahan, kelulusan, atau kenaikan pangkat menimbulkan syukur pada
Tuhan. Peristiwa buruk dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan
pada manusia untuk menguji imannya.
5) Krisis dan perubahan
Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang. Krisis
sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit, penderitaan, proses
penuaan, kehilangan, dan bahkan kematian. Bila klien dihadapkan pada
kematian, maka keyakinan spiritual dan keinginan untuk sembahyang atau
berdoa lebih meningkat dibandingkan dengan pasien yang berpenyakit tidak
terminal.
6) Terpisah dari ikatan spiritual
Menderita sakit terutama yang bersifat akut, seringkali membuat individu
terpisah atau kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial.
Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah antara lain tidak dapat menghadiri
acara sosial, mengikuti kegiatan agama dan tidak dapat berkumpul dengan
keluarga atau teman yang biasa memberikan dukungan setiap saat diinginkan.
Terpisahnya klien dari ikatan spiritual beresiko terjadinya perubahan fungsi
spiritual.
7) Isu moral terkait dengan terapi
Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan
untuk menunjukkan kebesaranNya walaupun ada juga agama yang menolak
intervensi pengobatan. Prosedur medis seringkali dapat dipengaruhi oleh ajaran
agama seperti sirkumsisi, transplantasi organ, sterilisasi,dll. Konflik antara jenis
terapi dengan keyakinan agama sering dialami oleh klien dan tenaga kesehatan.

I. CARA PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PERAWAT


Perawat diharapkan terlebih dahulu terpenuhi kebutuhan spiritualnya, sebelum
membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan spiritual klien. Dengan hal ini
diharapkan perawat dapat lebih memberikan pelayanan keperawatan yang
berkualitas. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk dapat memenuhi
kebutuhan spiritual perawat antara lain sebagai berikut:
1) Beribadah dalam suatu komunitas
Berpartisipasi dalam suatu komunitas rohani dapat meningkatkan spiritualitas.
Banyak orang merasa asing dengan orang-orang yang memiliki agama atau
kepercayaan sama. Tetapi dengan bergabung dalam suatu komunitas rohani
dapat menimbulkan rasa nyaman dan dapat meningkatkan rasa spiritual.
2) Berdoa
Berdoa, membaca kitab suci, merenungkan berkat dalam hidup dan berserah
kepada Yang Maha Kuasa merupakan cara yang baik dalam meningkatkan
spiritual.
3) Meditasi
Beberapa orang manggunakan yoga atau meditasi untuk kembali menenangkan
diri dan memfokuskan pikiran kembali untuk menemukan makna dari suatu hal.
4) Pembenaran yang positif
Pembenaran yang positif dapat membantu seseorang menghadapi situasi stress.
Salah satu cara untuk mendapat pembenaran positif adalah dengan berdiam diri,
sambil merenungkan kitab suci atau nyanyian.
5) Menulis pengalaman spiritual
Perawat dapat menulis perasaan yang sedang dirasakan, pengalaman spiritual
yang dialami, atau semua inspirasi dan pikiran-pikiran yang timbul. Cara ini
sangat bermanfaat bagi perawat untuk dapat keluar dari situasi stress.
6) Mencari dukungan spiritual
Dukungan spiritual dapat datang dari mana saja. Perawat dapat mencari
dukungan spiritual dari komunitas rohaninya. Selain itu dukungan spiritual juga
dapat diperoleh dari teman, mentor, ataupun konselor.

Menurut Agus (2002) inti dari pemenuhan kebutuhan spiritual untuk mencapai
kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient) adalah proses transendensi dan
realisasi. Dalam proses transendensi (menyendiri), pencerahan-pencerahan
spiritual terjadi. Seseorang dapat menjalankan hubungan yang paling intim
dengan hakikat diri terdalamnya atau dengan Tuhannya. Dengan memusatkan
diri untuk sementara waktu dari keributan dunia, seseorang dapat mencurahkan
segenap kemampuannya untuk memahami makna dari apa yang telah terjadi
dan bagaimana seharusnya kejadian itu dapat diperbaiki .
Hal serupa juga dikemukakan oleh Danah Zohar & Ian Marshall (2002). Secara
umum kita dapat meningkatkan kecerdasan spiritual dengan meningkatkan
proses tersier psikologi kita, yaitu kecenderungan untuk bertanya mengapa,
untuk mencari keterkaitan antara segala sesuatu, untuk membawa ke
permukaan asumsi-asumsi mengenai makna dibalik atau di dalam sesuatu. Kita
menjadi lebih suka merenung, sedikit menjangkau di luar diri kita, bertanggung
jawab, lebih sadar diri, lebih jujur terhadap diri sendiri, dan lebih pemberani.

