Anda di halaman 1dari 17

PENINGKATAN KEMAMPUAN

MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN


METODE SQ3R PADA SISWA KELAS VII
D SMP NEGERI 2 GATAK, SUKOHARJO

Isminatun7
SMP Negeri 2 Gatak
Kabupaten Sukoharjo

A. PENDAHULUAN
Salah satu tujuan membaca menurut GBPP Bahasa Indonesia
Kurikulum 1994 (Depdikbud, 1993: 7) adalah siswa mampu
menangkap gagasan, pengalaman, dan pendapat secara cepat dan tepat.
Cepat maksudnya, siswa dapat membaca dalam waktu yang singkat,
sedangkan tepat berarti siswa dapat memahami atau menangkap
gagasan, pengalaman, dan pendapat dalam bahan bacaan dengan
benar. Sesuai dengan itu, Supriatna dan Erdina (2002: 59) menyatakan
bahwa tujuan utama membaca adalah menangkap informasi dalam
bacaan dengan cepat dan tepat.
Berdasarkan pengalaman penulis dalam membelajarkan
membaca di SMP, kemampuan membaca siswa cenderung masih
rendah. Ukuran keberhasilan membaca dapat didasarkan pada
kemampuan siswa dalam memahami bacaan, dengan atau tanpa
memperhitungkan waktu yang diperlukan siswa dalam menyelesaikan
kegiatan membacanya. Bahkan, sebagian siswa masih sangat lambat
dalam membaca sehingga siswa memerlukan waktu yang relatif lebih
lama untuk membaca suatu bacaan.
Beberapa faktor yang penulis indikasikan sebagai penyebab
lambannya siswa dalam membaca adalah (a) kebiasaan siswa dalam

7
Alumni MPB UMS angkatan 2006

- 201 -
membaca, dan (b) kurang/belum adanya latihan membaca
pemahaman yang dilakukan secara sistematis.
Menurut Soedarso (2001:4-9), kebiasaan membaca yang
menyebabkan rendahnya kemampuan membaca adalah membaca
dengan vokalisasi, membaca dengan subvokalisasi, membaca dengan
menggerakkan kepala ke kiri dan ke kanan, membaca dengan
menggunakan alat bantu penunjuk (telunjuk atau pena), dan regresi.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap 40 siswa
ditemukan data tentang kebiasaan buruk dalam membaca sebagai
berikut.

Tabel 1. Persentase Kebiasaan Buruk dalam Membaca pada Kondisi


Awal
KEBIASAAN JUMLAH PERSENTASE
NO
MEMBACA SISWA (%)
1 Vokalisasi 18 45
2 Subvokalisasi 25 62,5
3 Menggerakkan kepala 32 80
Menggunakan alat bantu
4 24 60
penunjuk
5 Regresi 22 55
Rata-rata 24,2 60,5

Tabel di atas menunjukkan bahwa kebiasaan buruk membaca


siswa masih sangat besar. Hal ini berdampak buruk terhadap
kemampuan siswa dalam kecepatan efektif membaca (KEM) para
siswa. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mencari strategi
dalam meningkatkan kemampuan membaca para siswa.
Berdasar latar belakang masalah di atas dapat diungkapkan
permasalahan sebagai berikut.
Apakah penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan
keaktifan siswa?

- 202 -
Apakah metode SQ3R dapat meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman siswa kelas VII D SMP Negeri 2 Gatak,
Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011?
Tujuan umum penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia di SMP
Negeri 2 Gatak, Kabupaten Sukoharjo.
Tujuan khusus penelitian ini adalah pada akhir penelitian
tindakan kelas ini 65 % siswa kelas VII D SMP Negeri 2 Gatak,
Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011 dapat membaca
dengan baik dan pemahaman bacaan meningkat secara signifikan.

