Anda di halaman 1dari 10

A.

PENGERTIAN

Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan


lemak tubuh yang berlebihan. (www.medicastore.com)

Obesitas merupakan keadaaan Indeks Massa Tubuh (IMT) anak yang


berada diatas persentil ke 95 pada gravik tumbuh kembang anak sesuai
jenis kelaminnya. (Institute of medicine (IOM) di AS)

Obesitas atau kegemukan diartikan sebagai penimbunan jaringan lemak


tubuh secara berlebihan. (Vivi Juhanita S.,Gizi.Net)

Obesitas adalah keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan


lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh.
(Arief Mansjoer, dkk)

B. KLASIFIKASI

Berdasarkan etiologinya, umumnya obesitas dibagi menjadi:

1. Obesitas Primer : disebabkan faktor nutrisi dengan berbagai faktor yang


dapat mempengaruhi masukan makanan, yaitu masukan makan berlebih
disbanding dengan kebutuhan energi yang diperlukan tubuh.

2. Obesitas Sekunder : yang disebabkan adanya penyakit atau kelainan


congenital (mielodisklasia), endokrin (sindrom cushsing, sindrom freulich,
sindrom mauriach, pseudo-paratiroidisme) atau kondisi lain (sindrom
klinefelter, sindrom turner, sindrom down, dll).

Menurut patogenesis dapat dibagi menjadi dua golongan:

1. Regulatory obesity : gangguan primernya berada pada pusat yang


mengatur masukan makanan.

2. Obesitas metabolic : kelainan pada metabolisme lemak dan karbohidrat.

Menurut gejala klinisnya obesitas dibagi menjadi:

1. Obesitas sederhana (simple obesity)

Terdapat gejala kegemukan saja tanpa disertai kelainan hormonal / mental /


fisik lainnya, obesitas ini terjadi karena factor nutrisi.

2. Bentuk khusus obesitas

a. Kelainan endokrin/ hormonal

Tersering adalah sindrom cushing, pada anak yang sensitive pada pengobatan
dengan hormon steroid.

b. Kelainan somato dismorfik


Sindrom prader-willi, sindrom summit dan carpenter, sindrom Laurence-moon-
biedle, dan sindrom cohen.

Obesitas pada kelainan ini hampir selalu disertai mental retardasi dan kelainan
ortopedi.

c. Kelainan hipotalamus

Kelainan pada hipotalamus yang mempengaruhi nafsu makan dan berakibat


terjadinya obesitas, sebagai akibat dari kraniofaringioma, leukemia serebral,
trauma kepala, dll.

Berdasarkan penggolongan berat badan, obesitas dibagi menjadi:

1. Obesitas ringan: kelebihan berat badan 20-40%

2. Obesitas sedang: kelebihan berat badan 41-100%

3. Obesitas berat: kelebihan berat badan >100%

Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% diantara orang-orang yang gemuk.

C. PENYEBAB

Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori yang lebih banyak
dari yang diperlukan oleh tubuh / pemasukan makan yang berlebihan ke dalam
tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran
kalori ini masih belum jelas.Terjadinya obesitas melibatkan beberapa factor:

1. Masukan energi yang melebihi dari kebutuhan tubuh

a. Pada Bayi

- Bayi yang minum susu botol yang selalu dipaksakan oleh ibunya, bahwa
setiap kali minum harus habis.

- Kebiasaan untuk memberikan minuman / atau makanan setiap kali


menangis.

- Pemberian makanan tambahan tinggi kalori pada usia yang terlalu dini.

- Jenis susu yang diberikan osmolaritasnya tinggi (terlalu kental, terlalu


manis, kalorinya tinggi), sehingga bayi selalu haus / minta minum.

b. Faktor Psikis

Apa yang ada di dalam pikiran sesorang bisa mempengaruhi kebiasaan


makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan
makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif.
Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang
menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang
kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.

