Anda di halaman 1dari 9

KONSEP DASAR PERKAWINAN

Dr. Suparyanto, M.Kes

Konsep Dasar Perkawinan

1 Pengertian

Menurut UU No. 1 Tahun 1974, perkawinan adalah ikatan lahir antara

seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isrti dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Herawati, 2009).

Menurut agama Islam, perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah yang

kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami ataupun istri.

Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan

sejahtera (Maruf, 2006).

Perkawinan Mahasiswa adalah perjanjian untuk mengikatkan diri antara

seorang laki-laki dan seorang wanita yang masih berstatus sebagai

pelajar perguruan tinggi atau salah satu diantaranya masih berstatus

sebagai pelajar perguruan tinggi (Sanjaya, 2009).

Dari berbagai pengertian perkawinan yang telah disebutkan, dapat ditarik


hakekat perkawinan yang mana mengandung satu unsur yang merupakan
kesamaan dari semua pendapat, yaitu bahwa perkawinan itu merupakan
suatu perjanjian perikatan antara seorang pria dengan wanita yang diakui
secara sah oleh masyarakat, hukum maupun agama dan mengandung
seperangkat hak dan kewajiban suami istri dalam peranan baru yang
dijalani, serta bertujuan membentuk keluarga.
2 Tujuan Perkawinan

Adapun tujuan dari perkawinan adalah:

a. Untuk melestarikan keturunan.

b. Terjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan.


c. Menentramkan hati dalam rumah tangga dengan ikatan kasih sayang

d. Membersihkan hati dari sifat-sifat duniawi.

e. Melatih dan memerangi hawa nafsu dengan menjalankan hak dan

kewajiban berumah tangga (Yusmar, 2006 ).

3 Usia dalam Perkawinan

Salah satu hal yang sangat berpengaruh terhadap keputusan

untuk menikah pada usia muda adalah tanggung jawab.

Meskipun demikian, faktor eksternal juga memiliki pengaruh

besar. Anda mungkin segera memutuskan menikah ketika

anda semester tiga karena anda melihat teman anda yang

sudah menikah tampak lebih bahagia, secara psikis lebih

tenang dan lebih bersemangat hidupnya. Akibatnya anda

terdorong untuk segera menikah dengan harapan dapat

menemui pernikahan yang sama, yakni pernikahan yang

membuat hidup lebih bersemangat, padahal boleh jadi, anda

belum betul-betul siap untuk menikah dibanding dengan

teman anda, meskipun usia anda lebih tua satu tahun. Diane

E. Papilla dan Sally Wendkos Olds mengemukakan, usia

terbaik untuk menikah bagi perempuan adalah 19-25 tahun

sedangkan bagi laki-laki usia 20-25 tahun diharapkan sudah

menikah. Ini adalah usia terbaik untuk menikah, baik untuk

memulai kehidupan rumah tangga maupun untuk mengasuh


anak pertama. Akan tetapi Hoffman dan kawan-kawan

menunjukkan bahwa saat yang tepat untuk menikah juga

dipengaruhi oleh dukungan sosial dan budaya, termasuk

budaya keluarga. Budaya yang memandang pernikahan dini

sebagai keputusan yang baik, akan cenderung menjadikan

para pemuda lebih cepat mengalami kesiapan menikah.

Hoffman mengatakan sebagian mahasiswa sempat terganggu

kuliahnya, tetapi sebagian besar tidak mengalami hambatan

apa-apa dalam menyelesaikan studinya. Masa-masa yang

paling banyak menimbulkan hambatan kuliah adalah ketika

memiliki anak pertama. Ini karena mereka harus melakukan

penyesuaian diri dengan peran baru sebagai orang tua,

kebingungan bagaimana harus menghadapi perilaku bayi,

serta perubahan aktivitas fisik yang terasa mendadak.

Berangkat dari sini, ada satu hal yang dapat kita catat baik-

baik. Sebelum menikah, sebaiknya persiapkan mental dan

terutama tujuan-tujuan anda dalam menikah (Mathis, 2010).

