Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Sejalan
dengan peningkatan penduduk dan gaya hidup sangat berpengaruh pada
volume sampah. Permasalahan sampah bukan lagi sekadar masalah
kebersihan dan lingkungan saja, tetapi sudah menjadi masalah sosial yang
mampu menimbulkan konflik. Lebih parah lagi, hampir semua kota di
Indonesia, baik kota besar atau kota kecil, tidak memiliki penanganan sampah
yang baik. Umumnya kota di Indonesia memiliki manajemen sampah yang
sama, yaitu dengan metode kumpul-angkut-buang (end-of-pipe). Sebuah
metode manajemen persampahan klasik yang akhirnya berubah menjadi
praktek pembuangan sampah secara sembarangan tanpa mengikuti
ketentuan teknis di lokasi yang sudah ditentukan (open dumping).
Sampah selalu identik dengan barang sisa atau hasil buangan tak
berharga. Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi mengakibatkan
semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta aktivitas lainnya.
Hal ini tentunya akan berdampak pada terjadinya pertambahan volume
buangan/limbah yang dihasilkan yang lebih dikenal sebagai limbah
domestik. Manusia kebanyakan hanya bisa membuang sampah, namun
kurang peduli bagaimana barang sisa itu seharusnya diperlakukan. Akibat
kelalaian dan kekurangpedulian terhadap sampah, manusia pula yang
menuai bencana yang ditimbulkan oleh sampah yang akhirnya menjadi
permasalahan yang harus disikapi lebih serius. Kasus TPA (Tempat Pemrosesan
Akhir) sampah Leuwigajah dan Bantar Gebang yang memakan korban jiwa
jangan sampai terjadi lagi di tempat lain.
Dengan telah disahkannya UU Pengelolaan Sampah pada tanggal 9 April
2008, paling lama setelah 6 tahun tidak diperkenankan lagi praktek TPA
open dumping serta adanya ketentuan penerapan pengurangan dan
pemanfaatan sampah melalui program 3R, untuk itu diperlukan upaya dan
komitmen semua pihak agar secara sungguh-sungguh meningkatkan sistem
pengelolaan secara lebih komprehensif. Di samping itu, adanya tuntutan akan
permukiman yang bersih dan sehat, dan upaya pemenuhan target MDGs
mengakibatkan kebutuhan akan pelayanan persampahan tetap harus
3 Sasaran
Sasaran produk yang diharapkan dihasilkan dari pekerjaan ini adalah :
a Tersedianya rencana peningkatan sistem pengelolaan persampahan
perkotaan jangka panjang yang dilengkapi dengan rencana tindak dan
program secara terperinci untuk jangka menengah dan jangka panjang,
baik aspek teknis maupun manajemen, sehingga sistem tersebut
dapat dipertanggungjawabkan, fleksibel, aplikatif, mudah dipahami dan
siap untuk diterapkan secara bertahap sesuai kemampuan Pemda
setempat.
b Sebagai gambaran dan acuan bagi para pengambil keputusan di
Kota Borong dalam peningkatan sistem persampahan perkotaan
terutama berkaitan dengan peningkatan kualitas (revitalisasi) TPA
menjadi minimal controlled landfill (semiaerobic landfill).
4 Lokasi Kegiatan
Lokasi pelaksanaan pekerjaan ini mencakup wilayah administrasi
Kabupaten Manggarai Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan luas wilayah
2.642,93 km.
5 Ruang Lingkup
1 Ruang Lingkup Wilayah
Wilayah perencanaan Penyusunan Masterplan Persampahan berada di
Kota Borong, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Tabel 1.1
Daftar Desa dalam wilayah Kota Borong
Ibukota Kabupaten Manggarai Timur
No. Nama Desa/Kelurahan Luas
Wilayah
(Km2)
1. Nanga Labang 10,59
2. Golo Kantar 11,54
3. Rana Loba 19,17
4. Kota Ndora 20,12
5. Rana Masak 11,54
6. Ngampang Mas 22,02
7. Benteng Raja 21,49
8. Benteng Riwu 11,49
9. Poco Rii 11,49
10. Golo Lalong 42,14
11. Gunung Liwut 21,18
12. Compang Ndejing 5,25
13. Bangka Kantar 6,54
14. Satar Peot 12,1
15. Balus Permai 9,8
16. Compang Tenda 10,13
17. Waling 13,8
18. Golo Leda 15,2
Sumber: Kecamatan Borong Dalam Angka 2014
Peta 1.2.
Wilayah Perencanaan
Kota Borong
pelayanan air minum dan/atau prasarana dan sarana sanitasi serta penggunaan
sumber daya air dan melindungi kepentingan konsumen. Pembiayaan
pengembangan SPAM diperlukan untuk membangun, memperluas dan
meningkatkan sistem fisik (teknik) dan nonfisik yang sumber dananya diperoleh
dari berbagai unsur yaitu Pemerintah, dunia usaha, masyarakat, serta sumber
dana lain yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sebagai timbal
balik atas jasa pelayanan penyediaan air minum dan sanitasi, pelanggan
dikenakan biaya atas tarif atau retribusi. Penetapan tarif atau retribusi yang
mencerminkan tarif konsumen sebagai harga dari jasa pelayanan yang efisien
dilakukan oleh penyelenggara atas persetujuan berbagai pihak yang telah
diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan ketentuan
dalam Peraturan Pemerintah ini juga mempunyai hubungan saling melengkapi
dengan peraturan perundang-undangan lainnya.