TINJAUAN PUSTAKA
EPIDEMIOLOGI
Stroke merupakan penyebab kejang tersering pada populasi pasien lanjut
usia. Pada sebuah studi deskriptif di Nigeria, stroke merupakan penyebab
terbanyak kedua pada kasus acute symptomatic seizure, yakni sebesar 29,8%
setelah infeksi (36,2%), sebagian besar adalah stroke hemoragik. Kasus ini banyak
ditemukan pada pasien dengan kelompok usia 50-69 tahun. Pasien dengan stroke
yang mengalami kejang sekitar 5-10% dari seluruh pasien stroke dan 45% pasien
mengalami serangan pada 24 jam pertama pasca onset stroke. Pasien dengan onset
kejang yang lebih lambat, paling banyak ditemukan pada saat 6-12 bulan pasca
onset stroke, dengan tingkat resiko kejang berulang hingga 90%.
Epilepsi terjadi pada kurang lebih 1/3 pasien dengan kejang pascastroke
onset dini ( 7 hari dari onset stroke) dan pada pasien dengan kejang
pascastroke onset lambat. Pada studi prospektif berdasarkan data rumah sakit
yang melibatkan 2.021 pasien dengan stroke akut, Bladin et al menunjukkan
insidensi kejang sekitar 9% selama 9 bulan follow up. Perdarahan intraserebral
merupakan insiden tertinggi kejang pasca stroke (10,6% -15,4%) dan transient
ischaemic attack insiden terendah (3,7%). Sedangkan perdarahan subarachnoid
sekitar 8,5% dan stroke iskemik 6,5% - 8,5%. Bladin et al juga melaporkan
bahwa sekitar sepertiga (3%) dari pasien dengan kejang pasca-stroke berlanjut
menjadi epilepsi.
DIAGNOSIS
Semiologi kejang pascastroke dapat sesuai dengan lokalisasi lesi serebral
(2/3 pasien dengan bangkitan fokal), tetapi sebanyak kurang lebih 1/3 pasien
dengan bangkitan umum tonik klonik. Kejang onset dini biasanya memiliki tipe
bangkitan fokal, sedangkan bangkitan umum tonik klonik lebih sering didapatkan
pasa kasus kejang onset lambat. Lebih lanjut, status epileptikus terjadi pada 9%
dari seluruh kasus kejang pascastroke.
Pada penelitian Lamy et al, dari 20 pasien dengan EPS, bentuk bangkitan
yang muncul ialah bangkitan simple parsial pada 10 pasien, complex parsial 2
pasien, umum sekunder 7 pasien, dan status epileptikus pada 1 pasien. Penelitian
Lossius et al. mendapatkan hasil bangkitan simple atau complex partial pada 3
pasien dan umum sekunder 12 pasien.
Hasil pemeriksaan EEG dapat ditemukan normal pada kurang lebih 5%
kasus, sehingga hasil EEG dalam batas normal tidak menjadi faktor eksklusi
adanya epileptogenesis. Perlambatan fokal atau difus dihubungkan dengan resiko
yang rendah untuk terjadinya kejang, tetapi jika ditemukan gambaran aktivitas
epileptiform, misalnya gelombang paku fokal atau cetusan bilateral periodik
menunjukkan resiko kejang yang lebih tinggi.
Pada penelitian Pitkanen et al, gambaran EEG yang paling sering
ditemukan ialah perlambatan fokal pada sisi hemisfer yang mengalami infark. De
Ruck et al. melaporkan adanya perlambatan difus (n=15), aktivitas delta ritmik
intermiten (n=17), atau PLED (periodic lateralized epileptic discharges) (n=4)
pada 69 pasien dengan kejang onset dini (n-12) atau onset lambat (n=57).
Gambaran EEG normal didapatkan pada 9% pasien stroke iskemik dengan kejang.
Namun, perlu diingat bahwa interpretasi hasil EEG menjadi tantangan tersendiri
karena pada pasien stroke walaupun tanpa episode kejang, gambaran perlambatan
fokal juga dapat ditemukan.
TATALAKSANA
Tujuan pengobatan dengan OAE adalah untuk mengontrol bangkitan tetapi
mempertahankan kualitas hidup. Pergantian obat harus berdasarkan respon klinis
daripada kadar OAE dalam darah. Semua OAE dapat menyebabkan dose-
dependent sedation dan gangguan kognitif.
Obat lini pertama untuk epilepsi usia lanjut termasuk karbamazepin, asam
valproat, okskarbazepin, gabapentin dan lamotigrin. Pemilihan obat pada epilepsi
usia lanjut perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
- Pemilihan obat berdasarkan jenis epilepsi
- Bila ada kesulitan menelan berikan obat yang dapat digerus
- Bila ada gangguan fungsi organ lainnya yang memerlukan terapi, OAE
dipilih yang tidak berinteraksi dengan obat-obat tersebut
- Pemberian OAE kadang memerlukan waktu lebih dari 3 tahun karena
umumnya simtomatis
Tabel 3. Perbedaan karakteristik antara epilepsi pada lansia dan orang muda
Epilepsi pada orang
Manifestasi klinis Epilepsi pada lansia
muda
Bentuk bangkitan Sedikit (3 jenis) Banyak
Tipe bangkitan tersering Parsial kompleks Kejang umum tonik
klonik
Frekuensi bangkitan Sedikit Banyak
Pascabangkitan Kesadaran lama pulih Cepat pulih
Potensial trauma Tinggi Rendah
Respon terhadap OAE Umumnya buruk Umumnya baik
Toleransi terhadap OAE Umunya buruk Umumnya baik
Dosis obat Umumnya rendah Tinggi
Kecepatan titrasi OAE Perlahan-lahan Cepat