EPILEPSI
Disusun oleh :
ANDINI YULIANA
030.12.018
Pembimbing
dr. Robert Loho, Sp.S
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul Epilepsi
Presentasi ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Penyakit Saraf RSAL Dr.Mintohardjo.
Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu dalam penyusunan penyelesaian kasus ini, terutama kepada:
1. dr. Robert Loho, Sp. S
2. Dokter dan staf SMF Saraf RSAL Mintohardjo
3. Rekan-rekan Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf RSAL Mintohardjo atas
bantuan dan dukungannya.
Saya menyadari dalam pembuatan presentasi kasus ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran untuk laporan kasus ini sangat saya
harapkan.
Akhir kata, semoga presentasi kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2
Epilepsi adalah Kelainan otak yang ditandai dengan kecendrungan untuk
menimbulkan bangkitan epileptik yang terus menerus, dengan konsekuensi neurobiologis,
kognitif, psikologis, dan sosial. Definisi ini mensyaratkan terjadinya minimal 1 kali bangkitan
epileptik. Bangkitan epileptik merupakan terjadinyaa tanda/gejala yang bersifat sesaat akibat
aktivitas neuronal yang abnormal dan berlebihan di otak.
Patofisiologi yang terjadi ternyata kompleks dan belum terdefinisikan secara lengkap,
tetapi melibatkan potensial korteks yang repetitif sehingga mengubah modulasi
neurotransmiter eksitatorik dan menekan perjalanan sirkuit inhibitorik.
Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologi tertua, ditemukan pada semua umur
dan dapat menyebabkan hendaya serta mortalitas. Diduga terdapat sekitar 50 juta orang
dengan epilepsidi dunia (WHO,2012). Prevalensi di negara sedang berkembang ditemukan
lebih tinggi daripada negara maju. Dilaporkan prevalensi di negara maju berkisar antara 4-7
per 1000 orang dan 5-74 per 1000 orang di negara sedang berkembang. Daerah pedalaman
memiliki angka prevalensi lebih tinggi dibandingkan dengan perkotaan yaitu 15,4-1000 (4,8-
49,6) di pedalaman dan 10,3 (2,8-37,7) di perkotaan. Kelompok studi epilepsi PERDOSSI
mengadakan penelitianpada 18 rumah sakit di 15 kota pada tahun 2013 selama 6 bulan.
Didapatkan 2288 pasien terdiri atas 487 kasus baru dan 1801 kasus lama. Epilepsi
memberikan beban kesehatan didunia secara global sebesar 0,5%. Angka mortalitas akibat
epilepsi di negara berkembang dilaporkan leih tinggi dibandingkan negara maju.
Dalam mendiagnosis penyakit epilepsi perlu adanya suatu klasifikasi mengingat
tatalaksana tiap bangkitan berbeda. Klasifikasi yang digunakan adalah klasifikasi yang telah
ditetapkan oleh International League Againts Epilepsy (ILAE) tahun 1981 yang terdiri dari
dua jenis, yaitu klasifikasi untuk jenis bangkitan epilepsi dan klasifikasi untuk sindrom
epilepsi. Diagnosis epilepsi ditegakkan terutama dari anamnesis pasien dan cerita saksi yang
meihat kejadian, yang didukung dengan pemeriksaan fisik dan neurologis serta pemeriksaan
penunjang.
BAB II
LAPORAN KASUS
3
I. Identitas
Nama : Tn. S
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Alamat : Gambir
Pekerjaan : Supir Ojek
Pendidikan : SD kelas 2
Status Pernikahan :
Suku : Jawa
Tanggal masuk RS : 21 Juni 2016; 14.55 WIB
Ruang perawatan : P. Numfor
No RM : 15.92.54
II. Subjektif
Anamnesis dilakukan secara auto dan alloanamnesis di RS TNI-AL Mintohardjo,
Jakarta pada tanggal 22 Juni 2016 pukul 06.00 WIB.
