Anda di halaman 1dari 20

Macam-Macam Pendekatan dalam Pembelajaran

1. Pendekatan Kontekstual / Contextual Teaching and Learning (CTL)


Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of
Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar,
manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini
siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya
nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang
memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan
berusaha untuk menggapinya.
Pendekatan konstektual merupakan pendekatan yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat.pendekatan kontekstual sendiri dilakukan dengan melibatkan
komponen komponen pembelajaran yang efektif yaitu konstruktivisme, bertanya,
menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, penilaian sebenarnya.
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar
yang penting, yaitu :
a. Mengaitkan. adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti
konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan
sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah
diketahui siswa dengan informasi baru.
b. Mengalami. merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti
menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya.
Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan
serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
c. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan
pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang
realistic dan relevan.
d. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu
kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat
mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak
hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.
e. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar
dengan focus pada pemahaman bukan hapalan

Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan dalam Pendekatan Kontekstual


Hal-hal yang diperlukan untuk mencapai sejumlah hasil yang diharapkan
dalam penerapan pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut :
f. Guru yang berwawasan. Maksudnya yaitu guru yang berwawasan dalam
penerapan dan pendekatan.
g. Materi dalam pembelajaran.Dalam hal ini guru harus bisa mencari materi
pembelajaran yang dijiwai oleh konteks perlu disusun agar bermakna bagi siswa.
h. Strategi metode dan teknik belajar dan mengajar.Dalam hal ini adalah
bagaimana seorang guru membuat siswa bersemangat belajar, yang lebih konkret, yang
menggunakan realitas, lebih aktual, nyata/riil, dsb.
i. Media pendidikan.Media yang digunakan dapat berupa situasi alamiah,
benda nyata, alat peraga, film nyata yang mana perlu dipilih dan dirancang agar sesuai dan
belajar lebih bermakna.
j. Fasilitas.Media pendukung pembelajaran kontekstual seperti peralatan dan
perlengkapan, laboratorium, tempat praktek, dan tempat untuk melakukan pelatihan
perlu disediakan.
k. Proses belajar dan mengajar. Hal ini ditujukan oleh perilaku guru dan siswa
yang bernuansa pembelajaran kontekstual yang merupakan inti dari pembelajaran
kontekstual.
l. Kancah pembelajaran.Hal ini perlu dipilih sesuai dengan hasil yang
diinginkan.
m. Penilaian.Penilaian/evaluasi otentik perlu diupayakan karena pada
pembelajaran ini menuntut pengukuran prestasi belajar siswa dengan cara- cara yang
tepat dan variatif, tidak hanya dengan pensil atau paper test.
n. i) Suasana.Suasana dalam lingkungan pembelajaran kontekstual sangat
berpengaruh karena dapat mendekatkan situasi kehidupan sekolah dengan kehidupan
nyata di lingkungan siswa.

Karakteristik Pembelajaran CTL


o. Kerjasama.
p. Saling menunjang.
q. Menyenangkan, tidak membosankan.
r. Belajar dengan bergairah.
s. Pembelajaran terintegrasi.
t. Menggunakan berbagai sumber.
u. Siswa aktif.
v. Sharing dengan teman.
w. Siswa kritis guru kreatif.
x. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta,
gambar, artikel, humor dan lain-lain.
y. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa,
laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain

Tahapan-tahapan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual


Tahapan pelaksanaan pembelajaran kontekstual antara lain :
z. Mengkaji materi pelajaran yang akan diajarkan.
aa. Mengkaji konteks kehidupan siswa sehari-hari.
ab. Memilih materi pelajaran yang dapat dikaitkan dengan kehidupan siswa.
ac. Menyusun persiapan proses KBM yang telah memasukkan konteks dengan
materi pelajaran.
ad. Melaksanakan proses belajar mengajar kontekstual.
ae. Melakukan penilaian otentik terhadap apa yang telah dipelajari siswa.

Kelebihan pendekatan Kontekstual


af. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk
dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan
nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan
dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara
fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa,
sihingga tidak akan mudah dilupakan.
ag. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep
kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana
seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan
filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan
menghafal.

Kelemahan Pendekatan Kontekstual


ah. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru
tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai
sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang
baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan
belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman
yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau
penguasa yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar
mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
ai. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ideide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar
menggunakan strategistrategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini
tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar
tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
2. Pendekatan Kontruktivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran
yang lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide
baru yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada
pengetahuan.
Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam
peningkatan dan pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa
keterampilan dasar yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik
dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai
pembibimbing dan pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Olek karena itu , guru
lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menyalurkan ide-ide baru yang sesuai dengan materi yang disajikan unutk
meningkatkan kemampuan siswa secara pribadi.Jadi pendekatan konstruktivisme
merupakan pembelajaran yang lebih mengutamakan pengalaman langsung dan
keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi
seseorang pembelajar dalam memberikan arti, serta belajar sesuatu melalui
aktivitas individu dan sosial. Tidak ada satupun teori belajar tentang
konstruktivisme, namun terdapat beberapa pendekatan konstruktivis, misalnya
pendekatan yang khusus dalam pendidikan matematik dan sains. Beberapa pemikir
konstruktivis seperti Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi sosial dalam
pembentukan pengetahuan (konstruktivisme sosial); sedangkan yang lain seperti
Piaget melihat konstruksi individu lah yang utama (konstruktivisme individu).

