Anda di halaman 1dari 7

Herpes simpleks virus (HSVs) adalah virus DNA yang menyebabkan infeksi kulit akut dan

dikarakteristikan sebagai vesikel berkelompok pada dasar yang eritema. Meskipun jarang, virus
ini dapat menyebabkan penyakit yang serius dan dapat mempengaruhi kehamilan, menyebabkan
gangguan pada janin. Kebanyakan infeksi berulang dan cenderung muncul pada atau dekat lokasi
yang sama. Herpes labialis adalah infeksi paling umum disebabkan oleh HSV tipe 1 (HSV-1),
sedangkan herpes genital biasanya disebabkan oleh HSV tipe 2 (HSV-2).

PATOGENESIS

Infeksi virus Herpes simpleks ditularkan oleh dua spesies virus, yaitu virus Herpes
simpleks-I (HSV-1) dan virus Herpes simpleks II (HSV-2). Virus ini merupakan kelompok virus
DNA rantai ganda. Infeksi terjadi melalui kontak kulit secara langsung dengan orang yang
terinfeksi virus tersebut. Transmisi tidak hanya terjadi pada saat gejala manifestasi HSV muncul,
akan tetapi dapat juga berasal dari virus shedding dari kulit dalam keadaan asimptomatis. 10

Pada infeksi primer, kedua virus Herpeks simpleks , HSV 1 dan HSV-2 bertahan di
ganglia saraf sensoris . Virus kemudian akan mengalami masa laten, dimana pada masa ini virus
Herpes simpleks inib tidak menghasilkan protein virus, oleh karena itu virus tidak dapat
terdeteksi oleh mekanisme pertahanan tubuh host. Setelah masa laten, virus bereplikasi
disepanjang serabut saraf perifer dan dapat menyebabkan infeksi berulang pada kulit atau
mukosa. 9

Virus Herpes simpleks ini dapat ditularkan melalui sekret kelenjar dan secret genital dari
individu yang asimptomatik, terutama di bulan-bulan setelah episode pertama penyakit,
meskipun jumlah dari lesi aktif 100-1000 kali lebih besar.9
Gambar 1: Herpes labialis.
A. Infeksi virus herpes simpleks primer, virus bereplikasi di orofaringeal dan naik dari
saraf sensoris perifer ke ganglion trigeminal.
B. Herpes simplex virus dalam fase latent dalam ganglion trigeminal
C. Berbagai rangsangan memicu reaktivasi virus laten, yang kemudian turun dari saraf
sensorik ke daerah bibir atau perioral menyebabkan herpes labialis rekuren.
Dikutip Dari Kepustakaan 2

Herpes simplex virus sangat menular dan disebarkan langsung oleh kontak dengan
individu yang terinfeksi virus tersebut. Virus Herpes simpleks ini dapat menembus epidermis
atau mukosa dan bereplikasi di dalam sel epitel.12
Virus Herpes simpleks 1 (HSV-1) biasanya menyerang daerah wajah (non genitalia) dan
virus Herpes simpleks 2 (HSV-2) biasanya menyerang alat kelamin. perubahan patologis sel
epidermis merupakan hasil invasi virus herpes dalam vesikel intraepidermal dan multinukleat sel
raksasa. Sel yang terinfeksi mungkin menunjukkan inklusi intranuklear.
Infeksi Orofacial

Herpes Orolabial: Herpes labialis (cold sores, fever blisters) paling sering dikaitkan
dengan infeksi HSV-1. Lesi Oral disebabkan oleh HSV-2 telah diidentifikasi yang biasanya
sekunder dari kontak orogenital. Infeksi primer HSV-1 sering terjadi pada masa kanak-kanak dan
biasanya asimtomatik.11

Ketika timbul gejala (mayoritas infeksi orolabial primer tidak menunjukkan gejala),
infeksi primer herpes orolabial biasanya hadir sebagai gingivostomatitis pada anak-anak atau
sebagai faringitis pada orang dewasa muda. Secara umum, mulut dan bibir adalah daerah yang
paling sering terlibat, dengan lesi muncul pada mukosa bukal, gingival dan membran
orofaringeal lainnya. Edema signifikan, rasa sakit dan ulserasi dari membran orofaringeal dapat
menyebabkan disfagia dan pengeluaran air liur terus-menerus.7,11

