BAB 1 Geodas
BAB 1 Geodas
PENDAHULUAN
1
Setelah itu, benua besar Pangea pecah dan terpisah pisah
menjadi benua yangkita kenal sekarang. Ketika teori lempeng
tektoniknya nyaris dilupakan, pada 1929 pakar geologi Inggris,
Arthur Holmes, melontarkan teori mengenai gaya konveksi inti
Bumi yang mampu menerangkan mekanisme gerakan lempeng tektonik
dari Wegener.Teori Tektonik Lempeng dari Alfred Wegener
merupakan mainstream dalam ilmu kebumian. Dengan adanya
teori pergerakan lempeng tektonik dari Wegener dan para
ilmuwan di generasi-generasi berikutnya, kini dinamika di dalam
perut Bumi dapatdimengerti lebih jelas.Terbukti bahwa benua-benua
tidak terpancang erat melainkan terus
bergerak saling menjauh atau saling bertumbukan.
Dengan berlandaskan teori pergerakan Lempeng
tektonik, dapat dijelaskan fenomena gempa bumi di sepanjang
zona tumbukan dua lempeng, aktivitas guung api di sepanjang
zona subduksi
2
BAB II
PEMBAHASAN
2 . 1 P e n g e r t i a n Ke r a k B u m i
Ke r a k B u m i ( L i t o s f e r )
Litosfir atau bagian yang padat dari Bumi, berada dibawah
Atmosfir dan Samudra. Sebagian besar dari apa yang kita
pelajari dan ketahui tentang bagian yang padat dari Bumi ini,
berasal dari apa yang dapat kita lihat dan raba diatas permukaan
Bumi. Para ilmuwan Ilmu Kebumian, umumnya berpendapat
bahwa Bumi ini lahir pada saat yang bersamaan dengan lahirnya
MATAHARI beserta planit-planit lainnya, berasal dari awan yang
berpusing yang terdiri dari bahan-bahan berukuran debu, dan
terjadi pada kurang lebih 5 hingga 6 milyar tahun yang lalu.
Bahan-bahan tersebut kemudian saling mengikat diri, menyatu
dan membentuk Litosfir. Beberapa saat setelah Bumi kita ini
terbentuk, terjadilah proses pembentukan lelehan yang
menempati bagian intinya. Lelehan tersebut kemudian
mengalami proses pemisahan, dimana unsur-unsur yang berat
yang terutama terdiri dari besi dan nikel akan mengendap,
sedangkan yang ringan akan mengapung diatasnya. Sebagai
akibat dari proses pemisahan tersebut, maka Bumi ini menjadi
tidak bersifat homogen, tetapi terdiri dari beberapa lapisan
konsentris yang mempunyai sifat-sifat fisik yang berbeda.
Disamping bagian-bagian utama tersebut diatas, ada suatu zona
terletak didalam mantel-Bumi yang berada antara kedalaman
100 dan 350 Km, bahkan dapat berlanjut hingga 700 Km., dari
permukaan Bumi. Zona ini mempunyai sifat fisik yang khas, yaitu
dapat berubah menjadi bersifat lentur dan mudah mengalir. Oleh
para ahli geologi zona ini dinamakan Astenosfir. Adalah suatu
3
zona yang lemah, panas dan dalam kondisi tertentu dapat
bersifat secara berangsur sebagai aliran. Diatas zona ini,
terdapat lapisan Bumi yang padat disebut Litosfir (atau selaput
batuan) yang mencakup bagian atas dari Mantel-Bumi serta
seluruh lapisan Kerak-Bumi (gambar 2.6).
4
tempat di bumi, secara umum unsur kimia yang paling dominan
sebagai penyusun litosfir adalah sebagai berikut:
5
Tabel 2.1 Unsur Kimia Penyusun Litosfir
(Kerak Bumi)
Unsur Persen
Berat
Oxygen (O) 46.6
Silicon (Si) 27.7
Alumunium (Al) 8.1
Iron (Fe) 5.0
Calcium (Ca) 3.6
Sodium (Na) 2.8
Pottasium (K) 2.6
Magnesium, (Mg) 2.1
Lain-nya 1.5
Total 100
6
2.2 pengertian deformasi kerak bumi
deformasi kerak bumi adalah gaya tektonik secara kontiniu
menekan, menarik membengkokan dan mematahkan
batuan di litosfer.
Deformasi batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran
pada batuan sebagai akibat dari gaya yang bekerja di
dalam bumi. Deformasi menyebabkan terjadinya
perubahan ukuran (dilation), bentuk
(distortion/strain),posisi (translation),atau oriention) pada
batuan.
2.2.1 Tegasan (Stress) Regangan (Strain)
Proses tektonik dan non tektonik menghasilkan tegasan
(Stress) dan regangan ( Strain) pada batuan.
Tegasan adalah gaya yang bekerja pada batuan,
sedangkjan regangan adalah deformasi batuan yang
disebapkan oleh adanya tegasan. Pengaruh tegasan
terhadap batuan tergantung pada cara bekerja atau sifat
tegasanya dan sifat fisik batuan yang terkena tegasan.
