Shalat PDF
Shalat PDF
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Shalat
Shalat merupakan kewajiban yang dilakukan umat muslim setiap hari minimal
lima waktu sehari sebagai wujud rasa syukur dan keimanan kita kepada Allah SWT. Saat
melaksanakan shalat, seluruh aspek kesehatan (lahir, mental dan pikir) bersinergi secara
harmonis. Motivasi menegakkan shalat bersumber pada kesadaran diri (aspek mental,
spritual dan pikir) untuk menghamba kepada Allah SWT sebagai Sang Khalik. Kemudian
dilanjutkan dengan rukun atau tata gerakan shalat itu sendiri (Wratsangko, 2006).
1. Definisi Shalat
Menurut Rahman (2002) shalat berarti doa, ibadah, memohon dengan khusyuk
kepada Tuhan; meminta rahmat Tuhan. Hasan (2000) menjelaskan bahwa shalat menurut
bahasa (etimologi) adalah doa, sedangkan shalat menurut istilah (terminologi) adalah
semua ucapan dan perbuatan yang bersifat khusus yang dimulai dengan takbir dan
disudahi dengan salam, dan memenuhi beberapa syarat yang ditentukan. Wratsangko
(2006) menjelaskan bahwa shalat berarti menyatukan pikir (akal, emosi), mental
(spiritual, keikhlasan) dan lahir (fisik, perbuatan) dalam satu titik keseimbangan yang
harmonis.
Dari penjelasan diatas shalat adalah semua ucapan dan perbuatan yang bersifat
khusus yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, dan memenuhi beberapa
Hasan (2000) mengatakan bahwa shalat Fardhu ain artinya setiap muslim yang
sudah baligh dan berakal dituntut menunaikannya, seperti shalat wajib lima waktu sehari
semalam. Menurut Sabiq (1990) shalat lima waktu (dalam Karim, 1999) yaitu Shalat
1. Shalat Subuh.Waktunya mulai terbit fajar sampai terbit matahari, dan dikerjakan
matahari dalam pertengahan jalan atau matahari mulai tergelincir ke barat sampai
3. Hikmah Shalat
Rafiudin & Zainudin (2004) menguraikan ada beberapa rahasia dan hikmah yang
manusia akan merasa dekat dengan Tuhannya yang terlihat dari aspek-aspek shalat, baik
Hal ini akan tampak dari cerminan akhlak atau perilaku sehari-hari, disamping
terhindar dari perbuatan keji, dosa dan kemunkaran dengan memelihara shalat, tentulah
hatinya juga suci dan bersih jiwanya. Kesucian hati dan jiwa akan membawa
keberuntungan dan kebahagian bagi orang tersebut di dunia dan kebahagian kekal di
akhirat.
makna batin yang dapat mengantarkan kepada kesempurnaan, sehingga diharapkan shalat
berfungsi sebagai pencegah dari perbuatan keji dan munkar, penangkal dari segala
Mengingat Allah SWT hati menjadi tentram dan jiwa menjadi tenang, tidak
gelisah, takut atau khawatir, karena orang yang senantiasa mengingat Allah akan
melakukan hal-hal yang baik dan ia merasa bahagia dengan kebajikan yang telah
diakukan. Mengingat Allah lewat shalat akan membawa keteguhan hati dan sikap optimis
serta ketenangan jiwa. Hasan (2000) mengatakan salah satu hikmah shalat yaitu sebagai
penenang jiwa orang resah gelisah. Menurut Basyarahil (2001) shalat dapat menimbulkan
dalam mengerjakan shalat setiap hari, sehari semalam. Panggilan shalat adalah
manifestasi dari rasa tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah, atas kewajiban yang
harus dilaksanakan. Shalat yang telah ditentukan waktu-waktunya oleh Allah akan
mengingatkan manusia akan rasa tanggung jawabnya. Sejak dari kita bangun dari fajar
pagi sampai kita akan tidur lagi, bahkan disaat kita disibukkan oleh pekerjaan di siang
hari, kita di suruh untuk berhenti sejenak melepaskan kesibukan kita untuk mengingat
Allah.
Shalat merupakan bentuk ibadah pertama yang diwajibkan bagi setiap muslim
baligh, berakal, sehat dan suci dari haid dan nifas (bagi perempuan). Kewajiban ini tidak
dibedakan antara orang yang berpangkat dengan rakyat jelata, orang kaya dan miskin,
orang pandai dan bodoh, tetap memilki kewajiban dalam melaksanakan shalat, baik di
kala sehat maupun dikala sakit, di tempat maupun di perjalanan, baik dikala aman bahkan
dikala terjadi peperangan wajib mendirikan shalat dengan ketentuan ketentuan tertentu.
Tidak pula dibedakan shaf (barisan) paling depan, tengah dan belakang, hanya takwalah
6. Melatih konsentrasi.
Shalat yang dikerjakan dengan cara yang khusyuk akan melatih konsentrasi
dengan badan dan hanya dihadapkan kepada Allah. Membaca doa dengan memusatkan
fikiran dan pemahaman serta renungan akan isi, makna dan maksud yang terkandung
dalam rangkaian kalimat tersebut. Hal tesebut membiasakan orang terlatih konsentrasi
dan memusatkan fikiran, perhatian dan perasaan serta kemauannya dalam segala
persoalan. Konsentrasi merupakan faktor yang paling utama untuk mencapai kesuksesan.
tentang manfaat ruku dan sujud sangat penting bagi kesehatan badan, dan menambah
kreativitas kerja.
Saboe (dalam Haryanto 2005) mengatakan hikmah yang dapat diperoleh dari
gerakan-gerakan ibadah shalat tidak sedikit artinya bagi kesehatan jasmaniah, dan dengan
sendirinya membawa efek pula kepada kesehatan rohaniah (menssana in corpotre sano)
atau kesehatan mental/jiwa seseorang. Selanjutnya dijelaskan bila ditinjau dari sudut ilmu
kesehatan, setiap gerakan, setiap sikap, serta setiap perubahan dalam gerak dan sikap
tubuh pada waktu melaksanakan shalat, adalah yang paling sempurna dalam memelihara
Menurut Noer (2006), banyak hikmah bagi kehidupan manusia yang kita peroleh
dari shalat, baik itu bagi kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat:
pencipta-Nya. Hubungan ini tidak akan terputus selama manusia sadar dan ingat bahwa ia
hanyalah ciptaan Allah yang tidak akan hidup dan tujuan penciptaannya adalah hanya
Shalat berfungsi pula sebagai penolong bagi manusia untuk mencapai rahmat
Allah. Dengan shalat manusia bisa meminta bantuan atau pertolongan apapun melalui
Segala perbedaan baik warna kulit, bahasa, bangsa, negara, dan lainnya tidak
berpengaruh ketika umat Islam berjamaah shalat sesuai dengan tuntutan Rasulullah.
