TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teripang
tetapi tidak semua jenis teripang mempunyai duri pada kulitnya. Duri-duri pada
teripang tersebut sebenarnya merupakan rangka atau skelet yang tersusun dari zat
Teripang laut memiliki tubuh bulat panjang atau silindris, dengan mulut
berada di ujung dan dubur di ujung lainnya. Mengingat bentuknya yang bulat
panjang atau silindris menyerupai mentimun, maka teripang laut juga dikenal
sebagai sea cucumber. Mulutnya dikelilingi oleh 20 tentakel atau lengan peraba
tentakel ini terdapat gigi yang tersusun seperti lampu yang disebut lentera
aristoteles. Tubuh seperti berlemak, tipis atau tebal dan licin, dengan kulit halus
atau berbintil. Punggung lurus dengan 3-6 lingkaran tak beraturan, sedangkan
pada bagian perut yang pipih atau rata dijumpai banyak kaki tabung. Warna
tubuh teripang bervariasi, ada yang hitam, cokelat dan abu-abu. Teripang bergerak
6
Universitas Sumatera Utara
Filum/Divisi : Echinodermata
Kelas/Class : Holothuroidea
dua sehingga alat kelamin jantan dan betina terletak pada individu yang berlainan.
Jenis kelamin ini dapat diketahui bila dilakukan pembedahan, karena untuk
berwarna putih seperti cairan susu sedangkan kelamin betina bulat berwarna
biasanya di dalam air. Telur yang sudah dibuahi akan tenggelam dan menetas
Pentactula setelah fase larva dan terakhir menjadi teripang muda dengan kurun
pasang surut yang dangkal sampai perairan yang lebih dalam. Teripang umumnya
menempati ekosistem terumbu karang dengan perairan yang jernih, bebas dari
polusi, air relatif tenang dengan mutu air cukup bagus (Wibowo, dkk., 1997).
Cara hidup teripang ada yang berkelompok dan ada pula yang hidup soliter
7
Universitas Sumatera Utara
detritus, diatomi, protozoa, nematoda, dan juga foraminifera, radiolaria, dan
Madura, Bali, Lombok, Aceh, Bengkulu, Bangka, Riau dan sekitarnya, Belitung,
Teripang atau gamat telah dikenal dan dimanfaatkan sejak lama oleh
bangsa Cina sebagai makanan mewah dan juga obat tradisional. Teripang
dinilai sebagai ginseng laut (Widodo, 2013). Masyarakat Indonesia juga telah
khususnya kalsium, magnesium, zat besi, zinc, fosfor, natrium, kalium (Bordbar,
dkk., 2011). Kandungan nutrisi teripang dalam kondisi kering terdiri dari protein
sebanyak 82%, lemak 1,7%, kadar air 8,9%, kadar abu 8,6% dan karbohidrat 4,8%
(Martoyo, dkk., 2006). Kandungan kimia teripang dalam keadaan basah yaitu 44 -
8
Universitas Sumatera Utara
antitrombosis. Manfaat pengobatan dari teripang ini dapat dihubungkan oleh
teripang adalah saponin. Saponin adalah suatu glikosida alami yang tersebar luas
pada tumbuhan tinggi, tetapi dijumpai juga pada hewan seperti invertebrata laut
(Podolak, dkk., 2010). Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat
Saponin terdiri dari bagian glikon dan aglikon. Bagian aglikon dapat
memiliki struktur steroid atau triterpenoid (Podolak, dkk., 2010). Steroid adalah
Steroid dahulu dianggap sebagai senyawa satwa, tetapi pada tahun-tahun terakhir
ini makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan
(Harborne, 1987).
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik,
yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang rumit, kebanyakan berupa
alkohol, aldehida, atau asam karboksilat. Mereka berupa senyawa tidak berwarna,
berbentuk kristal, sering kali bertitik leleh tinggi dan aktif optik, yang umumnya
sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya. Uji yang banyak digunakan
9
Universitas Sumatera Utara
senyawa, yaitu triterpena sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung
(Harborne, 1987).