7
Defferential stress berdasarkan arah tegas utamanya
terdiri atas tiga jenis yaitu :
- Tensional stress
- Compressional stress
- Shear stress
8
2.2.3 Tahapan deformsai batuan
9
2. Material yang bersifat lentur (ductile material) jika sebagian
kecil bersifat elastis dan sebagian besar bersifat lentur
sebelum terjadi peretakan / fracture
10
menentukan tingkah laku dari batuan. Aspek lainnya
adalah hadir tidaknya air. Air kelihatannya berperan dalam
memperlemah ikatan kimia dan mengitari butiran mineral
sehingga dapat menyebabkan pergeseran. Dengan
demikian batuan yang bersifat basah cenderung akan
bersifat lentur, sedangkan batuan yang kering akan
cenderung bersifat retas.
11
2.3.2 LIPATAN
Lipatan adalah deformasi ductile pada batua yang
menghasilkan perubahan bentuk atau volume berupa
lengkungan atau kumpulan dari lengkungan akibat
pengaruh suatu tegasan (stress).kenampakan ini terlihat
sangat baik pada batuan yang memiliki struktur berlapis
seperti batuan sedimen dan batuan vulkanik,atau dalam
sekala kecil pada batuan metamorf dan batuan beku.
Ukuran lipatan sangat bervariasi, tergantung pada
bagaimana proses pembentukanya.
Beberapa definisi struktur pada lipatan adalah :
- Axial Plane (AP) atau axial surface adalah
bidang yang membagi lipatan secara simetris.
Axial plane lipatan kadang vertikal ,miring, dan
sebagian lagi horizontal.
- Axial lipatan adalah perpotongan antara axial
plane dengan perlapisan yang dalamberimpit
dengan hinge line. Axis tidak selamanya
merupakan puncak dari lipatan. Garis ini
lazimdicantumkan pada peta geologi.
- Hinge line adalah garis yang menghubungkan
titik titik maksimum kelengkungan.
- Sayap (limbs) adalah bagian sisi lipatan.sayap
dimuladi dari axial plane hingga suat garis
pembelokan (inflekction line)
- Puncak (crest) adalah garis sepanjang bagian
puncak atau garis yang menghubungkan titik
puncak
- Trough adalah garis lembah atau gari terendah
dari suatu lipatan
12
Sinklin yaitu lipatan yang kedua sayapnya mempunyai arah
kemiringan yang saling mendekat atau lipatan yang berbentuk
konkaf ke atas
Berdasarkan posis bidang sumbu dan sayap ditunjukkan
lipatan dapat di klasifikasikan menjadi :
Lipatan simetris : Lipatan Axial plane
vertical,atau dengan kata lain dip kedua
sayapnay sama besar.
Lipatan Asimetris : Lipatan dengan axial plane
miring ,kedua sayapnya saling berlawanan arah
dengan dip berbeda .
Lipatan Overturned : Lipatan dengan Axial
plane miring dan kedua sayapnya memiliki arah
yang sama dengan dip berbeda
Lipatan Recumbent: Lipatan rebah dengan Axial
plane Horizontal.
Lipatan isoklin : Lipatan dengan kedua
sayapnya memiliki arah dan dip yang sama
Lipatan Chevron: Liaptan yang puncaknya
tajam atau anguler.
Lipatan Kipas (fan flod) : Lipatan dengan dip
kedua sayap nya saling mendekati
Lipatan Monoklin: Lipatan yang hanya memiliki
satu sayap lipatan
Lipatan Homoklin: Lipatan yang hanya dijumpai
satu sayapnya di lapangan.
Lipatan menujam (plunge): Liaptan dengan
kedudukan Axis miring.Harus di ingat bahwa
axis adalah garis. Lipatan pluge sulit diamati
secara langsung di lapangan, dan biasanya
lebih mudah di kenali melalui pola
singkapannya
Lipatan seretan (drag Flod ): Lipatan seretan
yang terbentuk akibat adanya pergerakan
relatif lapisan kompeten (kuat) terhadap lapisan
inkompeten (lemah)
13
Gambar 2.3 Pegunungan Lipatan (Folded Mountains) sebagai
hasil dar produk tektonik (orogenesa).
14
mana yang sebenarnya bergerak atau jika kedua
sisinya bergerak, semuanya dapat kita tentukan melalui
pergerakan relatifnya. Untuk setiap bidang patahan
yang yang mempunyai kemiringan, maka dapat kita
tentukan bahwa blok yang berada diatas patahan
sebagai hanging wall block dan blok yang berada
dibawah patahan dikenal sebagai footwall block.
15
Gambar 2.5 Rangkaian patahan normal sebagai hasil dari gaya
tegasan tensional horisontal yang membentuk Horst dan
Graben.
16
Gambar 2.7 Berbagai jenis patahan normal sebagai hasil dari
gaya tegasan tensional horisontal .
17
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
18
2. Tekanan bebas pada material yang terkena
tekanan bebas yang besar akan sifat untuk retak
menjadi berkurang dikarenakan tekanan
disekelilingnya cenderung untuk menghalangi
terbentuknya retakan. Pada material yang tertekan
yang rendah akan menjadi bersifat retas dan
cenderung menjadi retak.
3.2 SARAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20