Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sudah sejak lama para ahli kebumian mengetahui bahwa


benua-benua yang ada di muka bumi ini sebesarnya tidaklah tetap
di tempatnya,tetapi secara berlahan benua- benua tersebut ber
migrasi di sepanjang bola bumi . Gempa bumi, tsunami, atau letusan
gunung api semakin menguatkan teori yang telah ada, yakni kerak
Bumi terus bergerak secara aktif dan dinamis. Kerak
Bumitempat manusia berada merupakan serpihan - serpihan raksasa
yang mengambang di atas inti Bumi. Teori Dinamika Bumi telah
muncul di permukaan semenjak 1960 silam, ketika Teori Pergerakan
Lempeng Tektonik dari ahli geofisika dan meteorologi Jerman, Alfred
Wegener, dapat dibuktikan secara ilmiah. Meski demikian, Wegener
bukanlah ilmuwan pertama yang meyakini bahwa benua-benua
di dunia terus bergerak. Hanya saja dialah yang pertama kalinya
meneliti secara intensif dan memublikasikan penelitian ilmiahnya .
Kesalahan teori juga menyebabkan
kesalahan perhitungan kecepatan pergerakan pemisahan benua
Amerika Utara dan Eropa. Pada mulanya, teori yang dilontarkan
Wegener terinspirasi dari kesamaan flora dan faunaserta fosil di
antara dua benua yang berjauhan yang dipisahkan
Samudra Atlantik. Dalam penelitiannya lebih lanjut, ia
menemukan lebih banyak fenomena kesamaanfl ora, fauna, dan
fosil di kawasan yang dipisahkan samudra luas.
Alfred Wegener mengajukan teori adanya benua
besar Pangea sampai sekitar 300 juta tahun lalu di akhir
zaman Karbon.

1
Setelah itu, benua besar Pangea pecah dan terpisah pisah
menjadi benua yangkita kenal sekarang. Ketika teori lempeng
tektoniknya nyaris dilupakan, pada 1929 pakar geologi Inggris,
Arthur Holmes, melontarkan teori mengenai gaya konveksi inti
Bumi yang mampu menerangkan mekanisme gerakan lempeng tektonik
dari Wegener.Teori Tektonik Lempeng dari Alfred Wegener
merupakan mainstream dalam ilmu kebumian. Dengan adanya
teori pergerakan lempeng tektonik dari Wegener dan para
ilmuwan di generasi-generasi berikutnya, kini dinamika di dalam
perut Bumi dapatdimengerti lebih jelas.Terbukti bahwa benua-benua
tidak terpancang erat melainkan terus
bergerak saling menjauh atau saling bertumbukan.
Dengan berlandaskan teori pergerakan Lempeng
tektonik, dapat dijelaskan fenomena gempa bumi di sepanjang
zona tumbukan dua lempeng, aktivitas guung api di sepanjang
zona subduksi