Maka dalam hal ini shalat berjamaah telah mempersatukan umat Islam dengan
komitmen bahwa ketika shalat saja kita bisa berjamaah, maka dalam hal lainpun kita
bisa.
Manusia pada dasarnya suka berkeluh kesah dan bersifat kikir. Namun hal ini
tidak terjadi pada orang yang suka menunaikan shalat dengan khusyuk.
pencegahan dan perawatan kesehatan tubuh. Pemahaman tentang tata laksana gerakan
1. Berdiri tegak
Sikap berdiri dengan tegak dengan sikap kaki menumpu seluruh berat badan. Dalam
posisi berdiri tegak seperti ini, maka tubuh berada dalam posisi anatomisnya. Seluruh
otot, tulang dan sendi berada dalam posisi pasif sehingga timbulah relaksasi.
2. Takbiratul Ihram
Saat kedua tangan atau lengan diangkat disisi kanan-kiri tubuh dalam takbir, maka
otot-otot dada akan mengembang secara pasif. Dengan mengembangnya otot-otot ini
maka organ paru yang ada didalamnya juga akan mengembang secara pasif mengikuti
hukum tekanan negatif sehingga udara (oksigen) bisa masuk secara optimal hingga ke
pembuluh paru terkecil (alveoli). Oksigenasi yang optimal juga dirasakan oleh otak,
sebagai pusat utama pengatur segala aktifitas tubuh manusia. Ketika organ paru
3. Ruku
Ketika posisi membungkuk disertai dengan wajah menghadap ke depan, maka ruas
tulang belakang segmen leher sampai ekor membentuk posisi sedemikian rupa, dimana
kelengkungan tiap-tiap segmen berkurang. Dengan kata lain mendekati posisi melurus,
dimana keadaan ini menyebabkan serabut saraf tulang belakang mengalami relaksasi,
termasuk rangkaian saraf otonom (simpatik dan parasimpatik) yang berupa juluran seperti
rantai di sisi luar (kanan-kiri) tulang belakang kita. Saraf otonom ini turut serta berperan
dalam mengatur irama kerja organ di dalam tubuh kita (jantung, paru, usus, organ
reproduksi, alat kelamin dan-lain-lain) apakah irama kerja tersebut akan meningkat
ataukah menurun. Meningkat atau menurunya irama kerja organ ini merupakan
peringatan bagi kita mengenai kondisi tubuh yang terganggu. Saat ruku akan
kepala.
4. Itidal
Posisi ini membantu metabolisme otak dan jantung bekerja optimal. Oleh karena itu
dalam itidal aliran darah yang tadinya terfokus di kepala setelah ruku akan turun ke
badan sesuai garavitasi. Gerakan takbir bersamaan dengan menegakkan badan saat itidal,
menyebabkan stimulus pada cabang besar saraf di bahu, ketiak yang merupakan cabang
saraf yang melayani organ jantung, paru dan sebagain organ pencernaan.
5. Sujud
Gerakan sujud akan membuat otot dada dan otot sela iga menjadi kuat sehingga
rongga dada bertambah besar dan paru-paru akan berkembang dengan baik dan dapat
menghisap udara. Lutut yang membentuk sudut yang tepat memungkinkan otot-otot perut
berkembang dan mencegah dibagian tengah. Menambah aliran darah ke bagian atas tubuh
terutama kepala (mata, telinga, dan hidung) serta paru-paru, memungkinkan toksin-toksin
Pada posisi ini otot-otot pangkal paha di mana di dalamnya terdapat salah satu saraf
pangkal paha yang besar berada diatas tumit kaki yang berfungsi sebagi penyangga. Hal
ini menyebabkan otot-otot di daerah ini terpijit (refleksi). Pijatan ini bermanfaat untuk
melindungi diri dari penyakit saraf pangkal paha (neuralgia) yang terasa sakit, nyeri
7. Takhiyatul akhir
Gerakan dalam posisi ini kaki kiri dilipat dan kaki kanan dalam posisi menekuk
kelima jarinya. Pada posisi ini saraf yang terstimulasi kurang lebih sama dengan duduk
diantara dua sujud. Sirkulasi energi dihentikan karena tulang punggung dibengkokkan
dan pusat energi dibagian bawah diantara dubur dan kemaluan ditutup dengan ujung
tumit. Dengan demikian sirkulasi energi yang mengalir dari tulang ekor menjalar
ketulang punggung dan terus masuk ke otak dihentikan. Dan diakhiri dengan gerakan
Menurut Adi (1994) keteraturan shalat ialah setiap hari mengerjakan shalat lima
waktu dan tidak satupun yang ditinggalkan yaitu shalat subuh, shalat zhuhur, shalat ashar,
Menurut Adi (1994) dalam melaksanakan shalat secara teratur perlu adanya usaha
Shalat wajib lima waktu harus dilaksanakan dengan disiplin yaitu dengan
menepati waktu-waktu shalat yang telah ditentukan. Seseorang dikatakan disiplin bila
selalu melakukan shalat tepat waktu secara terus menerus, karena apabila sering
terlambat atau bermalas-malas dalam mengerjakan shalat akan dianggap gagal dalam
Kesadaran dan tanggung jawab sangat penting dalam melaksanakan shalat wajib
lima waktu. Kalau tidak diikuti kesadaran dan rasa tanggung jawab untuk menjalankan
shalat, maka akan menjadikan seseorang merasa sulit dan berat untuk memenuhi
kewajiban tersebut. Seolah-olah hanya terpaksa saja dan kurang ikhlas. Seseorang yang
memiiki kesadaran akan pentingnya shalat akan memandang shalat sebagai kebutuhan.
melaksanakan shalat dalam keadaan bagaimanapun juga, termasuk sakit atau dalam
perjalanan. Kekuatan niat dapat mengatasi pengaruh lingkungan yang bersifat negatif,
karena kalau tidak memilki kekuatan niat, tentu akan kurang kuat pula motivasi dan
gairahnya untuk menjalankan shalat, sehingga sering gagal dan menyerah saja pada
pengaruh lingkungan.
Menurut Ancok & Suroso (2001) ada beberapa aspek terapeutik yang terdapat
dalam ibadah shalat, antara lain: aspek olah raga, aspek meditasi, aspek auto-sugesti,
aspek kebersamaaan. Disamping itu shalat juga mengandung unsur relaksasi otot,
relaksasi kesadaran indera, aspek katarsis (Adi, 1994 & Haryanto 2005).
