Sebuah sebuah zat yang diciptakan Tuhan berdiri sendiri tanpa bisa
dipaksakan adanya. Tak akan mampu siapapun menghentikan jalannya
bahkan sekedar menghambat pun takkan bisa. Pada posisi inilah cinta tak
pernah salah, dia berdiri sendiri apa adanya. Tanpa melawan, tak merasakan
derita akan penindasan dan penipuan. Sekali lagi dia berdiri sendiri sehingga
dia tidak akan hilang ditelan perubahan zaman. Tak lekang oleh waktu, tak
butuh ruang khusus untuk tumbuh dan berkembang. Dia alamiah datang
karena memang diciptakan sebagai warna khusus dunia.
Ketika dia datang memasuki setiap relung jiwa manusia, dia menjelma
menjadi sebuah roh yang akan mampu menguasai manusia itu sendiri.
Sehingga terjadilah perang, baku hantam, perdamaian, kesejukan suasana,
bisa tercipta karena datangnya cinta. Jadilah manusia menjadi makhluk yang
mabuk kepayang, yang mampu menciptakan gubahan lagu, syair, dawai,
sajak, pantun serta apapun yang bisa mengungkapkan ketika sihir cinta
datang melanda.
Manusia pada dasarnya adalah penikmat saja. Dia tak akan mampu merubah
dan mengusir apalagi melenyapkan adanya. Namun terkadang manusia
seperti yang menciptakan zat yang bernama cinta itu. Dia
mempermainkannya seperti barang mainan yang ia buat sendiri. Mereka
seperti mencoba menjadi Tuhan dengan menciptakan sesuatu yang sejatinya
adalah barang ciptaan jadi, bukan bahan mentah yang bisa diolah dan
dirubah. Marilah sejenak kita merenung, sudahkah kita memposisikan cinta
pada posisi sebenarnya, tidak memindahkannya apalagi mencoba
mencederainya atas nama cinta sejati. Semoga kita menjadi lebih mawas
dalam memaknai sesuatu.