Konstrukstivisme Individu
Para psikolog konstruktivis yang tertarik dengan pengetahuan individu,
kepercayaan, konsep diri atau identitas adalah mereka yang biasa disebut
konstruktivis individual. Riset mereka berusaha mengungkap sisi dalam psikologi
manusia dan bagaimana seseorang membentuk struktur emosional atau kognitif
dan strateginya

Konstrukstivisme Sosial
Berbeda dengan Piaget, Vygotsky percaya bahwa pengetahuan dibentuk
secara sosial, yaitu terhadap apa yang masing-masing partisipan kontribusikan dan
buat secara bersama-sama. Sehingga perkembangan pengetahuan yang dihasilkan
akan berbeda-beda dalam konteks budaya yang berbeda. Interaksi sosial, alat-alat
budaya, dan aktivitasnya membentuk perkembangan dan kemampuan belajar
individual.

Ciri-ciri pendekatan konstruktivisme


a. Dengan adanya pendekatan konstruktivisme, pengembangan pengetahuan
bagi peserta didik dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian
atau pengamatan langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai
dengan pengalaman dengan menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori.
b. Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan
pengalaman yang ada dalam diri siswa.
c. Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang
mereka pelajari.
Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau
konsep apa yang akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk
menganalisis sesuai dengan materi yang dipelajari

Prinsip Pendekatan konstruktivisme


Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Konstruktivime akan
mengaktifkan siswa secara aktif sehingga pembelajaran yang didapat oleh siswa
lebih didasarkan pada proses pencapaian pengetahuan itu bukan pada hasilnya.
Prinsip konstruktivisme telah banyak digunakan dalam pembelajaran.
Menurut Suparno (1999:73) ada beberapa prinsip dari konstruktivisme antara lain:
d. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif .
e. Tekanan dalam pembelajaran terletak pada siswa.
f. Mengajar adalah membantu siswa belajar.
g. Tekanan dalam pembelajaran lebih pada proses bukan pada akhir .
h. Kurikulum menekankan pada partisipasi siswa.
i. Guru adalah fasilitator.
Sedangkan menurut Brooks & Brooks (dalam Subana, 2001:47)prinsip
konstruktivisme yaitu:
j. Ajukan masalah yang relevan dengan siswa,
k. Struktur pembelajaran pada konsep-konsep eensial,
l. Usahakan menemukan dan menilai pandangan siswa,
m. Adaptasikan kurikulum, dan
n. Ukur belajar siswa dalam konteks belajar.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip pembelajaran
dengan pendekatan konstruktivisme antara lain siswa aktif mencari tahu dengan
membentuk pengetahuan baru sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dalam
mengkonstruksikan pengetahuan tersebut sebagaimana tuntunan kurikulum.

Karakteristik Pembelajaran Konstruktivisme


Adapun karakteristik pendekatan konstruktivisme menurut Driver (dalam
Paul, 1996:69) bahwa karakteristik pembelajaran konstruktivisme adalah:
a. Orientasi ialah siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi
dalam mempelajari suatu topik
b. Elicitasi ialah membantu siswa untuk mengungkapkan idenya secara jelas
c. Retrukturisasi ide terdiri dari klarifikasi ide, membangun ide yang baru,
mengevaluasi ide baru dengan eksperimen
d. Penggunaan ide dalam banyak situasi
e. Review adalah bagaimana ide itu berubah.
Sedangkan menurut Smorgansbord (1997:54)) menyatakan beberapa
karakteristik tentang konstruktivisme yaitu :
f. Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang
telah ada sebelumnya
g. Belajar merupakan penasiran personal tentang dunia
h. Belajar merupakan proses yang aktif dimana makna diembangkan
berdasarkan pengalaman
i. Pengetahuan tumbuh karena adanya perundingan makna melalui berbagai
informasi atau menyepakati suatu pandangan dalam berinteraksi
j. Belajar harus disituasikan dalam kehidupan yang nyata.