1.2 Rumusan Masalah


Adapun perumusan masalah yang dapat disampaikan adalah sebagai
berikut:
1. A pa i tu ke rak b um i
2.Bagaimana yang dimaksud deformasi kerak bumi
3.Hal apa saja yang mempengaruhi proses deformasi
batuan
1.3 Tujuan
Adapun Tujuan pembuatan karya ilmiah ini adalah :
1.Mengetahui apa yang dimaksud dengan kerak
bumi
2.Memahami proses terjadinya deformasi kerak
bumi
3.Mengetahui factor factor yang berkaitan dengan
terjadinya deformasi kerak bumi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2 . 1 P e n g e r t i a n Ke r a k B u m i
Ke r a k B u m i ( L i t o s f e r )
Litosfir atau bagian yang padat dari Bumi, berada dibawah
Atmosfir dan Samudra. Sebagian besar dari apa yang kita
pelajari dan ketahui tentang bagian yang padat dari Bumi ini,
berasal dari apa yang dapat kita lihat dan raba diatas permukaan
Bumi. Para ilmuwan Ilmu Kebumian, umumnya berpendapat
bahwa Bumi ini lahir pada saat yang bersamaan dengan lahirnya
MATAHARI beserta planit-planit lainnya, berasal dari awan yang
berpusing yang terdiri dari bahan-bahan berukuran debu, dan
terjadi pada kurang lebih 5 hingga 6 milyar tahun yang lalu.
Bahan-bahan tersebut kemudian saling mengikat diri, menyatu
dan membentuk Litosfir. Beberapa saat setelah Bumi kita ini
terbentuk, terjadilah proses pembentukan lelehan yang
menempati bagian intinya. Lelehan tersebut kemudian
mengalami proses pemisahan, dimana unsur-unsur yang berat
yang terutama terdiri dari besi dan nikel akan mengendap,
sedangkan yang ringan akan mengapung diatasnya. Sebagai
akibat dari proses pemisahan tersebut, maka Bumi ini menjadi
tidak bersifat homogen, tetapi terdiri dari beberapa lapisan
konsentris yang mempunyai sifat-sifat fisik yang berbeda.
Disamping bagian-bagian utama tersebut diatas, ada suatu zona
terletak didalam mantel-Bumi yang berada antara kedalaman
100 dan 350 Km, bahkan dapat berlanjut hingga 700 Km., dari
permukaan Bumi. Zona ini mempunyai sifat fisik yang khas, yaitu
dapat berubah menjadi bersifat lentur dan mudah mengalir. Oleh
para ahli geologi zona ini dinamakan Astenosfir. Adalah suatu

3
zona yang lemah, panas dan dalam kondisi tertentu dapat
bersifat secara berangsur sebagai aliran. Diatas zona ini,
terdapat lapisan Bumi yang padat disebut Litosfir (atau selaput
batuan) yang mencakup bagian atas dari Mantel-Bumi serta
seluruh lapisan Kerak-Bumi (gambar 2.6).

Gambar 2.1 Bagian Kerak Bumi (Selaput Batuan / Litosfir)

Berdasarkan temuan-temuan baru di bidang Ilmu Geofisika dan


Ilmu Kelautan selama dasawarsa terakhir, litosfir digambarkan
sebagai terdiri dari beberapa lempeng atau pelat (karena
luasnya yang lebih besar dari ketebalannya), yang bersifat tegar
dan dapat bergerak dengan bebas diatas Astenosfir yang bersifat
lentur, dan dalam keadaan tertentu dapat berubah secara
berangsur menjadi mudah mengalir. Temuan-temuan baru
tersebut telah menghidupkan kembali pemikiran-pemikiran lama
tentang teori pemisahan benua (continental drift theory) yang
dilontarkan pada sekitar tahun 1929 yang kemudian
ditinggalkan.
Teori yang pada saat itu dianggap sangat radikal karena
bertentangan dengan anggapan yang berkembang pada waktu
itu, bahwa benua dan samudra merupakan bagian dari bumi
yang permanen, maka teori tersebut tidak mendapatkan tempat
diantara para ilmuwan Kebumian. Gambaran tentang struktur
interior bumi yang dikemukakan 50 tahun kemudian sebagai
hasil kerja keras para peneliti dengan cara mengumpulkan data
lebih banyak lagi, baik di daratan maupun di samudra, telah
melahirkan pandangan yang sangat maju dalam Ilmu Kebumian,
sehingga dianggap sebagai suatu revolusi dalam pemikiran di
bidang Ilmu ini. Susunan dan komposisi litosfir (Kerak Benua dan
Kerak Samudra) dapat diketahui dengan cara menganalisa
batuan-batuan yang tersingkap di permukaan bumi, atau hasil
pemboran inti, maupun produk aktivitas gunungapi. Berdasarkan
analisa kimia dari sampel batuan yang diambil di berbagai

4
tempat di bumi, secara umum unsur kimia yang paling dominan
sebagai penyusun litosfir adalah sebagai berikut:

