Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang berarti jarak yang harus

ditempuh. Dari dunia atletik istilah ini dipakai dalam dunia pendidikan dengan arti

sejumlah mata pelajaran tertentu yang harus ditempuh atau sejumlah pengetahuan

yang harus dikuasai untuk mencapai suatu tingkat atau ijazah (Nasution, 1986)

Pengertian kurikulum di atas dianggap terlalu sempit karena membatasi

pengalaman anak kepada situasi belajar di dalam kelas dan tidak menghiraukan

pengalaman-pengalaman edukatif di luar kelas. Dengan demikian pandangan ini

(yang termasuk pandangan tradisional) memandang kurikulum tidak lebih sekedar

rencana pelajaran disuatu sekolah, tidak sesuai lagi dengan kemajuan zaman.

Dalam perkembangan selanjutnya kurikulum mendapat pengertian yang

lebih luas, seperti yang dikemukakan oleh para ahli berikut ini.

1. Jhon Dewey, kurikulum sesungguhnya tidak lain dari pengalaman,

pengalaman ras, dan pengalaman anak yang direkontruksi terus-menerus

menjadi sejumlah pengetahuan atau bidang studi.

1
2. Franklin Bobbit Kurikulum dirumuskan

(a) sebagai keseluruhan pengalaman, baik pengalaman langsung maupun tidak

langsung yang berkaitan dengan perkembangan kesanggupan-kesanggupan

individu,

(b) serangkaian pengalaman pendidikan yang dipergunakan oleh sekolah untuk

menyempurnakan perkembangan anak.

3. Caswell dan Campbell, kurikulum sebagai semua pengalaman belajar yang

direncanakan dan diarahkan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.

4. Ralph Tyler, kurikulum sebagai semua pengalaman belajar yang direncanakan

dan diarahkan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.

5. Krug, kurikulum terdiri dari semua alat pengajaran yang dipakai sekolah untuk

memberi kiesempatan belajar kepada siswa menuju tujuan belajar yang

dikehendaki.

6. Hilda Taba, kurikulum tersusun dari unsur-unsur tertentu. Suatu kurikulum

biasanya terdiri dari pernyataan-pernyataan mengenai tujuan (umum dan

spesifik), seleksi dan organisasi bahan, strategi belajar maupun mengajar, dan

suatu program evaluasi.

7. Johnson, kurikulum suatu rangkaian hasil belajar yang diinginkan. Kurikulum

mengantisipasi alat untuk mencapai tujuan.

2
8. Robert Gagne, kurikulum sebagai suatu rangkaian unit bahan yang disusun

sedemikian rupa sehingga setiap unit dipelajari secara utuh, dengan syarat

kecakapan dan kemampuan yang terdapat dalam tujuan unit sebelumnya harus

dikuasai oleh anak terlebih dahulu.

9. Harnack, kurikulum meliputi semua pengalaman belajar dan mengajar yang

terpimpin dan diarahkan oleh sekolah.

10. Hass, kurikulum adalah semua pengalaman individu anak dari suatu program

pendidikan yang tujuannya mencapai tujuan umum maupun tujuan yang

spesifik yang direncanakan dalam rangka teori, riset atau praktik profesional

masa lalu dan sekarang.

Di samping pengertian-pengertian kurikulum yang dipaparkan di atas di

dalam UU Pendidikan NO.2 tahun 1989 disebutkan kurikulum adalah seperangkat

rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Kurikulum
2. Konsep Kurikulum
3. Penerapan Kurikulum
4. Merencanakan Kurikulum

C. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
Apakah pembelajaran sesuai dengan kurikulum

3
Apakah pembuatan RPP sesuai dengan Silabus

Pembelajaran
Kejelasan pembelajaran dengan menggunakan RPP

D. Manfaat

Penelitian ini mempunyai manfaat untuk pedoman hidup dan penilaian

hasil belajar siswa dalam Pendidikan Bahasa Indonesia sangat membawa

perubahan dalam konunikasi ataupun dalam bersosialisasi di sekolah maupun di

masyarakat.

BAB II

PEMBAHASAN

4
A. KONSEP KURIKULUM

Teori kurikulum adalah suatu perangkat pernyataan yang memberikan

makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya

penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk

perkembangan/penggunaan dan evaluasi kurikulum. Konsep terpenting yang perlu

mendapat penjelasan dalam teori kurikulum adalah konsep kurikulum.

1. Konsep kurikulum Konsep terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan

dalam teori kurikulum adalah konsep kurikulum. Ada tiga konsep tentang

kurikulum, kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan sebagai bidang studi.

a. Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi: Suatu kurikulum,

dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di

sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu

kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan

tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi.

Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai

hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dan pemegang

kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat

mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun

seluruh negara.

b. Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai suatu sistem: Yaitu sistem kurikulum.

Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem

5
pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup

struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu

kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari

suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari

sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.

c. Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi: Yaitu bidang studi

kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli

pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah

mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang

mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar tentang

kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan

percobaan, mereka menemukan hal-hal barn yang dapat memperkaya dan

memperkuat bidang studi kurikulum. Seperti halnya para ahli ilmu sosial

lainnya, para ahli teori kurikulum juga dituntut untuk:

(1) mengembangkan definisi-definisi deskriptif dan preskriptif dari istilah- istilah

teknis,

(2) mengadakan klasifikasi tentang pengetahuan yang telah ada dalam

pengetahuan-pengetahuan baru,

(3) melakukan penelitian inferensial dan prediktif,

(4) mengembangkan subsubteori kurikulum, mengembangkan dan melaksanakan

model-model kurikulum. Keempat tuntutan tersebut menjadi kewajiban

seorang ahli teori kurikulum. Melalui pencapaian keempat hal tersebut baik

6
sebagai subtansi, sebagai sistem, maupun bidang studi kurikulum dapat

bertahan dan dikembangkan.