Ancok (2001) bila dikaitkan dengan shalat yang banyak rakaatnya (shalat
tahajud), maka tidak dapat dipungkiri bahwa shalat pun akan dapat menghilangkan
kecemasan. Kalau kita perhatikan shalat, maka mengandung unsur gerakan-gerakan olah
raga; mulai dari takbir, berdiri, ruku, sujud, duduk diantara dua sujud, duduk akhir
(atahiyat) sampai mengucapkan salam. Shalat yang dilakukan secara khusyuk, terutama
shalat pada malam hari (tahajud) akan membantu terciptanya rasa khusyuk tersebut.
merupakan latihan (olahraga) yang menjadikan badan ringan dan energik, menciptakan
sehingga dapat menghindarkan tubuh dari penyakit fisik dan psikis. Marzuq (dalam Al-
Moinuddin ( dalam Haryanto 2005) mengatakan bahwa dalam satu hari paling
sedikit kita melaksanakan tujuh belas rakaat yang terdiri atas sembilan belas posisi yang
terpisah pada tiap-tiap rakaatnya. Total ada 119 postur per hari atau 3.570 postur per
bulan atau 42.840 postur per tahun. Rata-rata umur orang dewasa empat puluh tahun,
maka telah melakukan 1.713.600 postur. Siapapun yang melaksanakan akan terlindung
2. Aspek meditasi
Zuroff (dalam Adi, 1994 & Subandi, 2003) mengatakan bahwa meditasi dapat
mengurangi kecemasan telah diselidiki oleh tokoh-tokoh sarjana Barat, seperti pada
konsentrasi yang dalam. Setiap muslim dituntut untuk melakukan hal tersebut yang di
dalam bahasa Arab adalah khusyuk. Kekhusyukan di dalam shalat tersebut adalah
meditasi.
Shalat juga memiliki efek seperti meditasi atau yoga tingkat tinggi bila dijalankan
dengan benar dan khusyuk. Dalam kondisi khusyuk seseorang hanya akan mengingat
Shalat seperti meditasi mempunyai efek yang mujizat terhadap seluruh sistem
tubuh kita seperti syaraf, peredaran darah, pernapasan, pencernaan, pengeluaran, otot-
otot, kelenjar, reproduksi dan lain-lain. Shalat juga sebagai meditasi yang dapat
melepaskan diri dari kesibukan dunia yang mencemaskan, untuk masuk ke dalam suasana
tenang walau sesaat pada waktu-waktu yang telah ditentukan secara teratur, untuk berdoa
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, sehingga dapat mengurangi kecemasan (Nizami,
1981).
3. Aspek auto-sugesti/self-hipnosis
Bacaan-bacaan dalam shalat berisi hal-hal yang baik, berupa pujian, mohon
ampun, doa, maupun permohonan yang lain, sesuai dengan arti shalat itu sendiri yaitu
doa (Ash-Shiddieqy, 1983). Teori hipnosis yang menjadi landasan dari salah satu teknik
Mengatakan hal-hal yang baik terhadap diri sendiri adalah mensugesti diri sendiri agar
memiliki sifat yang baik tersebut. Proses shalat pada dasarnya adalah terapi yang tidak
4. Aspek Kebersamaan
berjamaah (bersama orang lain), ditinjau dari segi psikologi kebersamaan itu sendiri
keterasingan dari orang lain adalah penyebab utama terjadinya gangguan jiwa, dengan
shalat berjamaah perasaan terasing dari orang lain itu akan hilang.
hubungan interpersonal antara sesama manusia yang senasib sederajat. Shalat yang
dilakukan berjamaah juga mempunyai efek terapi kelompok (group therapy), sehingga
perasaan cemas, terasing, takut menjadi nothing atau nobody akan hilang (Lingren, dalam
Haryanto, 2001).
5. Relaksasi otot
Shalat adalah proses yang menuntut sesuatu aktivitas fisik. Ibadah shalat juga
mempunyai efek seperti relaksasi otot, yaitu kontraksi otot, pijatan dan tekanan pada
bagian-bagian tubuh tertentu selama menjalankan shalat. Lehrer (dalam Adi, 1994)
kontraksi otot dan tekanan pada bagian-bagian tubuh tertentu selama menjalankan shalat
itu menyerupai proses relaksasi otot yang telah diselidiki oleh sarjana-sarjana Barat dan
dapat mengurangi kecemasan, tidak dapat tidur, mengurangi hiperaktivitas pada anak,
mengurangi toleransi sakit dan membantu mengurangi merokok bagi para perokok yanbg
menggunakan teknik relaksasi otot, relaksasi kesadaran indera dan yoga, hasilnya
atas (ruh), menghadap kepada Allah secara langsung tanpa ada perantara. Setiap bacaan
dan gerakan senantiasa dihayati dan dimengerti dan ingatannya senantiasa kepada Allah.
Arifin (dalam Haryanto, 2001) dalam bukunya Samudera Al-Fatihah, bahwa dalam shalat
Adi (1994) mengatakan bahwa dalam shalat, individu bisa langsung berdialog
dengan Sang Pencipta Yang Maha Mengetahui jadi bisa selalu katarsis (catharsis) dan
tidak lagi merasa terpencil, karena si individu akan menyadari dia sesungguhnya tidak
sendirian, paling sedikit masih ada Allah yang selalu memperhatikan dan menyertainya,
dan selalu bersedia memelihara dan menolongnya, dengan rasa kebersamaan ini
Satu hal yang tidak boleh dilupakan bahwa sebelum melakukan shalat, maka
syaratnya adalah terlebih dahulu wudhu dengan air kecuali kalau tidak ada air boleh
tayammum dengan debu. Menurut Adi (1985) dan Effendy (dalam Haryanto, 2001)
wudhu ternyata memiliki efek penyegaran (refreshing), membersihkan badan dan jiwa,
Menurut Santrock (2002) lansia disebut sebagai masa dewasa akhir, yang dimulai
pada usia 60-an dan diperluas sampai sekitar 120 tahun, memiliki rentang kehidupan
yang paling panjang dalam perkembangan manusia lima puluh tahun sampai enam puluh
tahun.
Menurut para ilmuan lain ( dalam Papalia, 2001) yang mempelajari tentang lansia
dan membaginya kedalam tiga kelompok yaitu: (1) usia tua muda (young old) berusia 65-
74 tahun, biasanya masih aktif dan fit; (2) usia tua (old old) berkisar antara usia 75-84
tahun dan; (3) usia lanjut (oldest old) berusia 85 tahun keatas telah mengalami kesulitan
dunia kesehatan lansia adalah individu yang berusia 55 tahun keatas. Menurut program
dunia kesehatan lanjut usia adalah individu yang berusia 55 tahun keatas. Definisi ini
berpatokan pada umur harapan hidup tahun 1955 yang berkisar 61-63 tahun dan umur
usia lebih banyak berkaitan dengan kehidupan pribadi seseorang daripada kehidupan
Hal ini sering diartikan sebagai perbaikan dan perubahan peran yang pernah
dilakukan didalam maupun diluar rumah. Mereka diharapkan untuk mencari kegiatan
sebagai pengganti tugas-tugas terdahulu yang menghabiskan sebagaian besar waktu kala
keluarga.
