Untuk memenuhi tugas mata kuliah pengelolaan dan latihan pembelajaran pkn
DISUSUN OLEH :
NPM : 10500063
PKN 3B
iii
2013
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ..............................................................................
....... i
DAFTAR ISI .
.................................................................................... ii
BAB 1.
IDENTITAS ..................................................................................
...... iv
Penerbit ..........................................................................................
iv
Judul
Buku .......................................................................................
iv
Jumlah
Halaman .................................................................................iv
BAB 2.
PEMBAHASAN ............................................................................
.... 1
A. HAKIKAT BELAJAR BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN....................... 1
1. Syarat perkembangan
mental .................................................... 1
2. Tujuan belajar dan pembelajaran ...............................................
5
iii
1. Perhatian dan Motivasi ..............................................................
10
2. Keaktifan ..................................................................................
.. 11
3. Ketertiban
Langsung/Berpengalaman ........................................ 11
4. Pengulangan .............................................................................
.. 11
5. Tantangan ................................................................................
.. 12
6. Balikan dan
Penguatan ................................................................ 12
7. Perbedaan
Individual .................................................................. 12
C. MOTIVASI
BELAJAR ......................................................................
18
1. Petingnya
Motivasi ...................................................................... 18
2. Jenis
Motivasi .............................................................................. 19
3. Upaya Meningkatkan Motivasi
Belajar ....................................... 21
D. PENDEKATAN CBSA DAN PENDEKATAN KETERAMPILAN
PROSES DALAM
PEMBELAJARAN ..............................................................
........... 23
1. Pengertian Pendekatan CBSA ....................................................
23
2. Rambu-ranbu CBSA ...................................................................
24
E. PENDEKATAN
PEMBELAJARAN ................................................. 25
1. Pengertian ................................................................................
25
2. Perorganisasian Siswa ..............................................................
26
iii
1. Pengertian Evaluasi ..................................................................
27
2. Syarat Syarat Umum Evaluasi ...............................................
27
3. Evaluasi Hasil Belajar ...............................................................
28
G. MASALAH - MASALAH
BELAJAR ............................................... 29
1. Masalah-Masalah Interen Belajar ............................................
29
2. Faktor Faktor Interen .............................................................
29
3. Faktor Faktor Exteren ...........................................................
29
H. PEMBELAJARAN DAN PENGEMBANGAN
KURIKULUM ............... 31
1. Pengerian Kurikulum .................................................................
31
2. Model Model Pengembangan Kurikulum ...............................
32
BAB 3
KESIMPULAN ............................................................................
... 33
DAFTAR
PUSTAKA ...................................................................................
35
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan kekuatan
kepada penulis dalam menyelesaikan tugas penyusunan laporan buku yang berjudul Belajar
dan Pembelajaran.
Laporan buku ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kurikulum dan
pembelajaran
Segala daya dan upaya telah penulis curahkan demi penyelesaian penulisan laoran
buku ini agar mendapatkan hasil yang baik. Namun, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat berbagai kekurangan baik dari segi isi maupun teknik penyusunannya.
Namun demikian, penyusunan makalah ini akhirnya dapat kami selesaikan pula berkat
bantuan dari berbagai pihak. Tanpa adanya bantuan dan dorongan dari semua pihak.
Penulis menyadari bahwa laporan buku ini hanyalah merupakan pengalaman yang
dapat dipetik dan berarti dari kehidupan yang akan datang. Dalam penyelesaian laporan buku
ini bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat saya harapkan demi
perbaikan laporan buku ini.
Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya bila dalam penyajian laporan buku ini
terdapat banyak kekurangannya. Mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun dari
semua pembaca demi peningkatan laporan buku ini
iii
Penulis
iii
BAB 1
Dr. Mudjiono
iii
BAB 1I
8
pembelajar, dapat di bedakan adanya perbedaan dan persamaan. Meskipun
demikian, tujuan guru dan siswa tersebut dapat dipersatukan dalam tujuan
instuksional. Dari segi proses, belajar dan perkembangan merupakan proses
internal siswa. Pada belajar dan perkembangan. Siswa sendirilah yang mengalami,
melakukan, dan menghayatinya. Sebaliknya, pendidikan adalah proses interaksi
yang bertujuan. Interaksi terjadi antara guru dengan siswa, yang bertujuan
meningkatkan perkembangan mental sehingga menjadi mandiri dan utuh. Secara
umum dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan satuan tindakan yang
memungkinkan terjadinya belajar dan perkembangan.Pendidikan merupakan
proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar.
Belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka
belajar hanya di alami oleh siswa sendiri. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh
sesuatu yang ada dilingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa
keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia atau hal-hal yang
dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang suatu hal tersebut tampak sebagai
perilaku belajar yang tampak dari luar.
Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar,
maka responya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya
menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut;
9
1. Mempelajari keadaan kelas. Guru mencari dan menemukan perilaku siswa yang
positif dan negatif. Perilaku positif akan diperkuat dan perilaku negatif di perlemah
atau dikurangi.
2. Membuat daftar penguat positif. Guru mencari perilaku yang lebih disukai oleh
siswa, perilaku yang kena hukuman, dan kegiatan luar sekolah yang dapat di
jadikan penguat.
3. Memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis
penguatnya.
4. Membuat program pembelajaran, ini berisi urutan perilaku yang dihendaki,
penguatan, waktu mempelajri perilaku, dan evaluasi.
Menurut gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa
kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.
Timbulnyak apabilitas tersebut adalah dari stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan
proses kognitof yang dilakukan oleh pebelajar. Dengan demikian belajar adalah
seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati
pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.
1. Belajar merupakan interaksi antara keadaan internal dan proses kognitif siswa
dengan :stimulus dan lingkungan.
2. Proses kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil belajar tersebut
terdiri dari informasi verbal, keterampilan, intelek, keterampilan motorik, sikap,
dan siasat kognitif.
10
2. Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan
dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang.
3. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri.
4. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani
dalam urusan dan koordinasi.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian
terhadap obyek tersebut.
11
Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam
proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah- ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik.
1. Tujuan intruksional, tujuan pembelajaran, dan tujuan belajar
Tujuan inruksional khusus atau sasaran belajar siswa tersebut sama. Semua
siswa belajar bidang studi yang sama. Tetapi dengan belajar bidang studi yang
sama, ternyata mereka memiliki tujuan belajar yang berbeda.
Tujuan intruksional dan tujuan pembelajaran merupakan pedoman tndak
mengajar dengan acuan berbeda. Tujuan intruksional (umum dan khusus) di
jabarkan dari kurikulum yang berlaku secara legal di sekolah. Tujuan kurikulum
sekolah tersebut dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional yang terumus
didalam undang-undang pendidikan yang berlaku.
2. Siswa dan Tujuan Belajar
Siswa adalah subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar- mengajar
disekolah. Dalam kegiatan tersebut siswa mengalami tindak mengajar dan
merespons dengan tindak belajar.
Tujuan belajar penting bagi guru dan siswa sendiri. Dalam desain
instruksional guru merumuskan tujuan instruksional khusus atau sasaran belajar
siswa. Rumusan tersebut disesuaikan dengan perilaku yang hendaknya dapat
dilakukan siswa.
C. Unsur- unsur dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran
Dapat diketahui bahwa belajar merupakan proses internal siswa dan
pembelajaran merupakan kondisi eksternal belajar. Dari segi siswa, belajar
merupakan kegiatan peningkatan kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik
menjadi lebih baik.
1. Dinamika Siswa dalam Belajar
Ranah kognitif (Bloom, dkk) terdiri dari enam jenis perilaku sebagai berikut;
1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan
tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa,
pengertian, kaidah, teori, prinsip atau metode.
2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang
dipelajari.
3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi
masalah yang nyata dan baru.
12
4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian
sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.
6) Evaluasim mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal
berdasarkan kriteria tertentu.
Ranah afektif (Krathwohl & Bloom, dkk) terdiri dari lima perilaku-perilaku
sebagai berikut;
13
Biggs dan Telfer berpendapat siswa dapat memiliki bermacam-macam motivasi
dalam belajar. Macam- macam motivasi tersebut dapat dibedakan menjadi empat golongan
yaitu; motivasi instrumental, motivasi sosial, motivasi berprestasi, motivasi instrinsik.
Motivasi instrumental berarti bahwa siswa belajar karena didorong oleh adanya
hadiah atau menghindari hukuman. Motivasi sosial berarti bahwa siswa belajar untuk
penyelenggaraan tugas dalam hal ini keterlibatan pada tugas menonjol. Motivasi instrinsik
berarti bahwa belajar karena keinginannya sendiri. Motivasi instrumental dan motivasi
sosial merupakan kondisi eksternal, sedangkan motivasi berprestasi dan motivasi instrinsik
merupakan kondisi eksternal.