2. Perkembangan teori kurikulum Perkembangan teori kurikulum tidak dapat

dilepaskan dari sejarah perkembangannya. Perkembangan kurikulum telah

dimulai pada tahun 1890 dengan tulisan Charles dan McMurry, tetapi secara

definitif berawal pada hasil karya Franklin Babbit tahun 1918. Bobbit Bering

dipandang sebagai ahli kurikulum yang pertama, is perintis pengembangan praktik

kurikulum. Bobbit adalah orang pertama yang mengadakan analisis kecakapan

atau pekerjaan sebagai cara penentuan keputusan dalam penyusunan kurikulum.

Dia jugalah yang menggunakan pendekatan ilmiah dalam mengidentifikasi

kecakapan pekerjaan dan kehidupan orang dewasa sebagai dasar pengembangan

kurikulum. Menurut Bobbit, inti teori kurikulum itu sederhana, yaitu kehidupan

manusia. Kehidupan manusia meskipun berbeda-beda pada dasarnya sama,

terbentuk oleh sejumah kecakapan pekerjaan. pendidikan berupaya

mempersiapkan kecakapan-kecakapan tersebut dengan teliti dan sempurna.

Kecakapan-kecakapan yang harus dikuasai untuk dapat terjun dalam kehidupan

sangat bermacam-macam, bergantung pada tingkatannya maupun jenis

lingkungan. Setiap tingkatan dan lingkungan kehidupan menuntut penguasaan

pengetahuan, keterampilan, sikap, kebiasaan, apresiasi tertentu. Hal-hal itu

merupakan tujuan kurikulum.

Untuk mencapai hal-hal itu ada serentetan pengalaman yang harus

dikuasai anak. Seluruh tujuan beserta pengalaman-pengalaman tersebut itulah

yang menjadi bahan kajian teori kurikulum. Werrett W. Charlters (1923) setuju

7
dengan konsep Bobbit tentang analisis kecakapan/pekerjaan sebagai dasar

penyusunan kurikulum. Charters lebih menekankan pada pendidikan vokasional.

Ada dua hal yang sama dari teori kurikulum, teori Bobbit dan Charters. Pertama,

keduanya setuju atas penggunaan teknik ilmiah dalam memecahkan masalah-

masalah kurikulum.

Dalam hal ini mereka dipengaruhi oleh gerakan ilmiah dalam pendidikan

yang dipelopori oleh E.L. Thorndike, Charles Judd, dan lain-lain. Kedua,

keduanya bertolak pada asumsi bahwa sekolah berfungsi mempersiapkan anak

bagi kehidupan sebagai orang dewasa. Untuk mencapai hal tersebut, perlu analisis

tentang tugas-tugas dan tuntutan dalam kurikulum disusun keterampilan, pengeta-

huan, sikap, nilai, dan lain-lain yang diperlukan untuk dapat berpartisipasi dalam

kehidupan orang dewasa. Bertolak pada hal-hal tersebut mereka menyusun

kurikulum secara lengkap dalam bentuk yang sistematis.

Mulai tahun 1920, karena pengaruh pendidikan progresif, berkembang

gerakan pendidikan yang berpusat pada anak (child centered). Teori kurikulum

berubah dari yang menekankan pada organisasi isi yang diarahkan pada

kehidupan sebagai orang dewasa (Bobbit dan Charters) kepada kehidupan

psikologis anak pada saat ini. Anak menjadi pusat perhatian pendidikan. Isi

kurikulum harus didasarkan atas minat dan kebutuhan siswa. pendidikan

menekankan kepada aktivitas siswa, siswa belajar melalui pengalaman.

Penyusunan kurikulum harus melibatkan siswa. Perkembangan teori kurikulum

selanjutnya dibawakan oleh Hollis Caswell. Dalam peranannya sebagai ketua

divisi pengembang kurikulum di beberapa negara bagian di Amerika Serikat

8
(Tennessee, Alabama, Florida, Virginia), is mengembangkan konsep kurikulum

yang berpusat pada masyarakat atau pekerjaan (society centered) maka Caswell

mengembangkan kurikulum yang bersifat interaktif.

Dalam pengembangan kurikulumnya, Caswell menekankan pada

partisipasi guru-guru, berpartisipasi dalam menentukan kurikulum, menentukan

struktur organisasi dari penyusunan kurikulum, dalam merumuskan pengertian

kurikulum, merumuskan tujuan, memilih isi, menentukan kegiatan belajar, desain

kurikulum, menilai hasil, dan sebagainya. pada tahun 1947 di Univeristas Chicago

berlangsung diskusi besar pertama tentang teori kurikulum. Sebagai hasil diskusi

tersebut dirumuskan tiga tugas utama teori kurikulum:

(1) mengidentifikasi masalah-masalah penting yang muncul dalam pengembangan

kurikulum dan konsep-konsep yang mendasarinya,

(2) menentukan hubungan antara masalah-masalah tersebut dengan struktur yang

mendukungnya,

(3) mencari atau meramalkan pendekatan-pendekatan pada masa yang akan

datang untuk memecahkan masalah tersebut.

Ralph W. Tylor (1949) mengemukakan empat pertanyaan pokok yang

menjadi inti kajian kurikulum:

1. Tujuan pendidikan yang manakah yang ingin dicapai oleh sekolah?

2. pengalaman pendidikan yang bagaimanakah yang harus disediakan untuk

mencapai tujuan tersebut?