B. LANDASAN TEORI
1. Membaca dan Tujuan Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak
disampaikan penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis (Tarigan,
2008:7). Menurut Nurgiantoro (1987:225) membaca adalah aktivitas
mental untuk memahami apa yang dituturkan orang lain melalui
media tulisan.
Dalam membaca cepat pun terkandung di dalamnya
pemahaman yang cepat pula. Bahkan, pemahaman inilah yang
menjadi pangkal tolak pembahasan, bukannnya kecepatan (Soedarso,
1994:xiv). Akan tetapi, tidak berarti bahwa membaca lambat akan
meningkatkan pemahaman. Bahkan, orang yang biasa membaca
lambat untuk mengerti suatu bacaan akan dapat mengambil manfaat
yang besar dengan membaca cepat. Sebagaimana pengendara mobil,
seorang pembaca yang baik akan mengatur kecepatannya dan memilih
jalan terbaik untuk mencapai tujuannya.
Tujuan membaca menurut Supriatna dan Erdina (2002: 61)
adalah terampil memperoleh informasi dari bacaan secara cepat dan
tepat. Tujuan tersebut sejalan dengan salah satu tujuan pengajaran
membaca yang tercantum dalam GBPP Bahasa Indonesia SLTP 1994,
yaitu siswa mampu menangkap gagasan, pengalaman, pendapat yang
tersirat dan tersurat secara cepat dan tepat (Depdikbud, 1993:70).

- 203 -
Lebih khusus, Tarigan (2008:9-11) mengemukakan tujuan
membaca pemahaman sebagai berikut:
a. memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, motonikal);
b. memahami signifikansi atau makna (antara lain maksud dan
tujuan pengarang, reaksi pembaca).
c. Evaluasi (isi, bentuk)
d. Kecepatan membaca yang fleksibel.

2. Membaca Pemahaman
Pemahaman atau komprehensi adalah kemampuan membaca
untuk mengerti ide pokok, detail yang penting, dan seluruh pengertian
(Soedarso, 2001:58). Untuk memahami itu perlu: (1) menguasai
perbendaharaan katanya, (2) akrab dengan struktur dasar dalam
penulisan (kalimat, paragraf, tatatbahasa).
Usaha yang efektif untuk memahami dan mengingat lebih lama
dapat dilakukan dengan: (1) mengorganisasikan bahan yang dibaca
dalam kaitan ang mudah dipahami, dan (2) mengaitkan fakta yang
satu dengan yang lain, atau dengan menghubungkan pengalaman atau
konteks yang dialami.
Kemampuan tiap orang dalam memahami apa yang dibaca
berneda. Hal ini tergantung pada perbendaharaan kata yang dimiliki,
minat, jangkauan mata, kecepatan interpretasi, latar belakang
pengalaman sebelumnya, kemampuan intelektual, keakraban dengan
ide yang dibaca, tujuan membaca, dan keluwesan mengatur kecepatan.

3. Kecepatan Efektif Membaca


Kemampuan membaca adalah kecepatan membaca dan
pemahaman isi secara keseluruhan. Untuk mengetahui kecepatan
efektif membaca dapat digunakan rumus (Depdiknas, 2005: 39)
sebagai berikut.

- 204 -
K B
x ...kpm atau
Wm SI
K B
(60) x ...kpm
Wd SI

Keterangan:
K : Jumlah kata yang dibaca
Wm : Waktu tempuh baca dalam menit
Wd : Waktu tempuh baca dalam detik
B : Skor bobot perolehan tes yang dijawab benar
SI : Skor ideal
Kpm : kata per menit