4 Persiapan Perkawinan

Persiapan perkawinan terdiri dari atas persiapan kesehatan, baik

kesehatan fisik maupun jiwa yang meliputi berbagai aspek, yaitu biologis

(fisik), mental (psikologi), psikososial, dan spiritual (WHO, 1984).

1. Aspek fisik.
Dilihat dari segi kesehatannya,usia 20-25 tahun bagi perempuan

dan 25-30 tahun bagi laki-laki merupakan usia ideal untuk berumah

tangga. Kesehatan fisik meliputi bebasnya seseorang dari penyakit

(menular dan keturunan). Pemeriksaan kesehatan dan konsultasi pranikah

amat dianjurkan bagi pasangan yang hendak menikah.

2. Aspek mental, yang meliputi beberapa hal berikut ini:

a. Kepribadian, aspek kepribadian sangat penting agar masing-masing

pasangan mampu menyesuaikan diri. Kematangan kepribadian

merupakan faktor utama dalam perkawinan. Pasangan berkepribadian

matang dapat saling memberikan kebutuhan afeksi (kebutuhan akan rasa

kasih sayang) yang amat penting bagi keharmonisan keluarga.

b. Pendidikan dan tingkat kecerdasan juga perlu diperhatikan dalam

mencari pasangan. Latar belakang pendidikan agama yang dimiliki oleh

masing-masing pasangan.

3. Aspek psikososial atau spiritual yang antara lain terdiri atas beberapa

hal berikut:

a. Faktor agama dalam masyarakat tetap dipandang penting bagi

stabilitas rumah tangga.

b. Latar belakang sosial keluarga berpengaruh pada kepribadian anak

yang dibesarkannya.

c. Latar belakang budaya juga perlu diperhatikan, perbedaan suku

bangsa bukan merupakan halangan untuk saling berkenalan dan akhirnya


menikah. Namun faktor adat istiadat atau budaya perlu diperhatikan untuk

diketahui oleh masing-masing pasangan agar dapat saling menghargai

dan menyesuaikan diri.

d. Pergaulan, sebagai persiapan menuju perkawinan masing-masing

calon pasangan hendaknya dapat saling mengenal terlebih dahulu. Dalam

pergaulan menikah, setiap pasangan hendaknya tetap mengindahkan

nilai-nilai moral, etik, dan kaidah-kaidah agama.

e. Pekerjaan dan kondisi materi lainnya. Faktor sandang pangan dan

papan merupakan kebutuhan pokok sebab suatu perkawinan tidak bisa

bertahan hanya dengan ikatan cinta dan kasih sayang saja bila tidak ada

materi yang mendukungnya (Herawati, 2009).

Sebelum memutuskan untuk menikah, ada baiknya Anda

mempersiapkan diri terlebih dulu sehingga Anda memiliki bekal untuk

rumah tangga. Persiapan ini terutama berkait dengan aspek psikis dan

ilmu. Begitu anda menikah, banyak hal yang semula tidak menjadi

tanggung jawab Anda, sekarang membutuhkan perhatian yang besar. Di

dalam pernikahan, Anda bisa memperoleh kesenangan-kesenangan

bersama pasangan. Tetapi pada saat yang sama, anda mempunyai

tanggung jawab agar kesenangan itu dapat ia rasakan juga (Mathis,

2010). .

5 Dampak Perkawinan

Dampak perkawinan usia muda akan menimbulkan hak dan kewajiban

diantara kedua belah pihak, baik dalam hubungannya dengan mereka


sendiri, terhadap anak-anak, maupun terhadap keluarga mereka masing-

masing.

a. Dampak terhadap suami istri

Tidak bisa dipungkiri bahwa pada pasangan suami istrti yang telah

melangsungkan perkawinan di usia muda tidak bisa memenuhi atau tidak

mengetahui hak dan kewajibannya sebagai suami istri. Hal tersebut timbul

dikarenakan belum matangnya fisik maupun mental mereka yang

cenderung keduanya memiliki sifat keegoisan yang tinggi.

b. Dampak terhadap anak-anaknya

Masyarakat yang telah melangsungkan perkawinan pada usia muda atau

di bawah umur akan membawa dampak. Selain berdampak pada

pasangan yang melangsungkan perkawinan pada usia muda, perkawinan

usia muda juga berdampak pada anak-anaknya. Karena bagi wanita yang

melangsungkan perkawinan di bawah usia 20 tahun, bila hamil akan

mengalami gangguan-gangguan pada kandungannya dan banyak juga

dari mereka yang melahirkan anak.

c. Dampak terhadap masing-masing keluarga.