Dewasa ini media dan sumber belajar dapat ditemukan dengan mudah.
Seperti perpustakaan umum, surat kabar, majalah, radio, televisi dapat di temukan
di dekat sekolah.
14
Secara singkat dapat dikemukakan bahwa guru dapat membuat program
pembelajaran dengan memanfaatkan media dan sumber belajar diluar sekolah.
Pemanfaatan tersebut bermaksud meningkatkan kegiatan belajar, sehingga mutu
hasil belajar semakin meningkat.
15
16
B. PRINSIP- PRINSIP BELAJAR DAN ASAS PEMBELAJARAN
Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang diri dari sendiri, dapat juga bersifat
eksternal yakni datang dari orang lain, dari guru, orang tua, teman, dan sebaginya.
Motivasi juga dapat dibedakan atas motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Motif intrinsik
adalah pendorong yang sesuai dengan [erbuatan yang dilakukan sedangkan motif ekstrinsik
adalah tenaga pendorong yanga da diluar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi
penyertanya.
Motif intrinsik dapat bersifat internal, datang dari diri sendiri, dapat juga bersifat
ekstrnal, datang dari luar. Motif ektrinsik bisa bersifat eksternal, walaupun lebih banyak
bersifat eksternal. Motif ekstrinsik dapat juga berubah menjadi motif intrinsik, yang di
sebut transformasi motif .
2. Keaktifan
17
Menurut teori kognitif, belajar menunjukan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa
mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan
transformasi.
Ketrlibatan siswa dudalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik semata, namun
lebih dari itu terutama dalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan
kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan
internalisasi niali- nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat
mengadakan latihan- latihan dalam penbentukan keterampilan.
4. Pengulangan
Menurut teori belajar adalah melatih daya daya yang ada pada manusia yang
terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan
sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya- daya tersebut akan
berkembang.
18
Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar
walaupun dengan tujuan yang berbeda. Yang pertama pengulangan untuk melatih daya-
daya jiwa sedangkan yang kedua dan ketiga pengulangan untuk membentuk respons yang
benar dan membentuk kebiasaan- kebiasaan.
5. Tantangan
Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu
medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan
yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka
timbullah motif untuk mengatasihambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar
tersebut.
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balian dan oenguatan terutama ditekankan
oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F Skinner. Dorongan belajar menurut B.F
Skinner tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak
menyenangkan. Atau dengan kata lain penguatan positif maupunnegatif dapat memperkuat
belajar.
7. Perbedaan individual
Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang
sama persis, memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat pada
karakteristik psikis, keperibadian, dan sifat- sifatnya.
19
Usaha lain untuk memperbaiki pembelajaran klasikal adalah dengan memberikan
tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa yang pandai, dan memberikan
bimbingan belajar bagi anak- anak yang kuarang.
2. Keaktifan
Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa lebih lanjut menuntut keterlibatan langsung
siswa dalam proses pembelajaran.
Secara mutlak menuntut adanya keterlibatan langsung dari setiap siswa dalam
kegiatan belajar pembelajaran. Dengan keterlibatan langsung ini, secara logis akan
menyebabkan mereka memperoleh pengalaman atau berpengalaman.
4. Pengulangan
Impilikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa dalah kesadarn siswa untuk
bersedia mengerjakan latihan- latihan yang berulang untuk bersedia mengerjakan latihan-
latihan yang berulang untuk satu macam permasalahan.
5. Tantangan
Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntutan dimilikinya kesadaran pada
diri siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses, dan mengolah
pesan.
7. Perbedaan individual
20
Implikasi adanya prinsip individual bagi siswa diantaranya adalah menetukan
tempat duduk dikelas, menyusun jadwal belajar, atau memilih bahwa implikasi adanya
prinsip perbedaan individu bagi siswa dapat berupa perilaku fisik maupun psikis.
Implikasi prinsip- prinsip belajar bagi guru tertampak pada rencana pembelajaran
maupun pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Implikasi prinsip- prinsip belajar bagi
guru terwujud dalam perilaku fisik dan psikis mereka. Kesadaran adanya prinsip- prinsip
belajar yang terwujud dalam perilaku guru, dapat diharapkan adanya peningkatan kualitas
pembelajaran diselenggarakan.