4. Metode SQ3R
Sistem membaca SQ3R yang dikemukakan oleh Francis B.
Robinson (Soedarso, 1994:59) merupakan sistem membaca yang
semakin popouler digunakan orang. SQ3R merupakan proses
membaca yang terdiri dari lima langkah, yaitu (1) survey, (2) question,
(3) read, (4) recite atau recall, dan (5) review.
Membaca dengan metode SQ3R sangat baik untuk kepentingan
membaca secara intensif dan relasional. Metode pemacaan studi ini
dianjurkan oleh seorang guru besar psikologi dari Ohio State
University, yaitu Profesor Franis P. Robinson (Widyamartaya,
1992:60).
Dalam sistem SQ3R ini, sebelum membaca terlebih dahulu
survey bacaan untuk mendapatkan gagasan umum apa yang akan kita
baca. Lalu dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri yang
jawabannya diharapkan terdapat dalam bacaan tersebut, maka akan
lebih mudah memahami bacaan. Dan selanjutnya dengan mencoba
mengutarakan dengan kata-kata sendiri pokok-pokok pentingnya,
pembaca akan menguasai dan mengingatnya lebih lama.
a. S-Survey

- 205 -
Survey atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan
sebelum membacanya secara lengkap, dilakukan untuk mengenal
organisasi dan ikhtisar umum yang akan dibaca dengan maksud:
mempercepat menangkap arti;
mendapatkan abstrak;
mengetahui ide-ide yang penting;
melihat susunan (organisasi) bahan bacaan;
mendapatkan minat perhatian yang saksama terhadap bacaan; dan
memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih
mudah.
b. Q-Question
Bersamaan pada saat survey ajukan pertanyaan sebanyak-
banyaknya tentang isi bacaan itu dengan mengubah judul dan
subjudul serta sub dari subjudul menjadi suatu pertanyaan.
Gunakan kata-kata apa, siapa, kapan, di mana, atau mengapa.
c. R-Read
Setelah melewati tahap survey dan timbul beberapa pertanyaan
yang diharapkan akan mendapat jawaban dari bacaan, langkah
berikutnya adalah: Read, membaca. Jadi, membaca merupakan
langkah ketiga. Membaca yang dimaksud adalah membaca bagian
demi bagian. Sementara membaca bagian-bagian itu juga mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada langkah
kedua.
Pada tahap ini perlu konsentrasi untuk penguasaan ide pokok
serta detail yang penting, yang mendukung ide pokok. Perlambat
cara membaca pada bagian yang penting atau yang sulit dan
percepat pada bagian-bagian yang tidak penting dan telah
diketahui.
d. R-Recite atau Recall
Setiap selesai membaca suatu bagian, berhenti sejenak untuk
mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan bagian itu atau
menyebutkan hal-hal penting dari bab itu. Dalam hal ini dapat
juga dibuat catatan seperlunya. Jika masih mengalami kesulitan,
perlu mengulangi membaca bab tersebut. Sebelum menginjak

- 206 -
langkah selanjutnya, pastikan empat langkah ini dijalani dengan
benar.
e. R-Review
Langkah terakhir dalam metode SQ3R adalah review. Setelah
selesai keseluruhan dari apa yang dibaca, ulangi untuk menelusuri
kembali judul-judul dan subjudul dan bagian-bagian penting
lainnya dengan menemukan pokok-pokok penting yang perlu
untuk diingat kembali. Tahap ini selain membantu daya ingat dan
memperjelas pemahaman juga untuk mendapatkan hal-hal
penting yang barangkali dilewati sebelumnya.
Unsur utama membaca adalah otak, mata hanyalah alat untuk
mengantarkan gambar ke otak lalu otak memberikan interpretasi
terhadap apa yang ditangkap oleh mata.

C. PENELITIAN YANG RELEVAN


Penelitian tentang pembelajaran membaca pernah dilakukan
oleh Samsudin (Depdiknas, 2006) dalam makalahnya yang berjudul
Peningkatan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) Melalui Latihan
Persepsi Siswa Kelas III A SMP Negeri 3 Petarukan Tahun Pelajaran
2006/2007. Penelitian tersebut bertujuan untuk meningkatkan mutu
pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 3 Petarukan,
Kabupaten Pemalang yang ditunjukkan dengan meningkatnya
kemampuan efektif membaca (KEM) siswa.
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah penelitian tersebut berusaha meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman siswa, sedangkan penelitian sebelumnya
berusaha meningkatkan kemampuan efektif membaca (KEM) dalam
membaca cepat. Jadi, perbedaan utama pada membaca cepat dan
membaca pemahaman. Perbedaan kedua dilihat dari caranya.
Penelitian pertama dilakukan dengan latihan persepsi, sedangkan
penelitian tersebut dilakukan dengan metode SQ3R.