Pada usia ini, lansia sudah memasuki masa pensiun dan tidak bekerja lagi,
sehingga pemasukan yang ada hanya berasal dari dana pensiun maupun dari pemberian
anak-anak mereka.
Sebagaian besar orang lansia perlu mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan
peristiwa kematian suami atau istri. Kejadian seperti ini lebih menjadi masalah dengan
peristiwa kematian suami atau istri. Dimana kematian suami berarti berkurangnya
pendapatan dan timbul bahaya karena hidup sendiri dan melakukan perubahan dalam
aturan hidup.
Pada lansia, mereka membangun ikatan dengan anggota dari kelompok usia
mereka, untuk menghindari kesepian akibat ditinggalkan anak yang tumbuh besar dan
masa pensiun.
lansia mereka berusaha untuk mempertahankan dan mengatur kegiatan sehari-hari yang
mempunyai pengalaman lebih daripada orang yang lebih muda, sehingga peran lansia
biasanya diminta untuk memberi pendapat, masukan ataupun kritikan, dan partisipasi
lansia terhadap kehidupan sosial menurun biasanya disebabkan oleh masalah fisik.
Berikut ini ada beberapa masalah yang sering dihadapi oleh lansia sehubungan
dengan berbagai perubahan dan penurunan yang terjadi pada lanjut usia tersebut:
1. Masalah yang berhubungan dengan keadaan fisik. Keadaan fisik yang lemah dan
tak berdaya sehingga menyebabkan harus bergantung pada orang lain (Hurlock,
1999)
1999).
menggantikan suami atau istri yang telah meninggal, pindah ke panti dan peran
4. Masalah pensiun hal ini terkait dengan keadaan ekonomi, meskipun tujuan ideal
pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua (
Papalia, 2001).
terhadap berbagai penyakit. Pada lansia biasanya penyakit yang dialami berupa
(Santrock, 2002).
7. Masalah psikologis terutama muncul bila lansia tidak berhasil menemukan jalan
keluar masalah yang timbul sebagai akibat dari proses menua. Rasa tersisih, tidak
tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, depresi, dan post power syndrome, the
8. Masalah seksual, bagi lansia yang masih mempunyai pasangan sering terjadi
masalah dalam aktivitas seksual. Hal ini disebabkan oleh penyakit yang mungkin
diserita salah satu pasangan hidup lansia tersebut atau karena suami mengalami
meningkat, kurang gairah, kurang mampu menghadapi tekanan (stress), merasa rendah
diri, mudah tersinggung dan merasa tidak berguna lagi. Keadaan seperti ini tentunya akan
membuat kondisi emosi yang dirasakan akan semakin tidak stabil, apalagi diikuti dengan
ketidakberhasilan menemukan jalan keluar dari masalah yang timbul sebagai akibat dari
Satu dari beberapa penelitian yang berdasarkan pengalaman emosi dan usia yang
dilakukan oleh Malatesta dan Kalnok (1984) (dalam Robert dkk, 2004). Mereka
melakukan survey terhadap 240 orang kulit putih yang berasal dari kelas menengah yang
dibagi kedalam 3 kategori usia 17-34, 35-56, dan 57-88. Mereka menemukan
bahwasanya tidak ada kecenderungan untuk responden-responden yang lebih tua (usia 66
tahun) untuk lebih memiliki respon-respon yang negatif. Mereka juga menemukan lebih
gender kecil kebanyakan responden-responden tua tidak merasa bahwa emosi mereka
berubah seiring berjalannya usia. Pengalaman emosi sama pentingnya antara orang-orang
usia tua dengan usia menengah tetapi tidak terlalu penting bagi orang-orang dewasa usia
dewasa didalam seluruh kategori seluruh usia. Sebagai contoh 55% dari dewasa muda
dengan 66% pada usia menengah dan 79% pada usia tua. Disisi lain masalah-masalah
personal losses menyebabkan kesedihan 45% dewasa muda, 34% usia menengah dan
21% untuk usia dewasa akhir. Penemuan ini menyarankan bahwasanya kesehatan
menjadi sumber yang lebih besar atas kesedihan berdasarkan usia tetapi asumsi
bahwasanya personal lossess menjadi masalah yang lebih sering ditemukan terhadap
menjadi masalah utama yang membuat keadaan emosional pada lansia menjadi lebih
C. EMOSI
1. Pengertian Emosi
Emosi berasal dari bahasa latin movere yang artinya menggerakkan, sehingga
emosi berarti sesuatu yang mendorong terjadinya perubahan suatu keadaan (Kalat, 2005).
Emosi menurut Goleman (2004) ialah pergolakan pikiran dan perasaan, termasuk setiap
keadaan mental yang hebat, meluap-luap dan berujung pada timbulnya suatu perasaan
Sementara itu, Preez (dalam Martin, 2003) menjelaskan emosi dalam tiga
pengertian. Pertama, emosi adalah suatu reaksi tubuh menghadapi situasi tertentu. Kedua,
emosi adalah hasil proses persepsi terhadap situasi. Ketiga, hasil reaksi kognitif (berpikir)
Pengertian emosi lebih lengkap dijelaskan oleh Atkinson dan Hilgard (2003)
emosi merupakan suatu keadaan psikologis yang disebabkan oleh peristiwa, objek atau
orang yang secara khusus meliputi penilaian secara kognitif (interpretasi individu
kecenderungan berpikir dan bertindak (individu berpikir tentang respon emosi apa yang
akibat emosi yang muncul seperti detak jantung, pernapasan dan tekanan darah), ekspresi
wajah (emosi yang dirasakan dapat ditunjukkan melalui ekspresi wajah, yang terlihat dari
mata, bibir, hidung, dll) dan respon terhadap emosi (bagaimana individu menunjukkan
Frijda (dalam Pluutchick, 1994) mengemukakan bahwa emosi timbul ketika suatu
peristiwa memiliki makna pribadi bagi individu, atau jika situasi tersebut dapat
sebagai perubahan kesiapan tindakan yang ditimbulkan oleh kejadian yang berarti. Ketika
perasaan yang timbul sebagai respon terhadap stimulus tertentu yang melibatkan
pengalaman subjektif, respon fisiologis dan ekspresi yang dapat diamati, serta juga
melibatkan penilaian secara kognitif, kecenderungan berpikir dan bertindak serta respon
terhadap emosi.