Implikasi prinsip perhatian bagi guru tettampak pada perilaku- perilaku sebagai
berikut;
Implikasi prinsip motivasi bagi guru tertampak pada perilaku- perilaku yang
diantaranya adalah;
Keaktifan belajar pada diri siswa, maka guru diantaranya dapat melaksanakan
perilaku- perilaku berikut;
21
4. Memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal- hal yang kurang
jelas, serta
5. Mengadakan tanya jawab dan diskusi
Implikasi lain dari adanya prinsip keterlibatan langsung/ berpengalaman bagi guru
adalah kemampuan guru bertindak sebagai manajer/ pengelola kegiatan pembelajaran yang
mampu mengarahkan, membimbing dan mendorong siswa kearah tujuan pengajaran yang
ditetapkan.
7. Pengulangan
8. Tantangan
22
2. Memberikan tugas pada siswa memecahkan masalah yang membutuhkan informasi
dar iorang lain di luar sekolah sebagai sumber informasi.
3. Menugaskan kepada siswa untuk menyimpulka isi pelajaran yang selesai dijadikan.
4. Mengembangkan bahan pembelajaran (teks, hand out, modul dan yang lain)yang
memperhatikan kebutuhan siswa untuk mendapatkan tantangan didalamnya.
5. Membimbing siswa untuk menemukan fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi
sendiri.
6. Guru merancang dan mengelola kegiatan diskusi untuk menyelenggarakan
masalah- masalah yang disajikan dalam topik diskusi.
Implikasi prinsip balikan dan penguatan bagi guru, berwujud perilaku- perilaku
yang diantaranya adalah;
1. Memberikan jawaban yang benar setiap kali mengajukan pertanyaan yang telah
dijawab siswa secara benar ataupun salah
2. Mengoreksi pembahasan pekerjaan rumahyang diberikan kepada siswa pada waktu
yang telah ditentukan
3. Memberikan catatan- catatan pada hasil kerja siswa
4. Membagikan lembar jawaban tes pelajaran yang telah dikoresi oleh guru, sertai
skor dan catatan- catatan bagi pebelajar
23
24
C.MOTIVASI BELAJAR
1. Pentingnya motivasi
Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu kebutuhan, dorongan, dan tujuan.
Kebutuhan bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang memiliki dan yang ia
harapkan.
Ada baiknya bila pembahasan dilanjutkan kepada hal yang berkenaan dengan kebutuhan.
Maslow membagi kebutuhan menjadi lima tingkat, yaitu (i) kebutuhan fisilogis, (ii)
kebutuhan akan merasa aman, (iii)kebutuhan sosial, (iv) kebutuhan akan penghargaan diri,
dan (v) kebutuhan untuk aktualisasi diri. Kebutuhan fisilogis berkenaan dengan kebutuhan
pokok manusia seperti sandang, pangan dan perumahan. Kebutuhan sosial berkenaan dengan
perwujudan berupa diterima oleh orang lain, jati diri yang khas, berkesempatan maju, merasa
diikut serta kan dan pemilikan harga diri.
Mc. Cleland berpendapat bahwa setiap orang memiliki tiga jenis kebutuhan dasar, yaitu (i)
kbutuhan akan kekuasaan, (ii) kebutuhan untuk berfilasi, dan (iii) kebutuhan berprestasi.
Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru,
manfaat itu sebagai berikut; (1) membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat
siswa untuk belajar sampai berhasil. (2) mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di
kelas bermacam- ragam; ada yang acuh tak acuh, ada yang bermain. Dengan
bermacamragamnya motivasi belajar tersebut, maka guru dapat menggunakan bermacam-
macam strategi belajar mengajar. (3) memilih dan menyadarkan guru untuk memilih salah
satu diantara macam- macam peran seperti sebagai
penasihat,fasilitator,instrruktur,penyemangat atau pendidik. (4) memberi peluang guru untuk
25
unjuk kerja rekayasa pedagogis. Tugas guru adalah membuat semua siswa belajar sampai
berhasil.
Motivasi tersebut dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu (i) motivasi primer, dan (ii)
motivasi sekunder.
1. Jenis motivasi
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif- motif dasar.motif- motif
dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia.
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Berbeda dengan motivasi primer.
Sebagai ilustrasi, orang yang lapar akan tertarik pad makanan tanpa belajar.
Motivasi sosial atau motivasi sekunder memegang peranan penting bagi kehidupan
manusia. Thomas dan znaniecki menggolong- golongkan motivasi sekunder menjadi
keinginan- keinginan (i) memperoleh pengalaman baru, (ii) untuk mendapat respon, (iii)
memperoleh kekuatan, (iv) memperoleh rasa aman, (v) menggolongkannya menjadi
kebutuhan- kebutuhan untuk, (i) berprestasi, seperti bekerja dengan kualitas produksi tinggi,
(ii) memperoleh kasih sayang, (iii) memperoleh kekuasaan.