D. METODE PENELITIAN

- 207 -
1. Karakteristik Kelas
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII D SMP Negeri 2 Gatak,
Kabupaten Sukoharjo dengan jumlah peserta didik 40 siswa, yang
terdiri atas 20 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan.
Kondisi awal pelaksanaan tindakan kelas ini terekam data
sebagai berikut:
1. Masih rendahnya kemampuan membaca siswa.
2. Masih tingginya (60,5%) siswa yang melakukan kebiasaan buruk
dalam membaca pemahaman.
3. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang inovatis
secara optimal.
4. Membaca belum merupakan kebutuhan utama siswa.
5. Lingkungan kelas belum kondusif bagi kegiatan membaca (buku
fiksi, nonfiksi, dan teks belum mencukupi untuk seluruh siswa)

2. Tindakan
Kegiatan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga
siklus. Penelitian ini diawali dengan kegiatan observasi sebagai
penjajagan untuk memperoleh informasi dan gambaran terhadap
permasalahan yang sedang dihadapi, diteliti, dan tindakan yang telah
dilakukan oleh guru dan dilanjutkan dengan membahas hasil
observasi serta merencanakan dan menetapkan tindakan.
Penelitian ini menggunakan Pendekatan proses yang
berkesinambungan, mulai dari proses penelitian tindakan siklus
pertama, siklus kedua, dan diakhiri dengan penelitian tindakan siklus
ketiga. Penelitian tindakan kelas ini dalam setiap siklusnya meliputi;
(a) perencanaan (planning), (b) pelaksanaan tindakan (acting), (c)
observasi (observation) dan evaluasi hasil pengamatan, dan (d) refleksi
(reflecting).
a. Perencanaan (Planning)
Persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan adalah
sebagai berikut.

- 208 -
Penyusunan rencana pembelajaran dan skenario pembelajaran
membaca pemahaman dengan metode SQ3R.
Membuat media pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang
akan diajarkan.
Penyusunan alat evaluasi tindakan berupa:
b) Pedoman wawancara (untuk siswa, guru, dan kolaborator);
c) Lembar observasi kegiatan belajar mengajar;
d) Soal evaluasi dan tugas.
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Tindakan dilaksanakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang
telah dibuat, meliputi:
1. Siswa dikelompokkan dalam pasangan-pasangan.
2. Siswa melakukan kegiatan membaca untuk menemukan
kebiasaan membaca siswa, baik kebiasaan yang mendukung
dan kebiasaan yang menghambat.
3. Siswa menemukan kebiasaan yang mendukung dan kebiasaan
yang menghambat. Kebiasaan yang baik (mendukung) perlu
dikembangkan dan kebiasaan yang menghambat (buruk)
perlu ditinggalkan.
4. Siswa melakukan latihan membaca pemahaman dengan
metode SQ3R
5. Secara bergantian setiap pasangan melaksanakan kegiatan
membaca pemahaman dan menjawab pertanyaan yang telah
tersedia dan menghitung KEM yang diperoleh pasangannya.
Bacaan yang digunakan siswa pertama dan siswa kedua
berbeda.
6. Guru bersama siswa menilai isi, proses, dan hasil
menggunakan teknik ini.
7. Pemberian penguatan dan kesimpulan dari guru.
c. Observasi (Observation)
Observasi pelaksanaan tindakan/ pembelajaran dilakukan secara
kolaboratif dengan menggunakan format pengamatan proses
pembelajaran. Evaluasi hasil pengamatan juga dilaksanakan secara

- 209 -
kolaboratif dengan mengolah data yang telah diperoleh dan
memaknainya serta menentukan keberhasilan dan pencapaian
tindakan dan atau hasil sampingan dari pelaksanaan tindakan.
d. Refleksi (Reflecting)
Hasil observasi dan evaluasi dianalisis. Berdasarkan analisis ini
guru peneliti bersama kolaborator dan siswa melakukan refleksi
diri untuk menentukan perencanaan dan tindakan berikutnya.
Refleksi juga didasarkan atas jurnal yang dibuat guru setelah
selesai melaksanakan tindakan/ pembelajaran.