A. Keluhan utama
Kejang sejak 1 hari SMRS
4
mengindikasikan terjadinya kejang seperti cuaca panas, dingin, kelelahan, dan
sakit, tetapi sering juga kejang terjadi saat pasien tidur dan duduk menonton tv.
Pasien mengetahui apabila akan datang serangan kejang, yaitu merasa lemas,
pusing, pandangan menjadi hitam. Kejang sering diawali dengan menggertakkan
gigi, kemudian kaku kelojotan pada kedua kaki dan tangan, mata melotot dan
mulut mengatup, pasien tidak sadar ketika kejang, jika kejang saat posisi berdiri,
pasien akan terjatuh. Kejang biasanya berlangsung kurang dari 1 menit. Setelah
kejang pasien merasa lemas.
Pasien mempunyai riwayat jatuh dari motor tahun 2015, kepala terbentur dan
keluar darah, serta jatuh dari motor 1 bulan lalu dan luka terbuka pada kaki.
Pasien mengkonsumsi obat anti epilepsi tetapi tidak tahu nama obatnya, tidak
teratur, dan stop pada tahun 2015.
Pasien menyangkal adanya riwayat hipertensi, kencing manis, stroke, asma,
sakit kuning, keganasan serta riwayat menkonsumsi obat-obatan paru intensif
selama 6 bulan.
III. Objektif
Dilakukan pada tanggal 22 Juni 2016 di ruang rawat Pulau Numfor RSAL
Dr.Mintohardjo
A. Status Pasien
Kesadaran : Somnolen, GCS 14 (E:3 ; M: 6 ; V:5)
Kesan sakit : Sakit sedang
Kesan gizi : Lebih
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 100 x/menit, regular, kuat, isi cukup, equal.
5
Pernafasan : 16 x/menit, teratur, tipe pernafasan abdominothorakal
Suhu : 38,6C Axiler
Kepala : Normocepali, rambut hitam distrubisi merata dan tidak mudah
dicabut
Mata : CA -/-, SI -/-
Mulut : Gigi geligi tidak lengkap
Leher : KGB dan tiroid tidak membesar
Thorax :
- Jantung : S1/S2 regular, murmur (-), gallop (-)
- Paru-paru : SNV +/+, rh-/-, wh -/-
Abdomen : Supel, BU (+), NT (-)
Ekstremitas : Atas; akral hangat, edema (-/-)
Bawah; akral hangat, vulnus laceratum tumit kiri
B. Status Psikikus
Cara berpikir : Cukup
Afek : Datar
Tingkah laku : Baik
Ingatan : Baik
Kecerdasan : Cukup
C. Status Neurologis
1. Tanda Rangsang Meningeal
Kaku kuduk : (-)/(-)
Brudzinski I : (-)/(-)
Brudzinski II : (-)/(-)
Laseque : (-)/(-)
Kernig : (-)/(-)
2. Kepala
Bentuk : Normocepali, jejas (-)
Pulsasi : (-)
Simetri : (+)
3. Leher
Sikap : Tegak
Pergerakan : Aktif
4. Afasia
Afasia motorik : (-)
Afasia sensorik : (-)
Disartria : (-)
6
N. I (Olfactorius)
Subjektif : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Dengan beban : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. II (Optikus)
Tajam penglihatan : (+) (+)
Lapang penglihatan : (+) (+)
Melihat Warna : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Fundus okuli : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. III (Oculomotorius)
Sela mata : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pergerakan bulbus : (+) (+)
Strabismus : (-) (-)
Nistagmus : (-) (-)
Eksoftalmus : (-) (-)
Pupil
- Besar : 3 mm 3 mm
- Bentuk : Bulat isokor Bulat isokor
Refleks Cahaya : (+) (+)
Refleks Cahaya konvensional: (+) (+)
Refleks konvergensi : (+) (+)
Melihat gambar : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. IV (Trokhlearis)
Pergerakan mata : Baik Baik
Sikap bulbus : Baik Baik
Melihat gambar : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. V (Trigeminus)
Membuka mulut : (+) (+)
Mengunyah : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Menggigit : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks kornea : (+) (+)
Sensibilitas muka : (+) (+)
N. VI (Abducen)