Langkah Pelaksanaan Pendekatan Konstruktivisme


Langkah pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme, menurut
Nurhadi (2003:39) bahwa penerapan konstruktivisme muncul dengan lima langkah
pembelajaran yaitu sebagai berikut:
k. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
Pengetahuan awal yang sudah dimiliki peserta didik akan menjadi
dasar awal untuk mempelajari informasi baru. Langkah ini dapat dilakukan
dengan cara pemberian pertanyaan terhadap materi yang akan dibahas.
l. Pemerolehan pengetahuan baru
Pemerolehan pengetahuan perlu dilakukan secara keseluruhan tidak
dalam paket yang terpisah-pisah.
m. Pemahaman pengetahuan
Siswa perlu menyelidiki dan menguji semua hal yang memungkinkan
dari pengetahuan baru siswa.
n. Menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh
Siswa memerlukan waktu untuk memperluas dan memperhalus
stuktur pengetahuannya dengan cara memecahkan masalah yang di temui.
o. Melakukan refleksi.
Pengetahuan harus sepenuhnya dipahami dan diterapkan secara luas,
maka pengetahuan itu harus dikontekstualkan dan hal ini memerlukan
refleksi.
Sedangkan menurut Kunandar (2007:307) langkah-langkah pembelajaran
konstruktivisme antara lain :
p. carilah dan gunakanlah pertanyaan dan gagasan siswa untuk menuntun
pelajaran dan keseluruhan unit pembelajaran
q. Biarkan siswa mengemukakan gagasan-gagasan mereka dulu
r. Kembangkan kepemimpinan, kerja sama, pencarian informasi, dan aktivitas
siswa sebagai hasil dalam proses belajar
s. Gunakan pemikiran, pengalaman, dan minat siswa untuk mengarahkan
proses pembelajaran
t. Kembangkan penggunakan alternatif sumber informasi baik dalam bentuk
bahan tertulis maupun bahan-bahan para pakar.
u. Usahakan agar siswa mengemukakan sebab-sebab terjadinya suatu
peristiwa
v. Carilah gagasan-gagasan siswa sebelum guru menyajikan pendapatnya.
w. Buatlah agar siswa tertantang dengan konsepi dan gagasan-gagasan
mereka sendiri
x. Sediakan waktu cukup untuk berefleksi dan menganalisis menghormati
gagasan siswa
y. Doronglah siswa untuk melakukan analisis sendiri, mengumpulkan bukti
nyata untuk mendukung gagasannya sesuai dengan pengetahuan baru yang dipelajarinya
z. Gunakanlah masalah yang diidentifikasikan oleh siswa sesuai dengan
minantya dan dampak yang akan ditimbulkannya
aa. Gunakan sumber-sumber lokal sebagai sumber informasi asli yang
digunakan dalam pemecahan masalah.
ab. Libatkan siswa dalam mencari pemecahan masalah yang ada dalan
kenyataan.
ac. Perluas belajar seputar jam pelajaran, ruangan kelas, dan lingkungan
sekolah.
ad. Pusatkan perhatian pada dampak sains pada setiap individu siswa
ae. Tekankan kesadaran karir terutama yang berhubungan dengan sains dan
teknologi.

Kelebihan Pendekatan Konstruktivisme


Dalam penerapannya, pendekatan konstruktivisme memiliki kelebihan dan
kekurangan. Menurut Ella (2004:55) menjelaskan bahwa pendekatan
konstruktivisme membantu siswa menguasai tiga hal , yaitu:
af. Siswa diajak memahami dan menafsirkan kenyataan dan pengalamannya
yang berbeda.
ag. Siswa lebih mampu mengatasi masalah dalam kehidupan nyata.
ah. Pemahaman konstruktivisme, yaitu membangun dan mengetahui
bagaimana menggunakan pengetahuan dan keahlian dalam situasi kehidupan nyata.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan konstruktivisme
memiliki berbagai kelebihan antara lain:
ai. Dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme siswa akan aktif dalam
pembelajaran
aj. Menjadikan proses pembelajaran tersebut menyenangkan dan lebih
bermakna bagi siswa
ak. Siswa membangun sendiri pengetahuannya maka siswa tidak mudah lupa
dengan pengetahuannya
al. Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan
realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan belajar
am. Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka, karena setiap jawaban siswa
ada penilaiannya
an. Memupuk kerjasama dalam kelompok.
Dengan adanya kelebihan pada pendekatan konstruktivisme ini maka siswa di
harapkan dapat menyelesaikan masalah dengan berbagai cara, jadi peserta didik
akan terlatih untuk dapat menerapkannya dengan situasi yang berbeda atau baru.

Kekurangan Pendekatan Konstruktivisme


Selain memiliki kelebihan pendekatan konstruktivisme juga memiliki
kekurangan. Namun kekurangan ini dapat kita atasi seperti:
ao. Siswa masih kesulitan dalam menemukan sendiri jawabannya
ap. Membutuhkan waktu yang lama terutama bagi siswa yang lemah
aq. Siswa yang pandai kadang-kadang tidak sabar dalam menanti temannya
yang belum selesai.
Dari uraian tadi dapat disimpulkan kelemahan pendekatan konstruktivisme
dapat ditolerir, maka guru hendaknya dapat membimbing siswa agar dapat
menemukan jawabannya, kemudian guru menambah waktu belajar bagi siswa yang
lemah dalam proses pembelajaran, serta memberikan nasehat agar menghargai
teman dalam belajar Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
b. Pendekatan Deduktif
Pembelajaran dengan pendekatan deduktif terkadang sering disebut
pembelajaran tradisional yaitu guru memulai dengan teori-teori dan meningkat ke
penerapan teori. Dalam bidang ilmu sains dijumpai upaya mencoba pembelajaran
dan topik baru yang menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan
rumus dengan sedikit memperhatikan pengetahuan utama siswa, dan kurang atau
tidak mengkaitkan dengan pengalaman mereka. Pembelajaran dengan pendekatan
deduktif menekankan pada guru mentransfer informasi atau pengetahuan.
Menurut Setyosari (2010:7) menyatakan bahwa Berpikir deduktif merupakan
proses berfikir yang didasarkan pada pernyataan-pernyataan yang bersifat umum
ke hal-hal yang bersifat khusus dengan menggunakan logika tertentu.
Hal serupa dijelaskan oleh Sagala (2010:76) yang menyatakan bahwa:
Pendekatan deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadaaan umum
kekeadaan yang khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan
menyajikan aturan, prinsip umum diikuti dengan contoh-contoh khusus atau
penerapan aturan, prinsip umum itu kedalam keadaan khusus.
Sedangkan menurut Yamin (2008:89) menyatakan bahwa Pendekatan
deduktif merupakan pemberian penjelasan tentang prinsip-prinsip isi pelajaran,
kemudian dijelaskan dalam bentuk penerapannya atau contoh-contohnya dalam
situasi tertentu.
Dalam pendekatan deduktif menjelaskan hal yang berbentuk teoritis
kebentuk realitas atau menjelaskan hal-hal yang bersifat umum ke yang bersifat
khusus. Disini guru menjelaskan teori-teori yang telah ditemukan para ahli,
kemudian menjabarkan kenyataan yang terjadi atau mengambil contoh-contoh.
Dari penjelasan beberapa teori dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan
deduktif adalah cara berfikir dari hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat
khusus.