Gambar 5 : Herpes simplex virus : gingivostomatitis


dikutip dari kepustakaan 2

Penyakit ini dapat dorman untuk beberapa waktu. HSV-1 reaktivasi di ganglia
sensoris trigeminal menyebabkan rekurensi di wajah dan oral, labial, dan mukosa mata. Nyeri,
panas, gatal, atau paresthesia biasanya mendahului lesi vesikular berulang yang akhirnya
mengalami ulserasi atau membentuk kusta. Lesi yang paling sering terjadi di perbatasan
Vermillion, dan gejala dari rekurensi yang tidak diobati sekitar diobati 1 minggu.
2.2.5 Gejala Klinis Herpes Simpleks
Infeksi herpes simpleks virus berlangsung dalam tiga tahap: infeksi primer, fase laten dan infeksi
rekuren. Pada infeksi primer herpes simpleks tipe I tempat predileksinya pada daerah mulut dan
hidung pada usia anak-anak. Sedangkan infeksi primer herpes simpleks virus tipe II tempat
predileksinya daerah pinggang ke bawah terutama daerah genital.Infeksi primer berlangsung
lebih lama dan lebih berat sekitar tiga minggu dan sering disertai gejala sistemik, misalnya
demam, malaise dan anoreksia.Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel berkelompok di
atas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan menjadi seropurulen, dapat
menjadi krusta dan dapat mengalami ulserasi (Handoko, 2010).
Pada fase laten penderita tidak ditemukan kelainan klinis, tetapi herpes simpleks virus dapat
ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis (Handoko, 2010).
Pada tahap infeksi rekuren herpes simpleks virus yang semula tidak aktif di ganglia dorsalis
menjadi aktif oleh mekanisme pacu (misalnya: demam, infeksi, hubungan seksual) lalu mencapai
kulit sehingga menimbulkan gejala klinis yang lebih ringan dan berlangsung sekitar tujuh sampai
sepuluh hari disertai gejala prodormal lokal berupa rasa panas, gatal dan nyeri. Infeksi rekuren
dapat timbul pada tempat yang sama atau tempat lain di sekitarnya (Handoko, 2010).

X. PENATALAKSANAAN

Agen Antiviral

Pengobatan dapat mengurangi simptom, mengurangi nyeri dan ketidak nyamanan secara
cepat yang berhubungan dengan perjangkitan, serta dapat mempercepat waktu penyembuhan.
Tiga agen oral yang akhir-akhir ini diresepkan, yaitu Acyclovir, Famciclovir, dan Valacyclovir.
Ketiga obat ini mencegah multiplikasi virus dan memperpendek lama erupsi. Pengobatan
peroral, dan pada kasus berat secara intravena adalah lebih efektif. Pengobatan hanya untuk
menurunkan durasi perjangkitan.14

Acyclovir menghambat aktivitas HSV 1 dan HSV-2. Pasien mengalami rasa sakit yang
lebih kurang dan resolusi yang lebih cepat dari lesi kulit bila digunakan dalam waktu 48 jam dari
onset ruam. Mungkin dapat mencegah rekurensi.
Infeksi Primer HSV: 200 mg peroral 5 kali/hari untuk 10 hari atau 5 mg/kg/hari IV
setiap 8 jam.
Herpes oral atau genital rekuren : 200 mg peroral 5 kali/hari untuk 5 hari (non-FDA :
400 mg peroral 3 kali/hari untuk 5 hari)
Supresi herpes genital : 400 mg peroral 2 kali/hari
Disseminated disease: 5-10 mg/kg IV setiap 8 jam untuk 7 hari jika >12 tahun.19
Nama Generik : Acyclovir

Nama Dagang : Clinovir (Pharos)

Indikasi : Untuk mengobati genital Herpes Simplex Virus, herpes labialis, herpes zoster, HSV
encephalitis, neonatal HSV, mukokutan HSV pada pasien yang memiliki respon imun yang
diperlemah (immunocompromised), varicella-zoster.

Kontraindikasi : Hipersensitifitas pada acyclovir, valacyclovir, atau komponen lain dari


formula.

Bentuk Sediaan : Tablet 200 mg, 400 mg.

Dosis dan Aturan Pakai : Pengobatan herpes simplex: 200 mg (400 mg pada pasien yang
memiliki respon imun yang diperlemah/immunocompromised atau bila ada gangguan absorbsi) 5
kali sehari, selama 5 hari. Untuk anak dibawah 2 tahun diberikan setengah dosis dewasa. Diatas 2
tahun diberikan dosis dewasa.

Pencegahan herpes simplex kambuhan, 200 mg 4 kali sehari atau 400 mg 2 kali sehari, dapat
diturunkan menjadi 200 mg 2atau 3 kali sehari dan interupsi setiap 6-12 bulan. Pencegahan
herpes simplex pada pasien immunocompromised, 200-400 mg 4 kali sehari. Anak dibawah 2
tahun setengah dosis dewasa. Diatas 2 tahun dosis sama dengan dosis orang dewasa.