2 Jenis-Jenis Emosi
1) Gembira
keadaan fisik yang sehat atau keberhasilan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ada
berbagai macam ekspresi kegembiraan, dari yang tenang sampai meluap-luap. Seiring
dengan bertambahnya usia, lingkungan sosial akan memaksa individu untuk mampu
Rangsangan yang menimbulkan emosi ingin tahu sangat banyak. Contohnya sesuatu
hal yang aneh dan baru akan menyebabkan seseorang berusaha mencari tahu hal tersebut
3) Cinta
Perasaan yang melibatkan rasa kasih sayang baik terhadap benda maupun manusia
4) Bangga
Suatu perasaan yang dapat meningkatkan identitas ego seseorang misalnya dengan
cara berhasil mencapai sesuatu yang bernilai atau dapat mewujudkan keinginan, seperti
1) Marah
Emosi marah pada umumnya ditimbulkan oleh berbagai macam rintangan terhadap
aktivitas dan keinginan yang dapat berasal dari orang lain maupun ketidakmampuan diri
sendiri. Selain itu, marah juga dapat muncul karena kejengkelan yang bertumpuk. Reaksi
kemarahan secara garis besar dapat dibagi menjadi dua yaitu impulsif dan ditekan. Rasa
Rasa marah merupakan emosi yang paling sulit untuk diterima dan diungkapkan (Lazarus
Sedih adalah bentuk yang lebih ringan dari trauma psikis yang disebabkan oleh
hilangnya sesuatu yang dicintai atau kegagalan mewujudkan keinginan. Bentuk yang
lebih berat dari sedih disebut depresi. Perbedaan antara sedih dan depresi adalah sedih
dapat dilihat dengan ciri khasnya yaitu cara berpikir yang tidak realistis, sering merasa
diri tidak berharga, sering merasa bersalah terhadap sesuatu yang sesungguhnya dia tidak
bertanggung jawab dan ada kemungkinan untuk melukai diri sendiri serta mengakhiri
3) Takut
Emosi takut merupakan reaksi dari rangsangan yang terjadi secara tiba-tiba dan
mengancam serta tidak memiliki kesempatan untuk menyesuaikan diri dengan situasi
tersebut. Rasa takut juga muncul jika seseorang tidak bisa melakukan sesuatu sebaik yang
4) Cemburu
Cemburu merupakan emosi yang biasanya dirasakan seseorang saat orang yang
dicintai mengalihkan perhatian dan cintanya kepada orang lain (Saarni dalam Lafreniere,
1999).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa emosi terbagi dua yaitu emosi
positif (seperti gembira, rasa ingin tahu, cinta dan bangga) dan emosi negatif (seperti
Regulasi emosi ialah kapasitas untuk mengontrol dan menyesuaikan emosi yang
timbul pada tingkat intensitas yang tepat untuk mencapai suatu tujuan. Regulasi emosi
yang tepat meliputi kemampuan untuk mengatur perasaan (regulate feeling), reaksi
(Eisenberg et al., dalam Garnefski et al.. 2002: 404 dalam Karista, 2005)
memulai, mengatur, memodulasi, atau mengubah kejadian, intensitas, atau durasi dari
kondisi perasaan internal yang melibatkan aspek kognitif, perilaku dan fisiologis untuk
mencapai tujuan.
Sementara itu, Gross (1999) menyatakan bahwa regulasi emosi ialah strategi yang
dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar untuk mempertahankan, memperkuat atau
mengurangi satu atau lebih aspek dari respon emosi yaitu pengalaman emosi dan
meningkatkan emosi yang dirasakannya baik positif maupun negatif. Selain itu,
Sedangkan menurut Gottman dan Katz (dalam Wilson, 1999) regulasi emosi
merujuk pada kemampuan untuk menghalangi perilaku tidak tepat akibat kuatnya
intensitas emosi positif atau negatif yang dirasakan, dapat menenangkan diri dari
pengaruh psikologis yang timbul akibat intensitas yang kuat dari emosi, dapat
memusatkan perhatian kembali dan mengorganisir diri sendiri untuk mengatur perilaku
yang tepat untuk mencapai suatu tujuan. Walden dan Smith (dalam Eisenberg, Fabes,
Reiser & Guthrie 2000) menjelaskan bahwa regulasi emosi merupakan proses menerima,
dirasakan, proses fisiologis yang berhubungan dengan emosi, ekspresi wajah serta
Thompson (dalam Eisenberg, Fabes, Reiser & Guthrie 2000) mengatakan bahwa
regulasi emosi terdiri dari proses intrinsik dan ekstrinsik yang bertanggung jawab untuk
dan bentuk reaksinya untuk mencapai suatu tujuan. Regulasi emosi yang efektif meliputi
Aspek penting dalam regulasi emosi ialah kapasitas untuk memulihkan kembali
keseimbangan emosi meskipun pada awalnya seseorang kehilangan kontrol atas emosi
yang dirasakannya. Selain itu, seseorang hanya dalam waktu singkat merasakan emosi
yang berlebihan dan dengan cepat menetralkan kembali pikiran, tingkah laku, respon
fisiologis dan dapat menghindari efek negatif akibat emosi yang berlebihan
suatu proses intrinsik dan ekstrinsik yang dapat mengontrol serta menyesuaikan emosi
yang muncul pada tingkat intensitas yang tepat untuk mencapai suatu tujuan yang
meliputi kemampuan mengatur perasaan, reaksi fisiologis, cara berpikir seseorang, dan
respon emosi (ekspresi wajah, tingkah laku dan nada suara) serta dapat dengan cepat
Individu dikatakan mampu melakukan regulasi emosi jika memiliki kendali yang
cukup baik terhadap emosi yang muncul. Kemampuan regulasi emosi dapat dilihat dalam
a. Kendali diri, dalam arti mampu mengelola emosi dan impuls yang merusak dengan
efektif
tantangan
Menurut Martin (2003) ciri-ciri individu yang memiliki regulasi emosi ialah :
b. Mampu mengubah emosi negatif menjadi proses belajar dan kesempatan untuk
berkembang
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri individu yang dapat
melakukan regulasi emosi ialah memiliki kendali diri, hubungan interpersonal yang baik,
sikap hati-hati, adaptibilitas, toleransi terhadap frustasi, pandangan yang positif, peka
terhadap perasaan orang lain, melakukan introspeksi dan relaksasi, lebih sering
merasakan emosi positif daripada emosi negatif serta tidak mudah putus asa.
Menurut Gratz dan Roemer (2004) ada empat aspek yang digunakan untuk
yang dapat mengurangi emosi negatif dan dapat dengan cepat menenangkan diri
tidak terpengaruh oleh emosi negatif yang dirasakannya sehingga dapat tetap
mengontrol emosi yang dirasakannya dan respon emosi yang ditampilkan (respon
fisiologis, tingkah laku dan nada suara), sehingga individu tidak akan merasakan
menerima suatu peristiwa yang menimbulkan emosi negatif dan tidak merasa
Garnefski et al. (2001) (Dalam Karista, 2005) mengemukakan bahwa regulasi emosi
melibatkan aspek biologis, sosial, perilaku, dan proses kognitif baik yang disadari
maupun yang tidak disadari. Menarik napas panjang ketika stress merupakan contoh
regulasi emosi dalam aspek biologis. Dalam aspek sosial, regulasi emosi dilakukan
dengan membangun hubungan interpersonal dengan orang lain dan mencari sumber
dukungan. Dalam aspek perilaku, emosi diregulasi dengan melakukan berbagai perilaku
yang bertujuan agar kondisi yang dialami seseorang tidak memberikan pengaruh negatif
pada dirinya. Terakhir emosi dapat diregulasi melalui proses kognitif tidak sadar (seperti:
Setiap individu memiliki cara yang berbeda dalam melakukan regulasi emosi.