Penggunaan Pendekatan Deduktif


Menurut Yamin (2008:89) pendekatan deduktif dapat dipergunakan bila:
a. Siswa belum mengenal pengetahuan yang sedang dipelajari,
b. Isi pelajaran meliputi terminologi, teknis dan bidang yang kurang
membutuhkan proses berfikir kritis,
c. Pengajaran mengenai pelajaran tersebut mempunyai persiapan yang baik
dan pembicaraan yang baik,
d. Waktu yang tersedia sedikit.

Langkah-langkah Pendekatan Deduktif


Menurut Sagala (2010:76) langkah-langkah yang dapat digunakan dalam
pendekatan deduktif dalam pembelajaran adalah
e. Guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan
pendekatan deduktif,
f. Guru menyajikan aturan, prinsip yang berifat umum, lengkap dengan definisi
dan contoh-contohnya,
g. Guru menyajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun
hubungan antara keadaan khusus dengan aturan prinsip umum,
h. Guru menyajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan
bahwa keadaan khusus itu merupakan gambaran dari keadaan umum.

Kelebihan Pendekatan Deduktif


Adapun kelebihan dari pendekatan deduktif dibandingkan dengan
pendekatan lain adalah :
i. Tidak memerlukan banyak waktu.
j. Sifat dan rumus yang diperoleh dapat langsung diaplikasikan kedalam soal-
soal atau masalah yang konkrit.

Kelemahan Pendekatan Deduktif


Kelemahan pendekatan deduktif antara lain:
k. Siswa sering mengalami kesulitan memahami makna matematika dalam
pembelajaran. Hal ini disebabkan siswa baru bisa memahami konsep setelah disajikan
berbagai contoh.
l. Siswa sulit memahami pembelajaran matematika yang diberikan karna
siswa menerima konsep matematika yang secara langsung diberikan oleh guru.
m. Siswa cenderung bosan dengan pembelajaran dengan pendekatan deduktif,
karna disini siswa langsung menerima konsep matematika dari guru tanpa ada
kesempatan menemukan sendiri konsep tersebut.
n. Konsep tidak bisa diingat dengan baik oleh siswa.

c. Pendekatan Induktif
Berbeda dengan pendekatan deduktif yang menyimpulkan permasalahan dari
hal-hal yang bersifat umum, maka pendekatan induktif (inductif approach)
menyimpulkan permasalahan dari hal-hal yang bersifat khusus.. Metode induktif
sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke
sesuatu yang khusus.
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik
kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai
sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum.
Pendekatan induktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan
khusus menuju keadaan umum.
Sedangkan menurut Yamin (2008:89) menyatakan bahwa: Pendekatan
induktif dimulai dengan pemberian kasus, fakta, contoh, atau sebab yang
mencerminkan suatu konsep atau prinsip. Kemudian siswa dibimbing untuk
berusaha keras mensintesiskan, menemukan, atau menyimpulkan prinsip dasar dari
pelajaran tersebut.
Mengajar dengan pendekatan induktif adalah cara mengajar dengan cara
penyajian kepada siswa dari suatu contoh yang spesifik untuk kemudian dapat
disimpulkan menjadi suatu aturan prinsip atau fakta yang pasti.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan induktif
adalah pendekatan pengajaran yang berawal dengan menyajikan sejumlah keadaan
khusus kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu kesimpulan, prinsip atau
aturan.

Penggunaan Pendekatan Induktif


Menurut Yamin (2008:90) pendekatan induktif tepat digunakan manakala:
a. Siswa telah mengenal atau telah mempunyai pengalaman yang
berhubungan dengan mata pelajaran tersebut,
b. Yang diajarkan berupa keterampilan komunikasi antara pribadi, sikap,
pemecahan, dan pengambilan keputusan,
c. Pengajar mempunyai keterampilan fleksibel, terampil mengajukan
pertanyaan terampil mengulang pertanyaan, dan sabar,
d. Waktu yang tersedia cukup panjang.