2.2. Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia
yang di ekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang
tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain (Depkes RI,
2000).
yaitu:
1. Cara dingin
a. Maserasi
b. Perkolasi
10
Universitas Sumatera Utara
sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada
2. Cara panas
a. Refluks
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
b. Sokletasi
c. Digesti
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara
d. Infundasi
air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur
e. Dekoktasi
11
Universitas Sumatera Utara
2.3. Ekstraksi Cair-Cair
(biasanya dalam air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (biasanya
pelarut organik), yang pada hakikatnya tidak tercampurkan, pada proses ini terjadi
pemindahan satu atau lebih zat terlarut (solute) kedalam pelarut yang kedua
yang dapat dilakukan dengan cara mengocok-ngocok dalam sebuah corong pisah
secara kovalen dengan substituen yang bersifat nonpolar atau agak polar.
Pelarut organik yang dipilih untuk ekstraksi pelarut ialah pelarut yang
mempunyai kelarutan yang rendah dalam air (<10%), dapat menguap sehingga
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan salah satu metode uji
bersifat toksik dari bahan alam. Metode ini dapat digunakan sebagai bioassay
guided fractionation dari bahan alam karena mudah, cepat, murah, dan cukup
12
Universitas Sumatera Utara
aktivitasnya dimonitor dengan BSLT menunjukkan adanya korelasi terhadap
LC50 nya lebih kecil atau sama dengan 1000 mcg/ml (Harmita, dkk., 2008).
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) adalah pengujian yang sederhana, ini
didasari pada kemampuan membunuh dari senyawa yang diuji pada organisme
zoologi yaitu Artemia salina. BSLT digunakan secara luas untuk mengevaluasi
2014). Hasil uji BSLT yang menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat toksik
(Kurniawan, 2012).
digolongkan sebagai zooplankton. Artemia atau yang juga dikenal dengan nama
brine shrimp merupakan hewan dari kelas crustacea yang hidup di air bergaram.
Crustacea ini sangat populer di kalangan pembenih udang karena dapat memacu
terutama karena kandungan proteinnya (40-60% dari berat total) dan kaya akan
13
Universitas Sumatera Utara
Klasifikasi Artemia salina :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Branchiopoda
Ordo : Anostraca
Famili : Artemiidae
Genus : Artemia
partenogenesis adalah betina. Artemia betina ini kemudian bertelur, menetas dan
Menghasilkan individu baru berupa embrio tanpa dibuahi oleh sperma artemia
14
Universitas Sumatera Utara
jantan. Populasi artemia yang berkembangbiak secara biseksual terdiri atas jenis
Fase kista adalah suatu kondisi istirahat pada hewan crustacea tingkat rendah
seperti artemia. Ketika direndam ke dalam air laut, kista atau telur akan
embrio yang aktif. Berselang 24-48 jam kemudian, cangkang kista akan pecah
b. Fase nauplius
Nauplius adalah larva stadium tingkat pertama dari artemia. Embrio yang
yang dapat berenang bebas di perairan. Fase ini diawali oleh pecahnya selaput
jingga kecokelatan karena membawa kuning telur yang melekat pada tubuhnya.
c. Fase dewasa
Fase dewasa adalah kondisi nauplius yang telah berkembang menjadi artemia
dewasa. Ciri artemia dewasa adalah terdapat sepasang mata majemuk dan
antena sensor pada kepala serta memiliki saluran pencernaan. Tubuh artemia
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan salah satu metode uji
15
Universitas Sumatera Utara
menggunakan larva Artemia salina Leach sebagai hewan coba. Uji toksisitas
dengan metode BSLT ini merupakan uji toksisitas akut, yaitu efek toksik dari
suatu senyawa ditentukan dalam waktu singkat setelah pemberian dosis uji
berupa ekstrak tanaman atau aksinya sebagai antikanker secara lebih cepat
dengan biakan sel kanker. Melihat adanya potensi sebagai antikanker tersebut,
dengan uji larva udang atau metode yang lebih spesifik sebagai antikanker
16
Universitas Sumatera Utara