3. Cara Pengambilan Data


Penelitian tindakan kelas ini akan memperoleh data: (1) hasil
belajar siswa, (2) suasana kegiatan pembelajaran, (3) refleksi diri dan
perubahan-perubahan yang terjadi, dan (4) keterkaitan perencanaan
dengan pelaksanaan.
Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan:
Data hasil belajar diperoleh dari hasil tes.
Data tentang minat belajar siswa diperoleh dari hasil angket
minat siswa.
Data tentang situasi pembelajaran pada saat pelaksanaan
tindakan diperoleh dari hasil pengamatan dengan menggunakan
format pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan oleh
kolaborator.
Data yang berkait dengan refleksi diri dan perubahan yang
terjadi di kelas diambil dari jurnal yang dibuat oleh guru.
Data tentang keterkaitan antara perencanaan dengan
pelaksanaan diperoleh dari rencana pembelajaran dan hasil
pengamatan proses pembelajaran.
4. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah
semakin tingginya minat dan kemampuan membaca siswa, yang
ditandai dengan :

- 210 -
a. Sekurang-kurangnya 65 % siswa berminat mengikuti
pembelajaran Bahasa Indonesia.
b. Sekurang-kurangnya 65 % siswa berperan aktif dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia
c. Sekurang-kurangnya 65 % siswa mempunyai kemampuan
membaca pemahaman yang baik.

E. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal pelaksanaan tindakan ini adalah kompetensi
membaca pemahaman siswa kelas VII D SMP Negeri 2 Gatak masih
rendah. Hal ini dapat diketahui dari hasil tes kemampuan yang
diselenggarakan pada awal kegiatan, hasilnya masih memprihatinkan.
Hambatan-hambatan yang ditemukan dalam kegiatan membaca juga
masih sering dijumpai dilakukan oleh para siswa. Di antara hambatan
yang masih ditemukan antara lain: membaca dengan vokalisasi,
membaca dengan subvokalisasi, membaca dengan menggerakkan
kepala ke kiri dan ke kanan, membaca dengan menggunakan alat
bantu penunjuk (telunjuk atau pena), dan regresi.

2. Deskripsi Siklus I
Pada siklus I ini terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Perencanaan berupa penyusunan rencana
pembelajaran, menyiapkan media, dan menetapkan skenario
pembelajaran. Rencana pembelajaran disusun oleh guru. Rencana
pembelajaran yang disusun mengisyaratkan bahwa untuk memahami
bacaan dilaksanakan dengan langkah SQ3R. Dalam hal ini sebelum
membaca bahan bacaan dimulai dengan survey terlebih dahulu yang
dilanjutkan dengan membuat media. Media yang disiapkan berupa
bahan bacaan yang difoto kopi sejumlah siswa. Selain itu, guru
menyiapkan lembar pengamatan yang diisi oleh siswa ketika
mengamati teman pasangannya yang sedang membaca.
Untuk melakukan kegiatan pengamatan dilakukan kegiatan
berpasangan. Meskipun sudah diberi pengarahan, karena sebelumnya

- 211 -
jarang melakukan kegiatan berpasangan keramaian terjadi. Namun,
hal itu dapat dikendalikan oleh guru. Hasil pengamatan kegiatan
membaca menunjukkan bahwa ada beberapa hambatan dalam
kegiatan membaca. Hambatan yang dimaksud sebagaimana terdapat
pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Persentase Hambatan Membaca pada Siklus I


