Anda di halaman 1dari 8

INSTRUMENT KREDIT

Instrument Kredit adalah credit instrument yaitu warkat perjanjian penjaminan tertulis yang
dapat berisi kesanggupan bayar atau perintah bayar sebagai bukti pinjaman ; instrumen kredit
yang merupakan kesanggupan bayar, antara lain, ialah promes dan surat aksep; alat kredit
yang merupakan perintah bayar, antara lain, ialah cek , wesel dan L/C.

Promes adalahg surat kesanggupan membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu
sebagaimana disebutkan dalam surat promes tersebut

Wesel adalah surat perintah yang dibuat oleh kreditur ditujukan kepada debitur untuk membayar
sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu sebagaimana disebutkan dalam surat wesel tersebut.

PENGGUNAAN KARTU KREDIT


SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN DALAM
TRANSAKSI PERDAGANGAN (Studi Kasus
Kartu Kredit Yang Dikeluarkan PT Bank
Central Asia Tbk Dan PT Bank Danamon
Indonesia Tbk Cabang Semarang)
YUWONO TEDJOSAPUTRO, STEFANUS (2007) PENGGUNAAN KARTU KREDIT SEBAGAI
ALAT PEMBAYARAN DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN (Studi Kasus Kartu Kredit Yang
Dikeluarkan PT Bank Central Asia Tbk Dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk Cabang
Semarang). Masters thesis, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.

PDF - Published
Version
362Kb

Abstract
Kartu kredit merupakan salah satu instrumen baru di dunia perdagangan yang mempunyai nilai
uang, sehingga dapat dipakai sebagai alat dalam bertransaksi. Namun Kartu kredit belum dapat
disebut sebagai surat berharga karena tidak dapat dipindah tangankan. Sebagai alat pembayaran,
perkembangan penggunaannya semakin meluas sehingga hal ini menimbulkan konsekuensi
hukum bagi pihak-pihak yang terkait dalam penggunaan kartu kredit tersebut, mengingat
peraturan hukumnya relatif masih lemah. Dalam penelitian ini, permasalahan yang diangkat yaitu,
- Bagaimana kajian hukum penggunaan Kartu Kredit sebagai alat pembayaran dalam transaksi
perdagangan. - Bagaimana mekanisme penggunaan Kartu Kredit dalam transaksi jual beli. -
Bagaimana bentuk perlindungan hukum bagi para pihak dalam penggunaan Kartu Kredit sebagai
alat pembayaran dalam transaksi perdagangan. - Bagaimana hambatan-hambatan yang dialami
para pihak dalam penggunaan Kartu Kredit serta cara mengatasinya. Metoda pendekatan yang
dipakai adalah yuridis normatif dengan spesifikasi penelitian bersifat analisis. Penelitian ini
menggunakan data sekunder sebagai bahan utama penelitian, yang diperoleh melalui dokumen-
dokumen pada bank Danamon dan BCA Semarang. Dari data yang diperoleh akan dianalisis
secara normatif kualitatif. Perkembangan kartu kredit di Indonesia dimulai sekitar tahun 1968
dengan masih menggunakan kartu terbitan luar Indonesia oleh American Express Bank, kemudian
tahun 1973 Kartu Kredit telah diterbitkan oleh Bank- Bank di Indonesia. Dalam pengertian di
Indonesia, Kartu kredit adalah suatu fasilitas kredit yang diberikan bank penerbit kepada pengguna
yang dapat digunakan untuk belanja di tempat-tempat tertentu. Hasil penelitian, kajian hukum
dalam penggunaan kartu kredit adalah setiap perjanjian yang terjadi bersifat perjanjian insidentil,
yang timbul pada saat transaksi jual beli atau pelayanan jasa. Mekanisme tiap Bank penerbit kartu
kredit selalu berbeda-beda dalam memberikan persetujuan, tetapi syarat-syarat dan prosedurnya
relatif sama. Perlindungan hukum bagi para pihak dalam menggunakan kartu kredit terjadi pada
saat penandatanganan perjanjian persetujuan kartu kredit antara penerbit dan pengguna kartu
kredit, karena secara yuridis belum ada undangundang yang mengatur secara tegas. Hambatan
yang muncul adalah, sering terjadi pemalsuan, pencurian maupun penipuan. Cara mengatasi
hambatan tersebut adalah dengan menimpan kartu rkedit di tempat yang aman, adanya tadna
tangan dan foto di panel depan kartu serta tidak dapat dipindah tangankan kepada siapapun.
Pemegang kartu kredit segera menghubungi pihak bank penerbit bila terjadi kehilangan Kartu
Kredit.

