DISUSUN OLEH :
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MATARAM
NOVEMBER 2011
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan karuniaNya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Di mana tugas ini penulis sajikan dalam bentuk buku yang sederhana. Adapun judul
penulisan Makalah, yang penulis sajikan adalah sebagai berikut :
Tujuan penulisan makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Agama Islam program S1 Akuntansi. Sebagai bahan penulisan diambil
berdasarkan beberapa sumber literatur yang mendukung penulisan ini. Penulis menyadari
bahwa tanpa bimbingan dan dorongan dari semua pihak, maka penulisan makalah ini tidak
akan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini, izinkanlah penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada bapak Ahmad Muhasim, S.Ag., M.HI yang telah memberi bimbingan
berupa materi, orang tua, serta teman-teman yang telah memberi saran, sehingga penulis
dapat menyelesaikannya.
Serta semua pihak yang terlalu banyak untuk disebut satu persatu sehingga terwujudnya
penulisan ini. Akhir kata penulis mohon saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca terutama bagi pemakalah.
Penulis
KATA PENGANTAR........................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 1
1.3 Tujuan Makalah..................................................................................... 2
BAB IV PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan............................................................................................. 15
4.2 Saran........................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 19
Wanita itu adalah aurat, jika ia keluar rumah, maka syaithan akan menghiasinya. (HR.
Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah dan ath-Thabrani dalam Mujamul Kabiir, dari Ibnu Masud RA.)
Keterangan:
Ayat ini menegaskan empat hal, yaitu:
a. Perintah untuk menahan pandangan dari yang diharamkan oleh Allah SWT.
b. Perintah untuk menjaga kemaluan dari perbuatan yang haram.
c. Larangan untuk menampakkan perhiasan kecuali yang biasa tampak.
Para ulama mengatakan bahwa ayat ini juga menunjukkan akan haramnya menampakkan
anggota badan tempat perhiasan tersebut. Sebab jika perhiasannya saja dilarang untuk
ditampakkan apalagi tempat perhiasan itu berada. Sekarang marilah kita perhatikan
penafsiran para sahabat dan ulama terhadap kata kecuali yang biasa nampak dalam
ayat tersebut. Menurut Ibnu Umar RA. yang biasa nampak adalah wajah dan telapak tangan.
Begitu pula menurut Atho, Imam Auzai dan Ibnu Abbas RA. Hanya saja beliau (Ibnu
Abbas) menambahkan cincin dalam golongan ini. Ibnu Masud RA. mengatakan maksud kata
tersebut adalah pakaian dan jilbab. Said bin Jubair RA. mengatakan maksudnya adalah
pakaian dan wajah. Dari penafsiran para sahabat dan para ulama ini jelaslah bahwa yang
boleh tampak dari tubuh seorang wanita adalah wajah dan kedua telapak tangan. Selebihnya
hanyalah pakaian luarnya saja.
d. Perintah untuk menutupkan khumur ke dada.
Khumur adalah bentuk jamak dari khimar yang berarti kain penutup kepala. Atau dalam
bahasa kita disebut jilbab. Ini menunjukkan bahwa kepala dan dada adalah juga termasuk
aurat yang harus ditutup. Berarti tidak cukup hanya dengan menutupkan jilbab pada kepala
Dan perempuan-perempuan tua yang Telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang
tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian[1050] mereka
dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik
bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Bijaksana. (QS. An-Nuur 60)
[1050] Maksudnya: Pakaian luar yang kalau dibuka tidak menampakkan aurat.
Ayat ini menunjukkan bahwa bagi para pemudihukumnya berkabalikan (tidak boleh
buka-bukaan).
- Surat Al-Ahzab, ayat 33:
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu[1215] dan janganlah kamu melakukan tabarruj[1216]
sebagaimana tabarrujnya orang-orang Jahiliyah yang dahulu[1217] dan Dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait[1218] dan membersihkan kamu sebersih-
bersihnya. (Qs. Al-Ahzab: 33)
[1215] Maksudnya: isteri-isteri Rasul agar tetap di rumah dan ke luar rumah bila ada
keperluan yang dibenarkan oleh syara'. perintah Ini juga meliputi segenap mukminat.
[1216] Tabarruj adalah perilaku mengumbar aurat atau tidak menutup bagian tubuh yang
wajib untuk ditutup. Fenomena mengumbar aurat ini adalah merupakan perilaku jahiliyyah.