Ada dua pola makan abnormal yaitu: makan dalam jumlah yang sangat
banyak (binge)dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari).
Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stress dan kekecewaan. Binge mirip
dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah yang sangat
banyak, bedany pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali
apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat
banyak. Pada sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu
makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan
insomnia pada malam hari.

c. Gaya hidup masa kini

Kecenderungan anak-anak sekarang suka makanan fast food yang berkalori


tinggi seperti : Hamburger, Pizza, Ayam goreng dengan kentang goreng, ice
cream, aneka makan mie, dll.

2. Penggunaan kalori yang kurang

Berkurangnnya pemakaian energi dapat terjadi pada anak yang kurang aktivitas
fisiknya, seharian nonton TV, dll. Lebih-lebih kalau nonton TV sambil tidak
berhenti makan, maka cenderungan menjadi obesitas akan menjadi besar.

3. Faktor lingkungan

Gen merupakan factor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi
lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan
ini termasuk perilaku / pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa
kali seseorang makan sertabagaimana aktifitasnya). Seseorang tentu saja tidak
dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan
aktifitasnya.

4. Faktor kesehatan

Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:

- Sindroma yang diwariskan, contohnya: sindroma cushing, sindroma


prader-willi

- Hormonal

Kelenjar pituitary dan fungsi hipotalamus.

Penyebab yang jarang dari obesitas adalah fungsi hipotalamus yang abnormal.
Sehingga terjadi hiperfagia (nafsu makan yang berlebihan) karena gangguan
pada pusat kenyang di otak.

- Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak


makan seperti : lesi-lesi hipotalamus, hipofisis, dan lesi otak yang lain.
5. Factor perkembangan

Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan


bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas,
terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak bisa memiliki sel lemak
sampai lima kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya
normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat
badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam
setiap sel.

6. Aktivitas fisik

Kurang aktifitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari
meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur.
Orang-orang yang tidak aktif memerlukan sedikit kalori. Seseorang yang
cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktifitas
fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.

Untuk terjadinya obesitas tidak hanya tergantung dari berbagai macam


penyebab yang telah disebutkan di atas, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor
predisposisi lainnya misalnya :

1. Herediter (faktor keturunan)

Kecenderungan menjadi gemuk pada keluarga tertentu. Kalau salah satu orang
tuanya obesitas, maka anaknya mempunyai resiko 40% menjadi obesitas,
sedangkan kalau kedua orang tuanya obesitas, maka resiko menjadi 80%.

2. Suku / Bangsa

Pada suku / bangsa tertentu kadang-kadang terlihat banyak anggotanya yang


menderita obesitas.

3. Pandangan masyarakat yang salah, yaitu bayi yang sehat adalah yang
bayi yang gemuk.

4. Anak cacat, anak aktifitasnya kurang karena problem fisik/ cara


mengasuh.

5. Umur orang tua yang sudah lanjut baru punya anak, anak tunggal, anak
mahal, anak dari orang tua tunggal, dll.

6. Meningkatnya keadaan social ekonomi seseorang.

Orang tua yang dulunya berasal dari keluarga yang kurang mampu, maka
mereka cenderung memberikan makanan sebanyak-banyaknya pada anak-
anaknya. Atau keluarga yang migrasi dari Negara berkembang ke Negara yang
maju atau kaya.

7. Obat-obatan
Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa
menyebabkan penambahan berat badan.

D. PATOFISIOLOGI

Terjadinya obesitas menurut jumlah sel lemak, adalah sebagai berikut :

1. Jumlah sel lemak normal, tetapi terjadi hipertrofi / pembesaran.

2. Jumlah sel lemak meningkat / hiperplasi dan juga terjadi hipertrofi.

Penambahan dan pembesaran jumlah sel lemak paling cepat pada masa anak-
anak dan mencapai puncaknya pada masa meningkat dewasa. Setelah masa
dewasa tidak akan terjadi penambahan jumlah sel, tetapi hanya terjadi
pembesaran sel. Obesitas yang terjadi pada masa anak selain hiperplasi juga
terjadi hipertrofi. Sedangkan obesitas yang terjadi setelah masa dewasa pada
umumnya hanya terjadi hipertrofi pada sel lemak.