Kredit subprima
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi , cari
Kredit subprima atau dalam istilah asing disebut subprime lending, ataupun sering juga disebut
B-Paper (surat utang peringkat "B") , near-prime (mendekati prima) atau pinjaman "second
chance"(kesempatan kedua), adalah suatu istilah yang digunakan pada praktik pemberian kredit
kepada peminjam (debitur) yang tidak memenuhi persyaratan kredit untuk diberikan
pinjaman berdasarkan suku bunga pasar oleh karena debitur tersebut memiliki "catatan kredit"
yang kurang baik. Kredit subprimer ini sangat berisiko baik bagi pemberi pinjaman (kreditur)
maupun bagi peminjam (debitur) oleh karena kombinasi antara tingginya suku bunga yang
dikenakan, catatan kredit yang buruk, dan kerap kali dalam permohonan kredit ditemui pula situasi
keuangan debitur yang kurang baik.
Sebab tingginya risiko yang dihadapi pemberi pinjaman maka kredit subprima ini ditawarkan
dengan pengenaan suku bunga yang lebih tinggi daripada suku bunga kredit yang berlaku secara
umum bagi kredit dengan peringkat "A" (A-paper). Pinjaman subprima dapat ditemui pada
berbagai instrumen kredit termasuk juga pada kredit pemilikan rumah , kredit pemilikan
mobil , kartu kredit , dan lain-lain.
Pemrakarsa kredit subprima ini di Amerika sangat berperan besar dalam peningkatan kredit
kepada konsumen yang tidak memiliki akses ke pasar kredit. [1] . Namun para penentang
mengecam industri kredit subprima ini sebagai suatu praktik lintah darat yang mencari sasaran
debitur yang tidak memiliki daya untuk melunasi pinjamannya dalam jangka yang lama. Kecaman
ini meningkat sejak tahun 2006 sebagai reaksi atas meningkatnya krisis dalam industri kredit
subprima di Amerika , dimana ratusan ribu debitur telah dinyatakan gagal bayar dan beberapa
debitur subprimer besar sudah dinyatakan pailit .
Walaupun tidak ada suatu profil kredit resmi yang dapat digunakan sebagai kriteria debitur
subprima, namun kebanyakan debitur subprima ini memiliki nilai kredit [2] [3] dibawah 660.

Daftar isi
1 Sejarah
o 1.1 Kreditur subprima
o 1.2 Debitur subprima
2 Jenis kredit subprima
o 2.1 Kredit pemilikan rumah subprima
o 2.2 Kartu kredit subprima
3 Pandangan para pendukung
4 Pandangan para kritisi
5 Krisis KPR subprima di Amerika
6 Lihat pula
7 Catatan kaki
8 Pranala luar

Sejarah
Kredit subprima ini berkembang seiring dengan kenyataan atas permintaan pasar dan kebutuhan
dunia usaha. Dengan adanya kepailitan dan proposal konsumen yang dapat diperoleh secara
mudah, situasi ekonomi yang berubah-ubah secara terus menerus, maka pemberi pinjaman yang
tradisional menjadi lebih berhati-hati dan mengabaikan sejumlah konsumen yang berpotensi.

Kreditur subprima
Guna memasuki pasar kredit subprimer yang semakin besar, maka kreditur subprima mengambil
suatu risiko dengan memberikan pinjaman kepada orang-orang dengan peringkat kredit yang
rendah ini. Kreditur subprima ini menggunakan berbagai cara untuk mengurangi risiko ini yaitu
antara lain dengan mengenakan bunga yang tinggi. Pada kartu kredit subprima, nasabah juga
dapat dikenakan denda keterlambatan pembayaran yang tinggi, biaya kelebihan batas kredit, iuran
tahunan, ataupun biaya dimuka untuk kartu tersebut, nasabah juga tidak diberikan periode
"tenggang waktu tanpa denda" (grace period) untuk menunda pembayaran. Denda keterlambatan
pembayaran ini dibukukan langsung ke rekening kartu kredit subprima, yang mana seringkali
mengakibatkan terlampauinya batas kredit yang mengakibatkan timbulnya denda atas
dilampauinya batas kredit yang diberikan. Gabungan biaya ini menghasilkan penghasilan yang
besar bagi pemberi pinjaman.