Bahkan diriwayatkan bahwa ritual haji pada zaman jahiliyyah mengharuskan seseorang
thawaf mengelilingi kabah dalam keadaan bugil tanpa memandang apakah itu lelaki atau
perempuan.
Keterangan:
Konteks ayat di atas adalah ditujukan untuk istri-istri Rasulullah SAW. Namun
keumuman ayat ini mencakup seluruh wanita muslimah. Kaidah ilmu ushul fiqh mengatakan:
Yang dijadikan pedoman adalah keumuman lafadz sebuah dalil dan bukan kekhususan
sebab munculnya dalil tersebut (al ibratu bi umumil lafdzi la bikhususis sabab).
- Surat Al-Ahzab, ayat 55:
Tidak ada dosa atas isteri-isteri nabi (untuk berjumpa tanpa tabir) dengan bapak-bapak
mereka, anak-anak laki-laki mereka, saudara laki-laki mereka, anak laki-laki dari saudara
laki-laki mereka, anak laki-laki dari saudara mereka yang perempuan yang beriman dan
hamba sahaya yang mereka miliki, dan bertakwalah kamu (hai isteri-isteri Nabi) kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha menyaksikan segala sesuatu. (QS. Al-Ahzab: 55)
Ibnu Katsir berkata: ketika Allah memerintahkan kewajiban berhijab bagi perempuan di
depan laki-laki bukan muhrim, maka kamudian Allah menjelaskan bahwa berhijab di depat
kerabat terdekat itu tidak wajib.
- Surat Al-Ahzab, ayat 59:
Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri
orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya[1232] ke seluruh tubuh mereka".
yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di
ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab: 59)
[1232] Jilbab ialah sejenis pakaian kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka
dan dada.
Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. tatkala
keduanya Telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan
mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka
menyeru mereka: "Bukankah Aku Telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu" dan
Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu
berdua?" (QS. Al-Araaf: 22)
- Surat Thaahaa, ayat 121:
Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan
mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada
Tuhan dan sesatlah ia[949]. (QS. Thaahaa: 121)
[949] yang dimaksud dengan durhaka di sini ialah melanggar larangan Allah karena lupa, dengan tidak
sengaja dan yang dimaksud dengan sesat ialah mengikuti apa yang dibisikkan syaitan. kesalahan Adam AS..
meskipun tidak begitu besar menurut ukuran manusia biasa sudah dinamai durhaka dan sesat, Karena
tingginya martabat Adam AS. dan untuk menjadi teladan bagi orang besar dan pemimpin-pemimpin agar
menjauhi perbuatan-perbuatan yang terlarang bagaimanapun kecilnya.
3. Hadis riwayat Aisyah RA., bahwasanya Asma binti Abu Bakar masuk menjumpai
Rasulullah SAW. dengan pakaian yang tipis, lantas Rasulullah SAW. berpaling darinya dan
berkata:Hai Asma, seseungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haid (akil
baligh) maka tak ada yang layak terlihat kecuali ini, sambil beliau menunjuk wajah dan
telapak tangan. (HR. Abu Daud dan Baihaqi)
Keterangan: :
Hadis ini menunjukkan dua hal, yaitu:
a. Kewajiban menutup seluruh tubuh wanita kecuali wajah dan telapak tangan.
b. Pakaian yang tipis tidak memenuhi syarat untuk menutup aurat.
Dari kedua dalil di atas jelaslah batasan aurat bagi wanita, yaitu seluruh tubuh kecuali wajah
dan dua telapak tangan. Dari dalil tersebut pula kita memahami bahwa menutup aurat adalah
wajib. Berarti jika dilaksanakan akan menghasilkan pahala dan jika tidak dilakukan maka
akan menuai dosa. Kewajiban menutup aurat ini tidak hanya berlaku pada saat solat saja
namun juga pada semua tempat yang memungkinkan ada laki-laki lain bisa melihatnya.
b. Madzhab Maliki
Mazhab Maliki, membagi aurat lelaki dan wanita ketika shalat dan diluar shalat
kepada dua bagian. Pertama, aurat berat (mughallazah) dan aurat ringan (mukhaffafah).
Aurat berat pada lelaki adalah kemaluan dan dubur, sedangkan aurat ringan selain dari
kemaluan dan dubur adalah Fahd (paha) menurut mazhab ini bukanlah aurat, mereka
berdalil dengan hadist nabi yang diriwayatkan oleh Aisyah RA.: Pada perang Khaibar
tersingkaplah pakaian Nabi dan nampaklah pahanya. (HR. Bukhori dan Ahmad).