9
3. Bagaimana mengorganisasikan pengalaman pendidikan tersebut secara efektif?

4. Bagaimana kita menentukan bahwa tujuan tersebut telah tercapai?

Empat pertanyaan pokok tentang kurikulum dari Tylor ini banyak dipakai

oleh para pengembangan kurikulum berikutnya. Dalam konferensi nasional

perhimpunan pengembang dan pengawas kurikulum tahun 1963 dibahas dua

makalah penting dari George A. Beauchamp dan Othanel Smith. Beauchamp

menganalisis pendekatan ilmiah tentang tugas-tugas pengembangan teori dalam

kurikulum. Menurut Beauchamp, teori kurikulum secara konseptual berhubungan

erat dengan pengembangan teori dalam ilmu-ilmu lain.

Hal-hal yang penting dalam pengembangan teori kurikulum adalah

penggunaan istilah-istilah teknis yang tepat dan konsisten, analisis dan klasifikasi

pengetahuan, penggunaan penelitianpenelitian preckktif untuk menambah konsep,

generalisasi atau kaidahkaidah, sebagai prinsip-prinsip yang menjadi pegangan

dalam menjelaskan fenomena kurikulum. Dalam makalah kedua, Othanel Smith

menguraikan peranan filsafat dalam pengembangan teori kurikuklm yang bersifat

ilmiah. Menurut Smith, ada tiga sumbangan utama filsafat terhadap teori

kurikulum, yaitu:

(1) merumuskan dan mempertimbangan tujuan pendidikan,

(2) memilih dan menyusun bahan, dan

(3) perluasan bahasa khusus kurikulum.

10
James B. MacDonald (1964) melihat teori kurikulum dari model sistem.

Ada empat sistem dalam persekolahan yaitu kurikulum, pengajaran (instruction),

mengajar (teaching), dan belajar. Interaksi dari empat sistem ini dapat

digambarkan dengan suatu diagram Venn. Melihat kurikulum sebagai suatu sistem

dalam sistem yang lebih besar yaitu persekolahan dapat memperjelas pemikiran

tentang konsep kurikulum. Penggunaan model sistem juga dapat membantu para

ahli teori kurikulum menentukan jenis dan lingkup konseptualisasi yang

diperlukan dalam teori kurikulum. Broudy, Smith, dan Burnett (1964)

menjelaskan makalah persekolahan dalam suatu skema yang menggambarkan

komponen-komponen dari keseluruhan proses mempengaruhi anak.

Beauchamp merangkumkan perkembangan teori kurikulum antara tahun

1960 sampai dengan 1965. la mengidentifikasi adanya enam komponen kurikulum

sebagai bidang studi, yaitu: landasan kurikulum, isi kurikulum, desain kurikulum,

rekayasa kurikulum, evaluasi dan penelitian, dan pengembangan teori.

Thomas L. Faix (1966) menggunakan analisis struktural-fungsional yang

berasal dari biologi, sosiologi, dan antropologi untuk menjelaskan konsep

kurikulum. Fungsi kurikulum dilukiskan sebagai proses bagaimana memelihara

dan mengembangkan strukturnya. Ada sejumlah pertanyaan yang diajukan dalam

analisis struktural-fungsional ini. Topik dan subtopik dari pertanyaan ini

menunjukkan fenomena-fenomena kurikulum. Pertanyaan-pertanyaan itu

menyangkut:

(1) pertanyaan umum tentang fenomena kurikulum,

11
(2) sistem kurikulum,

(3) unit analisis dan unsurunsurnya,

(4) struktur sistem kurikulum,

(5) fungsi sistem kurikulum,

(6) proses kurikulum, dan

(7) prosedur analisis struktural-fungsional.

Alizabeth S. Maccia. (1965) dari hasil analisisnya menyimpulkan adanya

empat teori kurikulum, yaitu:

(1) teori kurikulum (curriculum theory),

(2) teori kurikulum-formal (formal-curriculum theory),

(3) teori kurikulum valuasional (valuational curriculum theory), dan

(4) teori kurikulum praksiologi (praxiological curriculum theory).

Teori kurikulum (curriculum Theory atau event theory) merupakan teori

yang menguraikan pemilihan dan pemisahan kejadian/peristiwa kurikulum atau

yang berhubungan dengan kurikulum dan yang bukan. Menurut Maccia,

kurikulum merupakan bagian dari pengajaran, teori kurikulum merupakan

subteori pengajaran. Teori kurikulum formal memusatkan perhatiannya pada

struktur isi kurikulum. Teori kurikulum valuasional mengkaji masalah-masalah

pengajaran apa yang berguna/ berharga bagi keadaan sekarang. Teori kurikulum

12
praksiologi merupakan suatu pengkajian tentang proses untuk mencapai tujuan-

tujuan kurikulum. Walaupun mungkin, kita tidak setuju dengan seluruh pendapat

Maccia, tetapi telah berhasil menunjukkan sejumlah dimensi kurikulum yang

cukup berharga untuk menjelaskan teori kurikulum.