Beberapa orang yang membutuhkan bantuan spiritual antara lain :


a. Pasien kesepian
Pasien dalam keadaan sepi dan tidak ada yang menemani akan membutuhkan
bantuan spiritual karena mereka merasakan tidak ada kekuatan selain kekuatan
Tuhan, tidak ada yang menyertainya selain Tuhan.
b. Pasien ketakutan dan cemas
Adanya ketakutan atau kecemasan dapat menimbulkan perasaan kacau, yang
dapat membuat pasien membutuhkan ketenangan pada dirinya dan ketenangan
yang paling besar adalah bersama Tuhan (Asmadi, 2008: 26).
Adapun tanda-tanda yang dapat diperhatikan pada klien yang mengalami
kecemasan :
1) Cemas ringan
Kecemasan normal yang berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa
kehidupan sehari-hari. Respon cemas ringan seperti sesekali bernafas pendek,
nadi meningkat, tekanan darah naik, bibir bergetar, tidak dapat duduk dengan
tenang dan tremor halus pada tangan.
2) Cemas sedang
Ditandai dengan persepsi terhadap masalah menurun sehingga individu
kehilangan pegangan tetapi dapat mengikuti pengarahan dari orang lain. Respon
cemas sedang biasanya meliputi sering bernafas pendek, nadi dan tekanan
darah naik, mulut kering, gelisah, tidak mampu menerima rangsangan, susah
tidur dan perasaan tidak enak.
3) Cemas berat
Pada tingkat ini lahan persepsi menjadi sangat sempit dimana individu tidak
dapat memecahkan masalah atau mempelajari masalah. Respon kecemasan
yang timbul misalnya nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat,
berkeringat, sakit kepala, tidak mampu menyelesaikan masalah.
4) Panik
Pada tingkat ini, lahan persepsi telah terganggu sehingga individu tidak dapat
mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun telah
diberikan pengarahan. Respon panik seperti nafas pedek, rasa tercekik, pucat,
lahan persepsi sangat sempit, tidak dapat berfikir logis (Tarwoto & Wartonah,
2003: 98-99).
c. Pasien menghadapi pembedahan
Menghadapi pembedahan adalah sesuatu yang sangat mengkhawatirkan karena
akan timbul perasaan antara hidup dan mati. Pada saat itulah keberadaan
pencipta dalam hal ini adalah Tuhan sangat penting sehingga pasien selalu
membutuhkan bantuan spiritual.
d. Pasien yang harus mengubah gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat membuat seseorang lebih membutuhkan
keberadaan Tuhan (kebutuhan spiritual). Pola gaya hidup dapat membuat
kekacauan keyakinan bila ke arah yang lebih buruk, maka pasien akan lebih
membutuhkan dukungan spiritual (Asmadi, 2008: 256).
Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adalah
distress spiritual, yang merupakan suatu keadaan ketika individu atau kelompok
mengalami atau beresiko mengalami gangguan dalam kepercayaan atau sistem
nilai yang memberikannya kekuatan, harapan dan arti kehidupan, yang ditandai
dengan pasien meminta pertolongan spiritual, mengungkapkan adanya keraguan
dalam sistem kepercayaan, adanya keraguan yang berlebihan dalam
mengartikan hidup, mengungkapkan perhatian yang lebih pada kematian dan
sesudah hidup, adanya keputusan, menolak kegiatan ritual dan terdapat tanda-
tanda seperti menangis, menarik diri, cemas dan marah, kemudian ditunjang
dengan tanda-tanda fisik seperti nafsu makan terganggu, kesulitan tidur dan
tekanan darah meningkat (Hidayat, 2006: 27).