5
Tabel 2.1 Unsur Kimia Penyusun Litosfir
(Kerak Bumi)
Unsur Persen
Berat
Oxygen (O) 46.6
Silicon (Si) 27.7
Alumunium (Al) 8.1
Iron (Fe) 5.0
Calcium (Ca) 3.6
Sodium (Na) 2.8
Pottasium (K) 2.6
Magnesium, (Mg) 2.1
Lain-nya 1.5
Total 100

Meskipun titik berat dari ilmu geologi adalah studi mengenai


bagian-bagian dari Bumi yang padat, tetapi adalah juga penting
untuk mengetahui sesuatu tentang bahan-bahan lainnya yang
menyelimuti dan berinteraksi dengan berbagai cara dengan
bumi. Mereka itu adalah bahan yang berwujud udara dan air,
atau yang sehari-hari kita kenali sebagai atmosfera dan
hidrosfera. Lapisan-lapisan udara dan air ini dapat kita
gambarkan sebagai selaput yang saling menutup, tetapi pada
batas-batas tertentu mereka ini saling bercampur. Masing-masing
selaput terdiri dari bahan-bahan yang khas dan didalam bahan
itu sendiri juga berlangsung proses-proses tertentu.

6
2.2 pengertian deformasi kerak bumi
deformasi kerak bumi adalah gaya tektonik secara kontiniu
menekan, menarik membengkokan dan mematahkan
batuan di litosfer.
Deformasi batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran
pada batuan sebagai akibat dari gaya yang bekerja di
dalam bumi. Deformasi menyebabkan terjadinya
perubahan ukuran (dilation), bentuk
(distortion/strain),posisi (translation),atau oriention) pada
batuan.
2.2.1 Tegasan (Stress) Regangan (Strain)
Proses tektonik dan non tektonik menghasilkan tegasan
(Stress) dan regangan ( Strain) pada batuan.
Tegasan adalah gaya yang bekerja pada batuan,
sedangkjan regangan adalah deformasi batuan yang
disebapkan oleh adanya tegasan. Pengaruh tegasan
terhadap batuan tergantung pada cara bekerja atau sifat
tegasanya dan sifat fisik batuan yang terkena tegasan.

Batuan yang terdapat di Bumi merupakan subyek yang


secara terus menerus mendapat gaya yang berakibat
tubuh batuan dapat mengalami pelengkungan atau
keretakan. Ketika tubuh batuan melengkung atau retak,
maka kita menyebutnya batuan tersebut terdeformasi
(berubah bentuk dan ukurannya).
Penyebab deformasi pada batuan adalah gaya tegasan
(gaya/satuan luas). Oleh karena itu untuk memahami
deformasi yang terjadi pada batuan, maka kita harus
memahami konsep tentang gaya yang bekerja pada
batuan.
Tegasan (stress) dan tegasan tarik (strain stress) adalah
gaya gaya yang bekerja di seluruh tempat dimuka bumi.
Tegasan (stress ) berdasarkan pada distribusi besaran gaya
gaya yang bekerja terdiri atas :
a. Unifrom stress; uniform stess adalah tegasan yang
bekerja dengan besaran yang sama dari segala arah
(gambar 2.2 atas) . Dalam batuan dinamika
confining stress karena setiap tubuh batuan dalam
litosfer dibatasi oleh batuan disekitar dan ditekan
secara meratra (uniform) oleh berat batu di atasnya.
b. Differential Stress; Differential stress adalah tegasan
yang bekerja dengan besaran yang tidak samadari
segala arah (gambar 2.2 bawah)

7
Defferential stress berdasarkan arah tegas utamanya
terdiri atas tiga jenis yaitu :

- Tensional stress
- Compressional stress
- Shear stress

Ketika batuan terdeformasi maka batuan mengalami tarikan.


Gaya tarikan akan merubah bentuk, ukuran, atau volume dari
suatu batuan.

Gambar 2.2 memperlihatkan hubungan antara gaya tarikan dan


gaya tegasan yang terjadi pada proses deformasi batuan.