Menurut Gross (1998) ada dua strategi dalam melakukan regulasi emosi, yaitu :
a. Antecedent-focused strategy
muncul dan terjadi sebelum seseorang memberi respon terhadap emosi. Antecedent-
focused merupakan strategi dalam regulasi emosi dengan mengubah cara berpikir
seseorang menjadi lebih positif dalam menafsirkan atau menginterpretasi suatu peristiwa
yang menimbulkan emosi. Oleh karena itu, strategi ini disebut juga dengan cognitive
b. Respon-focused strategy
ekspresi emosi berlebihan yang meliputi ekspresi wajah, nada suara dan perilaku. Strategi
ini disebut juga dengan expressive suppression. Respon-focused strategy hanya efektif
untuk menghambat respon emosi yang berlebihan, namun tidak membantu mengurangi
membuat seseorang menjadi tidak jujur dengan dirinya sendiri dan orang lain tentang apa
yang mereka rasakan serta akan menimbulkan perasaan negatif, daripada individu yang
focused strategy lebih efektif sebagai strategi regulasi emosi daripada respon-focused
strategy.
Menurut Gross (2001) regulasi emosi dapat dilakukan individu dengan banyak
cara, yaitu:
a. Situation selection
Suatu cara dimana individu mendekati/menghindari orang atau situasi yang dapat
nonton dengan temannya daripada belajar pada malam sebelum ujian untuk
b. Situation modification
Suatu cara dimana seseorang mengubah lingkungan sehingga akan ikut mengurangi
pengaruh kuat dari emosi yang timbul. Contohnya, seseorang yang mengatakan
kepada temannya bahwa ia tidak mau membicarakan kegagalan yang dialaminya agar
c. Attention deployment
Suatu cara dimana seseorang mengalihkan perhatian mereka dari situasi yang tidak
seseorang yang menonton film lucu, mendengar musik atau berolahraga untuk
d. Cognitive change
Suatu strategi dimana individu mengevaluasi kembali situasi dengan mengubah cara
berpikir menjadi lebih positif sehingga dapat mengurangi pengaruh kuat dari emosi.
Contohnya, seseorang yang berpikir bahwa kegagalan yang dihadapi sebagai suatu
e. Respon modulation
Usaha individu untuk mengatur dan menampilkan respon emosi yang tidak
respon modulation.
Williams dari Universitas Duke mengatakan bahwa latihan fisik khususnya yang
mengandung nilai relaksasi seperti meditasi dan hatha yoga dapat mempengaruhi
Selain faktor diatas, ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi kemampuan
a. Usia
adanya peningkatan kemampuan regulasi emosi, dimana semakin tinggi usia seseorang
seseorang menyebabkan ekspresi emosi semakin terkontrol (Maider dalam Coon, 2005).
emosi tanpa bantuan orang lain terus meningkat sejalan dengan bertambahnya usia.
Selain itu, kemampuan untuk mengevaluasi kontrolabilitas dari suatu stressor dan
b. Jenis Kelamin
mengekspresikan emosi baik verbal maupun ekspresi wajah sesuai dengan gendernya.
cemas dan menghindari mengekspresikan emosi marah dan bangga yang menunjukkan
perbedaan dalam tujuan laki-laki dan perempuan mengontrol emosinya. Perempuan lebih
tampak lemah dan tidak berdaya. Sedangkan laki-laki lebih mengekspresikan marah dan
bahwa wanita lebih dapat melakukan regulasi terhadap emosi marah dan bangga,
sedangkan laki-laki pada emosi takut, sedih dan cemas (Fischer dalam Coon, 2005).
Menurut Brenner dan Salovey (1997) mengatakan bahwa wanita lebih sering
berusaha mencari dukungan social untuk menghadapi distress sedangkan pria lebih
memilih melakukan aktivitas fisik untuk mengurangi distress. Selain itu, dibanding pria,
c. Religiusitas
Seseorang yang tinggi tingkat religiusitasnya akan berusaha untuk menampilkan emosi
yang tidak berlebihan bila dibandingkan dengan orang yang tingkat religiusitasnya
d. Kepribadian
suka gelisah, sering merasa cemas, panik, harga diri rendah, kurang dapat mengontrol diri
dan tidak memiliki kemampuan coping yang efektif terhadap stres akan menunjukkan
tingkat regulasi emosi yang rendah (Cohen & Armeli dalam Coon, 2005).
e. Pola Asuh
Beberapa cara yang dilakukan orang tua dalam mengasuh anak dapat membentuk
kemampuan anak untuk meregulasi emosinya. Parke (dalam Brenner & Salovey, 1997)
diantaranya melalui: pendekatan tidak langsung dalam interaksi keluarga (antara anak
dengan orang tua); teknik teaching dan coaching; dan mencocokkan kesempatan dalam
lingkungan.
f. Budaya
Norma atau belief yang terdapat dalam kelompok masyarakat tertentu dapat
mempengaruhi cara individu menerima, menerima, menilai suatu pengalaman emosi, dan
menampilkan suatu respon emosi. Dalam hal regulasi emosi apa yang dianggap sesuai
berinteraksi dengan orang lain dan dalam cara ia meregulasi emosi (Lazarus, 1991).
g. Individual Dispositional
Brenner & Salovey (1997) menjelaskan bahwa karakteristik kepribadian seperti trait
menghindar dalam mengatasi kondisi distress dibanding anak yang tidak mengalami
depresi.
emosi dan respon fisiologis yang sesuai dengan situasi yang dialami (Gross, 1999).
Merupakan seberapa sering individu melakukan regulasi emosi dengan berbagai cara
Jika trait kepribadian yang dimiliki seseorang mengacu pada apa yang dapat individu
D. Jantung Koroner
Penyakit akibat dari penyempitan dan penyumbatan arteri koroner yang berfungsi
untuk menyuplai jantung dengan darah yang penuh dengan oksigen. Peredaran darah
menjadi tersumbat dengan adanya plak. Kondisi ini disebut atherosclerosis (Sarafino,
2006).
jantung. (Soeharto,2000).