Selain berdampak pada pasangan suami-istri dan anak-anaknya

perkawinan di usia muda juga akan membawa dampak terhadap masing-

masing keluarganya. Apabila perkawinan diantara anak-anak mereka

lancar, sudah barang tentu akan menguntungkan orang tuanya masing-

masing. Namun apabila sebaliknya keadaan rumah tangga mereka tidak

bahagia dan akhirnya yang terjadi adalah perceraian. Hal ini akan

mengakibatkan bertambahnya biaya hidup mereka dan yang paling parah


lagi akan memutuskan tali kekeluargaan diantara kedua belah-pihak

(Mathis, 2010).

6 Keuntungan Perkawinan pada Masa Kuliah

a. Masa kuliah ( usia 18-25 ) adalah masa produktif dan subur

b. Banyaknya kamudahan dalam persiapan dan pelaksakan nikah

c. Mematangkan kepribadian dan kedewasaan

d. Adanya ketenangan jiwa

e. Memiliki teman setia sebagai motivator dan pembimbing

f. Adanya keringanan beban hidup

g. Aktifitas dan kegiatan akan terfokus dan terkonsentrasi

h. Meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual

i. Meningkatkan kecerdasan finansial

j. Lebih mudah meraih kesuksesan

k. Ada teman curhat

l. Bisa belajar sambil bermesraan

m. Berangkat ke kampus berdua

n. Ada yang bantu mengerjakan tugas

o. Ada yang menghibur sisela-sela penatnya kuliah (Galuhprita,

2009).

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Syarifuddin. 2011. Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya.


Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Aisyah, Ummu. 2008. Aisyah Saja Nikah Dini. Surakarta: Samudra.


Al-Farabi, Faruq. 2006. Remaja Gaul Kebablasan. Jombang: Lintas

Media.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Praktek. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Djajasudarma, Fatimah. 2006. Metode Linguistik-Ancangan Metode


Penelitian dan Kajian. Bandung: PT Refika Aditama.

Fitra. (2009). Perkawinan Usia Muda. www. info. gexcess.


com/id/info/ekonomi. diakses 9 juli 2011

Galuhprita. (2009). Pernikahan di Kalangan Mahasiswa www. datastatistik.


Indonesia. com. Diakses 9 Juli 2011.

Herawati. 2009. Jeratan Nikah Dini, Wabah Pergaulan. Jogjakarta: Media

Abadi.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik


Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

Kauma, Fuad. 2011. Kamus Nikah. Jombang: ISFA Press.

Masum, Maruf. 2006. Panduan Istri-Suami yang Shalih. Solo: Smart

Media.

Mathis, Susan dan Dale. 2010. Menuju Pernikahan yang Sehat dan Solid.
Tanggerang: ANDI.

Muhibin, Raudah. 2010. Nikah Awal Kuliah. Solo: Smart Media.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku.


Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Nurcahyati, Febriani W. 2010. Manajemen Konflik Rumah Tangga.


Jogjakarta: BIPA.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Sanjaya. 2009. Dari Demonstrasi Hingga Seks Bebas. Jogjakarta:

GARASI.

Sati, Patih. 2011. Panduan Lengkap Pernikahan. Jogjakarta: BENING.


Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta :
Graha Ilmu

Suryabroto, Sumadi. 2007. Gaul yes Kuliah Beres. Tanggerang: Praninta


Jaya Mandiri.

Sunarto, Ahmad. 2010. Kado Pengantin. Rembang: Pustaka Anisah.

Suryadi. 2006. Kuliah itu Gampang. Tangerang: Agromedia Pustaka.

Yumar. 2006. Wanita dan Nikah Menurut Urgensinya. Kediri: Pustaka

Azm.

Anda mungkin juga menyukai