HAMBATAN JUMLAH PERSENTASE
NO
MEMBACA SISWA (%)
1 Vokalisasi 1 2,5
2 Subvokalisasi 3 7,5
3 Menggerakkan kepala 1 2,5
Menggunakan alat bantu 25 62,5
4
penunjuk
5 Regresi 10 40
Jumlah 40 100
Rata-rata 100:5= 20%

Selain masih ditemukannya beberapa hambatan, juga hasil tes


menunjukkan kekurangberhasilan dari pembelajaran tersebut. Adapun
hasil ulangan membaca pemahaman yakni nilai terendah 20 dan nilai
tertinggi 80. Adapun nilai rata-rata siswa adalah 52. Oleh karena hasil
belum sesuai dengan yang diharapkan, kegiatan pembelajaran
membaca dengan metode SQ3R dilanjutkan pada siklus II.
3. Deskripsi Siklus II
Sikllus II ini ditempuh karena pada siklus I hasilnya belum
sesuai dengan yang diharapkan. Di samping itu, berbagai hambatan
membaca masih ditemukan. Sama dengan siklus I, siklus ini dimulai
dengan perencanaan terlebih dahulu. Setelah direncanakan pada
skenario pembelajaran, tahapan pelaksanaan tindakan dilakukan
berdasarkan rencana atau planning.
Tahapan pelaksanaan tindakan dimulai dengan guru
mengkondisikan agar siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan baik. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, guru
mengingatkan kepada para siswa agar melakukan kegiatan survey,

- 212 -
membuat pertanyaan berdasarkan bacaan, membaca, mengingat
bagian yang penting, dan mencoba untuk menghadirkan kembali di
otaknya apa yang telah dibacanya.
Pada tahap II tersebut pengamatan terhadap kebiasaan
membaca siswa tetap dilakukan. Agar siswa bertanggung jawab untuk
mengamati kebiasaan siswa lain maka kegiatan membaca dilakukan
secara berpasangan. Ketika teman pasangannya melakukan kegiatan
membaca siswa yang duduk di sampingnya mengamati dengan
membawa lembar pengamatan yang telah disiapkan oleh guru. Hasil
pengamatan kebiasaan membaca siswa sebagai berikut.

Tabel 3. Persentase Hambatan Membaca pada Siklus II


JUMLAH PERSENTASE
NO HAMBATAN MEMBACA
SISWA (%)
1 Vokalisasi 0 0
2 Subvokalisasi 1 2,5
3 Menggerakkan kepala 1 2,5
Menggunakan alat bantu 15 37,5
4
penunjuk
5 Regresi 8 20
Jumlah 62,5
Rata-rata 62,5:5=12,5%

Dibanding siklus I, pada siklus II sudah ada peningkatan


kebiasaan baik dalam membaca. Hal ini dapat diketahui dari
hambatan kegiatan membaca pemahaman yang semakin berkurang.
Misalnya, pada siklus I masih ada yang melakukan vokalisasi, pada
siklus II tidak ada sama sekali. Begitu pula kebiasaan membaca
dengan kepala meggeleng ke kiri dan kanan semakin berkurang.
Pemahaman siswa terhadap bacaan juga semakin meningkat.
Hal ini ditunjukkan dari hasil tes II membaca pemahaman sebagai
berikut. Nilai terendah 30, nilai tertinggi 100 dan nilai rata-rata 63.

- 213 -
4. Deskripsi Siklus III
Sikllus III ini ditempuh karena pada siklus II hasilnya belum
sesuai dengan yang diharapkan. Pada indikator keberhasilan
ditetapkan minimal 65% siswa menguasai atau memahami bacaan,
sedangkan pada tahap II pemahaman siswa rata-rata masih di bawah
65%. Di samping itu, berbagai hambatan membaca masih ditemukan.
Hampir sama dengan siklus II, siklus ini dimulai dengan perencanaan
terlebih dahulu. Setelah direncanakan pada skenario pembelajaran,
tahapan pelaksanaan tindakan dilkukan berdasarkan rencana atau
planning.
Hasil pengamatan siswa terhadap temannya yang sedang
membaca terekam data sebagai berikut.