B. PENERAPAN KURIKULUM DI DALAM KELAS

Sebuah kelas tidak boleh sekedar diartikan sebagai tempat siswa

berkumpul untuk mempelajari sejumlah ilmu pengetahuan. Demikian juga sebuah

sekolah bukanlah sekedar sebuah gedung tempat murid mencari dan mendapatkan

ilmu pengetahuan. Sekolah dan kelas diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat dalam mendidik anak-anak, yang tidak hanya harus didewasakan dari

aspek intelektualnya saja, akan tetapi dalam seluruh aspek kepribadiannya. Untuk

itu bagi setiap tingkat dan jenis sekolah diperlukan kurikulum yang mampu

memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks dalam

perkembangannya. Kurikulum yang dipergunakan di sekolah sangat besar

pengaruhnya terhadap aktivitas kelas dalam mewujudkan proses belajar mengajar

yang berdaya guna bagi pembentukan pribadi siswa. Dengan kata lain aktivitas

sebuah kelas sangat dipengaruhi oleh kurikulum yang dipergunakan di sekolah.

Suatu kelas akan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat apabila kurikulum

yang dipergunakan di sekolah dirancangkan sesuai dengan dinamika masyarakat.

Sekolah yang kurikulumnya dirancangkan secara tradisional akan mengakibatkan

aktivitas kelas berlangsung secara statis.

13
Kurikulum tradisional diartikan sebaga sejumlah materi pengetahuan dan

kebudayaan hasil masa lalu yang harus dikuasai murid untuk mencapai suatu

tingkat tertentu, yang dinyatakan dengan ketentuan kenaikan kelas atau pemberian

ijazah kepada murid tersebut. Di dalam kurikulum seperti itu mata pelajaran

diberikan secara terpisah-pisah (subject certerd curriculum0 yang pada umumnya

bersifat intelektualistis. Sekolah yang diselenggarkan dengan kurikulum modern

pada dasarnya akan mampu menyelenggarakan kegiatan kelas yang bersifat

dinamis.

Kurikulum modern diartikan sebagai semua kegiatan yang berpengaruh

pada pembentukan pribadi murid, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar

kelas/sekolah, termasuk di dalamnya lingkungan sekitar yang bersifat non

edukatif seperti warung sekolah, pesuruh, kondisi bangunan dan sarana sekolah

lainnya, masjid/Gereja d an lain-lain. Kedua kurikulum tersebut di atas kurang

serasi dengan kondisi masyarakat Indonesia yang memiliki pandangan hidup

Pancasila.

Di satu pihak kurikulum tradisional yang berpusat pada guru akan

diwarnai dengan sikap otoriter yang mematikan inisiatif dan kreativitas murid.

Kurikulum itu tidak akan mampu memenuhi tuntutan pembentukan pribadi

berdasarkan minat, bakat, kemampuan dan sifat-sifat kepribadian yang berbeda-

beda. Antara murid yang satu dengan murid yang lain dalam satu kelas. Segala

sesuatu yang menyangkut isi kurikulum untuk dilaksanakan di kelas sudah diatur

dan ditetapkan oleh pihak instansi atasan, yang bahkan menutup kemungkinan

14
guru mengembangkan kegiatan berdasarkan inisiatif dan krativitasnya sesuai

dengan kebutuhan anak-anak dan masyarakat sekitar.

Dipihak lain kurikulum modern yang menekankan pada perkembangan

individu secara maksimal, akan mencerminkan kebebasan atas dasar demokrasi

liberal sehingga tidak memungkinkan diselenggarakannya secara efektif kegiatan

belajar secara klasikal untuk pengembangan pribadi sebagai makhluk sosial dan

makhluk Tuhan Yang maha Esa. Oleh karena itu diperlukan usaha

mengintegrasikan kedua kurikulum tersebut dalam kehidupan lembaga pendidikan

formal di Indonesia agar serasi dengan kebutuhan dan dinamika masyarakat.

Kurikulum harus dirancang sebagai sejumlah pengalaman edukatif yang

menjadi tanggungjawab sekolah dalam membantu anak-anak mencapai tujuan

pendidikannya, yang diselenggarakan secara berencana, sistematik dan terarah

serta terorganisir. Sekolah yang dirancang dengan kurikulum seperti itu,

memungkinkan kegiatan kelas tidak sekedar dipusatkan pada penyampaian

sejumlah materi pelajaran/pengetahuan yang bersifat intellectualistic, akan tetapi

juga memperhatikan aspek pembentukan pribadi, baik sebagai makhluk individual

dan makhluk sosial maupun sebagai makhluk bermoral.

Dengan kurikulum seperti disebutkan terakhir berarti isi pendidikan di

dalam kegiatan kelas untuk setiap jenjang/tingkat sekolah harus dirancangkan

sebagai berikut:

1. Tingkat Taman Kanak-Kanak Kurikulum pada tingkat ini harus dirancang untuk

memungkinkan kelas menyelenggarakan kegiatan agar anak-anak belajar bergaul,

15
belajar mempergunakan alat-alat yang sederhana, memperoleh ketrampilan dasar

atau tingkat permulaan dan dapat bekerja sama dalam bermain walaupun pada

tingkat ini kecenderungan dalam bermain masih bersifat individual.

2. Tingkat Sekolah Dasar Kurikulum pada tingkat ini pada tahap permulaan atau

kelas-kelas rendah harus dirancangkan untuk memungkinkan kelas melanjutkan

kegiatan-kegiatan atau program-program di taman kanak-kanak. Selanjutnya

sesuai dengan kematangan anak-anak, secara bertahap kurikulum harus dengan

kematangan anak-anak, secara bertahap kurikulum harus dikembangkan juga

untuk mempelajari fakta-fakta pengetahuan yang sederhana, pengembangan

kebiasaan berpikir secara kreatif dan pembentukan watak berdasarkan sistem

nilai-nilai tertentu. Untuk itu dapat dilaksanakan berbagai kegiatan kelas baik

yang dilakukan secara individual maupun secara bersama-sama.