Langkah-langkah Pembelajaran Pendekatan Induktif


Menurut Sagala (2010:77) langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
model pembelajaran dengan pendekatan induktif yaitu:
e. Memilih dan mementukan bagian dari pengetahuan (konsep, aturan umum,
prinsip dan sebagainya) sebagai pokok bahasan yang akan diajarkan.
f. Menyajikan contoh-contoh spesifik dari konsep, prinsip atau aturan umum
itu sehingga memungkinkan siswa menyusun hipotesis (jawaban sementara) yang bersifat
umum.
g. Kemudian bukti-bukti disajikan dalam bentuk contoh tambahan dengan
tujuan membenarkan atau menyangkal hipotesis yang dibuat siswa.
h. Kemudian disusun pernyataan tentang kesimpulan misalnya berupa aturan
umum yang telah terbukti berdasarkan langkah-langkah tersebut, baik dilakukan oleh guru
atau oleh siswa.

Kelebihan Pendekatan Induktif


Adapun kelebihan dari pendekatan induktif dibandingkan dengan pendekatan
antara lain adalah :
i. Memberikan kesempatan pada siswa untuk berusaha sendiri atau
menemukan sendiri suatu konsep sehingga akan diingat dengan lebih baik.
j. Murid memahami sifat atau rumus melalui serangkaian contoh. Kalau terjadi
keraguan mengenai pengertian dapat segera diatasi sejak masih awal.
k. Dapat meningkatkan semangat belajar siswa.
Kelemahan Pendekatan Induktif
Kelemahan dari pendekatan induktif antara lain :
l. Memerlukan banyak waktu.
m. Kadang-kadang hanya sebagian siswa yang terlibat secara aktif.
n. Sifat dan rumus yang diperoleh masih memerlukan latihan atau aplikasi
untuk memahaminya.
o. Secara matematik (formal) sifat atau rumus yang diperoleh dengan
pendekatan induktif masih belum menjamin berlaku umum.

d. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik
meguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep
(miskonsepsi).. Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari
pengamatan dan pengalaman.
Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara
langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk
menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.

Ciri-ciri suatu konsep adalah


a. Konsep memiliki gejala-gejala tertentu
b. Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung
c. Konsep berbeda dalam isi dan luasnya
d. Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-
pengalaman
e. Konsep yang benar membentuk pengertian
f. Setiap konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu
Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar
dengan pendekatan konsep adalah:
g. Menanti kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai denaan unsur
lingkungan.
h. Mengetengahkan konsep dasar dengan persepsi yang benar yang mudah
dimengerti.
i. Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik pula
sampai konsep yang kompleks.
j. Penjelasan perlahan-lahan dari yang konkret sampai ke yang abstrak.

Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep


Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu,
k. Tahap Enaktik
Tahap enaktik dimulai dari:
Pengenalan benda konkret.
Menghubungkan dengan pengalaman lama atau berupa pengalaman
baru.
Pengamatan, penafsiran tentang benda baru.

l. Tahap Simbolik
Tahap simbolik siperkenalkan dengan: Simbol, lambang, kode, seperti
angka, huruf. kode, seperti (?=,/) dll. Membandingkan antara contoh dan
non-contoh untuk menangkap apakah siswa cukup mengerti akan ciri-
cirinya. Memberi nama, dan istilah serta defenisi.
m. Tahap Ikonik
Tahap ini adalah tahap penguasaan konsep secara abstrak, seperti:
Menyebut nama, istilah, definisi, apakah siswa sudah mampu
mengatakannya.
e. Pendekatan Proses
Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan
suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses.
Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan
hasil. Pada pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai proses.
Pendekatan ini penting untuk melatih daya pikir atau mengembangkan
kemampuan berpikir dan melatih psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan
proses peserta didik juga harus dapat mengilustrasikan atau memodelkan dan
bahkan melakukan percobaan. Evaluasi pembelajaran yang dinilai adalah proses
yang mencakup kebenaran cara kerja, ketelitian, keakuratan, keuletan dalam
bekerja dan sebagainya.
Kelebihan Pendekatan Proses
Keunggulan/Kelebihan pendekatan proses adalah :
a. Memberi bekal cara memperoleh pengetahuan, hal yang sangat penting
untuk pengembangan pengetahuan dan masa depan.
b. Pendahuluan proses bersifat kreatif, siswa aktif, dapat meningkatkan
keterampilan berfikir dan cara memperoleh pengetahuan.

Kelemahan Pendekatan Proses


Kelemahan pendekatan proses adalah :
a. Memerlukan banyak waktu sehingga sulit untuk dapat menyelesaikan
pengajaran yang ditetapkan dalam kurikulum.
b. Memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidak semua
sekolah dapat menyediakannya.
c. Merumuskan masalah, menyusun hipotesis, merancangkan suatu percobaan
untuk memperoleh data yang relevan adalah pekerjaan yang sulit, tidak semua siswa
mampu melaksanakannya.