8
2.2.3 Tahapan deformsai batuan

Tahapan deformasi terjadi ketika suatu batuan mengalami


peningkatan gaya tegasan yang melampaui 3 tahapan pada
deformasi batuan.

1. Deformasi yang bersifat elastis (Elastic Deformation)


terjadi apabila sifat gaya tariknya dapat berbalik
(reversible).

2. Deformasi yang bersifat lentur (Ductile Deformation)


terjadi apabila sifat gaya tariknya tidak dapat kembali lagi
(irreversible).

3. Retakan / rekahan (Fracture) terjadi apabila sifat gaya


tariknya yang tidak kembali lagi ketika batuan
pecah/retak.

Gambar 2.3 Kurva hubungan tegasan (stress) dan tarikan (strain)


terhadap batuan, dimana tegasan dan tarikan semakin
meningkat maka batas elastisitas akan dilampaui dan pada
akhirnya mengalami retak.

Kita dapat membagi material menjadi 2 (dua) kelas didasarkan


atas sifat perilaku dari material ketika dikenakan gaya tegasan
padanya, yaitu :

1. Material yang bersifat retas (brittle material), yaitu apabila


sebagian kecil atau sebagian besar bersifat elastis tetapi
hanya sebagian kecil bersifat lentur sebelum material tersebut
retak/pecah (gambar 7-3 kiri).

9
2. Material yang bersifat lentur (ductile material) jika sebagian
kecil bersifat elastis dan sebagian besar bersifat lentur
sebelum terjadi peretakan / fracture

Gambar 7.3 Kurva hubungan tegasan (stress) dan tarikan (strain)


untuk material/batuan yang bersifat retas dan batuan/material
yang bersifat lentur.

Bagaimana suatu batuan / material akan bereaksi tergantung


pada beberapa faktor, antara lain adalah:

1. Temperatur Pada temperatur tinggi molekul molekul dan


ikatannya dapat meregang dan berpindah, sehingga
batuan/material akan lebih bereaksi pada kelenturan dan
pada temperatur, material akan bersifat retas.

2. Tekanan bebas pada material yang terkena tekanan


bebas yang besar akan sifat untuk retak menjadi berkurang
dikarenakan tekanan disekelilingnya cenderung untuk
menghalangi terbentuknya retakan. Pada material yang
tertekan yang rendah akan menjadi bersifat retas dan
cenderung menjadi retak.

3. Kecepatan tarikan Pada material yang tertarik secara


cepat cenderung akan retak. Pada material yang tertarik
secara lambat maka akan cukup waktu bagi setiap atom
dalam material berpindah dan oleh karena itu maka
material akan berperilaku / bersifat lentur.

4. Komposisi Beberapa mineral, seperti Kuarsa, Olivine,


dan Feldspar bersifat sangat retas. Mineral lainnya, seperti
mineral lempung, mica, dan kalsit bersifat lentur. Hal
tersebut berhubungan dengan tipe ikatan kimianya yang
terikat satu dan lainnya. Jadi, komposisi mineral yang ada
dalam batuan akan menjadi suatu faktor dalam

10
menentukan tingkah laku dari batuan. Aspek lainnya
adalah hadir tidaknya air. Air kelihatannya berperan dalam
memperlemah ikatan kimia dan mengitari butiran mineral
sehingga dapat menyebabkan pergeseran. Dengan
demikian batuan yang bersifat basah cenderung akan
bersifat lentur, sedangkan batuan yang kering akan
cenderung bersifat retas.