3. Sekolah Lanjutan/menengah Kurikulum pada tingkat ini harus dirancangkan

untuk memungkinkan diselenggarakannya kegiatan kelas dalam memenuhi

kebutuhan melakukan eksplorasi dan eksperimentasi guna memberikan

pengalaman intelektual dan sosial yang terpadu dalam rangka realisasi diri. 4.

Tingkat Perguruan Tinggi Kurikulum pada tingkat ini dirancangkan untuk

memungkinkan kelas menyelenggarakan kegiatan membantu perkembangan

individual secara maksimal dalam rangka menguasai keahlian profesional tertentu.

C. AKTIVITAS GURU DALAM MERENCANAKAN KURIKULUM

16
Pada dasarnya kegiatan merencanakan meliputi: penentuan tujuan

pengajaran, menentukan bahan pelajaran, menentukan alat dan metode dan alat

pengajaran dan merencanakan penilaian pengajaran (Sudjana, 1989: 31). Dengan

demikian kegiatan merencanakan merupakan upaya yang sistematis dalam upaya

mencapai tujuan, melalui perencanaan yang diharapkan akan mempermudah

proses belajar mengajar yang kondusif.

Dalam kegiatan perencanaan langkah pertama yang harus ditempuh oleh

guru adalah menentukan tujuan yang hendak dicapai. Berangkat dari tujuan yang

kongkrit akan dapat dijadikan patokan dalam melakukan langkah dan kegiatan

yang harus ditempuh termasuk cara bagaimana melaksanakanya. Dalam memberi

beberapa pentujuk tentang cara merumuskan tujuan pengajaran yaitu:

1. Tujan hendaknya mengandung unsure proses dan produk.


2. Tujuan harus bersifat spesifik dan dinyatakan dalam bentuk prilaku nyata.

Mengandung pengalaman belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang

dimaksudkan.
3. Pencapaian tujuan kadang kala membutuhkan waktu ralatif lama (tak dapat

dicapai dengan segera). Harus realistis dan dapat dimaknai sebagai kegiatan

belajar atau pengalaman belajar tertentu. Harus komprehensif, artinya

mencakup semua aspek dan tujuan yang ingin dicapai sekolah.

Dalam merencanakan proses pembelajaran maka langkah kedua adalah

menetapkan bahan pelajaran. Dalam pandangan Ansary (1988: 120) bahan

pelajaran mencangkup tiga komponen, yaitu ilmu pengetahuan, proses dan nilai-

nilai. Dalam hal ini tiga kompunen tersebut dapat dirinci sesuai dengan tujuan

17
yang ingin dicapai sekolah. Dalam menentukan bahan pelajaran bukanlah

pekerjaan yang mudah akan tetapi pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi yang

serius, karena bahan pelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan sosial di

samping perkembanga ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dalam menentu-

kan bahan pelajaran perlu memperhatikan beberapa hal yaitu: signifikansi,

kegunaan, minat, dan perkembangan manusiawi.

Yang harus diperhatikan adalah bagaimana bahan pelajaran yang akan

disajikan kepada anak didik dirancang dan diogarnisir dengan baik. Nasution

(1988: 142) mengartikan organisasi kurikulum sebagai pola atau bentuk bahan

pelajaran yang disusun dan disampaikan pada murid. Sedangkan menurut Ansyar

(1988: 122) bahwa organisasi kurikulum mencangkup urutan, aturan dan

integrasi kegiatan-kegiatan sedemikian rupa guna mencapai tujuan-tujuan.

Sukmadinata (1988: 123) menjelaskan beberapa jenis organisasi kurikulum yang

dapat digunakan untuk mencapai tujuan pengajaran yaitu sebagai berikut:

(a) organisasi kurikulum berdasarkan atas pelajaran,

(b) organisasi kurikulum berdasarkan kebutuhan anak,

(c) organisasi kurikulum berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.

Karena itu guru sebagai pengembang kurikulum di sekolah sudah

seharusnya data memilih jenis organisasi kurikulum yang sesuai dengan

kebutuhan. Penentuan metode mengajar adalah merupakan langkah ketiga dari

tugas guru sebagai pengembang kurikulum di sekolah. Menentukan metode

mengajar ini erat dengan hubungannya pemilihan strategi belajar mengajar yang

18
paling efektif dan efensien dalam melakukan proses belajar mengajar guna

mencapai tujuan pengajaran.

Warijan dkk. (1984: 32) mengartikan strategi pengajaran sebagai kegiatan

yang dipilih guru dalam proses belajar mengajar, yang dapat diberikan kemudahan

atau fasilitas kepada anak didik menuju tercapainya tujuan pengajaran.

Menurut Sudjana (1989: 57) ada beberapa hal yang harus menjadi bahan

pertimbangan dalam menentukan metode mengajar yang akan digunakan, yaitu:

(a) tujuan pengajaran yang ingin dicapai,

(b) bahan pelajaran yang akan diajarkan,

(c) jenis kegiatan belajar anak didik yang diinginkan.

Ada beberapa metode mengajar yang dapat digunakan untuk mengaktifkan

siswa dalam proses belajar mengajar, yaitu ceramah, tanya jawab, diskusi, resitasi,

belajar kelompok, dan sebagainya. Sedangkan langkah ke empat dalam

merencanakan pembelajaran adalah merencanakan penilaian pelajaran. Penilaian

pada dasarnya adalah suatu proses menentukan nilai dari suatu obyek atau

peristiwa dalam konteks situasi tertentu (Sudjana dan Ibrahim, 1989: 119).

Di sisi lain Hasan (1988: 11) mengatakan bahwa penilaian berbeda dengan

tes dan pengukuran. Tes merupakan bagian integral dari pengukuran, sedangkan

pengukuran hanya merupakan salah satu langkah yang mungkin digunakan dalam

kegiatan penilaian.

19
BAB III

20
HASIL OBSERVASI KURIKULUM

DI MADRASAH IBTIDAIYYAH

AL-AZHAR

PEDOMAN PENELAAHAN/STUDI DOKUMENTASI KURIKULUM

DI MADRASAH IBTIDAIYYAH AL-AZHAR

MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA

KELAS : IV (empat)

SEMESTER : GENAP/DUA

NAMA GURU : KUAT S.Pd.I

21
HARI/TANGGAL : 16 JANUARI 2013

ANALISIS STUDI
PENILAIAN
NO INDIKATOR OBSERVASI DOKUMEN
SM M S K KM
1. Silabus pembelajaran

1.1 Apakah silabus

merupakan suatu konsep

dalam sistem

pembelajaran

Sampai sejauh mana

1.2 kegiatan belajar siswa

menjadi bagian

kurikulum

Apakah ruang lingkup


1.3 kurikulum sebagai

bidang studi

Apakah kurikulum perlu

memiliki sejumlah
1.4
materi untuk mencapai

tujuan-tujuan tersebut

Apakah kurikulum perlu

22
mengadakan rumusan
1.5
yang lebih spesifik

tentang rencana dan

bahan pengajaran

2. RPP

2.1 - Apakah RPP dibuat setelah

selesai pembelajaran

atau dibuat untuk satu

tahun
- Apakah RPP dibuat dan
2.2
dijadikan pedoman

pembelajaran
- Apakah RPP dibuat sesuai

2.3 dengan silabus

3. BUKU AJAR

3.1 - Apakah setiap

pembelajaran

menggunakan buku

panduan
- Apakah buku yang
3.2
diajarkan menggunakan

buku yang diberikan

23
oleh sekolah atau tidak
- Apakah buku yang

diajarkan menggunakan
3.3
buku paket atau buku

LKS

PEDOMAN OBSEVASI IMPLEMENTASI RPP

DALAM PROSES PEMBELAJARAN

TI
N ASPEK YANG
YA DA SM M S K KM ANALISIS
O DIOBSERVASI
K
Tentang materi
1
pembelajaran
1.1

Kesesuaian

materi dengan

pembelajaran

24
Apakah setiap

pembelajaran

1.2 selalu

menggunakan

media

1.3 Mengadakan

apresiasi

Apakah setiap

pembelajaran
1.4
melaksanakan

evaluasi

2 Tentang guru

25
Sistem

2.1 pembelajaran

yang efektif

Pencapaian

pengajaran sesuai

2.2 dengan RPP dan

silabus

Setelah selesai

menerangkan

2.3 selalu

memberikan

evaluasi

3 Tentang siswa
3.1

Memahami

26
pembelajaran

yang diberikan

oleh guru

Prestasi siswa

dalam setiap

pembelajaran
3.2
apakah selalu

naik atau

berkurang

27
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU

NAMA : KUAT S.Pd.I

SEKOLAH : MADRASAH IBTIDAIYYAH AL-AZHAR

NO PERTANYAAN HASIL
1 Silabus dan RPP

Apakah setiap bahan ajar


1.1
agar harus selalu di buat

RPP?

Apakah pembuatan dalam

1.2 RPP dibuat dalam bidang

pertahun?

Apakah dalam perbuatan

1.3 RPP Bapak/Ibu

mendapatkan kesulitan?

2 Pelaksanaan pembelajaran

28
Menggunakan metode apa,

2.1 dalam pelaksanaan

pembelajaran?

Apakah Bapak/Ibu

mendapatkan kesulitan
2.2
saat proses pembelajaran

dikelas?

Apakah dengan

menggunakan metode

2.3 tersebut pelaksanaan

pembelajaran akan lebih

baik?
3 Evaluasi

Apakah setiap tahun

3.1 sistem penilaian dan hasil

berubah-ubah?

3.2

Apakah selalu

memberikan evaluasi

29
kepada siswa?

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK MURID

30
NAMA : IQBAL

SEKOLAH : MADRASAH IBTIDAIYYAH AL-AZHAR

KELAS : IV (empat)

NO PERTANYAAN HASIL
Sistem pengajaran

1 Apakah adik menyukai pelajaran

Bahasa Indonesia?

2 Pelajaran Bahasa Indonesia

mudah dimengerti apa tidak?

3 Apakah adik memahami

pengajaran Bahasa Indonesia

yang disampaikan oleh

Bapak/Ibu guru?

4 Menurut adik apa yang sulit dari

pelajaran Bahasa Indonesia?

31
5 Menurut adik guru Bahasa

Indonesia baik atau tidak?

6 Cara mengajarnya enak atau

tidak?

7 Paling suka dalam pelajaran

Bahasa Indonesia apa?

(antara menulis, membaca,

mendengarkan, atau berbicara)

8 Adakah kritik dan saran yang

ingin adik ajukan kepada guru

yang bersangkutan?

9 Apakah setiap akhir pelajaran

Bahasa Indonesia Bapak/Ibu

guru selalu memberikan latihan?

32
10 Apakah setiap akhir

pembalajaran Bahasa Indonesia,

Bapak/Ibu guru selalu

memberikan tugas rumah/PR

pelajaran Bahasa Indonesia?

33
LAMPIRAN

RPP DAN SILABUS

BAB IV

KESIMPULAN

1. Kesimpulan wawancara dengan guru

34
Silabus dan RPP adalah bagian yang penting dalam ilmu keguruan. Karena

dengan adanya silabus dan RPP pengajaran dan pembelajaran akan lebih terarah.

Terbukti pada saat kita mewawancarai wali kelas IV Madrasah Ibtidaiyah yang

bernama Bapak Kuat, S.Pd.I beliau selalu membuat RPP diakhir tahunnya atau

lebih spesifikasinya silabus dibuat terlebih dahulu dan RPP disusun pertahun.
Pembuatan RPP harus dapat dimengerti oleh siswa karena didalam RPP

sudah ada rencana bahan ajar yang harus dimengerti oleh siswa.
Dalam melaksanakan pembelajaran harus ada metode yang dapat

merangsang keaktifan siswa dalam belajar. Bapak Kuat, sering menggunakan

metode demonstrasi. Alasannya dengan menggunakan metode demonstrasi ,

peserta dapat lebih cepat menangkap bahan ajar yang diberikan


Dari segi penilaian, sistem penilaian dan hasil dari dari KKM selalu

berubah-ubah tiap tahunnya sesuai dengan hasil rapat yang diadakan di sekolah

tersebut.

2. Kesimpulan wawancara dengan siswa


Beberapa siswa Madrasah Ibtidaiyah Al-Azhar, mata pelajaran Bahasa

Indonesia terbilang susah-susah gampang. Ada 20% siswa mengatakan Bahasa

Indonesia mata pelajaran yang sangat sulit selain harus banyak membaca juga

harus pandai-pandai dari segi menulis dan menyimak.


Adapun selain dari bagian diatas, membuat karangan dan menuliskan

pokok-pokok pengumuman yang sangat sulit. Terbukti saat kami test membuat

karangan, siswa-siswa sangat kesulitan. Disana Bapak Kuat S.Pd.I memberikan

satu cara agar siswa-siswa tersebut bisa membuat sedikit demi sedikit sebuah

35
kalimat agar menjadi sebuah karangan. Akhirnya, siswa-siswa tersebut memahami

dan dapat membuat sebuah kalimat.


Alasan kenapa siswa-siswa tidak menyukai materi karangan, karena siswa-

siswa tersebut belum terbiasa dengan menulis. Mereka beranggapan, karangan itu

membuat tulisan yang banyak.


Selain karangan, Teks Pengumuman juga materi yang membuat siswa-

siswa kesulitan untuk memahami alasannya kurangnya bahan kosakata yang

mereka miliki.
Tapi, dari dua materi yang mereka tidak sukai, bercerita yang mereka sukai

karena sangat menarik dan keingintahuan mereka jadi menantang, mereka

berpendapat dengan bercerita mereka hanya perlu menyimak dengan baik dan

dapat berimajinasi sesuka mereka.

3. Kesimpulan Observasi Implementasi RPP dalam Proses Pembelajaran


Ada 3 aspek yang diobservasi
1. Tentang materi Pembelajaran
2. Tentang Guru
3. Tentang Siswa
3.1. Tentang materi pembelajaran
Dari hasil kesesuaian meteri pembelajaran, kami member nilai M (4) yang

berarti memuaskan dengan hasil analisis materi yang direncanakan sesuai dengan

pembelajaran yang diberikan.


Dari hasil mengadakan apresiasi, kami memberikan nilai M (4) yang berarti

memuaskan dengan hasil analisis siswa-siswa lebih terangsang untuk mengikuti

seiap kegiatan dengan aktif.


Dari hasil pelaksanaan evaluasi, kami memberikan nilai M (4) yang berarti

memuaskan dengan hasil analisis sebelum diberi bahan ajar yang baru, siswa

36
diajak unutk mengulang kembali bahan ajar dengan menggunakan metode Tanya

jawab.

3.2. Tentang Guru


Dari hasil sistem pembelajaran kami memberikan nilai SM (5) yang berarti

sangat memuaskan dengan hasil analisis kegiatan belajar mengajarnya berjalan

dengan sangat efektif dan tertib.


Dari hasil pencapaian pengajaran sesuai dengan RPP dan silabus yang telah

kami telaah dan kami memberikan nilai SM (5) yang berarti sangat memuaskan

dengan hasil analisis silabus dan RPP memiliki kesesuaian.


Dari hasil kegiatan evaluasi dalam analisis kami member nilai M (4) yang

berarti memuaskan dengan hasil analisis dari beberapa dokumen yang diberikan.

3.3. Tentang siswa


Dari hasil memahami pembelajaran kami memberikan nilai M (4) yang

berarti memuaskan dengan hasil analisis siswa-siswa dapat memahami bahan ajar

yang diberikan dan mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Dari hasil prestasi siswa dalam satu tahun kami member nilai M (4) yang

berarti memuaskan dengan hasil analisis dari yang awalnya tidak menyukai mata

pelajaran bahasa Indonesia., menjadi menyukai dan memahami bahan ajar yang

diberikan.

4. Kesimpulan Pedoman Penelaahan atau Studi Dokumentasi kurikulum di

Madrasah Ibtidaiyyah Al-Azhar


Ada dua indikator yang diobservasi:
4.1. Silabus pembelajaran
Silabus pembelajaran terdiri atas:
Kelengkapan unsur-unsur dalam silabus pembelajaran kami memberikan nilai

M dapat dianalisa bahwa silabus yang telah di buat memenuhi unsur-unsur

silabusnya.