Pendekatan Open - Ended


Menurut Suherman dkk (2003; 123) problem yang diformulasikan memiliki
multijawaban yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga Open-
Ended problem atau soal terbuka. Siswa yang dihadapkan denganOpen-Ended
problem, tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih
menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Dengan demikian
bukanlah hanya satu pendekatan atau metode dalam mendapatkan jawaban,
namun beberapa atau banyak.
Sifat keterbukaan dari suatu masalah dikatakan hilang apabila hanya ada
satu cara dalam menjawab permasalahan yang diberikan atau hanya ada satu
jawaban yang mungkin untuk masalah tersebut. Contoh penerapan masalah Open-
Ended dalam kegiatan pembelajaran adalah ketika siswa diminta mengembangkan
metode, cara atau pendekatan yang berbeda dalam menjawab permasalahan yang
diberikan bukan berorientasi pada jawaban (hasil) akhir.
Kelebihan pendekatan OpenEnded.
Dalam pendekatan open-ended guru memberikan permasalah kepada siswa
yang solusinya tidak perlu ditentukan hanya melalui satu jalan. Guru harus
memanfaatkan keragaman cara atau prosedur yang ditempuh siswa dalam
menyelesaikan masalah. Hal tersebut akan memberikan pengalaman pada siswa
dalam menemukan sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan, keterampilan dan
cara berfikir matematik yang telah diperoleh sebelumnya. Ada beberapa kelebihan
dari pendekatan ini, antara lain:
a. Siswa memiliki kesempatan untuk berpartisipasi secara lebih aktif serta
memungkinkan untuk mengekspresikan idenya.
b. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak menerapkan pengetahuan serta
keterampilan matematika secara komprehensif.
c. Siswa dari kelompok lemah sekalipun tetap memiliki kesempatan untuk
mengekspresikan penyelesaian masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri.
d. Siswa terdorong untuk membiasakan diri memberikan bukti atas jawaban
yang mereka berikan.
e. Siswa memiliki banyak pengalaman, baik melalui temuan mereka sendiri
maupun dari temannya dalam menjawab permasalahan.

Kelemahan Pendekatan OpenEnded.


Disamping kelebihan yang dapat diperoleh dari pendekatan open-ended,
terdapat juga beberapa kelemahan, diantaranya:
f. Sulit membuat atau menyajikan situasi masalah matematika yang bermakna
bagi siswa.
g. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahamai siswa sangat sulit
sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan
yang diberikan.
h. Karena jawaban bersifat bebas, siswa dengan kemampuan tinggi bisa
merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.
i. Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka
tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.

b. Pendekatan Saintific
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan
dengan menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran harus menyentuh
tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses
pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi
substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang mengapa.
Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik tahu tentang bagaimana. Ranah pengetahuan menggamit
transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang apa.Hasil
akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi
manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan
pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi
aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (saintifik
appoach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi
melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau
informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis,
menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi,
atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat
diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses
pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan
menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.

Tujuan Pembelajaran Pendekatan Saintific


Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah:
a. untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa.
b. untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah
secara sistematik.
c. terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu
merupakan suatu kebutuhan.
d. diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
e. untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam
menulis artikel ilmiah
f. Untuk mengembangkan karakter siswa

Prinsip Pendekatan Saintific


Prinsip-prinsip dalam pembelajaran dengan pendekatan saintific antara lain :
g. pembelajaran berpusat pada siswa
h. pembelajaran membentuk students self concept
i. pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mempelajari,
mnganalisis, menyimpulkan konsep, pengetahuan, dan prinsip.
j. pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa
k. Pembelajaran meningkatkan motivasi

Langkah-langkah Pendekatan Saintific


Pembelajaran saintifik terdiri atas lima langkah, yaitu :
l. Observing (mengamati), Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa
atau dengan alat)
m. Questioning (menanya), Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang
tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi
tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke
pertanyaan yang bersifat hipotetik)
n. Associating (menalar), mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik
terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang
dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada
pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki
pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan
o. Experimenting (mencoba), Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau
otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi
atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA, misalnya,peserta didik harus
memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik
pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang
alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
p. Networking (membentuk Jejaring/ mengkomunikasikan), Menyampaikan
hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media
lainnya

c. Pendekatan Realistik
Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan olehHans Frudenthal
di Belanda. Realistic Mathematics Education (RME) adalah pendekatan pengajaran
yang bertitik tolak dari hal-hal yang real bagi siswa, menekankan ketrampilan
proses of doing mathematics, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi
dengan teman sekelas sehinggga mereka dapat menemukan sendiri (student
inventing sebagai kebalikan dari teacher telling) dan pada akhirnya menggunakan
matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun secara
kelompok. (Zulkardi, 2009)
Pengertian pendekatan realistik menurut Sofyan, (2007: 28) sebuah
pendekatan pendidikan yang berusaha menempatkan pendidikan pada hakiki dasar
pendidikan itu sendiri.
Menurut Sudarman Benu, (2000: 405) pendekatan realistik adalah
pendekatan yang menggunakan masalah situasi dunia nyata atau suatu konsep
sebagai titik tolak dalam belajar matematika. Matematika Realistik yang telah
diterapkan dan dikembangkan di Belanda teorinya mengacu pada matematika
harus dikaitkan dengan realitas dan matematika merupakan aktifitas manusia.
Dalam pembelajaran melalui pendekatan realistik, strategi- strategi informasi
siswa berkembang ketika mereka menyeleseikan masalah pada situasi- situsi biasa
yang telah diakrapiniya, dan keadaan itu yang dijadikannya titik awal pembelajaran
pendekatan realistik atau Realistic Mathematic Education(RME) juga diberi
pengertian cara mengajar dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyelediki dan memahami konsep matematika melalui suatu masalah dalam
situasi yang nyata. (Megawati, 2003: 4). Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran
bermakna bagi siswa.
Realistic Mathematic Education(RME) adalah pendekatan pengajaran yang
bertitik tolak pada hal- hal yang real bagi siswa(Zulkardi). Teori ini menekankan
ketrampilan proses, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman
sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri(Student Invonting), sebagai
kebalikan dari guru memberi(Teaching Telling) dan pada akhirnya murid
menggunakan matematika itu untuk menyeleseikan masalah baik secara individual
ataupun kelompok.
Pada pendekatan Realistik peran guru tidak lebih dari seorang fasilitator,
moderator atau evaluator. Sementara murid berfikir, mengkomunikasikan
argumennya, mengklasifikasikan jawaban mereka, serta melatih saling menghargai
strategi atau pendapat orang lain.
Menurut De Lange dan Van Den Heuvel Parhizen, RME ini adalah pembelajaran
yang mengacu pada konstruktifis sosial dan dikhususkan pada pendidikan
matematika.(Yuwono: 2001)
Dari beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa RME atau pendekatan
Realistik adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sehari- hari
sebagai sumber inspirasi dalam pembentukan konsep dan mengaplikasikan
konsep- konsep tersebut atau bisa dikatakan suatu pembelajaran matematika yang
berdasarkan pada hal- hal nyata atau real bagi siswa dan mengacu pada
konstruktivis sosial.