2.3 JENIS JENIS GEOLOGI STRUKTUR


Dalam geologi dikenal 3 jenis struktur yang dijumpai
pada batuan sebagai produk dari gaya gaya yang
bekerja pada batuan, yaitu: (1). Kekar (fractures) dan
Rekahan (cracks); (2). Perlipatan (folding); dan (3).
Patahan/Sesar (faulting). Ketiga jenis struktur tersebut
dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis unsur
struktur, yaitu:

2.3.1 Kekar (Fractures)


Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada
batuan akibat suatu gaya yang bekerja pada batuan
tersebut dan belum mengalami pergeseran. Secara
umum dicirikan oleh: a). Pemotongan bidang perlapisan
batuan; b). Biasanya terisi mineral lain (mineralisasi)
seperti kalsit, kuarsa dsb; c) kenampakan breksiasi.
Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat
dan karakter retakan/rekahan serta arah gaya yang
bekerja pada batuan tersebut.
Kekar yang umumnya dijumpai pada batuan adalah
sebagai berikut:

1. Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan/rekahan


yang membentuk pola saling berpotongan
membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama.
Kekar jenis shear joint umumnya bersifat tertutup.

2. Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola


sejajar dengan arah gaya utama, Umumnya bentuk
rekahan bersifat terbuka.

3. Extension Joint (Release Joint) adalah


retakan/rekahan yang berpola tegak lurus dengan
arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya
terbuka

11
2.3.2 LIPATAN
Lipatan adalah deformasi ductile pada batua yang
menghasilkan perubahan bentuk atau volume berupa
lengkungan atau kumpulan dari lengkungan akibat
pengaruh suatu tegasan (stress).kenampakan ini terlihat
sangat baik pada batuan yang memiliki struktur berlapis
seperti batuan sedimen dan batuan vulkanik,atau dalam
sekala kecil pada batuan metamorf dan batuan beku.
Ukuran lipatan sangat bervariasi, tergantung pada
bagaimana proses pembentukanya.
Beberapa definisi struktur pada lipatan adalah :
- Axial Plane (AP) atau axial surface adalah
bidang yang membagi lipatan secara simetris.
Axial plane lipatan kadang vertikal ,miring, dan
sebagian lagi horizontal.
- Axial lipatan adalah perpotongan antara axial
plane dengan perlapisan yang dalamberimpit
dengan hinge line. Axis tidak selamanya
merupakan puncak dari lipatan. Garis ini
lazimdicantumkan pada peta geologi.
- Hinge line adalah garis yang menghubungkan
titik titik maksimum kelengkungan.
- Sayap (limbs) adalah bagian sisi lipatan.sayap
dimuladi dari axial plane hingga suat garis
pembelokan (inflekction line)
- Puncak (crest) adalah garis sepanjang bagian
puncak atau garis yang menghubungkan titik
puncak
- Trough adalah garis lembah atau gari terendah
dari suatu lipatan

JENIS JENIS LIPATAN


Antiklin yaitu lipatan yang kedua sayapnya mempunyai arah
kemiringan kemiringan yang saling menjauh atau lipatan yang
berbentuk konveks ke atas

12
Sinklin yaitu lipatan yang kedua sayapnya mempunyai arah
kemiringan yang saling mendekat atau lipatan yang berbentuk
konkaf ke atas
Berdasarkan posis bidang sumbu dan sayap ditunjukkan
lipatan dapat di klasifikasikan menjadi :
Lipatan simetris : Lipatan Axial plane
vertical,atau dengan kata lain dip kedua
sayapnay sama besar.
Lipatan Asimetris : Lipatan dengan axial plane
miring ,kedua sayapnya saling berlawanan arah
dengan dip berbeda .
Lipatan Overturned : Lipatan dengan Axial
plane miring dan kedua sayapnya memiliki arah
yang sama dengan dip berbeda
Lipatan Recumbent: Lipatan rebah dengan Axial
plane Horizontal.
Lipatan isoklin : Lipatan dengan kedua
sayapnya memiliki arah dan dip yang sama
Lipatan Chevron: Liaptan yang puncaknya
tajam atau anguler.
Lipatan Kipas (fan flod) : Lipatan dengan dip
kedua sayap nya saling mendekati
Lipatan Monoklin: Lipatan yang hanya memiliki
satu sayap lipatan
Lipatan Homoklin: Lipatan yang hanya dijumpai
satu sayapnya di lapangan.
Lipatan menujam (plunge): Liaptan dengan
kedudukan Axis miring.Harus di ingat bahwa
axis adalah garis. Lipatan pluge sulit diamati
secara langsung di lapangan, dan biasanya
lebih mudah di kenali melalui pola
singkapannya
Lipatan seretan (drag Flod ): Lipatan seretan
yang terbentuk akibat adanya pergerakan
relatif lapisan kompeten (kuat) terhadap lapisan
inkompeten (lemah)