Marx, menggolongkan motivasi sekunder menjadi (i) kebutuhan organisme seperti motif
ingin tahu, memperoleh kecakapan, berprestasi, dan (ii) motif- motif sosial sperti kasih sayang
kekuasaan dan kebebasan.
Prilaku motivasi sekunder juga terpengaruh oleh adanya sikap, yakni (i) merupakan
kecendrunagan berpikir, merasa, kemudian bertindak, (ii) memiliki daya dorong bertindak,
(iii) relatif bersifat tetap, (iv) dapat timbul dari pengalaman.
1. Sifat motivasi
Motivasi seseorang dapat bersumber dari (i) dalam diri sendiri, yang dikenal dengan
motivasi internal, (ii) dari luar seseorang yang dikenal dengan motivasi eksternal.
Disamping itu kita bisa membedakan motivasi intrinsik yang dikarenakan orang tersebut
senang melakukannya. Dalam hal ini, motivasi intrinsik tersebut telah mengarah pada
timbulnya motivasi berprestasi.
26
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada di luar
perbuatan yang dilakukannya.
Timbulnya cita- cita dibarengi oleh perkembangan, akal, moral, kemauan, bahasa, dan
nilai- nilai kehidupan. Cita- cita akan memperkuat notivasi belajar intrinsik dan ekstrinsik.
Sebab tercapainya suatu cita- cita akan mewujudkan aktualisasi diri.
b. Kemampuan siswa
c. Kondisi siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi
belajar.
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan,
dan keehidupan kemasyarakatan. Oleh karena itu kondisi lingkungan sekolah yang sehat,
kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya.
Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang mengalami
perubahan berkat pengalaman hidup.
Upaya pembelajaran disekolah meliputi hal- hal beriku;(i) mnyelenggarakan tertib belajar
disekolah, (ii) membina belajar dalam tiap kesempatan, seperti pemanfaatan waktu dan
pemeliharaan failitas sekolah, (iii) membina belajar tertib pergaulan, dan (iv) membina belajar
tertib lingkungan sekolah.
27
2. Upaya meningkatkan motivasi belajar
a. Optimalisasi penerapan prinsip belajar
Bahwa dipersyaratkan (i) guru telah mempelajari bahan pelajaran, (ii) guru telah
memahami bagian- bagian yang mudah, (iii) guru telah menguasai cara- cara mempelajari
bahan, (iv) guru telah memahami sifat bahan pelajaran tersebut
Upaya optimalisasi tersebut sebagai berikut; (1) pemberian kesempatan pada siswa
untuk mengungkap hambatan belajar yang dialaminya. (2) memelihara minat, kemauan, dan
semangat belajarnya sehingga terwujud tidak belajar, (3) meminta kesempatan pada orang tua
siswa agar memberi kesempatan pada siswa untuk beraktualisasi diri dlam belajar, (4)
memanfaatkan unsur- unsur lingkungan yang mendorong belajar, (5) menggunakan waktu
secara tertib, (6) guru merngsang siswa dengan penguatan memberi rasa percaya diri.
Dalam kegiatan belajar pelaku utama belajar adalah siswa atau pebelajar. Dalam
kegiatan pembelajaran, mengingat sifat interaksi dapat diktahui adanya dua pelaku, yatau guru
dan siswa, atau pebelajar dan pembelajar. Adany a dua pelaku tersebut menimbulkan salah
mengerti bahwa pelaku utama adalah guru semata. Hal ini ditinggalkan dan diperbaiki dengan
pendekatan CBSA. Dengan pendekatan CBSA berarti anutan pembelajaran
mengoptimalisasikan pelibatan intelektual- emosional- fisik siswa dalam pemerolehan
pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan. Anutan pembelajaran CBSA tersebut bermaksud
membina masyarakat belajar yang berwawasan pendidikan massa sumur hidup. Dengan
harapan, dengan CBSA guru dapat mengoptimalkan terapan teori- teori belajar, prinsip-
prinsip pendidikan, hal itu juga berarti bahwa guru bekerja secara profesional.
