Anda di halaman 1dari 18

PANDUAN

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

TIM MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAJALENGKA

Jln Kesehatan No 77 Majalengka 45411


Telp (0233) 281043 281189. Fax (0233) 282741
E-mail : rsu.majalengka@gmail.com Website : www.rsudmajalengka.info
PANDUAN
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAJALENGKA

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.
a. Rumah Sakit adalah tempat untuk memberikan pelayanan dilengkapi
dengan bermacam-macam peralatan yang memerlukan perawatan atau
pemeliharaan sedemikian rupa untuk menjaga keselamatan kerja.
b. Keselamatan kerja diterapkan dilingkungan kerja dimana didalamnya
terdapat aspek manusia, alat, mesin, lingkungan dan bahaya kerja.
c. Upaya keselamatan kerja merupakan upaya meminimalkan terjadinya
Penyakit Akibat Kerja (PAK) / Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) melalui upaya
promotif, preventif, penyerasian antara beban kerja, kapasitas kerja dan lingkungan
sehingga setiap pekerja dapat bekerja selamat dan sehat tanpa membahayakan
dirinya sendiri maupun masyarakat atau orang lain disekelilingnya dan tercapai
produktivitas kerja yang optimal. Upaya tersebut dilaksanakan secara menyeluruh
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan produktifitas pekerja Rumah Sakit.

2. Falsafah.
Keselamatan kerja, merupakan program Rumah Sakit yang dalam pelaksanaan
kegiatannya, kegiatan ini difasilitasi oleh panitia Kesehatan dan keselamatan
Rumah Sakit dan sebagai penanggung jawab serta pelaksana dilapangan adalah
di masing-masing instalasi atau urusan.

3. Maksud dan tujuan.


a. Maksud
Sebagai petunjuk semua unit kerja Rumah Sakit Umum Daerah Majalengka,
khususnya unit kerja yang mempunyai resiko bahaya Kesehatan dan
keselamatan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan agar diperoleh satu
dasar, satu pengertian dan pemahaman tata cara pelaksanaan yang benar.
b. Tujuan
Agar dapat dipergunakan sebagai panduan dalam melaksanakan upaya
keselamatan kerja, secara baik dan benar sehingga tercapai
1) Keselamatan kerja selama bertugas.
2) Kegiatan rumah sakit berjalan lancar tanpa adanya hambatan
3) Tingkat produktifitas yang optimal.

4. Ruang lingkup.
Panduan Kesehatan dan keselamatan kerja meliputi upaya keselamatan kerja
disemua unit kerja Rumah Sakit Umum Daerah Majalengka.
BAB II
MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Upaya keselamatan kerja, dapat terlaksana dengan baik melalui pengelolaan system
manajemen keselamatan dan kesehatan. Dalam Permenaker No. 5 tahun 1996 tentang
sistem manajemen keselamatan kerja, Pasal 1 disebutkan bahwa keselamatan dan
kesehatan adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan dari sebuah badan
usaha, maka dari itu pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan harus
didukung komitmen dan kebijakan badan usaha agar tujuan keselamatan dan kesehatan
dapat tercapai. Demikian pula manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Majalengka
komitmen terhadap penyelenggaraan keselamatan kerja rumah sakit.

5. Tujuan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Rumah Sakit Umum Umum


Daerah Majalengka.
a. Umum
Melakukan penerapan dan pelaksanaan syarat-syarat keselamatan kerja
sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan kecelakaan penyakit
akibat kerja, kebakaran dan bencana secara aman, selamat, efisien dan
efektif.

b. Khusus
Rencana kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja Rumah Sakit Umum
Daerah Majalengka:
1) Terlaksananya kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja Rumah
Sakit Umum Daerah Majalengka.
2) Terpantau dan terevaluasinya kegiatan Kesehatan dan Keselamatan
kerja Rumah Sakit Umum Daerah Majalengka .
3) Terlaksananya perbaikan manajemen Kesehatan dan Keselamatan
kerja Rumah Sakit Umum Daerah Majalengka.

6. Langkah-Langkah Pelaksanaan Sistem Manajemen Kesehatan dan


Keselamatan Kerja.
a. Perencanaan kegiatan Kesehatan dan Keselamatan kerja Rumah Sakit
Umum Daerah Majalengka.
Untuk efisiensi dan efektifitas kegiatan keselamatan kerja maka dilaksanakan
tahapan-tahapan sebagai berikut:
1) Identifikasi sumber bahaya di Rumah Sakit
Identifikasi dilaksanakan untuk mengetahui masalah-masalah
keselamatan kerja Identifikasi dapat dilakukan dengan inspeksi
tempat kerja dan pengukuran lingkungan kerja.
2) Analisa Permasalahan
Data-data dan identifikasi sumber bahaya dianalisa sehingga dapat
diketahui permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja. metode
yang digunakan sebagai berikut :
a) Membandingkan hasil pengukuran lingkungan kerja terhadap
standar peraturan yang berlaku.
b) Observasi langsung ditempat kerja mengenai pelaksanaan
SPO dalam proses kerja/ kegiatan.
Untuk itu diperlukan instrumen/alat Bantu pengukuran lingkungan
kerja dan check list.
3) Alternatif Pencegahan dan Penanggulangan
Masalah-masalah yang ditemukan dicari alternatif upaya pencegahan
dan penanggulangannya disesuaikan dengan sumber dana dan daya
yang tersedia. Output yang diharapkan dari kegiatan perencanaan
yaitu:
a) Permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja dapat
dideteksi sedini mungkin, sehingga bahaya akibat kerja dapat
dicegah dan ditanggulangi.
b) Diperoleh denah lokasi tempat beresiko bahaya potensial
kesehatan dan keselamatan kerja.
c) Rumusan alternatif upaya pencegahan dan penanggulangan
masalah kesehatan dan keselamatan kerja.

b. Pelaksanaan Program Kegiatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Keselamatan kerja merupakan kegiatan Rumah Sakit yang dalam
pelaksanaannya melibatkan kepala instalasi/unit/urusan sebagai
penanggung jawab dan pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja.
Program kegiatan kesehatan dan keselamatan rumah sakit terdiri dari:
1) Survey lingkungan kerja
Survey lingkungan kerja terhadap fakta-fakta fisik, kimia dan biologis
melalui pengukuran dan observasi lapangan terhadap pelaksanaan
proses dan kerja keselamatan dan kesehatan di instalasi/unit/urusan.
2) Faktor Fisik
Pencahayaan
- Jenis Kegiatan
Pengukuran tingkat intensitas cahaya
- Tolak Ukur
Permenkes RI No. 1204 / Menkes / SK / X / 2004 tentang
persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit
- Metodelogi
Menggunakan alat ukur lux meter
- Frekuensi 6 ( enam ) bulan sekali
Kebisingan
- Jenis kegiatan
Pengukuran tingkat intensitas kebisingan
- Tolak Ukur
Permenkes RI No. 1204 / Menkes / SK / X / 2004 tentang
persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit
- Metodelogi
Menggunakan alat ukur NLD ( Noise Loging
Desimeter )
Menggunakan Sound Level Meter ( SLM )
- Frekuensi
Pengukuran tiap 6 ( enam ) bulan sekali

Suhu dan Kelembaban Ruangan


- Jenis kegiatan
Pengukuran tingkat kelembaban dan suhu ruangan
- Tolak ukur
Permenkes RI No. 1204 / Menkes / SK / X / 2004 tentang
persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit
- Metodelogi
Menggunakan hygrometer
- Frekuensi
Setiap 3 (tiga ) bulan sekali
3) Faktor Kimia
Air Bersih Rumah sakit
- Jenis Kegiatan
Pemeriksaan kadar kimia air bersih Rumah Sakit
- Tolak Ukur
Permenkes RI No. 416/ Menkes/1990 tentang persyaratan air
bersih
- Metodelogi
Pemeriksaan laboratorium di laboratorium lingkungan
- Frekuensi
Setiap 6 bulan sekali

Air limbah
- Jenis Kegiatan
Pemeriksaan parameter kimia air limbah
- Tolak Ukur
Kep Men LH No. 58/ Men. LH/ 1995 Lampiran B tentang
persyaratan baku mutu limbah cair di rumah sakit.
- Metodelogi
Pemeriksaan laboratorium di laboratorium lingkungan
- Frekuensi
Setiap 1 bulan sekali

4) Faktor Biologi
Ruangan
- Jenis Kegiatan
Pemeriksaan angka kuman
- Tolak Ukur
Permenkes RI No. 1204 / Menkes / SK / X / 2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah sakit
- Metodelogi
Pemeriksaan di laboratorium lingkungan
- Frekuensi
Setiap 6 bulan sekali
Makanan
- Jenis Kegiatan
Pemeriksaan angka kuman makanan
- Tolak Ukur
Permenkes RI No. 1204 / Menkes / SK / X / 2004 tentang
Persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit
- Metodelogi
Pemeriksaan di laboratorium lingkungan
- Frekuensi
Setiap 3 bulan sekali

Air Rumah Sakit


- Jenis Kegiatan
Pemeriksaan angka kuman air Rumah Sakit
- Tolak Ukur
Permenkes No 416/ Menkes/ 1990 tentang Persyaratan air
bersih
Metodelogi
Pemeriksaan di laboratorium lingkungan
- Frekuensi
Setiap 3 bulan sekali

Air Limbah
- Jenis Kegiatan
Pemeriksaan angka kuman air limbah
- Tolak Ukur
Kepmen.LH No. 58/ Men LH/ 1995 lampiran B tentang Baku
Mutu limbah cair Rumah Sakit.
- Metodelogi
Pemeriksaan di laboratorium lingkungan
- Frekuensi
Setiap 3 bulan sekali
Usap Alat
- Jenis Kegiatan
Pemeriksaan swab kuman pada alat
- Tolak Ukur
Permenkes RI No. 1204 / Menkes / SK / X / 2004 Persyaratan
kesehatan lingkungan rumah sakit
Metodelogi
Pemeriksaan di laboratorium lingkungan
- Frekuensi
Setiap 3 bulan sekali

c. Pencatatan dan Pelaporan


Kegiatan pencatatan dan pelaporan penyakit serta kecelakaan akibat kerja
dilaksanakan dalam rangka memperoleh data kejadian penyakit dan
kecelakaan akibat kerja, sehingga dapat diketahui tingkat keberhasilan
penyelenggaraan keselamatan kerja.
1) Kegiatan Pencatatan
Kecelakaan akibat kerja yang dialami karyawan dicatat dalam buku catatan
kejadian. Untuk kejadian penyakit akibat kerja tidak langsung dicatat dalam
buku catatan kejadian, tetapi dilakukan penyelidikan medis terlebih dahulu
sehingga dapat dipastikan penyakit akibat kerja. Setiap kejadian yang
dipastikan sebagai akibat kerja dicatat dalam buku catatan KAK dan PAK.

2) Kegiatan Pelaporan
Pelaporan dilaksanakan intern dan ekstern (sesuai prosedur pelaporan PAK
dan KAK)

d. Penanggulangan
Penanggulangan dilaksanakan sebagai upaya kuratif (pengobatan) terhadap
karyawan yang mengalami penyakit dan ataupun kecelakaan akibat kerja.

e. Penyuluhan
Keberhasilan penyelenggaraan keselamatan kerja berawal dari kesadaran
masing-masing karyawan. Oleh karena itu dilaksanakannya penyuluhan
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan mengingatkan akan
pentingnya bekerja dengan sehat dan selamat. Pelaksanaan penyuluhan
dapat berupa pemasangan poster kesehatan dan keselamatan kerja
maupun pengarahan langsung pada karyawan.

f. Pendidikan dan pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja


Ilmu pengetahuan bidang kesehatan dan keselamatan kerja berkembang
seiring dengan perkembangan zaman. Untuk mencetak karyawan yang
profesional di bidang kesehatan dan keselamatan kerja, maka dilaksanakan
pelatihan keselamatan kerja, meliputi; pendidikan dan pelatihan kesehatan
dan keselamtan, pelatihan dan simulasi penanganan kebakaran serta
bencana lainnya.

BAB III
RESIKO BAHAYA KERJA DI RUMAH SAKIT

Rumah Sakit merupakan lingkungan kerja dimana terdapat faktor biologi, fisik dan kimia.
Faktor-faktor tersebut pada kondisi tertentu beresiko menimbulkan penyakit dan
kecelakaan akibat kerja. Selain itu terdapat pula manusia (karyawan) dan alat-alat kerja
yang dapat pula menjadi penyebab penyakit maupun kecelakaan akibat kerja.

7. Biologi.
Kehadiran unsur biologi (mikroorganisme) seperti, bakteri, jamur, virus patogen
berperan dalam infeksi nosokomial di rumah sakit dan pada gilirannya
menyebabkan orang sakit. Untuk itulah perlu pemantauan berkelanjutan terhadap
kualitas biologi. Ketentuan tentang kadar mikroorganisme dilingkungan Rumah
Sakit seperti berikut:

Tabel 1
Ketentuan mikroorganisme di lingkungan Rumah Sakit
No Item Diperiksa Kadar Mikroorganisme

1 Kuman ruangan 350 koloni/ M3 untuk ruang operasi


700 koloni/ M3 untuk ruang perawatan dan isolasi
2 Kuman air Rumah 10 coliform / 100 ml
Sakit
3 Kuman air limbah 10.000 coliform/ 100 ml
4 Kuman Makanan Tidak ditemukan kuman patogen
Penyakit akibat kerja yang dialami dan ataupun infeksi nosokomial di Rumah Sakit
terjadi melalui banyak media seperti:
Air bersih yang tidak mengalami desinfeksi
Makanan yang tidak hygiene
Ruangan yang kotor
Vektor (serangga dan tikus)
Perilaku negatif karyawan
8. Fisik.
Terjadinya penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja dapat disebabkan pula oleh
faktor-faktor lingkungan fisik seperti penerangan, debu dan kebisingan.
a. Penerangan
Kegiatan Rumah Sakit sangat bervariasi dan membutuhkan penerangan
yang berbeda. Ketentuan penerangan dilingkungan Rumah Sakit seperti
tabel 2 berikut:

Tabel 2
Ketentuan penerangan di Rumah Sakit
NO RUANGAN NAB Intensitas penerangan / cahaya (Lux)
1 Ruang pasien 100 200
2 Ruang Operasi
Umum 300 500

Meja Operasi 10.000 20.000


3 R. Pemulihan 300 500
4 Laboratorium 300 500
5 Ruang Rontgen 75 100
6 Koridor 60
7 Tangga Min 100
8 Kantor/ lobby Min 100
9 Ruang Farmasi Min 200
10 Laundry Min 100
11 Dapur Min 200
12 Toilet Min 100
13 Gudang Min 100

Pada intensitas cahaya yang tidak sesuai dengan ketentuan, dapat


menimbulkan gangguan indra penglihatan. Gangguan pada indra
penglihatan yaitu:
1) Kelelahan Otot mata
Stress yang intensif pada objek-objek berukuran kecil, dalam waktu
yang lama menimbulkan iluminasi yang tidak memadai dengan tanda-
tanda sebagai berikut:
Iritasi mata
Penglihatan ganda
Sakit kepala
2) Kelelahan Syaraf
Merupakan kelelahan yang kronis, dengan tanda-tanda sebagai
berikut:
a) Sakit kepala
b) Susah tidur
c) Nafsu makan menurun
d) Badan lemah, letih dan lesu
e) Akibat gangguan pada indra penglihatan pada gilirannya dapat
menurunkan produktivitas dan kualitas kerja serta meningkatnya
frekuensi kesalahan kerja.

b. Kebisingan
Bising dapat diartikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki. Kebisingan
dilingkungan Rumah Sakit biasanya berasal dari mesin-mesin (Genset,
pompa, kompressor dll) perbaikan gedung dan kendaraan jalan raya. Oleh
karena itulah intensitas kebisingan di Rumah Sakit diatur sedemikian rupa
sesuai dengan ketentuan.
Tabel 3
Standar NAB Kebisingan Rumah Sakit
NO RUANGAN STANDAR / NAB KEBISINGAN dB(A)
1 Ruang Perawatan Max 45
2 Ruang Isolasi Max 45
3 Ruang Radiologi Max 45
4 Ruang Operasi Max 45
5 Ruang Poliklinik Max 80
6 Laboratorium Max 68
7 Laundry Max 78
8 Dapur Max 78

Dampak negatif akibat kebisingan melebihi NAB dapat menimbulkan


gangguan indra pendengaran, baik tuli konduksi maupun permanen. Selain
itu kebisingan juga dapat meningkatkan emosional seseorang.

c. Suhu dan Kelembaban


Kenyamanan lingkungan kerja dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban. Efek
dari suhu dan kelembaban yang tinggi menyebabkan lingkungan kerja yang
panas. Untuk menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, maka perlu diatur
suhu dan kelembabannya. Adapun suhu dan kelembaban yang ditetapkan
untuk lingkungan Rumah Sakit sebagai berikut:

Tabel 4
Standar Suhu dan Kelembaban Rumah Sakit
NO RUANG SUHU KELEMBABAN
1 Operasi 22 - 25 50 60
2 Ruang bersalin 22 - 25 50 60
3 Pemulihan 24 - 25 50 60
4 Observasi bayi 26 - 27 40 50
5 Perawatan Bayi 26 - 27 40 50
6 Perawatan prematur 26 - 27 40 50
7 ICU 26 - 27 40 55

Dampak negatif yang dapat terjadi jika suhu dan kelembaban berlebih
menyebabkan lingkungan kerja terasa panas. Beban panas ini bisa menjadi
beban tambahan bagi karyawan selama bekerja. Apalagi jika beban panas
ini dikombinasikan dengan kerja fisik dapat mempercepat kelelahan.
Gangguan kesehatan yang dapat terjadi akibat beban panas yang
berlebihan adalah:
1) Dehidrasi
2) Heat exhaustion
3) Heat cramp
4) Heat stroke

9. Kimia.
Beberapa kegiatan di rumah sakit menggunakan bahan kimia yang dapat
membahayakan keselamatan kerja, karyawan. Bahan-bahan kimia biasanya
digunakan untuk kegiatan laboratorium, radiologi, farmasi, pencucian, pengolahan
air limbah, operasi, pemberantasan hama, dll. Bahan- bahan kimia selanjutnya
dikelompokkan dalam bahan kimia berbahaya sebagai berikut:

a. Bahan kimia toksik


Mengganggu kesehatan atau menyebabkan kematian apabila tertelan,
terhirup, atau terkena kulit.
b. Bahan kimia korosif
Dapat merusak tubuh/ bahan lain karena reaksi kimia.
c. Bahan kima mudah terbakar
Dapat menimbulkan kebakaran karena mudah bereaksi dengan oksigen.
d. Bahan kimia mudah meledak
Bahan yang mudah meledak pada kondisi tertentu
e. Bahan kimia oksidator
Bahan kimia yang mungkin tidak mudah terbakar, tetapi dapat menghasilkan
oksigen yang dapat membakar bahan lainnya.
f. Bahan kimia reaktif terhadap air
Bahan kimia yang mudah bereaksi dengan air serta menghasilkan panas
dan gas yang mudah terbakar.
g. Bahan kimia reaktif terhadap asam
Bahan kimia yang mudah bereaksi dengan asam dan menghasilkan panas
serta gas mudah terbakar, atau beracun dan korosif.
h. Gas bertekan
Gas yang disimpan di bawah tekanan, baik gas yang ditekan, maupun gas
cair atau gas yang dilarutkan dalam pelarut dibawah tekanan.
i. Bahan radioaktif
Bahan kimia yang dapat memancarkan sinar radioaktif dengan aktifitas 2, 10
3 microcurie/ gram. Dampak negatif yang dapat terjadi akibat paparan
bahan kimia sesuai dengan bahayanya terdapat pada lembar material data
sheet/ lembar data pengaman.
Selain itu kadar gas kimia dalam ruangan juga perlu pemantauan
berkelanjutan untuk mengetahui kadar gas-gas tersebut dalam ruangan.
Ketentuan mengenai kadar gas kimia dalam ruangan adalah sebagai
berikut:

Tabel 5
Kadar Maksimal gas kimia di ruangan
No Parameter Gas Kadar Maksimal
1 H2S 0,03 ppm
2 NH3 2 ppm
3 CO 20 ppm
4 SO2 0,10 ppm
5 HC 0,24 ppm
6 Pb 0,06 u g/M3
7 Ete 400 ppm
8 Ozone 0,1 ppm
9 NOx 0,003 ppm

BAB IV
PENINGKATAN PENYELENGGARAAN KESELAMATAN KERJA RUMAH SAKIT

Penyelenggaraan keselamatan kerja, merupakan program kegiatan Rumah Sakit. Dimana


panitia keselamatan dan kesehatan bertanggung jawab dalam pengelolaan kegiatan dan
instalasi/urusan berperan penting sebagai pelaksana keselamatan dan kesehatan
dilapangan, maka keberhasilan dan peningkatan penyelenggaraan keselamatan kerja,
memerlukan peran serta aktif dari instalasi/ urusan. Dalam peningkatan penyelenggaraan
keselamatan kerja, dapat dilaksanakan upaya upaya:
a. Pemantauan lingkungan kerja Rumah Sakit secara berkelanjutan untuk
mengetahui resiko penyakit dan kecelakaan akibat kerja sedini mungkin.
b. Pemeliharaan sarana dan prasarana Rumah Sakit secara optimal
c. Pengawasan dan penyuluhan pelaksanaan prosedur keselamatan kerja, dalam
proses kerja serta menumbuhkan kesadaran karyawan untuk membiasakan diri
menggunakan alat pelindung sesuai dengan bahaya kerja di masing-masing
instalasi/urusan.
d. Perbaikan lingkungan kerja, baik lingkungan fisik, biologi maupun kimia sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
e. Pendidikan dan pelatihan di bidang keselamatan kerja, secara berkelanjutan
kepada seluruh karyawan.

BAB V
PENUTUP

Dengan dilaksanakannya panduan kesehatan dan keselamatan kerja dengan baik,


diharapkan akan
membantu program peningkatan Rumah Sakit. Demikian pula diharapkan tercapai
penurunan tingkat penyakit akibat kerja, kecelakaan kerja, infeksi nosokomial serta dapat
dicegah terjadinya bencana kebakaran, ledakan dan pencemaran lingkungan.

Majalengka, Desember 2015


Direktur RSUD Majalengka

dr. H.Asep Suandi,M.Epid


Nip
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAJALENGKA
NOMOR : KEP/ / / XII / 2014

Tentang
PEMBERLAKUAN PANDUAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
DI RSUD MAJALENGKA

Menimbang :
a. Bahwa dalam kegiatan rumah sakit berpotensi menimbulkan bahaya fisik,Kimia
biologi yang dapat membahayakan keselamatan baik terhadap pekerja,pasien,
pengunjung maupun masyarakat dilingkungan rumah sakit.
b. Bahwa untuk mencegah dan mengurangi bahaya keselamatan perlu dilakukan
upaya upaya pengelolaan fasilitas, sarana dan prasarana.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dengan pernyataan
butir ( a) dan butir ( b ) diatas, maka dipandang perlu diatur dan ditetapkan
dengfan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Majalengka.

Mengingat :
a. Undang Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
b. Undang Undang republic Indonesia No. 44 tahun tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
c. Undang Undang Republik Indonesia No. 24 tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana.
d. Undang Undang Republik Indonesia No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja
e. Keputusan Mentri Kesehatan RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang
PersyaratanKesehatan Lingkungan Rumah Sakit

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAJALENGKA
TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
DIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAJALENGKA.
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Majalemgka
Pada tanggal Desember 2014

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah


Majalengka

Dr. H,Asep Suandi,M,Epid


Nip

Anda mungkin juga menyukai