13
Gambar 2.3 Pegunungan Lipatan (Folded Mountains) sebagai
hasil dar produk tektonik (orogenesa).

2.3.3 Sesar (fault)

Patahan atau sesar (fault) adalah deformasi brittle berupa


rekahan (ruptures) atau zona rekahan pada batuan yang
memperlihatkan adanya pergeseran (displacement)sehingga
terjadi perpindahan antara bagian bagian yang berhadapan,
dengan arah yang sejajar dengan bidang patahan.

Sesar dapat dibagi kedalam beberapa jenis/tipe tergantung pada


arah relatif pergeserannya. Selama patahan/sesar dianggap
sebagai suatu bidang datar, maka konsep jurus dan kemiringan
juga dapat dipakai, dengan demikian jurus dan kemiringan dari
suatu bidang sesar dapat diukur dan ditentukan.

1. Dip Slip Faults adalah patahan yang bidang


patahannya menyudut (inclined) dan pergeseran
relatifnya berada disepanjang bidang patahannya atau
offset terjadi disepanjang arah kemiringannya. Sebagai
catatan bahwa ketika kita melihat pergeseran pada
setiap patahan, kita tidak mengetahui sisi yang sebelah

14
mana yang sebenarnya bergerak atau jika kedua
sisinya bergerak, semuanya dapat kita tentukan melalui
pergerakan relatifnya. Untuk setiap bidang patahan
yang yang mempunyai kemiringan, maka dapat kita
tentukan bahwa blok yang berada diatas patahan
sebagai hanging wall block dan blok yang berada
dibawah patahan dikenal sebagai footwall block.

2. Normal Faults adalah patahan yang terjadi karena


gaya tegasan tensional horisontal pada batuan yang
bersifat retas dimana hangingwall block telah
mengalami pergeseran relatif ke arah bagian bawah
terhadap footwall block.

3. Horsts & Gabens Dalam kaitannya dengan sesar


normal yang terjadi sebagai akibat dari tegasan
tensional, seringkali dijumpai sesar-sesar normal yang
berpasang pasangan dengan bidang patahan yang
berlawanan. Dalam kasus yang demikian, maka bagian
dari blok-blok yang turun akan membentuk graben
sedangkan pasangan dari blok-blok yang terangkat
sebagai horst. Contoh kasus dari pengaruh gaya
tegasan tensional yang bekerja pada kerak bumi pada
saat ini adalah East African Rift Valley suatu wilayah
dimana terjadi pemekaran benua yang menghasilkan
suatu Rift. Contoh lainnya yang saat ini juga terjadi
pemekaran kerak bumi adalah wilayah di bagian barat
Amerika Serikat, yaitu di Nevada, Utah, dan Idaho.

Gambar 2.4 Sesar / Patahan Normal yang disebabkan oleh gaya


tegasan tensional horisontal, dimana hangingwall bergerah
kebagian bawah dari footwall.

15
Gambar 2.5 Rangkaian patahan normal sebagai hasil dari gaya
tegasan tensional horisontal yang membentuk Horst dan
Graben.

4. Half-Grabens adalah patahan normal yang bidang


patahannya berbentuk lengkungan dengan besar
kemiringannya semakin berkurang kearah bagian bawah
sehingga dapat menyebabkan blok yang turun mengalami
rotasi.

Gambar 2.6 Patahan normal yang bidang patahannya berbentuk


lengkungan dengan besar bidang kemiringannya semakin
mengecil kearah bagian bawah.