Tujuan Pendekatan Realistik (RME)


Tujuan Pembelajaran Matematika Realistik sebagai berikut:
a. Menjadikan matematika lebih menarik,relevan dan bermakna,tidak terlalu
formal dan tidak terlalu abstrak
.
b. Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa.
c. Menekankan belajar matematika learning by doing.
d. Memfasilitasi penyelesaian masalah matematika tanpa menggunakan
penyelesaian yang baku.
e. Menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran matematika.
(kuiper&kouver,1993)

Prinsip-Prinsip Pendekatan Realistik (RME)


Terdapat 5 prinsip utama dalam pembelajaran matematika realistik, yaitu:
f. Menggunakan konsep atau situasi.
g. Menggunakan model : "model of" dan "model for"
h. Menggunakan hasil pemikiran siswa sendiri.
i. Interactivity.
j. Intertwinning (saling mengaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya).

Gravemeijer(dalam Fitri. 2007: 10) menyebutkan tiga prinsip kunci dalam


pendekatan realistik, ketiga kunci tersebut adalah:
a. Penemuan kembali secara terbimbing/ matematika secara progresif(Gunded
Reinvention/ Progressive matematizing). Dalam menyeleseikan topik- topik
matematika, siswa harus diberi kesempatan untuk mengalami proses yang sama,
sebagai koknsep- konsep matematika dikemukakan. Siswa diberikan masalah nyata
yang memungkinkan adanya penyeleseian yang berbeda.
b. Didaktif yang bersifat fenomena(didaktial phenomology) topik matematika
yang akan diajarkan diupayakan berasal dari fenomenan sehari-hari.
c. Model yang dikembangkan sendiri(self developed models) dalam
memecahkan contextual problem, mahasiswa diberi kesempatan untuk
mengembangkan model mereka sendiri. Pengembangan model ini dapat berperan
dalam menjembatani pengetahuan informal dan pengetahuan formal serta konkret
dan abstrak.

Karakteristik Pendekatan Realistik (RME)


Menurut Grafemeijer (dalam fitri, 2007: 13) ada 5 karakteristik pembelajaran
matematika realistik, yaitu sebagai berikut:
a. Menggunakan masalah kontekstual
Masalah konsektual berfungsi sebagai aplikasi dan sebagai titik tolak
dari mana matematika yang digunakan dapat muncul. Bagaimana masalah
matematika itu muncul(yang berhubungan dengan kehidupan sehari- hari).
b. Menggunakan model atau jembatan
Perhatian diarahkan kepada pengembangan model, skema, dan
simbolisasi dari pada hanya mentrasfer rumus. Dengan menggunakan media
pembelajaran siswa akan lebih faham dan mengerti tentang pembelajaran
aritmatika sosial.
c. Menggunakan kontribusi siswa
Kontribusi yang besar pada saat proses belajar mengajar diharapkan
dari konstruksi murid sendiri yang mengarahkan mereka dari metode
informal ke arah metode yang lebih formal. Dalam kehidupan sehari- hari
diharapkan siswa dapat membedakan pengunaan aritmatika sosial
terutama pada jual beli. Contohnya: harga baju yang didiskon dengan harga
baju yang tidak didiskon.
d. Interaktivitas
Negosiasi secara eksplisit, intervensi, dan evaluasi sesama murid dan
guru adalah faktor penting dalam proses belajar secara konstruktif dimana
strategi informal siswa digunakan sebagai jembatan untuk menncapai
strategi formal. Secara berkelompok siswa diminta untuk membuat
pertanyaan kemudian diminta mempresentasikan didepan kelas sedangkan
kelompok yang lain menanggapinya. Disini guru bertindak sebagai fasilitator.
e. Terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya(bersifat holistik)
Aritmatika sosial tidak hanya terdapat pada pembelajaran matematika
saja, tetapi juga terdapat pada pembelajaran yang lainnya, misalnya pada
akutansi, ekonomi, dan kehidupan sehari- hari.