Obesitas pada anak terjadi kalau intake kalori berlebihan, terutama pada tahun
pertama kehidupan. Rangsangan untuk meningkatkan jumlah sel terus berlanjut
sampai dewasa, setelah itu terjadi pembesaran sel saja. Sehingga kalau terjadi
penurunan berat badan setelah masa dewasa, bukan karena jumlah sel
lemaknya yang berkurang tetapi besarnya sel yang berkurang.

Disamping itu, pada penderita obesitas juga menjadi resisten terhadap hormone
insulin, sehingga kadar insulin dalam peredaran darah akan meningkat. Insulin
berfungsi untuk menurunkan lipolisis dan meningkatkan pembentukan jaringan
lemak.

E. MANIFESTASI KLINIK

Obesitas dapat terjadi pada usia berapa saja, tetapi yang tersering pada tahun
pertama kehidupan, usia 5 6 tahun dan pada masa remaja.

Gejala obesitas antara lain :

1. Anak dengan obesitas lebih berat dari anak seusianya (terlihat sangat
gemuk).

2. Pertumbuhan tulangnya lebih cepat matang dan lebih berkembang. Anak


yang obesitas relatif lebih tinggi pada masa remaja awal, tetapi
pertumbuhan memanjangnya selesai lebih cepat, sehingga hasil akhirnya
mempunyai tinggi badan yang lebih pendek dari usia sebayana.

3. Bentuk muka anak tidak proporsional, hidung dan mulut terlihat kecil,
dagu ganda (double chin).
4. Terdapat timbunan lemak pada daerah payudara adipositas (buah dada
seolah-olah berkembang) yang biasanya terjadi pada anak laki-laki.

5. Penis pada anak laki-laki terlihat kecil, oleh karena sebagian organ
tersebut tersembunyi dalam jaringan lemak pubis.

6. Paha dan lengan atas besar, jari-jari tangan relative kecil dan runcing.

7. Perut menggantung dan sering disertai strie.

8. Sering terjadi gangguan psikologis, baik sebagai penyebab ataupun


sebagai akibat dari obesitasnya.

9. Anak lebih cepat mencapai masa pubertas.

10.terjadi gangguan pernafasan dan sesak nafas.

Penimbunan lemak yang berlebihan di dalam diafragma dan di dalam dinding


dada bisa menekan paru-paru sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak
nafas meskipun penderita hanya melakukan aktifitas ringan. Biasanya terjadi
pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara
waktu (tidur apneu) sehingga pada siang hari penderitanya sering merasa
ngantuk.

F. KOMPLIKASI

Berbagai keadaan yang erat hubungannya dengan obesitas, baik yang terjadi
pada masa bayi maupun masa dewasa, antara lain :

1. Terhadap kesehatan

Obesitas ringan sampai sedang, morbiditasnya kecil pada masa anak-anak.


Tetapi bila obesitas masih terjadi setelah masa dewasa, maka morbiditas
maupun mortalitasnya akan meningkat. Terdapat korelasi positif antara tingkat
obesitas dengan berbagai penyakit infeksi, kecuali TBC. Morbiditas dan
mortalitas yang tinggi tersebut, dikaitkan dengan menurunnya respons
imunologik sel T dan aktivitas sel polimorfonuklear.

2. Saluran pernafasan

Pada bayi, obesitas merupakan resiko terjadinya infeksi saluran pernapasan


bagian bawah, karena terbatasnya kapasitas paru-paru. Adanya hipertrofi tonsil
dan adenoid akan mengakibatkan obstruksi saluran nafas bagian atas, sehingga
mangakibatkan anoksia dan saturasi oksigen rendah, yang disebut sindrom
Chubby Puffer. Obstruksi kronis saluran pernapasan dengan hipertrofi tonsil dan
adenoid, dapat mengakibatkan gangguan tidur, gejala jantung dan kadar oksigen
dalam darah yang abnormal. Keluhan lainnya adalah nafas yang pendek.