16
Gambar 2.7 Berbagai jenis patahan normal sebagai hasil dari
gaya tegasan tensional horisontal .

5. A Thrust Fault adalah patahan reverse fault yang


kemiringan bidang patahannya lebih kecil dari 150. .
Pergeseran dari sesar Thrust fault dapat mencapai
hingga ratusan kilometer sehingga memungkinkan
batuan yang lebih tua dijumpai menutupi batuan yang
lebih muda.

6. Strike Slip Faults adalah patahan yang pergerakan


relatifnya berarah horisontal mengikuti arah patahan.
Patahan jenis ini berasal dari tegasan geser yang
bekerja di dalam kerak bumi. Patahan jenis strike slip
fault dapat dibagi menjadi 2(dua) tergantung pada
sifat pergerakannya. Dengan mengamati pada salah
satu sisi bidang patahan dan dengan melihat kearah
bidang patahan yang berlawanan, maka jika bidang
pada salah satu sisi bergerak kearah kiri kita sebut
sebagai patahan left-lateral strike-slip fault. Jika
bidang patahan pada sisi lainnya bergerak ke arah
kanan, maka kita namakan sebagai right-lateral strike-
slip fault. Contoh patahan jenis strike slip fault yang
sangat terkenal adalah patahan San Andreas di
California dengan panjang mencapai lebih dari 600 km.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

pengertian deformasi kerak bumi


deformasi kerak bumi adalah gaya tektonik secara
kontiniu menekan, menarik membengkokan dan
mematahkan batuan di litosfer.
Deformasi batuan adalah perubahan bentuk dan
ukuran pada batuan sebagai akibat dari gaya yang
bekerja di dalam bumi. Deformasi menyebabkan
terjadinya perubahan ukuran (dilation), bentuk
(distortion/strain),posisi (translation),atau oriention)
pada batuan.

Bagaimana suatu batuan / material akan bereaksi


tergantung pada beberapa faktor, antara lain adalah:

1. Temperatur Pada temperatur tinggi molekul


molekul dan ikatannya dapat meregang dan
berpindah, sehingga batuan/material akan lebih
bereaksi pada kelenturan dan pada temperatur,
material akan bersifat retas.

18
2. Tekanan bebas pada material yang terkena
tekanan bebas yang besar akan sifat untuk retak
menjadi berkurang dikarenakan tekanan
disekelilingnya cenderung untuk menghalangi
terbentuknya retakan. Pada material yang tertekan
yang rendah akan menjadi bersifat retas dan
cenderung menjadi retak.

3. Kecepatan tarikan Pada material yang tertarik


secara cepat cenderung akan retak. Pada material
yang tertarik secara lambat maka akan cukup waktu
bagi setiap atom dalam material berpindah dan oleh
karena itu maka material akan berperilaku / bersifat
lentur.

4. Komposisi Beberapa mineral, seperti Kuarsa,


Olivine, dan Feldspar bersifat sangat retas. Mineral
lainnya, seperti mineral lempung, mica, dan kalsit
bersifat lentur. Hal tersebut berhubungan dengan
tipe ikatan kimianya yang terikat satu dan lainnya.
Jadi, komposisi mineral yang ada dalam batuan akan
menjadi suatu faktor dalam menentukan tingkah laku
dari batuan. Aspek lainnya adalah hadir tidaknya air.
Air kelihatannya berperan dalam memperlemah
ikatan kimia dan mengitari butiran mineral sehingga
dapat menyebabkan pergeseran. Dengan demikian
batuan yang bersifat basah cenderung akan bersifat
lentur, sedangkan batuan yang kering akan
cenderung bersifat retas.

3.2 SARAN

Sebaiknya menggunakan lebih banyak buku untuk


mencari pengertian deformasi kerak bumi dan
mempelajari secara lebih

19
DAFTAR PUSTAKA

Muhamad Dahlan Balfas, 2015 Geologi untuk


Pertambangan Umum : Graha Ilmu

Iwayan Treman,S.Pd., M.Sc.,2014 Geologi Dasar :Graha


ilmu

20

Anda mungkin juga menyukai