Pergerakan mata ( lateral): Baik Baik
Sikap Bulbus : Baik Baik
Melihat gambar : (-) (-)
N. VII (Fascialis)
Mengerutkan dahi : (+) (+)
Menutup mata : (+) (+)
Memperlihatkan gigi : (+) (+)
Perasaan lidah (2/3depan) : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Hiperakusis : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. VIII (Vestibulokokhlearis)
Detik Arloji : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Suara berbisik : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Swabach : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Rinne : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Weber : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. IX (Glossofaringeus)
Perasaan lidah (1/3 belakang) : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
7
Sensibilitas faring : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. X (Vagus)
Arkus faring : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Berbicara : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Menelan : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nadi : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks Okulokardiak : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. XI (Accesorius)
Mengangkat bahu : (+) (+)
Memalingkan kepala : (+) (+)
N. XII (Hipoglossus)
Pergerakan lidah : (+) (+)
Tremor lidah : (-) (-)
Artikulasi : Baik Baik
Refleks Fisiologis
- Biceps : +2 +2
- Triceps : +2 +2
Refleks Patologis
- Hofman-Tromner : (-) (-)
Sensibilitas
- Taktil : (+) (+)
- Suhu : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Nyeri : (+) (+)
- Diskriminasi 2 titik : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
8
Tonus : Normotonus Normotonus
Refleks Fisiologis
- Patella : +2 +2
- Achilles : +2 +2
Refleks Patologis
- Babinski : (-) (-)
- Chaddock : (-) (-)
- Schaeffer : (-) (-)
- Oppenheim : (-) (-)
- Gordon : (-) (-)
- Mendel : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Bechterew : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Rossolimo : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Klonus
- Paha : (-) (-)
- Kaki : (-) (-)
Sensibilitas
- Takil : (+) (+)
- Suhu : tidak dilakukan tidak dilakukan
- Nyeri : (+) (+)
- Diskriminasi 2 titik : tidak dilakukan tidak dilakukan
F. Gerak abnormal
Tremor : (-)
Athetose : Tidak dilakukan
Mioklonik : Tidak dilakukan
Chorea : Tidak dilakukan
9
G. Alat vegetative
Miksi : (+)
Defekasi : (+)
Releks anal : Tidak dilakukan
Reflex kremaster : Tidak dilakukan
Reflex bulbokavernosus : Tidak dilakukan
H. Laseque
Patrick : (-)/(-)
Kontra Patrick : (-)/(-)
V. Resume
Tn. S 32 tahun datang dengan keluhan kejang sejak 1 hari SMRS sebanyak 5
kali pada seluruh tubuh dan demam sejak 1 hari yang lalu. Demam timbul
mendadak dan menetap, tidak turun dengan mengkonsumsi obat warung.
Pasien mengetahui ketika akan timbul kejang, ditandai dengan merasa lemas,
pusing, dan pandangan menjadi hitam. Bentuk kejang kaku kelojotan pada kedua
tangan dan kaki, mata melotot, mulut mengatup, dan pasien tidak sadar ketika
kejang berlangsung. Kejang terjadi 5 kali, dengan durasi kurang dari 1 menit dan
interval kejang sekitar 2 jam, tanpa disetai perubahan bentuk dan pola kejang, dan
tanpa disertai penurunan kesadaran diantara kejang. Setelah kejang pasien merasa
lemas.
Pasien juga mengeluh lemas, sakit kepala berdenyut, mual, dan terdapat luka
terbuka di tumit kiri dan luka lain dikedua kaki. Luka terjadi akibat terjatuh dari
motor 1 bulan lalu.