J. Manifestasi Perubahan Fungsi Spiritual


Berbagai perilaku dan ekspresi yang dimanifestasikan klien perlu diwaspadai
perawat, karena mungkin saja klien sedang mengalami masalah spiritual adalah
sebagai berikut :
1) Verbalisasi distres
Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual biasanya
memverbalisasikan apa yang dialaminya atau mengespresikan kebutuhan
untuk mendapatkan bantuan. Biasanya klien meminta perawat berdoa bagi
kesembuhannya atau memberitahukan kepada pemuka agama untuk
mengunjunginya. Perawat juga harus peka terhadap keluhan klien tentang
kematian atau merasa tidak berharga dan kehilangan arti hidup. Kepekaan
perawat sangat penting dalam menarik kesimpulan dari verbalisasi klien
tentang distres yang dialami klien.
2) Perubahan perilaku
Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi gangguan fungsi
spiritual. Klien yang merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau
menunjukan kemarahan setelah mendengar hasil pemeriksaan mungkin saja
sedang menderita distres sipiritual. Ada yang bereaksi dengan perilaku
mengintrospeksi diri dan mencari alasan terjadinya suatu situasi dan
berupaya mencari fakta yang dapat menjelaskan situasi tersebut, namun ada
yang bereaksi secara emosional dan mencari informasi serta dukungan dari
keluarga atau teman. Perasaan bersalah, rasa takut, depresi, dan ansietas
mungkin menunjukkan perubahan fungsi spiritual yang adaptif dan
maladaptif.
Tabel Perilaku Adaptif dan Maladaptif (Achir Yani, 1999: 21)

Kebutuhan Tanda Pola atau Tanda Pola atau


perilaku adaptif perilaku maladaptif

Rasa percaya Rasa percaya terhadap diri Tidak nyaman dengan


sendiri, sabar, rasa kesadaran diri, mudah tertipu,
percaya terhadap tidak terbuka, tidak
kehidupan dan terbuka mengharapkan bantuan orang
terhadap Tuhan dan lain dan tidak tergantung,
sesama tidak terbuka terhadap Tuhan
dan sesame

Kemauan Menerima diri sendiri dan Merasakan penyakit sebagai


memberikan orang lain yang berbuat suatu hukuman, merasa Tuhan
maaf salah, tidak mendakwa sebagai penghukum, tidak
atau berprasangka buruk, mampu menerima diri sendiri,
memandang penyakit menyalahkan diri sendiri dan
sebagai sesuatu yang orang lain
nyata, memaafkan diri
sendir dan orang lain, dan
pandangan realistik
terhadap masa lalu

Mencintai dan Mengekspresikan perasaan Takut untuk bergantung pada


keterikatan dicintai oleh orang lain orang lain, menolak bekerja
atau oleh Tuhan. Mampu sama dengan tenaga
menerima bantuan, kesehatan, cemas berpisah
menerima diri sendiri, dan dengan keluarga, menolak diri
mencari kebaikan dari sendiri atau angkuh dan
orang lain mementingkan diri sendiri,
tidak mepunyai hubungan rasa
cinta dengan Tuhan, merasa
bergantung dan merasa jauh
dari Tuhan

Keyakinan Ketergantungan pada Mengekspresikan perasaan


anuhgerah Tuhan, ambivalen terhadap Tuhan,
termotivasi untuk tumbuh, tidak percaya pada kekuasaan
mengekspresikan Tuhan,takut mati, takut
kepuasan dengan terisolasi dari kepercayaan
menjelaskan kehidupan masyarakat sekitar, merasa
setelah kematian, kecewa, frustasi, dan marah
mengekspresikan terhadap Tuhan. Nilai
kebutuhan rirual, dan keyakinan dan tujuan hidup
mengekspresikan tidak jelas, dan konflik nilai
kebutuhan untuk berbagi
keyakinan

Kreativitas dan Meminta informasi tentang Mengekspresikan perasaan


Kebutuhan Tanda Pola atau Tanda Pola atau
perilaku adaptif perilaku maladaptif

harapan kondisinya, mencari takut kehilangan kendali diri,


kenyamanan batin mengekspresikan kebosanan,
daripada fisik, takut terhadap terapi, putus
mengekspresikan harapan asa, tidak dapat menolong
tentang masa depan, atau menerima diri, tidak
terbuka terhadap dapat menikmati apapun, dan
kemungkinan telah menunda pengambilan
mendapatkan kedamaian keputusan yang penting

Arti dan tujuan Mengekspresikan Mengekspresikan tidak ada


kepuasan hidup, alasan untuk bertahan hidup,
menjalankan kehidupan tidak dapat menerima arti
sesuai dengan sistem nilai, penderitaan, mempertanyakan
menerima penderitaan arti kehidupan, tujuan
sebagai cara untuk penyakit,penyalahgunaan
memahami diri sendiri, obat/alkohol.
mengekspresikan arti
kehidupan dan kematian
dan mengekspresikan
komitmen dan orientasi
hidup

Bersyukur Merasa bersyukur, Menjelaskan masa lalu dan


merasakan anugerah yang yang akan datang, berorientasi
berlimpah dari Tuhan, dan pad pencapaian/produktifitas,
merasa harmoni dan utuh terpusat pada penyesalan, dan
selalu ingin sempurna

Anda mungkin juga menyukai