Dalam pembelajaran ditemukan adanya dua pelaku, guru berinteraksi dengan siswa,
yang keduanya mencapai tujuan pemblajaran atau sasaran belajar yang serupa. Kadar CBSA
dalam interaksi tersebut berbeda- beda. Raka joni mengemukakan bahwa pembelajaran yang
29
yang bre-CBSA baik berciri (i) pembelajaran berpusat pada siswa, (ii) guru bertindak sebagai
pembingbing pengalaman belajar, (iii) orientasi tujuan pada perkembangan kemampuan siswa
secara utuh dan seimbang, (iv) pengelolaan pembelajaran menekankan pada kreativitas siswa,
dan (v) pelaksanaan penilaian tertuju pada kegiatan dan kemajuan siswa. Optimlisasi siswa
CBSA tersebut dapat diprogramkan dalam desai instruksional (persiapan mengajar) guru.
Pembelajaran ber-CBSA mrupakan wujud kegiatan atau unjuk kerja guru. Hampir
dapat dikatakan bahwa guru profesional diduga berkemampuan mengelola pembelajaran
berkadar CBSA tinggi. Faktor- faktor penentu kegiatan pembelajaran berupa (i) karakteristik
tujuan, (ii) karakteristik mata pelajaran/bidang studi, (iii) karakteristik lingkungan/ setting
pembelajaran, (iv) karakteristik siswa, (v) karakteristik guru, dan (vi) karakteristik bahan/ alat
pembelajaran. Dari ke enam faktor tersebut dapat diketahui bahwa penentu utama
pembelajaran ber- CBSA adlah guru yang memahami kelima karakteristik faktor yang lain.
Pembelajaran ber-CBSA dapat dilakukan oleh guru. Pembelajaran ber- CBSA tersebut dapat
dilakukan guru dengan pendekatan keterampilan proses (PKP) yaitu anutan pengembangan
keterampilan- keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-
kemampuan dasar yang telah ada dalam diri siswa. Dengan PKP siswa akan (i) memperoleh
pengertian yang tepat tentang hakikat pengetahun, (ii) memperoleh kesempatan bekerja
dengan ilmu pengetahuan dan merasa senang, dan (iii) memperoleh demikian PKP
berinteraksi timbal balik dengan penrapan CBSA dalam pembelajaran.
Dengan adanya kebaikan atau kelebihan pada PKP tersebut maka seyogianya calon
guru belajar PKP secara keilmuan untuk dijadikan modal dasar menjadi guru yang
profesional.
Hakikat CBSA adalah keterlibatan intelektual- emosional siswa secara optimal dalam
proses pembelajaran.
30
g. Rasa lapang dan bebas yang ada pada diri siswa
h. Kuantitas dan kualitas usaha yang dilakukan guru dalam membina dan mendorong
keaktifan siswa
i. Kualitas guru sebagai inovator dan fasilitator
j. Tingkat sikap guru yang tidak mendominasi dalam proses pembelajaran
k. Kuantitas dan kualitas metode dan media yang dimanfaatkan guru dalam proses
pembelajaran
l. Keterikatan guru terhadap program pembelajaran
m. Variasi interaksi guru- siswa dalam proses pembelajaran
n. Kegiatan dan kegembiraan siswa dalam belajar.
E. PENDEKATAN PEMBELAJARAN
A. Pengertian
Belajar dapat dilakukan disembarang tempat, kondisi, dan waktu. Cepatnya informasi
lewat radio, televisi, film, wisatawan, surat kabar, majalah, dapat mempermudah belajar.
Meskipun informasi dengan mudah dapat diperoleh, tidak dengan sendirinya seseorang
terdorong untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dari padanya. Guru
profesional memerlukan pengetahuan dan keterampilan pendekatan pembelajaran agar
mampu mengelola berbagai pesan sehingga siswa berkebiasaan belajar sepanjang hayat.
Sehubungan dengan posisi guru- siswa dalam pengolahan pesan, guru dapat
menggunakan strategi ekspositori, strategi discovery, dan strategi inkuiri. Strategi ekspositori
masih terpusat pada guru, oleh karena itu seyogianya dikurangi. Strategi discovery dan ikuiri
terpusat pada siswa. Dalam kedua strategi ini siswa dapat dirancang aktif belajar, sehingga ia
31
dapat mengemukakan, bekerja secara ilmu pengetahuan, dan merasa sering. Pada tempatnya
guru menggunakan strategi discovery dan inkuiri sesuai dengan pendekatan CBSA.
