Anda di halaman 1dari 1

101

keduanya . Selain Pasal 283 di atas, dirumuskan pula Pasal 283 bis yang isinya

berbunyi :

Jika yang bersalah melakukan salah satu kejahatan tersebut dalam Pasal
282 dan 283 dalam menjalankan pencahariannya dan ketika itu belum
lampau dua tahun sejak adanya pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan
semacam itu juga, maka dapat dicabut haknya untuk menjalankan
pencaharian tersebut.

Pasal 283 bis ini bukanlah bentuk tindak pidana pornografi yang berdiri

sendiri, namun terkait dengan pasal sebelumnya, yaitu perbuatan dalam Pasal 282 dan

Pasal 283 yang dilakukan sebagai pencarian dan terjadi pengulangan. Jadi selain si

pelaku dipidana karena kejahatan yang dilakukan, si pelaku juga akan dicabut

haknya dalam menjalankan pencaharian tersebut.

Permasalahan pornografi, dalam KUHP tidak hanya dirumuskan dalam bentuk

kejahatan, tetapi juga dalam bentuk pelanggaran terhadap kesusilaan. Ketentuan ini

diatur dalam Buku III Bab VI tentang Pelanggaran Kesusilaan (Pasal 532-533).

Adapun ketentuan dalam Pasal 532 dinyatakan sebagai berikut :

Diancam dengan pidana kurungan paling tiga hari atau denda paling
banyak lima belas rupiah :
(1) barang siapa di muka umum menyanyikan lagu-lagu yang melanggar
kesusilaan;
(2) barang siapa di muka umum mengadakan pidato yang melanggar
kesusilaan;
(3) barang siapa di tempat yang terlihat dari jalan umum mengadakan
tulisan atau gambaran yang melanggar kesusilaan;

Rumusan Pasal 532 di atas mengandung 3 (tiga) bentuk pelanggaran terhadap

kesusilaan. Sifat melanggar kesusilaan pada perbuatan menyanyikan adalah terletak

pada syair atau irama dan isi atau kata-kata dalam lagu

101
Adami Chazawi, Op.cit., hal. 38;

Anda mungkin juga menyukai