Terdapat beberapa faktor risiko penyakit jantung yaitu faktor risiko alami dan
1. Keturunan.
Hasil studi para pakar ilmu kesehatan menunjukkan bahwa berbagai penyakit
Keturunan mengambil peranan penting dalam menentukan risiko alamiah dari PJK.
dibawah umur 55 tahun menunjukkan bahwa ada anggota lain dari keluarga tersebut
2. Jenis Kelamin.
Penyakit jantung bukan monopoli orang laki-laki. Perempuan pun dapat terkena
juga. Memang betul lebih banyak laki-laki yang terkena serangan jantung daripada
perempuan dan dalam usia yang lebih muda. Penelitian menunjukkan bahwa perempuan
sebelum fase menopouse memiliki risiko serangan jantung lebih rendah daripada laki-
laki. Hal ini disebabkan oleh hormon estrogen yang bersifat melindungi terhadap
dan kolesterol, sehingga menghasilkan kadar HDL tinggi dan LDL rendah. Karena itu
pada pemeriksaan darah umumnya perempuan memiliki kadar HDL lebih tinggi daripada
laki-laki. Karena itulah, risiko PJK pada perempuan lebih rendah daripada laki-laki
(Soeharto, 2000).
3. Umur.
Jelas sekali umur merupakan faktor yang amat berpengaruh terhadap terjadinya
pengendapan aterosklerosis pada arteri koroner. Saluran arteri koroner ini dapat
dibandingkan dengan saluran pipa leding, yaitu makin tua umurnya makin besar
terkena PJK. Misalnya, pada mereka yang pernah terkena serangan jantung,
kemungkinan terkena lagi lebih besar dibandingkan dengan mereka yang belum
1. Riwayat keluarga
Hasil studi para pakar ilmu kesehatan menunjukkan bahwa berbagai penyakit
Keturunan mengambil peranan penting dalam menentukan risiko alamiah dari PJK.
dibawah umur 55 tahun menunjukkan bahwa ada anggota lain dari keluarga tersebut
Jika orang tua meninggal karena serangan jantung atau stroke, maka risiko akan
semakin tinggi. Hal ini berkaitan erat dengan faktor genetik. Eksperimen menunjukkan
sekitar 5 sampai 10 persen bayi yang baru lahir mempunyai kadar kolesterol yang lebih
tinggi dari biasa. Banyak diantaranya tidak berbahaya, dan dalam waktu yang cukup
lama, dapat juga kembali normal. Tetapi ada beberapa orang yang mempunyai apa yang
kecenderungan darah berkadar kolesterol yang tinggi. Nasib orang seperti ini memang
2. Olahraga
Olahraga menyebabkan sel-sel otot dan organ hati menjadi lebih peka (sensitif)
terhadap insulin. Sebagai hasilnya organ diatas dapat menggunakan atau menyimpan
glukose lebih efektif, sehingga dapat membantu menurunkan kadar glukose. Keadaan ini
dapat berlangsung untuk beberapa jam setelah melakukan olahraga. Namun demikian,
perlu diingat bahwa meningkatnya kepekaan insulin akan hilang setelah beberapa hari
melakukan olahraga. Manfaat latihan diatas akan hilang bila berhenti 3-4 hari. Keadaan
berkesinambungan (Soeharto,2000).
3. Umur
Jelas sekali umur merupakan faktor yang amat berpengaruh terhadap terjadinya
pengendapan aterosklerosis pada arteri koroner. Saluran arteri koroner ini dapat
dibandingkan dengan saluran pipa leding, yaitu makin tua umurnya makin besar
4. Merokok
Keadaan jantung dan paru-paru mereka yang merokok tidak akan dapat bekerja
secara efisien. Mereka mempunyai risiko yang tinggi terhadap PJK, stroke, bronkhitis
Dalam beberapa dekade belakangan ini semakin banyak bukti yang menyatakan
bahwa mengisap rokok adalah salah satu penyebab utama seseorang menderita penyakit
Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan salah satu faktor risiko PJK.
Jikalau dibiarkan tanpa perawatan yang tepat, dapat timbul komplikasi yang berbahaya.
Penderita sering tidak menyadari selama bertahun-tahun sampai terjadi komplikasi besar
6. Kegemukan
Obesitas atau kegemukan adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan adanya
penumpukan lemak tubuh yang melebihi batas normal (Soeharto, 2000). Hubungan di
antara badan yang terlalu gemuk dengan penyakit sudah jelas. Pertambahan berat badan
biasanya ditimbulkan oleh karbohidrat dan lemak yang terlalu banyak. Lebih banyak
orang yang timbangan badannya terlalu berat menderita penyakit jantung koroner
(Knight, 1996).
7. Jenis Kelamin
Penyakit jantung bukan monopoli orang laki-laki. Perempuan pun dapat terkena
juga. Memang betul lebih banyak laki-laki yang terkena serangan jantung daripada
perempuan dan dalam usia yang lebih muda. Penelitian menunjukkan bahwa perempuan
sebelum fase menopouse memiliki resiko serangan jantung lebih rendah daripada laki-
laki. Hal ini disebabkan oleh hormon estrogen yang bersifat melindungi terhadap
penyakit jantung koroner dan sering dinamakan kolesterol jahat. LDL di dalam darah
dapat mengendap di dinding arteri menjadi padat yang terdiri dari campuran kalsium,
fibers, dan zat-zat lain yang kesemuanya disebut plak (plaque). Terbentuknya plak
tetapi saluran darah arterinya sering tersumbat oleh plak tersebut. Ini disebut CHD
(Coronary Hearth Disease). Makin besar kadar LDL didalam darah, resiko PJK semakin
9. Stress
Stress dianggap merupakan salah satu faktor risiko dari PJK, meskipun belum
dapat diukur berapa besar pengaruh tersebut memicu timbulnya PJK. Deskripsi yang
paling mendekati ialah suatu keadaan mental yang nampak sebagai kegelisahan,
kekhawatiran, tensi tinggi, keasyikan yang abnormal dengan suatu dorongan atau sebab
ambisius, kemauan keras, mencapai sasaran super dan mereka yang umumnya sulit
menjadi puas atau senang ternyata lebih mudah mendapatkan penyakit jantung koroner
daripada kepribadian Tipe B, yang dicontohkan sebagai orang-orang yang lebih mudah
merasa beruntung, tidak terlalu ambisius, dan mudah puas. Tingkat stress yang tinggi
dapat menyebabkan serangan jantung, teristimewa kalau faktor risiko koronber lainnya
Diabetes menyebabkan faktor risiko terhadap PJK yaitu bila kadar glukosa darah
naik, terutama bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama karena gula darah
(glucose) tersebut dapat menjadi racun terhadap tubuh, termasuk sistem kardiovaskular.