B.Pengorganisasian siswa
a. secara individual
32
F. KONSEP DASAR EVALUASI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
A. Pengertian evaluasi
Proses untuk menentukan nilai belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan, dengan
melalui kegiatan penilaian dan/atau pengukuran belajar. Sedangkan pengertian pengukuran
dalam kegiatan belajar dan pembelajaran adalah proses membandingkan tingkat keberhasilan
belajar dan pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif.
Evaluasi berarti sebagai proses sistematis menetapkan nilai tentangsesuatu hal, seperti
objek, proses, unjuk rasa, kegiatan, hasil, tujuan atau hal lain, berdasarkan kriteria tertentu
melalui penilaian. Evaluasi belajar adalah proses penentuan nilai tentang proses
pembelajarkan berdasarkan kriteria tertentu. Dlam penentuan nilai tersebut orang dapat
melakukan pengukuran, pembandingan, penilaian, dan kemudian keputusan penilaian.
Evaluasi bersifat bersinambungan, dari tahap satu ke tahap lain selama jenjang pendidikan
atau sepanjang hayat.
Dalam kegiatan evaluasi hasil belajar, seorang evaluator umumnya menempuh tahap-
tahap persiapan, penyususunan alat ukur, pelaksanaan pengukuran, penafsiran hasil
pengukuran, pelaporan hasil pengukuran, dan penggunaan hasil evaluasi
Evaluasi pembelajarn merupakan suatu proses penentuan nilai, jasa atau manfaat
kegiatan pembelajaran berdasarkan kriteria tertentu melalui kegiatan pengukuran dan
penilaian. Evaluasi pembelajaran memiliki fungsi dan tujuan, sasaran, dan prosedur tertentu.
Pada umumnya fungsi dan tujuan evaluasi pembelajaran berorientasi pada pengembangan
pembelajaran dan akreditasi. Adapun sasaran evaluasi pembelajaran tertuju pada tujuan
pembelajaran, dinamika pembelajaran, pengelolaan pembelajaran, dan kurikulum. Prosedur
evaluasi pembelajaran umumnya terdiri dari lima tahap berupa tahap- tahap penyusunan
rancangan, penyususnan instrumen, pengumpulan data, analisis data, dan penyususnan
laporan evaluasi pembelajaran. Pada tempatnya seorang guru profesional dapat melakukan
kegiatan sebagai evaluator pembelajaran.
33
a. Kesahihan Ada 4 macam kesasihan yang terdiri dari (i) kesahihan isi, (ii)kesahihan
konsturksi, (iii) kesahihan ada sekarang, (iv) kesahihan prediksi.
b. Keterandalan
c. Kepraktisan
C. Evaluasi hasil belajar
Fungsi dan tujuan evaluasi hasil belajar
a. Untuk diagnostik dan pengembangan
b. Untuk seleksi
c. Untuk kenaikan kelas
d. Untuk penempatan
34
Pembelajaran yang menimbulkan interaksi belajar mengajar antara guru siswa
mendorong prilaku belajar siswa. Siswa merupakan kunci terjadinya prilaku belajar dan
ketercapaian sasaran belajar. Dengan demikian, bagi siswa perilaku belajar merupakan proses
belajar yang dialami dan dikhayati dan sekaligus merupakan aktivitas belajar tentang bahan
belajar dan sumber belajar di lingkungannya. Bagi siswa, dalam kegiatan belajar tersebut ada
3 tahap, yaitu tahap sebelum belajar, kegiatan selama proses belajar, dan kegiatan sesudah
belajar, pada tahap sesudah belajar diharapkan siswa memiliki hasil belajar sebagai sesuatu
kemampuan yang lebih baik. Sedangkan bagi guru, perilaku belajar siswa tersebut merupakan
hal yang dapat diamati dan dapat disvaluasi. Bagi guru yang bertindak membelajarkan siswa,
kegiatan belajar siswa tersebut merupakan akibat tindakan pengorganisasian belajar, bahan
belajar dan sumber belajar, serta tindakan evaluasi hasil belajar. Dari siswa yang bertindak
belajar akan menimbulkan masalah- masalah interen belajar. Dari sisi guru, yang memusatkan
perhatian pada pebelajar dan belajar maka muncul faktor- faktor ekstern yang memungkinkan
terjadinya belajar.
Faktor interen yang dialami dan dihayati oleh siswa meliputi hal seperti (i) motivasi
belajar, (ii) sikap terhadap belajar, (iii) konsentrasi belajar, (iv) kemampuan mengolah bahan
belajar, (v) kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar, (vi) kemampuan menggali hasil
belajar yang tersimpan, (vii) kemampuan berprestasi atau unjuk hasil kebiasaan belajar, dan
(xi) cita- cita siswa. Faktor- faktor interen ini aka menjadi masalah sejauh siswa tidak dapat
menghasilkan tindak belajar yang menghasilkan hasil belajar yang lebih baik.
Faktor faktor eksteren belajar meliputi hal- hal sebagai berikut: (i) guru sebagai
pembina belajar,(ii) prasarana dan sarana pembelajaran, (iii) kebijakan penilaian, (iv)
lingkungan sosial siswa di sekolah, dan (v) kurikulum sekolah. Dari sisi guru sebagai
pembelajar maka peranan guru dalam mengatasi masalah- masalah eksteren belajar
merupakan prasyarat terlaksananya siswa dapat belajar.
35
hasil belajar. Sebagai guru profesional, diharapkan guru memiliki kemampuan melakukan
penelitian secara sederhana agar dapat menemukan masalah- masalah belajar dan
memecahkan masalah belajar.
A. Pengertian kurikulum
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru berpangkal pada sustu kurikulum,
dan dalam proses pembelajaran guru juga berorientasi pada tujuan kurikulim. Pada satu sisi,
guru adalah pengembang kurikulum. Pada sisi lain, guru adalah pembelajar siswa, yang secra
36
kreatif membelajarkan siswa sesuai dengan kurikulum sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa
dalam tugas pembelajarkan dipersyratkan agar guru memahami kurikulum.
Para ahli seperti zais, winecoff, bondi, tanner telah mempelajari kurikulum. Mereka
mengemukakan prinsip dan teori yang berbeda- beda. Meskipun demikian mereka juga
mengemukakan hal- hal yang serupa. Mereka mengemukakan arti kurikulum sebagai (i) jalan
meraih ijazah, (ii) mata pelajarn dan isi pelajaran, (iii) rencana kegiatan pembelajaran, (iv)
hasil belajar yang direncanakan, (v) pengalaman belajar. Terbentuknya kurikulum tersebut
dilandasi oleh berbagai landasan pemikiran seperti, 9i) landasan filosofis, (ii) landsaan sosial-
budaya- agama, (iii) landasan ilmu pngetahuan, teknologi dan seni, (iv) landasan kebutuhan
masyarakat, dan (v) landasan perkembangan masyarakat. Sebagai suatu program, maka
kurikulum terdiribdari beberapa komponen penting, seperti (i)tujuan,(ii0 pengalaman belajar,
(iii) organisasi pengalaman belajar, (iv) evaluasi. Dalam tugas pengembangan, guru berurusan
dengan komponen- komponen kurikulum, selanjutnya dalam pengembangan kurikulum.
Diantara prinsip pengembangan tersebut adalah (i) prinsip relevansi, (ii) prinsip kontnuitas,
dan (iii) prinsip fleksibilitas.
Diantara model pengembangan kurikulum tersebut adalah (i) model administratif, (ii)
model grass- roots,(iii) model beuachamp, (iv) model arah terbalik taba, (v) model rogers.
Guru sebagai pembelajar mengetahui kondisi, situasi, dan bertanggung jawab atas
tercapainya hasil belajar. Pada sisi lain guru juga bertanggung jawab atas keberlakukan dalam
pembangunan kurikulum. Oleh karena itu, sewajarnya guru berperan optimal dalam
pengembangan kurikulum. Peran guru dalam pengembangan kurikulum terwujud dalam
kegiatan- kegiatan sebagai berikut: (i) perumusan tujuan khusus pengajaran, (ii) perencanaan
kegiatan pembelajaran yang efektif, (iii) pelaksanaan program pembelajaran dalam
pembelajaran sesungguhnya,(iv) mengevaluasi proses belajar dan hasil belajar siswa, (v)
mengevaluasi interaksi antara komponen- komponen kurikulum yang diimplementasikan.
Kelima kegiatan tersebut merupakan tuntutan bagi guru yang profesional.
37
38
BAB III
KESIMPULAN
39
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru berpangkal pada suatu
kurikulum, dan dalam proses pembelajaran guru juga berorientasi pada tujuan
kurikulum. Pada sisi lain guru adalah pembelajar siswa, yang secara kreatif
membelajarkan siswa sesuai dengan kurikulum sekolah. Hal itu menunjukan
bahwa dalam tugas pembelajaran di persyaratkan agar guru memahami
kurikulum.
40
DAFTAR PUSTAKA
41