Efek Samping : Pada sistem saraf pusat dilaporakan terjadi malaise (perasaan tidak nyaman)
sekitar 12% dan sakit kepala (2%).pada system pencernaan (gastrointestinal) dilaporkan terjadi
mual (2-5%), muntah (3%) dan diare (2-3%).

Resiko Khusus : Penggunaan Acyclovir pada wanita hamil masuk dalam kategori B. Efek
teratogenik dari Acyclovir tidak diteliti pada studi dengan hewan percobaan. Acyclovir terbukti
dapat melewati plasenta manusia.Tidak ada penelitian yang cukup dan terkontrol pada wanita
hamil. pada tahun 1984-1999 diadakan pendaftaran bagi wanita hamil, dan dari hasil yang terlihat
tidak ada peningkatan kelahiran bayi yang cacat karena penggunaan Acyclovir . tetapi karena
tidak semua wanita hamil mendaftarkan diri dan kurangnya data dalam jangka waktu yang
panjang, maka direkomendasikan penggunaan acyclovir untuk wanita hamil disertai peringatan
dan diberikan jika benar-benar-benar diperlukan. Acyclovir juga dapat masuk ke dalam air susu
ibu, karena itu penggunaan pada ibu menyusui harus disertai peringatan.
Famciclovir
Herpes labialis rekuren : 1500 mg peroral dosis tunggal pada saat onset gejala.
Episode primer herpes Genitalis :250 mg peroral 3 kali/hari selama10 hari
Episode primer herpes Genitalis :1000 mg peroral setiap 12 jam selama 24 jam pada saat
onst gejala (dalam 6 hari gejala pertama)
Supressi jangka panjang: 250 mg peroral 2kali/hari
HIV-positive individuals dengan infeksi HSV orolabial atau genital rekuren : 500 mg
peroral 2 kali/hari untuk 7 hari (sesuaikan dosis untuk insufisiensi ginjal)
Supresi herpes simplex genital rekuren (pasien terinfeksi HIV): 500 mg peroral 2 kali/hari19

Valacyclovir
Herpes labialis: 2000 mg peroral setiap 12 jam selama 24 jam (harus diberikan pada gejala
pertama/prodromal)
Genital herpes, episode primer: 1000 mg peroral 2kali/hari selama 10 hari.
Herpes genital rekuren: 500 mg peroral 2 kali/hari selama 3 hari.
Suppressi herpes Genital (9 atau lebih rekurensi per tahun atau HIV-positif): 500 mg peroral
1 kali/hari.
Herpes simplex genital rekuren , suppressi( pasien terinfeksi HIV): 500 mg peroral
2kali/hari, jika >9 rekurensi pertahun : 1000 mg peroral peroral 1 kali/hari.
Foscarnet
HSV resisten Acyclovir: 40 mg/kg IV setiap 8-10 jam selama 10-21 hari
Mucocutaneous, resisten acyclovir: 40 mg/kg IV, selama 1 jam, setiap 8-12 jam selama 2-3
minggu atau hingga sembuh.19
Topikal
Penciclovir krim 1% (tiap 2 jam selama 4 hari) atau Acyclovir krim 5% (5 kali sehari
selama 5 hari). Idealnya, krim ini digunakan 1 jam setelah munculnya gejala, meskipun juga
pemberian yang terlambat juga dilaporkan masih efektif dalam mengurangi gejala serta
membatasi perluasan daerah lesi. 4,19

XI. KOMPLIKASI
Komplikasi jarang tetapi dapat serius. diantaranya:

Infeksi bakteri sekunder, Ini biasanya karena Staph. Staphylococcus.


Disseminated herpes simpleks, merupakan infeksi virus herpes yang menyebar berupa yg
terjadi pada bayi baru lahir atau imunosupresif pasien.
Herpes simpleks kronis, biasa terjadi pada penderita HIV
Herpes ensefalitis. Herpes ensefalitis Ini adalah komplikasi serius herpes simpleks, tidak
selalu disertai dengan lesi kulit.
Karsinoma leher rahim. Ini lebih umum pada wanita dengan bukti serologi infeksi herpes
simpleks tipe 2, yang merupakan faktor predisposisi.7,16

XII. PROGNOSIS

Kematian oleh infeksi HSV jarang terjadi. Infeksi dini yang segera diobati mempunyai
prognosis lebih baik, sedangkan infeksi rekuren hanya dapat dibatasi frekuensi kambuhnya. Pada
orang dengan gangguan imunitas, misalnya penyakit-penyakit dengan tumor di system
retikuloendoteial, pengbatan dengan imunosupressan yang lama, menyebabkan infeksi ini dapat
menyebar ke alat-alat dalam dan fatal. Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya
usia seperti pada orang dewasa. Terapi anti virus efektif menurunkan manifestasi klinis herpes
genitalis.

Anda mungkin juga menyukai