Langkah-langkah Pembelajaran Matematika Realistik


Berdasarkan prinsip dan karakteristik PMR serta dengan memperhatikan
pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapatlah disusun suatu langkah-
langkah pembelajaran dengan pendekatan PMR yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu sebagai berikut:
a. Langkah 1: Memahami masalah kontekstual
yaitu guru memberikan masalah kontekstual dalam kehidupan sehari-hari
kepada siswa dan meminta siswa untuk memahami masalah tersebut,serta
memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan masalah yang belum di
pahami. Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini adalah karakteristik
pertama yaitu menggunakan masalah kontekstual sebagai titik tolak dalam
pembelajaran, dan karakteristik keempat yaitu interaksi
b. Langkah 2: Menjelaskan masalah kontekstual
jika dalam memahami masalah siswa mengalami kesulitan, maka guru
menjelaskan situasi dan kondisi dari soal dengan cara memberikan petunjuk-
petunjuk atau berupa saran seperlunya, terbatas pada bagian-bagian tertentu dari
permasalahan yang belum dipahami
c. Langkah 3 : Menyelesaikan masalah
Siswa mendeskripsikan masalah kontekstual, melakukan interpretasi aspek
matematika yang ada pada masalah yang dimaksud, dan memikirkan strategi
pemecahan masalah. Selanjutnya siswa bekerja menyelesaikan masalah dengan
caranya sendiri berdasarkan pengetahuan awal yang dimilikinya, sehingga
dimungkinkan adanya perbedaan penyelesaian siswa yang satu dengan yang
lainnya. Guru mengamati, memotivasi, dan memberi bimbingan terbatas, sehingga
siswa dapat memperoleh penyelesaian masalah-masalah tersebut. Karakteristik
PMR yang muncul pada langkah ini yaitu karakteristik kedua menggunakan model
d. Langkah 4 : Membandingkan jawaban
Guru meminta siswa membentuk kelompok secara berpasangan dengan
teman sebangkunya, bekerja sama mendiskusikan penyelesaian masalah-masalah
yang telah diselesaikan secara individu (negosiasi, membandingkan, dan
berdiskusi). Guru mengamati kegiatan yang dilakukan siswa, dan memberi bantuan
jika dibutuhkan. Dipilih kelompok berpasangan, dengan pertimbangan efisiensi
waktu. Karena di sekolah tempat pelaksanaan ujicoba, menggunakan bangku
panjang. Sehingga kelompok dengan jumlah anggota yang lebih banyak,
membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pembentukannya.
Sedangkan kelompok berpasangan tidak membutuhkan waktu, karena siswa
telah duduk dalam tatanan kelompok berpasangan. Setelah diskusi berpasangan
dilakukan, guru menunjuk wakil-wakil kelompok untuk menuliskan masing-masing
ide penyelesaian dan alasan dari jawabannya, kemudian guru sebagai fasilitator dan
modarator mengarahkan siswa berdiskusi, membimbing siswa mengambil
kesimpulan sampai pada rumusan konsep/prinsip berdasarkan matematika formal
(idealisasi, abstraksi). Karakteristik PMR yang muncul yaitu interaksi
e. Langkah 5: Menyimpulkan
Dari hasil diskusi kelas, guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan
suatu rumusan konsep/prinsip dari topik yang dipelajari. Karakteristik PMR yang
muncul pada langkah ini adalah adanya interaksi antar siswa dengan guru.

Kelebihan Pembelajaran Matematika Realistik


Beberapa keunggulan/kelebihan dari pembelajaran metematika realistik
antara lain:
a. Pelajaran menjadi cukup menyenangkan bagi siswa dan suasana tegang
tidak tampak.
b. Materi dapat dipahami oleh sebagian besar siswa.
c. Alat peraga adalah benda yang berada di sekitar, sehingga mudah
didapatkan.
d. Guru ditantang untuk mempelajari bahan.
e. Guru menjadi lebih kreatif membuat alat peraga.
f. Siswa mempunyai kecerdasan cukup tinggi tampak semakin pandai.

Kelemahan Pembelajaran Matematika Realistik


Beberapa kelemahan dari pembelajaran metematika realistik antara lain:
g. Sulit diterapkan dalam suatu kelas yang besar(40- 45 orang).
h. Dibutuhkan waktu yang lama untuk memahami materi pelajaran.
i. Siswa yang mempunyai kecerdasan sedang memerlukan waktu yang lebih
lama untuk mampu memahami materi pelajaran.
b. Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat
Pendekatan Science, Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains,
Teknologi dan Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara pendekatan konsep,
keterampilan proses, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan. Istilah
Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam bahasa Inggris disebut Sains Technology
Society (STS), Science Technology Society and Environtment (STSE) atau Sains
Teknologi Lingkungan dan Masyarakat. Meskipun istilahnya banyak namun
sebenarnya intinya sama yaitu Environtment, yang dalam berbagai kegiatan perlu
ditonjolkan. Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan pendekatan terpadu
antara sains, teknologi, dan isu yang ada di masyarakat. Adapun tujuan dari
pendekatan STM ini adalah menghasilkan peserta didik yang cukup memiliki bekal
pengetahuan, sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-
masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan
keputusan yang telah diambilnya.
Filosofi yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan konstruktivisme,
yaitu peserta didik menyusun sendiri konsep-konsep di dalam struktur kognitifnya
berdasarkan apa yang telah mereka ketahui.

Anda mungkin juga menyukai