Angina Vs Infark
Angina Vs Infark
PEMBAHASAN
A. ANGINA PECTORIS
Pengertian
Angina pektoris adalah nyeri dada yang ditimbukan karena iskemik miokard dan
bersifat sementara atau reversibel. (Dasar-dasar keperawatan kardiotorasik, 1993). Angina
pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada yang khas
yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri
yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas berhenti. (Prof. Dr. H.M.
Sjaifoellah Noer, 1996). Angina pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menggambarkan jenis rasa tidak nyaman yang biasanya terletak dalam daerah retrosternum.
Angina (angina pektoris) adalah nyeri dada yang bersifat sementara, dapat juga
merupakan rasa tertekan pada dada, yang terjadi karena otot jantung mengalami kekurangan
oksigen akibat terganggunya aliran darah ke arteri yang memperdarahinya. Penyumbatan
pembuluh darah yang dapat angina adalah jika penyumbatannya mencapai 70%.
Seperti sel-sel lainnya, sel otot jantung juga membutuhkan oksigen untuk bekerja.
Oksigen sel otot jantung disuplai oleh darah dalam arteri coronaria. Semakin berat kerja
jantung semakin banyak oksigen yang dibutuhkan. Oleh karena itu aktivitas fisik dan emosi
menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen sel-sel otot jantung. Peningkatan kebutuhan
oksigen sel-sel otot jantung ini akan semakin sulit terpenuhi apabila terjadi gangguan aliran
darah di arteri coronaria.
Penyebab/ etiologi
Biasanya angina merupakan akibat dari penyakit arteri koroner. Penyebab lainnya adalah:
Stenosis katup aorta (penyempitan katup aorta)
Regurgitasi katup aorta (kebocoran katup aorta)
Stenosis subaortik hipertrofik
Spasme arterial (kontraksi sementara pada arteri yang terjadi secara tiba-tiba)
Anemia yang berat.
Faktor-Faktor Resiko
1. Dapat Diubah (dimodifikasi)
a. Diet (hiperlipidemia)
b. Rokok
c. Hipertensi
d. Stress
e. Obesitas
f. Kurang aktifitas
g. Diabetes Mellitus
h. Pemakaian kontrasepsi oral
2. Tidak dapat diubah
a. Usia
b. Jenis Kelamin
c. Ras
d. Herediter
e. Kepribadian tipe A
c Patofisiologi
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suply
oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekauan arteri dan penyempitan
lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner). Sewaktu beban kerja suatu jaringan
meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada
jantung yang sehat maka artei koroner berdilatasi dan megalirkan lebih banyak darah dan
oksigen keotot jantung. Namun apabila arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit
akibat ateriosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan
kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.
Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (nitrat Oksid0
yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini
dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang memperberat
penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang. Penyempitan atau blok ini
belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75 %. Bila
penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu dengan aktifitas berlebihan maka suplai darah ke
koroner akan berkurang. Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk
memenuhi kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang
menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila kenutuhan energi sel-sel
jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi
oksidatif untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan
hilangnya asam laktat nyeri akan reda.
Jenis- Jenis Angina Pectoris:
1. Stable Angina Pectoris
Disebabkan karena kebutuhan metabolik otot jantung dan energi yang tidak dapat
dipenuhi karena terdapat stenosis yang menetap pada arteri koroner yang disebabkan oleh
proses aterosklerosis. Keluhan nyeri dada akan timbul bila melakukan suatu pekerjaan.
Berdasarkan tingkat penyebabnya, maka dapat dibagi menjadi:
1. Selalu timbul sesudah kegiatan berat
2. Timbul sesudah melakukan kegiatan sedang (jalan cepat 1/2 km)
3. Timbul sesudah melakukan kegiatan ringan (jalan 100 m)
4. Jika melakukan aktivitas yang ringan (jalan biasa)
2. Unstable angina pectoris
Disebabkan primer oleh kontraksi otot poles pembuluh koroner sehinggga mengakibatkan
iskeia miokard. Patogenesis spasme tersebut hingga kini belum dapat diketahui, kemungkinan
tonus alphaadrenergik yang berlebihan. Manifase pembuluh koroner yang paling sering
adalah variant (prinzmental). Angina jenis ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Angina yang baru terjadi (dalam 1 bulan)
2. Crescendo Angina (meningkatnya frekuensi atau keparahan dalam beberapa hari atau
minggu)
3. Insufisiensi koroner akut (nyeri angina yang menetap pada saat istirahat tanpa adanya
infark miokardium)
- Angina non stabil (angina prainfark; Frekuensi, intensitas dan durasi serangan
angina kresondo) meningkat secara progresif.
- Angina stabil kronis Dapat diatasi, konsisten, terjadi saat
- Angina nocturnal latihan dan hilang dengan istirahat.
Nyeri terjadi saat malam hari, biasnya saat
tidur, dapat dikurangi dengan duduk tegak,
biasanya akibat gagal ventrikel kiri.
- Angina dokubitus Angina terjadi saat berbaring.
Angina yang sangat berat sampai tidak
- Angina refrakter atau intraktabel tertahan .
- Angina prinzmetal (varian: istirahat) Nyeri angina yang bersifat spontan disertai
elevasi segmen ST pada EKG. Diduga
disebabkan oleh spasme arteri koroner.
- Iskemia tersamar Terdapat bukti objektif iskemia(seperti tes
pada stress) tetapi klien tidak
mennunjukan gejala.
Manifestasi Klinik
Iskemia otot jantung akan menyebabkan nyeri dengan derajat yang bervariasi, mulai
dari rasa tertekan pada dada atas sampai nyeri hebat yang disertai dengan rasa takut atau rasa
akan menjelang ajal. