Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN TUGAS MAKALAH

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

MODUL FISIOTERAPI PULMONAL

Disusun Oleh
Nama: Fildzah Rasyiqoh Fatilah Al Hazmi
NIM: 201310301018
Semester: 6a

PRODI S1 FISIOTERAPI
UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2015-2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Subhanahu wa Taala yang Maha Pengasih
lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan makalah Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK).
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah
ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh
karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-
lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami
sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Yogyakarta, 18 April 2016

2
DAFTAR ISI

A. COVER ........................................................................................ i
B. KATA PENGANTAR ................................................................ ii
C. DAFTAR ISI ............................................................................ iii
D. BAB I PENDAHULUAN .................................................... 1
1. Latar Belakang ................................................................ 1
2. Rumusan Masalah ................................................................ 2
3. Tujuan Makalah ................................................................ 2
E. BAB II PEMBAHASAN................................................................ 3
1. Definisi PPOK ................................................................ 3
2. Etiologi PPOK ................................................................ 4
3. Tanda dan Gejala PPOK .................................................... 5
4. Patofisiologi PPOK ................................................................ 6
5. Assessment Fisioterapi .................................................... 6
6. Problem Fisioterapi pada PPOK ........................................ 8
7. Diagnose Fisioterapi pada PPOK ........................................ 8
8. Intervensi Fisioterapi pada PPOK ........................................ 8
9. Evaluasi Fisioterapi ................................................................ 9
F. BAB III PENUTUP ................................................................ 10
1. Kesimpulan ............................................................................ 10
2. Saran ........................................................................................ 10
G. DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salah satu dari
kelompok penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya usia harapan
hidup dan semakin tingginya pajanan faktor risiko, seperti faktor pejamu yang
diduga berhubungan dengan kejadian PPOK, semakin banyaknya jumlah
perokok khususnya pada kelompok usia muda, serta pencemaran udara di
dalam ruangan maupun di luar ruangan dan di tempat kerja.
Penyakit akibat kerja dapat berhubungan dengan faktor- faktor kerja baik
faktor resiko karena kondisi tempat kerja, peralatan kerja, material yang
dipakai, proses produksi, cara kerja, limbah perusahaan dan hasil produksi
(Haryono, 2004) Insiden penyakit kebanyakan disebabkan oleh debu mineral,
sehingga menyebabkan penyakit paru obstruksi kronik. Menurut International
Labor Organisation (ILO), setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang
disebabkan oleh penyakit yang akibat kerja. Sedangkan menurut survey
NHANES yang melibatkan 10.000 orang dewasa 30-75 tahun menunjukkan
bahwa PPOK disebabkan oleh kerja adalah 19,2% secara keseluruhan (Wiwin,
2007 ).
Angka kesakitan dan kematian akibat Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK) semakin meningkat. Di Amerika Serikat, PPOK menduduki peringkat
ke-4 sebagai penyebab kematian. Angka kematian akibat PPOK berkisar 119
kematian per 2000 penduduk. Pada laki-laki usia 55-74 tahun PPOK
merupakan penyebab kematian ke-3, sementara pada perempuan dengan
kelompok usia yang sama merupakan penyebab kematian ke-4. Antara tahun
1980 dan 2000, didapatkan angka kematian akibat PPOK meningkat 282%
pada perempuan, sementara pada laki-laki 13%. Penderita sering datang ke
pusat kesehatan jika telah mengalami kerusakan fungsi paru yang berat.
Keluhan yang paling sering dikeluhkan adalah intoleransi latihan. Penderita

1
sering merasa depresi, terisolasi karena selalu berusaha untuk menghindari
sesak saat melakukan akitivitas sehari-hari.
PPOK akan berdampak negatif dengan kualitas hidup penderita, termasuk
pasien yang berumur > 40 tahun akan menyebabkan disabilitas penderitanya.
Padahal mereka masih dalam kelompok usia produktif namun tidak dapat
bekerja maksimal karena sesak napas yang kronik. Co morbiditas PPOK akan
menghasilkan penyakit kardiovaskuler, kanker bronchial, infeksi paru-paru,
trombo embolik disorder, keberadaan asma, hipertensi, osteoporosis, sakit
sendi, depresi dan axiety.
Indonesia sebagai negara dengan jumlah perokok yang banyak dipastikan
memiliki prevalensi PPOK yang tinggi. Namun sangat disayangkan data
prevalensi PPOK tidak dimiliki oleh Indonesia, oleh sebab itu perlu dilakukan
kajian PPOK secara komprehensip agar pencegahan PPOK dapat dilakukan
dengan baik.

B. Rumusan Masalah
Apa saja yang dapat fisioterapi lakukan pada penderita PPOK

C. Tujuan Makalah
Mengetahui serta Mengidentifikasi permasalahan PPOK dan penatalaksanaan
fisioterapi pada PPOK

BAB II
PEMBAHASAN

2
A. Definisi PPOK
Menurut GOLD (Global Inisiative for Chronic Obstructive Lung Disease),
PPOK adalah penyakit paru yang dapat dicegah diobati dengan beberapa efek
ekstrapulmonal yang signifikan berkontribusi terhadap tingkat keparahan
penderita. Karakteristik penyakit ini ditandai oleh hambatan aliran udara di
saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara
tersebut biasanya bersifat progressif dan berhubungan dengan respon
inflamasi pulmonal terhadap partikel atau gas berbahaya.
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) menurut American Thoracic
Society (ATS) adalah penyakit paru kronis yang ditandai adanya keterbatasan
aliran udara saluran nafas karena penyakit bronkhitis kronis dan atau
emfisema paru, Keterbatasan aliran udara saluran nafas ini bersifat progresif
disertai hiperaktifitas bronkhus dan bersifat irreversible atau parsial reversihle
(American Thoracic Society, 1995).
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah penyakit saluran napas
kronik yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia. Angka
morbiditas, mortalitas dan disabilitas PPOK meningkat seiring dengan
meningkatnya angka harapan hidup, meningkatnya jumlah perokok, dan
polusi udara di dalam dan luar ruangan.
Penyakit paru obstruksi kronik yang biasa disebut sebagai PPOK
merupakan penyakit kronik yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara di
dalam saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel. Gangguan yang
bersifat progresif ini disebabkan karena terjadinya inflamasi kronik akibat
pajanan partikel atau gas beracun yang terjadi dalam kurun waktu yang cukup
lama dengan gejala utama sesak nafas, batuk dan produksi sputum (PDPI,
2006).
PPOK merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang
telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia saat ini, tidak hanya bagi
negara maju namun juga bagi negara berkembang seperti Indonesia (Depkes,
2008). Hal ini dikarenakan, PPOK tidak hanya menimbulkan masalah di

3
bidang pelayanan kesehatan, namun juga dapat memiliki dampak yang cukup
besar di bidang perekonomian.

B. Etiologi PPOK
Faktor resiko terjadinya PPOK meliputi; merokok, polusi udara (debu,
bahan kimia), faktor genetik, status sosial ekonomi, nutrisi, gender. Perokok
memiliki prevalensi yang lebih tinggi menderita gejala respirasi dan
abnormalitas fungsi paru. Resiko PPOK pada perokok,bergantung pada
banyaknya rokok yang dihisap pertahun dan status merokok saat ini.
Merokok merupakan penyebab PPOK terbanyak (95% kasus) di negara
berkembang11. Perokok aktif dapat meng-alami hipersekresi mucus dan
obstruksi jalan napas kronik. Perokok pasif juga menyumbang terhadap
symptom saluran napas dan PPOK dengan peningkatan kerusakan paru-paru
akibat menghisap partikel dan gas-gas berbahaya. Merokok pada saat hamil
juga akan meningkatkan risiko terhadap janin dan mempengaruhi
pertumbuhan paru-parunya.
Debu dan bahan kimia okupasi yang ada dalam tembakau pada fase
partikulat atau bukan dari hasil pembakaran, merupakan faktor resiko
penyebab berkembangnya PPOK. Debu dan bahan kimia okupasi jika
terinhalasi (terhirup) akan mengakibatkan alveoli meradang, peningkatan sel
darah putih, dan akibatnya alveoli terisi cairan. Jika pemaparan sering dan
kadar debu tinggi, maka gejala akan timbul lebih besar, dan jika tidak diobati
akan berkembang menjadi kronis, sehingga dalam kurun waktu 20 -30 tahun
dapat menimbulkan fibrosis dan berlanjut pada terjadinya PPOK (Long,
1996).
Polusi udara dalam rumah yang berasal dari pembakaran tungku atau
kompor yang tidak berfungsi dengan baik dapat menyebabkan PPOK lebih
besar dari partikel emisi kendaraan bermotor.
Faktor genetik berperan dalam terjadinya PPOK karena penyakit ini
melibatkan banyak gen (poligenik) dan merupakan contoh klasik interaksi gen
dan lingkungan. Faktor resiko genetik yang telah diketahui adalah difisiensi
alpha-1 antitrypsin, suatu penghambat yang bersirkulasi dari protase serine.
Status ekonomi yang rendah sering mengakibatkan terjadinya PPOK. Hal ini

4
diakibatkan karena individu yang memiliki status ekonomi yang rendah lebih
banyak terpapar polutan di dalam rumah dan luar rumah, tinggal diperumahan
yang padat, dengan status nutrisi yang buruk.
Penyakit paru obstruktif kronik dapat mengakibatkan kerusakan pada
alveolar sehingga bisa mengubah fisiologi pernapasan, kemudian
mempengaruhi oksigenasi tubuh secara keseluruhan. Faktor-faktor resiko
tersebut diatas akan mendatangkan proses inflamasi bronkus dan juga
menimbulkan kerusakan pada dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari
kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang
mengalami penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah
masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirasi banyak terjebak
dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air trapping). Hal inilah
yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala akibatnya.
Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi
dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi paru: ventilasi,
distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan
(Brannon & Feist, 1993).

C. Tanda dan Gejala PPOK


Penderita PPOK mempunyai kecendrungan mengurangi aktifitas untuk
menghindari terjadinya dyspneu. Selain itu sering terjadi penurunan berat
badan oleh karena bertambahnya energi expenditure untuk bernafas meskipun
dalam keadaan istirahat sehingga kebutuhan kalori meningkat sedangkan
masukan kalori berkurang karena sesak waktu makan. Keadaan ini akan
menyebabkan berkurangnya kekuatan otot, baik ekstremitas maupun otot-otot
pernafasan, sehingga akan terjadi keadaan deconditioning syndrome yang
makin lama makin berat. Akhirnya penderita akan masuk pada lingkaran
masalah yang tak putus-putus mulai dari sesak yang berkepanjangan,
inaktifitas, dekondisi dan diikuti oleh depresi (Watchie, 1995).

D. Patofisiologi PPOK
Menurut Syaifuddin (2006) abnormalitas pertukaran udara pada paru-paru
antara lain disebabkan oleh ketidakseimbangan ventilasi-perfusi. Hal ini

5
menjadi penyebab utama hipoksemia atau menurunnya oksigenasi dalam
darah. Keseimbangan normal antara ventilasi alveolar dan perfusi aliran darah
kapiler pulmo menjadi terganggu. Hubungan ventilasi dengan perfusi
didefinisikan dalam rasio ventilasi perfusi (V/Q) peningkatan rasio V/Q terjadi
ketika penyakit yang semakin berat sehingga menyebabkan kerusakan pada
alveoli dan kehilangan bed kapiler. Dalam kondisi seperti ini, perfusi menurun
dan ventilasi tetap sama. Rasio (V/Q) yang menurun bisa dilihat pada pasien
Penyakit paru obstruktif kronik, di mana saluran pernapasannya terhalang oleh
mukus kental atau bronchospasma. Di sini penurunan ventilasi akan terjadi,
akan tetapi perfusi akan tatap sama, berkurang sedikit. Banyak diantara pasien
PPOK yang baik empisema maupun bronkitis kronis sehingga ini
menerangkan sebabnya mengapa mereka memilki bagian-bagian, dimana
terjadi rasio (v/q) yang meningkat dan ada yang menurun.
Pertukaran gas yang terhalang biasanya terjadi sebagai akibat dari satu
atau dua sebab berikut ini yaitu berkurangnya permukaan alveoli bagi
pertukaran udara sebagai akibat dari penyakit empisema atau meningkatnya
sekresi, sehingga menyebabkan difusi menjadi semakin sulit. Fungsi paru-paru
menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni jumlah oksigen yang diikat
oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh. Konsumsi oksigen sangat
erat hubungannya dengan arus darah ke paru-paru. Berkurangnya fungsi paru-
paru juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi
ventilasi paru.

E. Assessment Fisioterapi
1. Anamnesis
Anamnesis memiliki 2 ciri yaitu auto anamnesis dan hetero anamnesis.
Auto anamnesis merupakan tanya jawab langsung kepada pasien,
sedangkan hetero anamnesis merupakan tanya jawab melalui perantara
pasien. Dalam anamnesis ada beberapa unsur yang harus diketahui:
a) Keluhan utama:
Merupakan keluhan atau sesuatu yang dialami atau dirasakan oleh
pasien, pada penderita PPOK biasanya keluhan yang dialami oleh
penderita adalah sesak nafas.
b) Riwayat Penyakit Sekarang:

6
Merupakan kronologis dari penyakit yang diderita oleh pasien, misal
pasien mengeluh sesak nafas sejak 2 minggu yang lalu dikeranakan
sering merokok dan jarang olahraga.
c) Riwayat Penyakit Dahulu/Penyerta
Apakah pasien mengalami penyakit lain atau tidak
d) Riwayat Keluarga
Faktor genetik juga dapat menimbulkan penyakit PPOK
2. Pemeriksaan Fisik
a) Vital Sign
Pemeriksaan vital sign untuk mengetahui tekanan darah, denyut nadi,
pernafasan, dan suhu pasien.
b) Inspeksi
Biasanya pada penderita PPOK, pernafasannya dangkal
c) Palpasi
Ada atau tidaknya spasme pada otot-otot asesoriinya
d) Perkusi
Merupakan pemeriksaan dengan cara mengetukkan jari terapis pada
dada pasien
e) Auskultasi
Pemeriksaan ini adalah untuk mendengar ada tidaknya suara selain
sonor pada paru-paru pasien.
3. Pemeriksaan Gerak Dasar
a) Gerak Aktif: apakah ada keterbatasan pada anggota gerak, pemeriksaan
ini mengharuskan pasien untuk bergerak aktif secara mandiri
b) Gerak Pasif: ketika terapis menggerakkan bagian tubuh pasien apakah
ditemukannya endfeel patologis atau fisiologis, kemudian ketika
terapis menggerakkan apakah full ROM atau tidak
c) Gerak Isometrik: pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah
pasien mampu menahan tahanan minimal
4. Pemeriksaan Khusus
a) Skala Borg: menentukan seberapa sesak kah si pasien
b) EKG: melihat apakah ada permasalahan pada jantungnya
c) Six Minute Walking Test: untuk mengetahui VO2Max pada penderita
PPOK
5. Pemeriksaan Penunjang
Foto Thorax atau MRI

F. Problem Fisioterapi pada PPOK


1. Sesak nafas pada pasien
2. Keterbatasan aktifitas

7
G. Diagnose Fisioterapi pada PPOK
1. Impairment: sesak nafas
2. Activity Limitation: keterbatasan aktifitas
3. Pastisipation Retraction: mudah sesak hingga tak banyak yang dapat
dilakukan membuat depresi

H. Intervensi Fisioterapi pada PPOK


1. Pursed Lips Breathing Exercise
Latihan pernafasan dilakukan untuk mendapatkan pengaturan nafas
yang lebih baik dari pernafasan sebelumnya yang cepat dan dangkal
menjadi pernafasan yang lebih lambat dan dalam. Tujuan latihan ini adalah
untuk mengurangi dan mengontrol sesak napas. Teknik latihan meliputi
pernapasan diafragma dan pursed lips guna memperbaiki ventilasi dan
menyinkronkan kerja otot abdomen dan toraks. Serta berguna juga untuk
melatih ekspektorasi dan memperkuat otot ekstrimiti. Latihan pernafasan
merupakan salah satu program rehabilitasi yang manfaatnya masih
diperdebatkan. Purse-lip breathing juga memperbaiki pola nafas,
meningkatkan volume tidal dan mengurangi sesak nafas.
Menurut Smeltzer dan Bare, (2001) pada pasien dengan Chronic
obstructive pulmonary disease dengan PEV rendah, pernapasan pursed lip
mengurangi hiperinflasi dinamis dan meningkatkan toleransi latihan, pola
napas dan oksigen arteri pada latihan intensitas submaksimal (Cabral, et
al., 2014).
2. Inhalasi: memberikan nebulasi pada pasien untuk mengurangi atau
membantu mengeluarkan sputum

I. Evaluasi Fisioterapi
Setelah dilakukan beberapa kali terapi maka biasanya gejala-gejala yang
pasien rasakan sudah lumayan berkurang, dan dosis terapi juga dapat
dikurangi.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diketahui bahwa penderita PPOK biasanya datang ke fisioterapi sudah dalam
keadaan berat, dan penderita PPOK lebih sering disebabkan oleh rokok, dan
juga terlalu sering terkena polusi. Pada penderita PPOK fisioterapi dapat
memberikan terapi pernafasan yang dimana digunakan pursed lips breathing
exercise dan juga diberikan terapi inhalasi.

B. Saran
Untuk penelitian tentang kardiopulmonal masih jarang ditemukan, mungkin
penelitian selanjutnya lebih diperdalam dalam pemeriksaan dan juga
intervensi fisioterapi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Affyarsyah., dkk. Manfaat Rehabilititasi Paru dalam Meningkatkan atau


Mempertahankan Kapasitas Fungsional dan Kualitas Hidup Pasien
Penyakit Paru Obstruktif Kronik di RSUP Persahabatan.
Barus, Abner Penalemen., dkk. 2010. Pengaruh Electrical Stimulation terhadap
Kekuatan Quadriceps Femoris Penderita PPOK Eksaserbasi dan Pasca
Eksaserbasi Akut. Available from:
http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/733/
730. Diakses pada 12 April 2016
Hartono. 2015. Peningkatan Kapasitas Vital Paru pada Pasien PPOK
Menggunakan Metode Pernapasan Pursed Lips. Available from:
http://jurnal.poltekkes-solo.ac.id/index.php/Int/article/download/122/112.
Diakses pada 12 April 2016
Oemiati, Ratih. 2013. Kajian Epidemiologis Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK).
Patriani, Ana Adina., dkk. 2010. Pemberdayaan Keluarga dalam Rehabilitasi
Medik Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik di Balai
Pengobatan Penyakit Paru-paru Yogyakarta. Available from: http://berita-
kedokteran-masyarakat.org/index.php/BKM/article/view/218/115. Diakses
pada 12 April 2016
Prasetyo, Yoyok Bekti., Rini, Setryo. Influenced of Job Environment (based of
condition of health environment) toward case of PPOK at employers in the
cigarette company in Malang. (Pengaruh tempat kerja terhadap kejadian
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) pada karyawan pabrik rokok di
Malang.
Putra, IGN Prathama W., & Artika, I., Dewi Made. Diagnosis dan Tatalaksana
Penyakit Paru Obstruktif Kronis. Available from:
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/4872/3658. Diakses
pada 31 Maret 2016
Rosdiana, Ika. 2010. Hubungan Tingkat Obstruksi Paru dengan VO2maks pada
Penderita penyakit Paru Obstruktif Kronik Menggunakan Uji Jalan 6 Menit.

10

Anda mungkin juga menyukai