3. Kulit
Kulit sering lecet karena gesekan. Anak merasa gerah / panas, sering disertai
miliaria, maupun jamur pada lipatan kulit.

4. Ortopedi

Anak yang obesitas pergerakannya lambat. Sering terdapat kelainan ortopedi


seperti Legg-Perthee disease, genu valgum, slipped femoral capital epiphyses,
tibia vara, dll.

5. Efek psikologis

Kurang percaya diri. Anak pada masa remaja yang obesitas biasanya pasif dan
depresi. Karena sering tidak dilibatkan pada kegiatan yang dilakukan oleh teman
sebayanya, juga sulit mendapatkan pacar karena merasa potongan tubuhnya
jelek, tidak modis, merasa rendah diri sehingga mengisolasi dari pergaulan
teman-temannya.

Gangguan kejiwaan ini juga dapat sebagai penyebab terjadinya obesitas, yaitu
dengan melampiaskan stress yang dialaminya kemakanan.

6. Bila obesitas pada masa anak terus berlanjut sampai masa dewasa, dapat
mengakibatkan :

Hipertensi pada masa adolensi.

Hiperlipidemia, ateroskerosis, penyakit jantung koroner, hipertensi maligna


pada dewasa.

Diabetes.

Sindrom Pickwickian merupakan komplikasi yang berat dari obesitas


dewasa, yaitu gangguan pada jantung dan pernapasan, hipoventilasi. Dengan
manifestasi polisitemia, hipoksemia, sianosis, pembesaran jantung, gagal
jantung kongestif, dan somnolen. Kita harus berhati-hati pada pemberian
oksigen konsentrasi tinggi pada anak ini. Usaha pengurusan badan sangat
penting kalau terjadi komplikasi ini.

Maturitas seksual lebih awal, menstruasi sering tidak teratur.

G. PENATALAKSANAAN

KEPERAWATAN

Tujuan pengobatan obesitas pada anak berbeda dengan pengobatan obesitas


dewasa, karena tujuannya hanya menghambat laju kenaikan berat badan yang
pesat tersebut dan tidak boleh diit terlalu ketat. Sehingga pengaturan diitnya
harus dipertimbangkan bahwa anak masih dalam masa pertumbuhan. Olah raga
atau aktifitas tubuh yang teratur sangat penting dalam upaya penatalaksanaan
obesitas pada anak.
Pada prinsipnya, pengobatan pada anak dengan obesitas adalah sebagai
berikut:

1. Memperbaiki factor penyebab, misalnya kesalahan cara pengasuhan


maupun factor kejiwaan.

2. Motifasi penderita obesitas dewasa tentang perlunya pengurusan badan.


Sedangkan orang tua atau bayi anak yang obesitas harus dimotifasi tentang
pentingnya memperlambat kenaikan berat badan bayi atau anaknya.

3. Memberikan diit rendah kalori yang seimbang untuk memperlambat


kenaikan berat badan.

4. Menganjurkan penderita untuk olah raga yang teratur atau anak bermain
secara aktif sehingga banyak energi yang digunakan.

Baik terapi diet maupun psikoterapi harus diberikan kepada seluruh keluarga
sehinga seolah-olah turut serta dalam usaha pencapaian berat badan tersebut.

Cara pengaturan diitnya adalah sebagai berikut :

1. Pada bayi yang mengalami obesitas, tujuan terapi untuk menurunkan


berat badannya seperti pada obesitas dewasa tetapi memperlambat
kecepatan kenaikan berat badannya. Bayi diberikan diit sesuai dengan
kebutuhan normal untuk pertumbuhan, yaitu 110 kkal/kg.BB/hari untuk
bayi kurang dari 6 bulan dan 90 kkal/kg.BB/hari untuk bayi lebih dari 6
bulan. Susu btol jumlahnya harus dikurangi dengan cara dielingi dengan
air tawar. Tidak dianjurkan memberikan susu yang diencerkan, susu
rendah / lemak. Disamping itu kita anjurkan pada ibunya agar anak tidak
digendong saja, tetapi dibiarkan melakukan aktifitas.

