Perundang-undangan memberikan kewenangan bagi Perusahaan Daerah untuk melakukan kerjasama yang
mana bentuk kerja sama yang diperbolehkan tersebut dibagi menjadi dua yaitu:
Peraturan Perundang-undangan mengindikasikan bahwa Dasar kerjasama yang dilakukan BUMD adalah untuk
memenuhi kepentingan kedua belah pihak dengan mengadakan ikatan yakni:
Adanya kepastian hukum dan rasa aman mematuhi ketentuan tertulis yang telah disetujui bersama;
Memberikan manfaat dan keuntungan yang seimbang dan wajar bagi kedua belah pihak.
BUMD/Perusahaan Daerah yang dapat mengadakan kerjasama dengan Pihak Ketiga harus memenuhi syarat-
syarat:
1. Mempunyai status hukum Perusahaan Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
2. Mempunyai proposal dan pra studi kelayakan tentang prospek usaha yang menjadi obyek kerjasama;
3. Mempunyai bukti pemilikan secara sah atas kekayaan Perusahaan Daerah yang akan dijadikan obyek
kerjasama.
1/3
Pihak Ketiga yang berbentuk Badan Usaha/Perorangan dan akan mengadakan kerjasama dengan Perusahaan
Daerah harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Memiliki status hukum sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia;
2. Memiliki NPWP;
3. Lembaga/swasta asing harus mendapat ijin/rekomendasi dari pejabat berwenang dan tunduk kepada
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4. Memiliki bonafiditas dan kredibilitas;
5. Pihak Ketiga yang berbentuk badan usaha yang melakukan kerjasama usaha patungan menyampaikan
Laporan Keuangan secara lengkap 3 (tiga) tahun terakhir yang telah diaudit oleh Akuntan Publik. . Bagi
perusahaan patungan yang baru dibentuk harus menyampaikan Laporan Keuangan secara lengkap dari
salah satu unsur perusahaan induk.
2. Isi Materi dan Sifat Perjanjian Kerjasama Join Venture antara BUMD dengan Swasta
Pada dasarnya suatu perjanjian kerjasama usaha patungan (Join Venture)memiliki sedikit perbedaan dengan
perjanjian pada umumnya, dimana untuk perjanjian Join Venture antara BUMD dengan Pihak Ketiga terdapat
hal-hal yang wajib dipatuhi dalam rangka pengadaan kerjasama tersebut seseuai dengan Peraturan Perundang-
undangan.
Meskipun berdasarkan Pasal 1338 KUHPerdata menjelaskan bahwa pada dasarnya suatu isi atau materi
perjanjian ditentukan oleh masing-masing Pihak dalam perjanjian tanpa ada paksaan, akan tetapi berbeda
halnya dengan Perjanjian Join Venture antara BUMD dengan Pihak swasta. Perjanjian Join Venture antara
BUMD dengan Pihak Ketiga (yang dalam hal ini Pihak swasta) mempunyai standard tersendiri mengenai isi
materi yang diatur oleh Peraturan Perundang-undangan agar dapat dilaksanakan, meskipun pada dasarnya
pengaturan isi materi tersebut tidak jauh beda dengan isi materi suatu Perjanjian Join Venture pada umumnya.
Adapun
b. Sifat Perjanjian
Suatu isi perjanjian kerjasama Join Venture antara BUMD dengan Pihak Ketiga harus dapat menjamin :
1. Peningkatan efisiensi dan produktivitas Perusahaan Daerah atau peningkatan Pelayanan kepada
masyarakat;
2. Peningkatan pengamanan modal / asset Perusahaan
3. Kerjasama harus saling menguntungkan bagi kedua belah pihak;
4. Peranan dan tanggung jawab masing-masing pihak dikaitkan dengan resiko yang mungkin terjadi, baik
dalam masa kerjasama maupun setelah berakhirnya perjanjian kerjasama.
Bagian laba atau hasil usaha kerjasama BUMD/Perusahaan Daerah dengan Pihak Ketiga yang menjadi hak
Perusahaan yang diperoleh selama tahun anggaran Perusahaan, dibukukan dengan prinsip-prinsip akuntansi
Indonesia.
Pada dasarnya Berakhirnya kerjasama Join Venture antara BUMD dengan Pihak Ketiga dapat dilakukan
dengan cara:
1. kedua belah pihak sepakat untuk mengakhiri kerjasama sebelum jangka waktu berakhir;
2. terjadinya wan prestasi oleh satu pihak yang dapat mengakibatkan pemutusan perjanjian kerjasama;
3. jangka waktu kerjasama telah berakhir.
Sedangkan dalam hal berakhirnya perjanjian Join Venture antara BUMD /Perusahaan Daerah dengan Pihak
Ketiga diatur sedemkian rupa prosedurnya, yaitu meliputi:
1. Dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sebelum perjanjian tersebut berakhir, kedua belah pihak harus
melakukan penelitian dan evaluasi bersama terhadap asset dan hutang piutang yang berhubungan
dengan pelaksanaan usaha kerjasama.;
2. Untuk membantu pelaksanakan penelitian dan evaluasi, Direksi dapat membentuk Tim Peneliti dan
Penilai yang terdiri dari berbagai unsur yang terkait dan Konsultan ahli dibidangnya.;
3. Berakhirnya kerjasama selanjutnya dituangkan dalam Berita Acara dan ditanda tangani oleh kedua belah
pihak.
Dasar Hukum:
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2004 Tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi (PP No. 35/2004);
2. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 43 Tahun 2000 Tentang Pedoman
Kerjasama Perusahaan Daerah Dengan Pihak Ketiga (Kepmendagri No.43/2000)
3/3