Namun pendapat ini di rodd oleh para ulama lain karena banyak dalil lain yang lebih
kuat dan tsiqoh. Aurat berat wanita seluruh badan kecuali ujung-ujung badan dan dada.
Yang dimaksud ujung badan adalah anggota ujung badan seperti tangan, kepala dan kaki.
Semua ujung badan itu tidak dianggap aurat berat ketika sembayang. Mazhab Maliki
membataskan apa yang dianggap aurat ringan pada wanita termasuk dada, lengan, leher,
kepala dan kaki. Sedangkan muka dan dua tapak tangan tidak dianggap aurat langsung
pada mazhab ini, pendapat mazhab ini banyak diikuti negara-negara Arab di Afrika
Utara dan negara-negara Afrika.
Termuat dalam Almuwattha, suatu ketika Imam Malik ditanya, bolehkah wanita
makan bersama pria yang bukan mahromnya atau pembantu laki-laki?, lalu imam
Malik menjawab, tidak apa-apa kalau hal itu dilakukan dengan cara yang dikenal wanita
untuk makan bersama laki-laki. Beliau berkata dan kadang wanita makan bersama suaminya dan orang
lain teman suaminya Menurut Abul Qasim: perkataan ini membolehkan wanita
menampakkan wajah dan kedua telapak tangannya kepada lelaki asing, sebab tidak tergambarkan
keadaan makankecuali dengan menampakkan wajah dan tangan.
Disebutkan dalam kitab Almudhawanatul Kubro Imam Malik berkata: jika wanita
melakukan shalat sedangkan rambutnya tampak atau dadanya tampak, atau punggung kakinya
tampak maka hendaklah ia mengulang selama masih dalam waktunya.
Pernyataan imam malik yang tidak menyebutkan wajah termasuk anggota tubuhmenunjukkan
bolehnya menampakkan wajah.
c. Madzhab Syafii
Menurut Mazhab Syafii, aurat pada laki-laki terletak di antara pusat dan lutut, baik
dalam shalat, thawaf, antara sesama jenis atau kepada wanita yang bukan mahramnya,
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak
dari padanya. (QS. An-Nuur: 31)
Ibnu Abbas berkata maksud daripada kata disamping, yang dimaksud dengan
yang nampak darinya adalah wajah dan kedua telapak tangan. Karena itu nabi
melarang wanita yang berihram memakai cadar dan kaus tangan. Dan keran kebutuhan, mendorong
untuk menampakkan wajah dalam jual beli, dan telapak tangan untuk mengambil danmemberi, maka
yang demikian itu tidak dijadikan aurat.
Dan pada tempat lain disebutkan, jika seorang hendak menikahi seorang wanita,
maka bolehlah ia melihat wajah dan telapak tangannya. Dan tidak boleh melihat selain keduanya, karena
kedua hal itu aurat.
4.1 Kesimpulan
Setelah memperhatikan hasil pembahasan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa menutup aurat baik bagi laki-laki maupun wanita hukaumnya wajib. Baik dalam
keadaan yang mendesak sekalipun. Karena dengan menutup aurat kita dapat terhindarkan dari
kemaksiatan dunia dan neraka di akhirat kelak.
Selain itu, dengan menutup aurat kita dapat menjaga kehormatan diri kita sebagai umat
Islam.
4.2 Saran
Sebagai umat Islam, khususnya wanita muslimah, kita harus selalu menutupi aurat kita
dengan mengenakan pakaian yang sopan dan layak untuk dipakai. Meskipun dalam keadaan
apapun kita harus tetap menutup aurat kita dan tidak memperlihatkan aurat kita kepada lelaki
yang bukan mahram.
Oleh karena itu, untuk penulis khususnya dan pembaca pada umumnya selalu menutup
aurat dimanapun dan kapanpun kita berada. Karena itu dapat menjaga kehormatan kita.
Internet :
http://fashihah-11.blogspot.com/2011/02/makalah-islami.html
http://assunah.wordpress.com/2008/09/05/menutup-aurat-yuk/
http://ilhammustafa.blogspot.com/2011/05/batasan-aurat-laki-laki-dan-
perempuan.html
http://www.acehforum.or.id/showthread.php/104-Batas-batas-aurat-dalam-
Islamhttp://muslimah.or.id/fikih/aurat-wanita-di-depan-mahramnya-bagian-2.html
Al-Quran Terjemahan