2. Pada anak pra sekolah yang mengalami obesitas, kenaikan berat


badannya harus diperlambat, dengan memberikan diet seimbang 60
kkal/kg.BB perhari. Atau bisa juga dari makanan keluarga dengan porsi
kecil dan menghindari makanan yang mengandung kalori tinggi. Selain itu
kita harus mendorong anak untuk melakukan aktifitas fisik dan mencegah
menonton tv berlebihan.

3. Pada anak usia sekolah (pra pubertas) yang obesitas, kita berusaha
mempertahankan berat badan anak dan menaikkan tinggi badannya. Diet
yang diberikan sekitar 1200 kkal/hari atau sekitar 60 kkal/kg.BB perhari.
Mendorong anak melakukan aktifitas fisik secara sendiri-sendiri maupun
secara berkelompok. Hindari menonton tv terlalu lama dan makan
makanan yang berkalori tinggi.

4. Pada obesitas dewasa, kita harus menurunkan berat badannya untuk


mencapai berat badan yang diharapkan sesuai dengan tinggi badannya.
Diet yang diberikan sekitar 850 kkal/hari, atau kalau ingin menurunkan
berat badan 500 gram/minggu, kurangi kalorinya 500 kkal/hari. Selain itu
dorong untuk melakukan aktifitas, baik sendiri-sendiri maupun
berkelompok. Mendorong anak agar mau melakukan interaksi dengan
teman-temannya.

MEDIS

Terapi pengobatan

Ada 2 jenis utama obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi obesitas:

1. Obat anti obesitas yang mengurangi nafsu makan, obat ini bekerja dengan
cara meningkatkan kadar neurotransmitter pada persambungan diantara ujung-
ujung syaraf di otak ( sinaps ). Macam-macam obat anti obesitas :

Fenfluramin ( fen ) dan deksfenfluramin, kedua obat ini menekan


nafsu makan terutama dengan meningkatkan pelepasan serotonin
oleh sel-sel syaraf. Efek dari fen dapat menyebabkan hipertensi
pulmoner dan efek dari deksfen menyebabkan katup jantung.

Fentermin, menekan nafsu makan dengan menyebabkan pelepasan


norepinefrin oleh sel-sel syaraf.

2. Obat yang menghalangi penyerapan zat gizi dari usus, antara lain : orlistat
( menghalangi penyerapan lemak di usus.

G. PENCEGAHAN

Mencegah obesitas jauh lebih baik dari pada mengobati kalau sudah terjadi
obesitas. Yang penting adalah bagaimana mengubah pandangan masyarakat
agar mereka tidak mengangap bahwa sehat itu identik denan gemuk.

Pendegahan harus sedini mungkin yang dimulai sejak dari bayi, yaitu dengan
memberikan ASi. Bayi yang minum ASI jarang yang menjadi obesitas, karena
komposisi ASI mempunyai mekanisme tersendiri dalam mengontrol berat badan
bayi. Komposisi ASI pada saat baru mulai disusu ( foremilk ) lemaknya sedikit,
sedangkan pada akhir menyusu ( hind milk ) kadar lemaknya lebih tinggi,
sehingga menimbulkan rasa nek pada bayi, akibatnya bayi akan
menghentikan menyusu. Pemberian ASI eksklusif 4 bulan, kemudian makanan
tambahan diberikan mulai umur 4 bulan, dan pemberian ASI dianjurkan sampai
umur 2 tahun. Tidak memberikan minuman atau makanan setiap anak
menangis, kecuali kalau kita yakin bahwa anak tersebut memang lapar. KMS
( kartu Menuju Sehat ) perlu untuk memantau pertumbuhan anak, sehingga kita
mengetahui setiap penyimpangan arah dari grafik berat badan anak. Anak sedini
mungkin dikenalkan aktifitas disik, baik melalui bermain maupun olah
raga. Menonton tv hanya sebagai selingan saja.
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Richard E. 1998. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta :
Media Aesculapius.

Pudjiad, Solihin. 1990. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta : FKUI.

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi


NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Perawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai