Intususepsi Baru
Intususepsi Baru
A. Pengertian
6. Ciri khusus mengenali gejala intususepsi selain dari gejala yang tampak diatas?
a. Ada tetapi sebenarnya, Tanda dan gejalanya sangat diluar dugaan dan kalau pada
bayi biasanya bayi dalam keadaan sehat, serta gizinya terlihat baik. Tetapi dalam
beberapa hari sebelumnya bisa jadi anak mengalami infeksi saluran cerna. Hal
tersebut dapat dilihat serta tandai dengan diare serta demam.
b. Gejala yang khas adalah pada bayi yaitu bayi akan mengalami sakit perut yang
bersifat kolik, bayi akan menjerit-jerit kesakitan kemudian diam, menjerit-jerit
kesakitan dan diam kembali, dan biasanya diikuti muntah berwarna hijau (cairan
empedu). Selanjutnya akan terjadi pengeluaran lendir dan darah melalui anus serta
terasa ada tonjolan pada perutnya. Bila benjolan teraba di kanan atau kiri atas,
perabaan pada perut kanan bawah terasa kosong.
c. Menjelang 24 jam sesudah terjadi invaginasi, dapat ditemukan tanda sumbatan pada
usus, perut menjadi besar, kembung dan pada kulit perut terlihat bentuk dan gerakan
usus.
d. Dalam kondisi ini bisa jadi sudah terdapat tanda-tanda dehidrasi seperti mata dan
ubun-ubun cekung, bayi tidak mengeluarkan air mata atau air seni. Penderita juga
mengalami demam yang cukup tinggi.
c. Colo-colic dan Ileo-ileal yaitu : Amat jarang berlaku. Jika intususepsi berlaku pada
kanak-kanak yang berumur 2 tahun ke atas, maka penting untuk menjalani lebih
banyak pemeriksaan.
14. Pemeriksaan pada pasien yang terkena invaginasi atau intususepsi ini?
a. Pada pemeriksaan perut dapat teraba sausage shape pada 24% penderita.
b. Suatu massa dengan lekukan dan posisinya mengikuti garis usus colon ascendens
sampai ke sigmoid dan rektum. Massa tumor sukar diraba bila berada di belakang
hati atau pada dinding yang tegang.
c. Perkusi pada tempat invaginasi terkesan suatu rongga kosong. Bising usus
terdengar meninggi selama serangan kolik, menjadi normal kembali di luar serangan.
Colok dubur memperlihatkan darah lendir dan kadang-kadang teraba pseudo-portio
bila invaginasi sudah mencapai recto-sigmoid.
c. Jika metode ini berhasil, bayi sudah bisa minum dan bisa pulang dalam beberapa
hari.
d. Jika metode ini tidak berhasil perlu dilakukan operasi. Invaginasi cenderung
menyumbat usus dan menghentikan aliran darah ke usus, sehingga perlu dilakukan
pembedahan darurat.
e. Kebanyakan anak yang dirawat sebelum dari 24 jam sembuh dari intususepsi tanpa
komplikasi, Dalam 48 jam setelah operasi anak akan dimonitor, anak akan
menggunakan mesinuntuk memonitor temperatur, denyut jantung dan respirasi.
f. Setidaknya selama 48 jam pertama, anak tidak bisa makan atau minum agar
ususnya istirahat. Anak akan mendapatkan terapi cairan untuk mencegah dehidrasi.
g. Anak juga akan mendapat NGT untuk mengambil cairan di dalam perut. Saat cairan
dari NGT bersih dan jumlah cairan berkurang, anak bisa mulai makan sesuatu.
19. Pengobatan untuk tindakan bedah pada invaginasi atau intususepsi ini?
Reduksi secara bedah dimungkinkan pada sebagian besar kasus dengan diagnosis ini.
Usus biasanya ditemukan dalam keadaan viable. Jika tidak, reseksi dan anastomosis
harus dilakukan.
20. Prognosis
Dengan terapi dini yang adekuat, prognosisnya baik dan jarang terjadi kekambuhan.
Prognosis tergantung dari viabilitas usus setelah reposisi. Lebih dini diagnosis, lebih baik
prognosis. Kemunculan peritonitis menunjukkan bahwa perjalanan penyakit akan
memburuk, meskipun tidak terlalu fatal. Karena alasan ini, tidak ada tindakan lain yang
dilakukan selain mereduksi intususepsi, kecuali jika ditemukan kondisi-kondisi yang
menyebabkan obstruksi seperti adanya polip atau divertikulum meckeli pada saat
operasi. Biasanya anak berusia lebih dari 4 tahun yang menderita intususepsi sering
menderita limfosarkoma usus halus, polip, atau pangkal untuk intususepsi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Catzel, pincus & Roberts, ian.1990. Kapita selekta pediatric, edisi II. Jakarta : EGC
2. Engel, joyce. 1998. Pengkajian pediatric, edisi 2. Jakarta : EGC.
3. Merenstein, Gerald B, dkk. 2001. Buku pegangan padiatri, edisi 17. Jakarta : widya Medika.
4. Rosenstein, beryl. J, dkk. 1997. Intisari pediatric, edisi II. Jakarta : hipokrates.