Pasien dengan diabetes cenderung mengalami serangan jantung pada usia yang masih
Yang dapat menyebabkan penyakit jantung antara lain sejarah keluarga tentang
penyakit jantung, tekanan darah tinggi, tingginya level kolesterol LDL dan low HDL,
b. Emosi negatif
Berdasarkan hasil penelitian, baik pria atau wanita yang memiliki level yang
tinggi pada depresi, dan kecemasan cenderung lebih rentan terkena penyakit jantung. Ada
dua alasan yang dapat menjelaskan hal ini, yang pertama saat emosi negatif terjadi, maka
gaya hidup sehat berkurang. Alasan kedua jika emosi negatif berdampak pada psikologis
yang dapat menyebabkan penyakit jantung, Orang-orang dengan tipe kepribadian A juga
lebih cenderung terkena penyakit jantung. Sebab mereka adalah orang-orang yang reaktif,
Menurut Sarafino (2006) beberapa faktor risiko dari penyakit jantung koroner
telah diidentifikasi dan beberapa diantaranya digolongkan menjadi dua faktor yaitu faktor
yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat dirubah. Faktor yang tidak dapat diubah
seperti status pendidikan, mobilitas sosial, kelas sosial, usia, gender, sejarah keluarga, ras
dan lain-lain, dan faktor yang dapat diubah seperti perilaku merokok, obesitas, gaya
Menurut Knight (1996) Ciri-ciri serangan jantung pada umumnya nyata dan jelas.
Inilah tanda yang paling umum, dan dialami setiap kali terjadinya serangan
jantung. Ini sama dengan oklusi koroner. Artinya pembuluh nadi koroner tersumbat
Variasi sakit tersebut terjadi sangat besar, dan terjadi secara tiba-tiba. Terjadi di
sembarang waktu siang atau malam. Biasanya terjadi di bagain depan dada, pada
2. Shock
Shock adalah satu hal yang biasa terjadi pada orang yang mengalami infark dan
terjadi pada setiap tahap. Gejala umum dari shock termasuk rasa lemah dan pusing, atau
pingsan. Ada juga yang lebih kentara dan parah. Kulitnya pucat, dingin dan basah.
Apabila itu shock kardiak maka keadaan orang itu parah, dan sering membawa maut.
Gejala ini terasa pada setiap kali ada infark, dan muncul dengan tiba-tiba dan
sangat berbahaya. Itu terjadi karena jantung tidak mampu melakukan tugasnya pada saat
aksi datang secara mendadak, dan gagal melakukan tugasnya secra normal.
yang bebas dari irama jantung normal, disebut extra systolis, sering terjadi dan
kemudian akan terus tidak teratur baik kecepatan maupun kekuatannya, ini disebut
atrial fibrillation.
yang dirasakan dan ditampilkan sesuai dengan tuntutan lingkungan (Denham dalam
Coon, 2005). Saat melakukan regulasi emosi, seseorang belajar untuk mengurangi atau
Menurut Krause (dalam Coon, 2005), salah satu faktor yang mempengaruhi
regulasi emosi seseorang adalah religiusitas. Seseorang yang tinggi tingkat religiusitasnya
akan berusaha untuk menampilkan emosi yang tidak berlebihan bila dibandingkan
dengan orang yang tingkat religiusitasnya rendah. Drikarya (dalam Widiyanta, 2005)
dilaksanakan yang berfungsi untuk mengikat dan mengutuhkan seseorang atau kelompok
orang dalam hubungannya dengan Tuhan atau sesama manusia serta alam sekitarnya.
agamanya. Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa religiusitas adalah suatu
penghayatan ajaran agama yang mengarah kepada ketaatan dan komitmen seseorang
dalam melaksanakan ajaran agamanya. Menurut Glock dan Stark (dalam Ancok dan
Suroso, 2005) religiusitas sendiri memiliki lima dimensi dan salah satunya adalah
dimensi praktek agama. Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal
yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya.
shalat, puasa, zakat, haji, membaca Al-Quran, doa, zikir, ibadah kurban, iktikaf di masjid
antara kegiatan fisik, mental, dan spiritual. Tidak hanya itu, shalat mampu memberikan
makna tak hanya bagi diri individu, tetapi juga bagi hubungan antara manusia dengan
Tuhannya dan hubungan sosial manusia yang satu dengan yang lain. Tegaknya shalat
berarti menyatukan pikir (akal, emosi), mental (spiritual, keikhlasan) dan lahir (fisik,
perbuatan) dalam satu titik keseimbangan yang harmonis, sehingga dapat dikatakan
Shalat dengan gerakan tubuh dan waktunya yang teratur sangat bermanfaat untuk
tubuh, sekaligus ia merupakan ibadah ruhiyah. Dzikir, tilawah dan doa-doanya sangat
penemuan mutakhir yang menyatakan bahwa kesehatan tubuh dan penyakit sebenarnya
berasal dari penyakit jiwa, dan banyak penyakit tubuh sesungguhnya dapat disembuhkan
melalui ketenangan jiwa, maka shalat dapat dilihat sebagi sarana kesehatan tubuh juga
(Banna dalam Nurdin, 2006). Menurut Sholeh (2006) Shalat jika dilakukan secara
kontinu, tepat gerakannya, khusyuk dan ikhlas, secara medis sholat itu menumbuhkan
nya yang berupa persepsi dan motivasi positif, serta dapat mengefektifkan kemampuan
Shalat seperti meditasi mempunyai efek yang mujizat terhadap seluruh sistem
tubuh kita seperti syaraf, peredaran darah, pernapasan, pencernaan, pengeluaran, otot-
otot, kelenjar, reproduksi dan lain-lain. Shalat juga sebagai meditasi yang dapat
melepaskan diri dari kesibukan dunia yang mencemaskan, untuk masuk ke dalam suasana
tenang walau sesaat pada waktu-waktu yang telah ditentukan secara teratur, untuk berdoa
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, sehingga dapat mengurangi kecemasan (Nizami,
1981). Shalat membuat jiwa menjadi tenang, tidak gelisah, takut atau khawatir,
membawa keteguhan hati dan sikap optimis serta ketenangan jiwa (Rafiudin & Zainudin
2004). Hal ini sejalan dengan pendapat Hasan (2000) mengatakan salah satu hikmah
shalat yaitu sebagai penenang jiwa orang resah gelisah. Basyarahil (2001) juga
batin.
kesimpulan bahwa keteraturan shalat lima waktu memiliki hubungan dengan regulasi
emosi.
F. Kerangka Berfikir
Lansia
Perubahan/Masalah
Emosi Negatif
Karakteristik Lansia Karakteristik PJK
Cemas
Emosi Negatif
Budaya
Cara Mengatasi
Jenis kelamin
Usia
Regulasi Emosi
Religiusitas Praktek Agama
Dll.
Shalat
Keteraturan Shalat
Khusyuk Gerakan
Keterangan Gambar:
Terdiri dari
Penyebab
G. Hipotesis
hipotesa penelitian adalah : Ada Hubungan positif antara keteraturan shalat lima waktu
dengan regulasi emosi pada lansia penderita jantung koroner. Semakin teratur shalat lima
waktu lansia penderita jantung koroner maka semakin meningkat kemampuan regulasi
emosinya.