Debitur subprima
Kredit subprima ini menawarkan suatu kesempatan berupa kredit bagi debitur yang dianggap tidak
layak guna mendapatkan kredit. Debitur yang menggunakan kredit ini untuk membeli rumah, atau
untuk pembayaran hutang, pembiayaan yang bersifat konsumtif seperti pembelian mobil,
pembayaran biaya hidup, mengubah model rumah, ataupun untuk pelunasan hutang kartu kredit
yang berbunga tinggi.
Pada umumnya para debitur subprima ini memiliki karakteristik risiko kredit yang merupakan
salah satu dari kejadian tersebut dibawah ini :
Dalam 12 bulan terakhir terdapat dua kali atau lebih keterlambatan pembayaran pinjaman
melebihi 30 hari, atau dalam 24 bulan terakhir terdapat satu kali atau lebih keterlambatan
pembayaran angsuran pinjaman yang melebihi 60 hari.
Adanya suatu putusan pengadilan, penyitaan, pengambil alihan jaminan, ataupun terdapat
hutang yang tidak dibayar dalam 24 bulan terakhir;
Dinyatakan pailit dalam 5 tahun terakhir;
Secara relatif termasuk dakam kriteria "kemungkinan gagal bayar" , misalnya dalam
penilaian nilai kredit berdasarkan (FICO ) 660 atau kurang (tergantung produk dan jaminan
yang diberikan)atau biro penilai kredit lainnya.

Jenis kredit subprima


Kredit pemilikan rumah subprima
Kredit pemilikan rumah (KPR) subprima atau juga disebut subprime mortgages, adalah kredit
subprima dengan jaminan berupa "hak tanggungan" . Sebagaimana pada umumnya kredit
subprimer maka kredit subprimer jenis ini adalah ditentukan berdasarkan jenis nasabah. Menurut
John Lonski, kepala ekonomi pada Moody's Investors Service ,walaupun tidak semua kredit
pemilikan rumah masuk dalam kategori ini, sekitar 21% dari seluruh kredit pada rentang
tahun 2004 dan 2006 adalah merupakan pinjaman KPR subprima naik 9% dibandingkan periode
1996 hingga 2004. Keseluruhan KPR subprima bernilai 600 Milyar USD pada tahun 2006, atau
senilai 1/5 dari pasar KPR Amerika.
Terdapat beberapa jenis KPR subprima ini termasuk :
KPR dengan hanya membayar bunganya saja, dimana peminjam diperkenankan untuk
melakukan pembayaran hanya atas bunga pinjaman saja selama jangka waktu tertentu
(biasanya antara 5-10 tahun);
Pilihan pembayaran (pick a payment), dimana peminjam dapat menetapkan pembayaran
bulanannya apakah pembayaran penuh, bunga saja, atau pembayaran minimum yang lebih
rendah daripada pembayaran yang diharuskan guna menurunkan saldo pinjaman;
KPR dengan bunga yang ditetapkan dimuka yang dengan cepat menyesuaikan terhadap
variabel bunga. KPR jenis ini sangat terkenal dikalangan pemberi pinjaman subprima sejak
periode tahun 1990. Produk dalam kelompok ini termasuk pinjaman yang disebut "kredit 2-
28, yang menawarkan suku bunga pinjaman rendah dimuka yang bersifat tetap untuk 2 tahun
pertama dan setelah itu suku bunganya akan naik lebih tinggi untuk sisa masa pinjaman
( dalam hal ini hingga tahun ke 28 ) [4]

Kartu kredit subprima


Diawali pada tahun 1990, perusahaan penerbit kartu kredit di Amerika mulai menawarkan kartu
kredit subprima kepada debitur dengan peringkat kelayakan kredit yang rendah dan riwayat kredit
yang buruk ataupun pernah dinyatakan pailit. Kartu kredit ini biasanya diberikan dengan batas
kredit yang rendah dan dikenakan iuran serta bunga yang tinggi sekitar 30% pertahun ataupun
lebih.[5] Pada tahun 2002, sewaktu melambatnya pertumbuhan ekonomi di Amerika, tingkat
gagal bayar untuk pinjaman subprima kartu kredit ini meningkat secara dramatis dan banyak
sekali penerbit kartu kredit subprima mengalami kemunduran atau bahkan menghentikan
usahanya.[6]

