Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

Satuan Acara Penyuluhan (SAP

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Hipertensi
Sub Topik : Hipertensi Dalam Kehamilan
Sasaran : Ibu-ibu hamil
Tempat : Puskesmas kapoiala
Hari/Tanggal : 28 februari 2017
Waktu : 30 menit

I. LATAR BELAKANG

Berdasarkan pengalaman klinik dalam penanggulangan hipertensi


dengan kehamilan di Indonesia dengan penyesuaian terhadap
lingkungan dan fasilitas yang tersedia bagi sebagian besar dokter di
Indonesia, dirasakan perlu adanya suatu upaya klasifikasi baru mengenai
hipertensi dengan kehamilan. Tujuan klasifikasi baru ini adalah untuk
mempermudah diagnostik dengan memberikan beberapa tolok ukur
klinik dan untuk me-nyeragamkan catatan medik agar dapat membantu
epidemiologi dan penanggulangan hipertensi dengan kehamilan dimasa
depan.
IV. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Metode :
Ceramah
Tanya jawab
praktik
2. Media :
Leaflet
Lembar Balik
3. Garis besar mater I (terlampir) :
1. Mengetahui pengertian hipertensi dalam kehamilan
2. Mengetahui klasifikasi hipertensi dalam kehamilan
3. Mengetahui cara penatalaksaan hipertensi dalam kehamilan
4. Mengetahui cara mencegah hipertensi dalam kehamilan

V. KEGIATAN PENYULUHAN

No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audience


1. 10 Menit Pembukaan/ Pendahuluan:
a. Memberi salam Membalas salam
b. Perkenalan Mendengarkan
c. Menjelaskan tujuannya Mendengarkan dan Menjawab
2. 60 Menit Pelaksanaan :
a. Menjelaskan materi Mendengarkan dan
tentang hipertensi dalam memperhatikan
kehamilan Bertanya dan menjawab
b. Tanya jawab Menjawab

3. 10 Menit Penutup:
a. Menyimpulkan bersama Menjawab
audience
b. Memberikan motifasi dan Memperhatikan
pujian
c. Mengucapkan terimakasih Menjawab salam
dan salam penutup

VI. KRITERIA EVALUASI

1. Ibu dapat menjelaskan tentang pengertian hipertensi dalam


kehamilan dengan bahasa sendiri dan benar
2. Ibu dapat menjelaskan klasifikasi hipertensi dalam kehamilan
3. Ibu mengerti bagaimana penatalaksaan hipertensi dalam kehamilan
4. Ibu dapat menjelaskan bagaimana cara mencegah hipertensi dalam
kehamilan
MATERI PENYULUHAN

A. Definisi
hipertensi atau tekanan darah tinggi yang menimpa ibu hamil akan
sangat membahayakan baik kehamilan itu sendiri maupun bagi ibu.
hipertensi atau tekanan darah tinggi terjadi ketika darah yang
dipompakan oleh jantung mengalami peningkatan tekanan, hingga hal ini
dapat membuat adanaya tekanan dan merusak dinding arteri di
pembuluh darah. Seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan
darahnya di atas 140/90 mmHG (berarti 140 mmHg tekanan sistolik dan
90 mmHg tekanan diastolik). Hipertensi pada kehamilan banyak terjadi
pada usia ibu hamil di bawah 20 tahun atau di atas 40, kehamilan
dengan bayi kembar, atau terjadi pada ibu hamil dengan kehamilan
pertama.

B. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan:
1. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur
kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosa
setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12
minggu pascapersalinan.
2. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria.
3. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang
dan atau koma.
4. Hipertensi gestasional (disebut juga transient hypertension) adalah
hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan
hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau kehamilan
dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa proteinuria.
C. Etiologi dan faktor resiko
Terdapat banyak resiko untuk terjadinya hipertensi dalam
kehamilan, yang dapat dikelompokkan dalam faktor resiko sebagai
berikut:
1. Primigravida, primipaternitas
2. Hiperplasentosis, misalanya molahidatidosa, kehamilan multipel,
DM, hidrops fetalis, bayi besar
3. Umur yang ekstrim
4. Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia
5. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum
hamil
6. Obesitas

