PENDAHULUAN
1
2. Pengaruh dari penggunaan enzim tersebut terhadap kualitas pulp yang
dihasilkan meliputi pengaruhnya terhadap derajat putih, opasitas, jumlah noda,
indeks tarik, daya regang dan indeks sobek.
natrium silikat (Na2SiO3) dan chelating agent jenis DTPA (diethylen triamin penta
acetic acid).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deinking
Deinking adalah proses industri untuk menghilangkan tinta cetak dari kertas
daur ulang untuk membuat deinked bubur. Kunci dalam proses deinking adalah
kemampuan untuk melepaskan tinta dari serat (Anonim, 2009).
2.2 Biodeinking
Biodeinking adalah suatu proses penghilangan tinta dari serat dengan
menggunakan agen biologi contohnya enzim. Penggunaan enzim pada industri pulp
dan kertas bukanlah hal yang baru, hal tersebut telah diterapkan dalam biopulping
untuk mengurangi energi yang dibutuhkan dalam penggilingan (refining) pulp,
biobleaching untuk mendapatkan pulp yang lebih putih tapi lebih ramah lingkungan
(bebas klorin), maupun dalam biodeinking untuk mengoptimalkan pelepasan partikel
tinta tanpa merusak serat. Biodeinking dapat memberikan berbagai keuntungan
seperti sebagai berikut :
1. Waktu pulping lebih cepat
2. Konsumsi bahan kimia yang lebih rendah
3. Polutan yang dihasilkan lebih redah
Prinsip biodeinking adalah proses degradasi permukaan serat yang
mengandung tinta, sehingga terjadi pengelupasan permukaan serat yang
mengakibatkan kemudahan pelepasan partikel tinta pada proses flotasi dan pencucian
(Wirawan dkk, 2006).
2.3 Enzim
Enzim merupakan suatu katalisator dalam reaksi biokimia dan setiap enzim
mempunyai kemampuan spesifik untuk merubah molekul tertentu. Menurut Haldare,
enzim merupakan larutan koloid atau katalis organik yang dihasilkan
mikroorganisme. Sebagai katalisator, enzim hanya meningkatkan kecepatan reaksi
dan sangat spesifik untuk reaksi yang dikatalisanya. Enzim adalah bahan kimia yang
dihasilkan mikroorganisme untuk meningkatkan kecepatan reaksi menuju keadaan
3
keseimbangan reaksi kimia, sehingga sifat termodinamika sistem tidak berubah
(Rismijana dkk, 2003).
Enzim yang umum digunakan dalam daur ulang kertas bekas adalah selulase,
xylanase, hemiselulase. Sedangkan dalam biodeinking, selulase dan hemiselulase
yang paling banyak digunakan, campuran enzim selulase-hemiselulase disebut enzim
Pergalase A-40. Enzim pergalase A-40 dapat diperoleh dengan mengisolasi jamur
Trichoderma longibraciatum (Szekeres, 2005), Faktor terpenting dalam mempelajari
sistim selulosa-selulase adalah sifat struktur dari bahan selulosa karena hidrolisa
secara enzimatis terhadap selulosa sebagian besar tergantung pada bahan kimia alam
dan struktur fisik dari substrat selulosa. Kecepatan reaksi hidrolisa enzimatik
dipengaruhi oleh kristalinitas substrat, asesibilitas enzim, luas permukaan spesifik,
derajat polimerisasi dan unit dimensi sel dari bahan selulosa (Rismijana dkk, 2003).
Mekanisme reaksi enzim yang terjadi pada proses biodeinking telah diteliti
oleh banyak peneliti, diantaranya :
1. Meningkatkan hidrolisis dan depolimerisasi selulosa antar serat, sehingga terjadi
pemisahan serat satu sama lain.
2. Enzim dapat memperlemah ikatan-ikatan antar serat dengan cara meningkatkan
fibrilasi, sehingga partikel-partikel tinta dapat terlepas dari permukaan serat.
3. Enzim dapat berdampak secara tidak langsung dengan cara menghilangkan
mikrofibril dan serat-serat halus sehingga dapat meningkatkan kinerja pencucian
dan flotasi (Wirawan dkk, 2006). Flotasi adalah suatu cara untuk memisahkan
fase cair atau fase padat dari fase cair dengan bantuan gelembung udara
kemudian terjadi pelekatan akibat gaya adhesi dan membentuk gumpalan dengan
massa jenis yang rendah sehingga terjadi pengapungan (Montgomery, 1985).
4
kertas bekas atau serat sekunder untuk pembuatan lembaran kertas mempunyai
beberapa keuntungan antara lain meningkatkan stabilitas dimensi, opasitas dan
formasi yang lebih baik serta kecenderungan curl yang rendah. Sedangkan
kerugiannya antara lain derajat putih dan kekuatan relatif lebih rendah, mengandung
kontaminan yang beragam dan derajat giling yang tidak seragam, serta seratnya
relatif pendek. Kertas koran merupakan salah satu jenis kertas yang banyak
digunakan sebagai media masa cetak yang diterbitkan setiap hari dengan jumlah
yang besar dan setelah dibaca biasanya langsung dibuang. Kertas koran mengandung
sekitar 80-85 % pulp mekanis dan 15-20 % pulp kimia yang berfungsi untuk
meningkatkan kekuatan kertas. Kertas koran dapat dibuat dari berbagai bahan baku
diantaranya kertas koran bekas (ONP), campuran kertas bekas (MWP), CPO,
campuran pulp dan kertas bekas. Pada kertas koran bekas, kontaminan utamanya
adalah tinta cetak yang umumnya terdiri dari pigmen atau butiran tinta yang berperan
sebagai pembawa warna berbentuk partikel padatan kecil, vehicle atau zat pembawa
pigmen berfungsi mengalirkan pigmen tinta pada kertas selama pencetakan sehingga
dapat berikatan dengan serat. Vehicle umumnya berupa resin, minyak nabati, dan
larutan volatile (Rismijana dkk, 2003).
5
2.5 Standar SNI
Persyaratan mutu kertas Koran yang ditetapkan oleh SNI ditunjukkan pada
tabel berikut ini
Tabel 2.1 Persyaratan Mutu Kertas Koran
No Parameter Satuan Persyaratan
1 Komposisi pulp % Mengandung pulp mekanis minimal 65
2 Gramatur g/m2 45- 60
3 Bulk Cm3/gr Maks. 1,75
4 Ketahanan tarik, AM kN/m Min. 1,13
5 Daya regang, SM % Maks. 3,0
6 Ketahanan cabut (IGT) P. m/s Min. 300
7 Penetrasi minyak 1000/mm Maks. 30
8 Kekasaran mL/mnt 120-300
9 Derajat putih (d/00) % ISO Min. 55
10 Opasitas cetak (d/00) % Min. 90
(SNI 7273, 2007)
6
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
7
Kemudian dilakukan proses flotasi selama 20 menit. Stok hasil flotasi dicuci hingga
2
pH netral. Sebagian dari stok dibuat lembaran dengan gramatur 55 g/m , dan
sebagian lagi dilakukan proses pemutihan menggunakan H2O2 1%, NaOH 0,15%,
0
Na2SiO3 2% dan DTPA 0,3%, pada kondisi pH 10 dan suhu 70 C selama 60 menit.
2
Stok hasil pemutihan kemudian dibuat lembaran dengan gramatur 55 g/m . Terhadap
lembaran yang diperoleh dari hasil flotasi dan pemutihan, dikondisikan pada suhu
0
231 C dan RH 502 % selama 24 jam kemudian dilakukan pengujian sifat fisik dan
optik meliputi derajat putih, opasitas, noda, indeks tarik, indeks sobek dan daya
regang.
8
3.4 Flowsheet Prosedur Percobaan
Mulai
Ya
Selesai
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
mengubah kromofor lignin dimana lignin merupakan salah satu faktor penyebab nilai
derajat putih yang rendah.
Berdasarkan spesifikasi dari kertas koran (SNI 7273, 2007), derajat putih yang
dipersyaratkan minimal 55%. Dari hasil deinking dengan enzim, nilai ini dapat
dicapai oleh seluruh variasi penambahan enzim. Sedangkan nilai derajat putih
tertinggi dicapai dari penambahan enzim 1%.
10
Grafik 4.1 Derajat putih lembaran hasil proses deinking
4.1.2 Opasitas
Opasitas merupakan sifat yang penting terutama untuk kertas cetak, karena
kertas dengan opasitas tinggi tidak akan membentuk bayangan hasil cetakan pada
permukaan sebelahnya, terutama untuk cetak kedua permukaan. Nilai opasitas
dipengaruhi antara lain oleh gramatur, formasi lembaran, bahan pengisi, jenis serat,
dan lain-lain. Bertambahnya gramatur akan meningkatkan opasitas lembaran, pulp
belum putih menghasilkan lembaran dengan opasitas yang lebih tinggi dibanding
pulp yang sudah putih. Dari Gambar 4.2, terlihat bahwa opasitas lembaran hasil
deinking dari seluruh variasi penambahan enzim sedikit naik dari blanko dengan nilai
sekitar 99% atau naik antara 0,85-1,15%. Sedangkan hasil dari proses pemutihan
nilai opasitas menurun sekitar 3-5%. Hal ini disebabkan adanya sebagian lignin yang
terlepas dalam proses pemutihan dan meningkatnya derajat putih lembaran.
Spesifikasi kertas koran mempersyaratkan nilai opasitas minimal 90%, dan dari hasil
percobaan seluruh variasi penambahan enzim dapat memenuhi nilai persyaratan
spesifikasi kertas koran.
11
Gambar 4.2 Opasitas putih lembaran hasil proses deinking
12
Gambar 4.3. Jumlah noda lembaran hasil proses deinking
13
turun. Nilai indeks tarik paling tinggi diperoleh dari penambahan enzim sebanyak
1% yaitu 29,36 Nm/g. Menurut spesifikasi kertas koran nilai indeks tarik yang
dipersyaratkan minimal 21,5 Nm/g, dan dari seluruh variasi penggunaan enzim,
lembaran yang dihasilkan memenuhi persyaratan indeks tarik tersebut.
14
Gambar 4.5 Daya regang putih lembaran hasil proses deinking
15
Gambar 4.6 Indeks sobek putih lembaran hasil proses deinking
Hasil keseluruhan parameter sifat lembaran kertas hasil deinking dengan variasi
penambahan jumlah enzim, memperlihatkan kenaikan sifat optik dan sifat fisik serta
penurunan jumlah noda lembaran. Hal ini dimungkinkan karena enzim di dalam stok
bekerja menyerang permukaan serat yang mengakibatkan efek peeling, sehingga
terjadi pemutusan ikatan antar serat. Dengan adanya aksi mekanis, partikel tinta yang
lepas dapat dibuang dari stok. Semakin banyak ikatan antar serat yang putus
memudahkan partikel tinta lepas. Dari nilai hasil uji parameter sifat lembaran yang
diperoleh, penggunaan enzim sebanyak 0,05% telah memenuhi persyaratan
spesifikasi kertas koran menurut SNI 7273, 2007. Sedangkan hasil dari proses
pemutihan, derajat putih mengalami peningkatan, akan tetapi parameter lainnya
umumnya menurun. Efek ini terjadi karena bahan kimia pemutih peroksida dan
adanya natrium hidroksida menghasilkan ion perhidroksil yang efektif berfungsi
sebagai bahan atau zat pemutih kertas seperti terlihat pada reaksi berikut
- -
H2O2 + OH <==> HOO + H2O.
16
BAB V
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
18