Pandangan para pendukung


Orang-orang yang pernah mengalami kesulitan keuangan seringkali dicap sebagai berisiko tinggi
dan oleh karenanya tidak mungkin untuk mendapatkan pembiayaan konvensional. Orang-orang ini
mungkin kehilangan pekerjaannya, terlibat pada hutang ataupun masalah rumah tangga, ataupun
masalah kesehatan. Seringkali masalah ini tak terduga dan mengakibatkan gangguan keuangan
yang akhirnya mengakibatkan keterlambatan pembayaran, pembebasan bunga, penyitaan.
Sehubungan dengan permasalahan kredit tersebut, orang-orang ini mungkin tidak bisa
menghindari kebutuhan untuk mengambil kredit kepemilikan mobil. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut pemberi pinjaman melihat adanya kesempatan mendapatkan keuntungan dengan
membuka kesempatan bagi orang-orang ini guna mendapatkan kredit dengan membayar bunga
lebih besar dari yang berlaku dipasaran, namun dilain sisi memberikan kredit yang seharusnya
tidak dapat diperoleh orang tersebut.
Dari sisi pelayanan, kredit ini memiliki gagal bayar tagihan yang lebih tinggi dan banyak terjadi
penyitaan serta pembebasan bunga. Debitur mengenakan bunga yang tinggi guna mengantisipasi
risiko biaya tinggi.
Memberikan pengertian kepada debitur bahwa pinjaman mereka adalah berisiko tinggi dan harus
ada niat sungguh-sungguh untuk pengembalian kredit, kredit ini diberikan walaupun
sesungguhnya tidak layak untuk diberikan. Nasabah harus membeli mobil yang sesuai dengan
manfaat yang dibutuhkan dan beban pembayaran cicilan harus berada dalam batas anggaran
mereka.
Pandangan para kritisi
Pasar modal berlangsung pada dasarnya berdasarkan risiko dan imbalan. Investor mengambil
risiko atas perdagangan saham dengan harapan memperoleh imbalan yang lebih besar
dibandingkan investor yang berinvestasi di Surat Utang Negara . Hal sama berlaku pada
kredit. Kelayakan yang rendah dari kredit subprimer menggambarkan risiko yang tinggi sehingga
debitur akan mengenakan bunga yang lebih tinggi kepada kreditur subprima ini dibandingkan
yang dikenakan kepada kreditur prima.
Untuk menghindari beban dimuka dari beratnya bunga yang harus dibayar maka kebayakan
kreditur subprima ini memilih "suku bunga yang bisa disesuaikan" dimana mereka hanya akan
dikenakan bunga pinjaman yang rendah sekitar 4% pertahun tetapi tiap tahunnya akan ditambah
2% ataupun lebih, hingga maksimum 10%. Jadi besarnya cicilan untuk pinjaman senilai 500.000
USD dengan bunga 4% untuk masa pinjaman 30 tahun adalah sebesar 2.400 USD perbulannya.
Namun cicilan dengan suku bunga 10% untuk 27 tahun sisanya adalah sebesar 4.470 USD.
Kenaikan bunga sebesar 6% pertahun ini mengakibatkan naiknya cicilan sebesar 100%. [7]

Krisis KPR subprima di Amerika


Diawali pada awal tahun 2007, industri KPR subprima di Amerika memasuki suatu masa yang
disebut "masa kehancuran KPR subprima". Tingginya angka penyitaan jaminan KPR subprimer
ini telah menyebabkan lebih dari 24 perusahaan pemberi pinjaman KPR subprima mengalami
kepailitan, salah satunya adalah perusahaan terkemuka yaitu New Century Financial Corporation,
yang merupakan perusahaan KPR subprima terbesar kedua di Amerika. [8] Kehancuran dari
perusahaan-perusahaan KPR subprima ini telah mengakibatkan harga pasar saham berbasis Real
estate investment trust senilai 6.5 triliun USD jatuh dan membawa pengaruh meluas terhadap
bursa saham Amerika serta ekonomi secara keseluruhan. Kris ini masih berlanjut terus dan
telah mendapatkan perhatian serius dari media massa di Amerika serta pembuat undang-undang
pada awal tahun 2007. [9][10]
Beberapa peneliti atas kasus hancurnya industri subprima ini melemparkan kesalahan semuanya
ini terhadap praktik "lintah darat" dari debitur subprima dan kurang efektifnya pengawasan
pemerintah. [11] Peneliti lain menyalahkan pialang KPR yang dikendalikan oleh debitur guna
memperoleh KPR yang sebenarnya tidak layak, para penilai kredit yang menaikkan nilai taksasi
rumah, dan investor bursa saham Wall Street yang tidak melakukan verifikasi atas
kelayakan hutang yang menjadi aset dasar pada Efek Beragun Aset subprima. Debitur
subprima juga dikecam atas perbuatannya menanda tangani perjanjian kredit yang mereka tidak
mungkin dapat memenuhinya. [12]
Banyak laporan atas krisis yang mencatat bahwa jatuhnya harga rumah sejak tahun 2005 turut
berperan penting dalam kejatuhan industri KPR subprimer ini. Pada waktu harga rumah
mengalami kenaikan sejak tahun 2000 hingga 2005, debitur yang memiliki kesulitan dalam
pembayaran hutangnya padahal ia memiliki kekayaan berupa rumah, maka mereka mengambil
jalan pintas dengan cara pembiayaan kembali (refinance) atau menjual rumah mereka. Namun
sewaktu harga rumah jatuh pada banyak negara bagian di Amerika maka strategi ini menjadi
kurang bermanfaat lagi bagi para debitur subprima.[13]
Beberapa pakar industri menyatakan bahwa krisi ini akan makin memburuk. Lou Ranieri dari
Salomon Brothers , memperingatkan bahwa penemu / pencetus pasar efek beragun aset
pada tahun 1970an, telah memperingatkan tentang akibat dikemudian hari atas gagal bayarnya
KPR [14] Seorang pengacara hak konsumen, Irv Ackelsberg meramalkan dalam testimoni kepada
Komite Perbankan Senat Amerika bahwa 5 juta penyitaan akan terjadi pada beberapa tahun
kemudian disebabkan oleh suku bunga KPR subprimer yang diberikan pada tahun 2004 dan 2005
akan naik sesuai dengan syarat kredit yang disepakati yaitu kenaikan dari suku bunga tetap setelah
periode 2 tahun. [15] Other experts have raised concerns that the crisis may spread to the so-
called Alternative-A (Alt-A) mortgage sector, which makes loans to borrowers with better credit
than subprime borrowers at not quite prime rates.[16]
Beberapa ekonom termasuk Ketua Federal Reserve Board Alan Greenspan , menyatakan
keprihatinannya bahwa krisis KPR subprima ini akan membawa dampak pada industri perumahan
dan bahkan pada keseluruhan ekonomi Amerika. Pada keadaan ini, antisipasi gagal bayar pada
pada KPR subprimer dan diperketatnya standar kredit merupakan faktor gabungan yang
menurunkan nilai rumah, dan membuat pemilik rumah merasa kekayaannya menyusut sehingga
akhirnya mereka akan menurunkan secara bertahap belanja mereka yang akan mempelemah
ekonomi. [17] Edward Leamer seorang ekonom UCLA , meragukan bahwa harga rumah akan
jatuh secara dramatis sebab kebanyakan pemilik rumah tidak akan mau menjual rumahnya tetapi
menurut perkiraannya harga rumah akan tetap stabil atau agak tertekan untuk 3 atau 4 tahun
kedepan. [18]
Dengan terungkapnya krisi dan prediksi akan penguatan mulai meningkat, beberapa pembuat
undang-undang dari Partai Demokratik seperti Senator Charles Schumer , Robert Menendez
, dan Sherrod Brown menyarankan bahwa pemerintah Amerika harus menawarkan
pembiayaan untuk mengatasi debitur bermasalah tersebut kehilangan rumahnya. [19] . Beberapa
ekonom mengecam proposal penalangan hutang tersebut dengan mengatakan bahwa hal itu dapat
berpengaruh dari terjadinya lebih banyak lagi kasus gagal bayar ataupun mendorong dilakukannya
lebih banyak lagi pinjaman berisiko

WARKAT

Anda mungkin juga menyukai