Tabel 4. Persentase Hambatan Membaca pada Siklus III


JUMLAH PERSENTASE
NO HAMBATAN MEMBACA
SISWA (%)
1 Vokalisasi 0 0
2 Subvokalisasi 1 2,5
3 Menggerakkan kepala 1 2,5
Menggunakan alat bantu 10 25
4
penunjuk
5 Regresi 6 15
Jumlah 45
Rata-rata 45:5=9%

Adapun hasil tes membaca pada siklus III dapat ditunjukkan


hasil sebagai berikut. Nilai terendah 60, tertinggi 100, nilai rata-rata
73.
Berdasarkan indikator keberhasilan ditetapkan bahwa
pemahaman membaca siswa minimal 65%. Oleh karena pada tahap
atau siklus III tersebut berdasarkan hasil analisis ulangan atau tes
membaca tercapai nilai rata-rata 73% maka kegiatan dianggap telah
berhasil sehingga tidak diteruskan ke tahap berikutnya.

- 214 -
5. Hasil Penelitian
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan hasil
penelitian sebagai berikut.
1. Minat siswa untuk mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia
terutama materi membaca lebih meningkat. Dengan
dilaksakannya kegiatan berpasangan siswa lebih aktif karena
kegiatan dipantau oleh temannya yang kemudian dilaporkan
dalam bentuk hasil pengamatan.
2. Tingkat kelancaran kegiatan membaca secara berpasangan dari
siklus satu ke siklus berikutnya mengalami perkembangan.
3. Kebiasaan membaca siswa semakin lama semakin baik.
Hambatan-hambatan yang dialami oleh siswa dalam membaca
terkurangi. Hal ini dapat ditunjukkan dari perkembangan dari
masing-masing siklus sebagai berikut. Pada siklus I hambatan
membaca sebesar 20%, siklus II sebesar 12,5% dan siklus III
sebesar 9%.
4. Dengan dipraktikkannya membaca dengan metode SQ3R,
merangsang siswa untuk lebih berpartisipasi aktif dalam kegiatan
pembelajaran membaca yang berdampak pada pemahaman
membaca semakin meningkat. Hal ini dapat diketahui dari hasil
ulangan/ tes membaca yang semakin lama semakin baik yakni
pada siklus I nilai rata-rata 52 siklus II rata-rata 63, dan siklus III
rata-rata 73.

F. PENUTUP
1. Simpulan
Berdasarkan uraian pembahasan di atas dapat disimpulkan
sebagai berikut.
a. Kegiatan pembelajaran membaca dengan metode SQ3R dapat
meningkatkan semangat belajar siswa dan dapat meningkatkan
semangat kerja sama.
b. Pembelajaran membaca dengan metode SQ3R dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap isi bacaan.

- 215 -
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, disarankan sebagai
berikut.
a. Upaya peningkatan hasil belajar dengan metode yang inovatif
perlu dikaji dan dikembangkan.
b. Berbagai upaya perlu dikembangkan untuk dapat menemukan
metode yang inovatif tersebut.

- 216 -
DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. 1993. GBPP Bahasa Indonesia SLTP. Jakarta: Depdikbud.


Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa dan Sastra
Indonesia: Pengembangan Kemampuan Membaca Cepat. Jakarta:
Depdiknas.
Nurgiantoro, Bambang. 1987. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan
Sastra. Jogjakarta: BPFE.
Soedarso. 1994. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Soedarso. 2001. Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta:
Gramedia.
Supriatna, Agus dan Sinta Erdina. 2002. Buku 1 Penataran Tertulis Guru
Bahasa Indonesia SLTP. Bandung: Depdiknas.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca: Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
__________________. 1993. Strategi Pengajaran dan pembelajaran
Bahasa. Bandung: Angkasa.
Widyamartaya, A. 1992. Seni Membaca untuk Studi. Yogyakarta:
Kanisius.

- 217 -

Anda mungkin juga menyukai