D. Patofisiologi
Penyebab hipertensi kehamilan masih belum diketahui dengan
jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi
tersebut. Teori yang sekarang dianut, yaitu :
- Teori kelainan vaskularisasi plasenta
- Teori iskemik plasenta, radikal bebas, dan difungsi endotel
- Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
- Teori adaptasi kardiovaskularori genetik
- Teori defisiensi gizi
- Teori inflamasi

E. Manifestasi klinis
Gambaran klinik preeklampsia bervariasi luas dan sangat
bervariasi luas dan sangat individual. Kadang-kadang sukar untuk
menentukan gejala preeklampsia mana yang timbul lebih dulu. Secara
teoritik urutan gejala-gejala yang timbul pada preeklampsia ialah edema,
hipertensi, dan terakhir proteinuria; sehingga bila gejala-gejala ini timbul
tidak dalam urtan diatas dapat dianggap bukan preeklampsia.
Dari semua gejala tersebut, timbulnya hipertensi dan proteimuria
merupakan gejala yang sangat penting. Namun, sanyangnya penserita
sering kali tidak merasakan perubahan ini. Bila penderita sudah
mengeluh adanya gangguan nyeri kepal, gangguan penglihatan, atau
nyeri epigastrium, maka penyakit ini sudah cukup lanjut.

F. Klasifikasi preeklampsia
1. Preeklampsia ringan
Definisi
Suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ
yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi
endotel.
Diagnosis
Diagnosis preeklampsia ringan ditegakkab berdasar atas imbulnya
hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah kehamilan 20
minggu.
o Hipertensi sistolik/diastolik 140/90 mmHg. Kenaikan sistolik
30 mmHg dan kenaikan diastolik 15 mmHg tidak dipakai lagi
sebagai kriteria preeklampsia.
o Priteinuria: 300 mg/24 jam atau 1 + dipstik.
o Edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia,
kecuali edema pada lengan, muka dan perut, edema
generalisata.
2. Preeklampsia Berat
Definisi
Preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan tekanan darah
sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 1110 mmHg disertai
proteinuria lebih 5 g/24 jam.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasar kriteria preeklampsia berat
sebagimana tercantum di bawah ini:
o Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik
110 mmHg. Tekanan darah ini tidak akan menurun meskipun
ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani
tirah baring.
o Proteinuria lebih 5 gr/ 24 jam atau 4 + dalam pemeriksaan
kualitatif.
o Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.
o Kenaikan kadar kreatinin plasma.
o Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, byeri
kepala, skotoma dan pandangan kabur.
o Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen
(akibat teregangnya kapsula Glisson)
o Edema paru-paru dan sianosis.
o Hemolisis mikroangiopati.
o Trombositopenia berat: < 100.000 sel/mm3 atau penurunan
trombosit dengan cepat.
o Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoseluler): peningkatan
kadar alanin dan aspartae aminotransferase.
o Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat.
o Sindrom HELLP.

Pembagian preeklampsia berat


Preeklampsia berta dibagi menjadi (a) preeklampsia berat
tanpa impending eclmpsia dan (b) preeklampsia berat dengan Impending
eclampsia bila preeklampsia berat disertai gejala-gejala subjektif berupa
nyeri kepla hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium,
dan kenaikan progresif tekanan darah.

G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tambahan ynag diperlukan untuk penegakan
diagnosa adalah:
Darah rutin
- Eritrosit
- Leukosit
- Trombosis
- Hb
- Ht
- LED
Fungsi hati
- SGOT/SGPT
- Bilirubin
- Protein serum
- Aspartat aminotransferase
Fungsi Ginjal
- Ureum
- kreatinin
Rontgen atau CT_scan otak : untuk mengetahui sudah terdapat
edema atau tidak.

H. Penatalaksanaan
1) penderita preeklampsia berat harus segera masuk Rumah sakit
untuk rawat inap dan dianjurkan tirah baring k=miring ke satu
sisi (kiri).
2) Perawatan yang penting pada preeklampsia dan eklampsia berat
ialah pengelolaan cairan karena penderita preeklampsia dan
eklampsia mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya edema paru
dan oliguria.
3) Oleh karenaitu, monitoring input cairan (melalui oral ataupun
infus) dan output cairan (melalui urin) menjadi sangat penting.
Artinya harus dilakukan pengukuran secara tepat berapa jumlah
cairan yang dimasukkan dan dikeluarkan melalui urin.
4) Cairan yang diberikan berupa
a. 5% Ringer-dekstrose atau cairan daram faali, jumlah
tetesan: < 125 cc/jam
b. Infus dektrose 5% yng tiap 1 liternya diselingi dengna infus
Ringer Laktat (60-125cc/jam) 500cc
5) Dipasang foley catheter untuk mengukur pengeluaran urin.
Oliguria terjadi bila produksi urin < 30 cc/jam dalam 2-3 jam atau
< 500 cc/24 jam.
6) Diberikan antasida untuk menetralisir asalam lambung sehingga
bila mendadak kejang, dapat menghindari resiko aspirasi asam
lambung yan sangat asam.
7) Diet yang cuukup protein, rendah karbohidrat, lemak, dan
garam.
8) Pemberian obat anti kejang
- MgSO4
- Diazepam
- Fenitoin
Magnesium sulfat lebih efektif diberikan sebagai anti kejang, cara
kerja magnesium sulfat ialah mengahambat atau menurunkan asetikolin
pada rangsangan serat saraf dengan menghambat transmisi
neuromuskular. Transmisi neuromuskular membutuhkan kalsium pada
sinaps. Pada pemberian magnesium sulft, magnesium akan menggeser
kalsium, sehingga aliran rangsangan tidak terjadi (terjadi
kompetitif inhibition antara ion kalsium dan iuo magnesium) kadar
kalsium yang tinggi dalam darah dapat menghambat kerja magnesium
sulfat.
Cara pemberian:
Loading dose: initial dose
4 gram MgSO4: intravena, (40% dalam 10cc) selama 15 menit.
Meintenance dose:
Diberikan infus dalam larutan Ringer/6 jam atau diberikan 4 atau
5 gram i.m. selanjutnya meintenance dose diberikan 4 gram i.m. tiap
4-6 jam.

Syarat-syarat pemberian MgSO4:


Harus tersedia antidotum MgSO4, bila terjadi intoksikasi yaitu
kalsium glukans 10% = 1 g (10% dalam 10cc) diberikan i.v. 3 menit.
Refleks patella (+) kuat.
Frekuensi pernapasan > 16 kali/menit, tidak ada tanda-tanda distres
napas.
Magnesium Sulfat dihentikan bila:
Ada tanda-tanda intoksiskasi
Setelah 24 jam pascapersalinan atau 24 jam setelah kejang berakhir
Dosis teraupetik dan toksis MgSO4
Dosis terapeutik 4-7 mEq/liter 4,8-8,4 mg/dl
Hilangnaya refleks tendon 10 mEq/liter 12 mg/dl
Terhentinya pernapasan 15 mEq/liter 18 mg/dl
Terhentinya jantung >30 mEq/liter > 36 mg/dl
Pemberian Magnesium sulfat dapat menurunkan resiko kematian
ibu dan didapatkan 50% dari pemberiannya menimbulkan
efek flushes (rasa panas).
Bila terjadi refrakter terhadap pemberian MgSO4, maka diberikan salah
satu obat berikut: tiopental sodium, sodium amobarbital, diasepam, atau
fenitoin.
Pemberian antihipertensi
Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5 mg IV pelan-pelan
selama 5 menit sampai tekanan darah turun
Jika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam, atau 12,5 mg
IM setiap 2 jam.
Jika hidralazin tidak tersedia dapat diberikan:
Nifedipin 5 mg sublingual. Jika respon tidak baik setelah 10 menit, beri
tambahan 5 mg sublingual;
Labetolol 10 mg IV, yang jika respon tidak baik setelah 10 menit,
diberikan lagi labetolol 20 mg IV.

I. Pencegahan
Pola hidup sehat akan meningkatkan potensi ibu untuk terhindar
dari hipertensi pada kehamilan. Jauhi minuman yang beralkohol, jangan
biasakan anda merokok, hindari stress, pola makan yang sehat (konsumsi
protein tinggi, hindari konnsumsi berlebih makanan yang mengandung
hidrat arang dan garam berlebih) dan berolahragalah. Selain itu ibu bisa
mengkonsumsi beberapa makanan yang dapat membantu menurunkan
tekanan darah seperti coklat, ikan buah jeruk, buah pisang dan ikan.
Lakukan kontrol rutin terhadap kehamilan ibu dan ikuti petunjuk yang
disarankan oleh dokter.

Anda mungkin juga menyukai