37
Kejelasan setiap usnur dalam pembelajaran kami memberikan nilai M dapat

dianalisa dan jelas setiap unsur didalamnya.

4.1.1 Standar kompetensi terdiri atas


Kesesuaian standar kompetensi dengan buku sumber kami memberikan nilai

M karena keduanya memiliki keseuaian.


Kesesuaian standar kompetensi dengan pembelajaran dan aktual leraning

kami memberikan nilai SM dapat dianalisa setelah disimak proses

pelaksanaan pembelajaran di kelas sesuai dengan standar kompetensi.

4.1.2. Kompetensi dasar terdiri atas


Kejelasan kompetensi dasar kami berikan nilai M dapat dianalisa diadakan

kompetensi dasar telah tercantum kejelasanannya sesuai dengan standar

kompetensi.
Kesesuaian kompetensi dasar dengan standar kompetensi kami beri nilai M

karena jeduanya memiliki kesesuaian.

4.1.3. Indikator
Indikator pencapaian kompetensi dasar kami memberi nilai S dapat

dianalisa menemui kesulitan dalam bahan ajar yang akan diberikan kepada

siswa.
Kesesuaian indikator dengan kemampuan siswa kami beri nilai S dapat

dianalisa sebagian siswa memiliki kesulitan dalam memahami bahan ajar.

4.2. RPP terdiri atas


Kesesuaian dengan silabus kami memberi nilai S dapat dianalisa ada

beberapa perbedaan.

38
Kelengkapan unsur-unsur dalam RPP kami beri nilai M (4) dapat dianalisa

dari RPPnya yang lengkap, dan sesuai dengan kurikulum yang diberikan

kepada pelajar/siswa-siswi.
Kejelasan unsur-unsur dalam RPP kami beri nilai M (4) dapat dianalisa dari

unsur-unsru kejelasan RPP tersebut.

BAB V

39
PENUTUP

A. Kesimpulan

kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang berarti jarak yang harus

ditempuh. Dari dunia atletik istilah ini dipakai dalam dunia pendidikan dengan arti

sejumlah mata pelajaran tertentu yang harus ditempuh atau sejumlah pengetahuan

yang harus dikuasai untuk mencapai suatu tingkatan. Kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara

yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar

Konsep kurikulum Konsep terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan

dalam teori kurikulum adalah konsep kurikulum. Ada tiga konsep tentang

kurikulum, kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan sebagai bidang studi.

Kurikulum yang dipergunakan di sekolah sangat besar pengaruhnya terhadap

aktivitas kelas dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang berdaya guna

bagi pembentukan pribadi siswa.

Dengan kata lain aktivitas sebuah kelas sangat dipengaruhi oleh kurikulum

yang dipergunakan di sekolah. Suatu kelas akan mampu memenuhi kebutuhan

masyarakat apabila kurikulum yang dipergunakan di sekolah dirancangkan sesuai

dengan dinamika masyarakat. Sekolah yang kurikulumnya dirancangkan secara

tradisional akan mengakibatkan aktivitas kelas berlangsung secara statis.

Kurikulum tradisional diartikan sebaga sejumlah materi pengetahuan dan

kebudayaan hasil masa lalu yang harus dikuasai murid untuk mencapai suatu

40
tingkat tertentu, yang dinyatakan dengan ketentuan kenaikan kelas atau pemberian

ijazah kepada murid tersebut.

Kurikulum harus dirancang sebagai sejumlah pengalaman edukatif yang

menjadi tanggungjawab sekolah dalam membantu anak-anak mencapai tujuan

pendidikannya, yang diselenggarakan secara berencana, sistematik dan terarah

serta terorganisir. Pada dasarnya kegiatan merencanakan meliputi: penentuan

tujuan pengajaran, menentukan bahan pelajaran, menentukan alat dan metode dan

alat pengajaran dan merencanakan penilaian pengajaran.

Dengan demikian kegiatan merencanakan merupakan upaya yang

sistematis dalam upaya mencapai tujuan, melalui perencanaan yang diharapkan

akan mempermudah proses belajar mengajar yang kondusif.

Karena itu guru sebagai pengembang kurikulum di sekolah sudah

seharusnya data memilih jenis organisasi kurikulum yang sesuai dengan

kebutuhan. Penentuan metode mengajar adalah merupakan langkah ketiga dari

tugas guru sebagai pengembang kurikulum di sekolah. Menentukan metode

mengajar ini erat dengan hubungannya pemilihan strategi belajar mengajar yang

paling efektif dan efensien dalam melakukan proses belajar mengajar guna

mencapai tujuan pengajaran.

B. Saran-saran

41
Saran-saran dalam tugas ini merupakan suatu masukan dari hasil kajian,

guna memberikan pelajaran pendidikan yang lebih baik lagi sesuai dengan tugas

yang diberikan. Dengan ini kami mengharapkan saran-saran dari pembaca dan

dari dosen pembimbing, agar kami dapat memperbaiki kesalahan dalam

pembuatan makalah ini. Dan mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi

pembaca, dan terutama untuk kami yang membuat makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

42
1. ..... 2012. Pengertian Kurikulum. http://www.medukasi.web.id/search/lebel.
2. . 2012. Konsep Kurikulum. http://www.m-edukasi.web.id.html
3. . 2012. Penerapan Kurikulum Di Dalam Kelas. http://www.m-

edukasi.web.id.html
4. . 2012. Aktivitas Guru Dalam Merencanakan. http://www.m-

edukasi.web.id.html

43
LEMBAR DOKUMENTASI

44

Anda mungkin juga menyukai