11
Tidak terdapat keluhan seperti baal, kesemutan, kelemahan tubuh, mulut
mencong, bicara pelo, pandangan dobel, dan batuk lama pada pasien.
Pasien mempunyai riwayat kejang pada usia 3 bulan, saat itu pasien demam
setelah divaksinasi. Kemudian kejang berikutnya terjadi pada usia 9 tahun dan
setelahnya sering mengalami kejang. Pasien mengetahui apabila akan datang
serangan kejang. Kejang sering diawali dengan menggertakkan gigi, kemudian
kelojotan pada kedua kaki dan tangan, mata melotot dan mulut mengatup, pasien
tidak sadar ketika kejang, jika kejang saat posisi berdiri, pasien akan terjatuh.
Kejang biasanya berlangsung kurang dari 1 menit. Setelah kejang pasien merasa
lemas.
Pasien mempunyai riwayat jatuh dari motor tahun 2015, kepala terbentur dan
keluar darah. Pasien mengkonsumsi obat anti epilepsi ikalep tetapi tidak teratur
dan stop pada tahun 2015.
Pada pemeriksaan fisik hanya ditemukan suhu 38,6C dan luka terbuka tumit
kiri, pada pemeriksaan neurologis tidak didapatkan kaku kuduk, kernig, dan
laseque yang positif. Tidak didapatkan lesi nervus kranialis. Refleks fisiologis
normal dan refleks patologis negatif. Kekuatan motorik bernilai 5 untuk keempat
ekstremitas.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan leukositosis, dan penurunan nilai
eritrosit, hemoglobin, dan hematokrit.
VI. Assessment
Ax. 1: Epilepsi idiopatik dengan bangkitan SGS
Ax. 2: Vulnus laseratum tumit kiri
Ax. 3: Sepsis
VII. Planning
IVFD RL 20 tpm
Caps Kutoin 3x100 mg
Tab asam folat 1x1 tab
Tab domperidone 3x10 mg
Inj.ceftriaxone 2x1 gr
Inj. metronidazole 3x500mg
VIII. Prognosis
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
IX. Follow up
12
Rabu, 22 Juni 2016 (05.30)
Subjektif Objektif Assessment Planning
Sakit kepala GCS 14, Somnolen Ax. 1: Epilepsi IVFD RL 20 tpm
TD: 110/70 mmHg, Caps kutoin
berdenyut, lemas, idiopatik dengan
HR: 100x/menit, 3x100 mg
mual, demam, bangkitan SGS
RR: 16x/menit, Tab asam folat
Ax.2: Sepsis
riwayat kejajng.. Suhu: 38,6C
Ax. 3: Vulnus 1x1 tab
Mata : CA-/-, SI-/-,
Muntah (-)
laseratum tumit kiri Tab domperidone
Pupil isokor 3mm,
3x10 mg
RCL/TL +/+
Ekstremitas: Inj.ceftriaxone
13
+2/+2
+2/+2
Refleks patologis:
Babinsky -/-
Chaddock -/-
15
Senin, 27 Juni 2016 (06.00)
Subjektif Objektif Assessment Planning
Sakit kepala dan GCS 15, CM Ax. 1: Epilepsi Venflon
TD: 120/80 mmHg, Caps kutoin
mual idiopatik dengan
HR: 76x/menit 3x100 mg
bangkitan SGS
RR: 18x/menit, Tab asam folat
Ax.2: Sepsis
Suhu: 36C
Ax. 3: Vulnus 1x1 tab
Mata : CA-/-,SI-/-,
laseratum tumit kiri Tab clobazam
Pupil isokor 3mm,
1x10 mg
RCL/TL +/+
Ekstremitas: Tab cefixime
16
+2/+2
+2/+2
Refleks patologis:
Babinsky -/-
Chaddock -/-
DAFTAR PUSTAKA
17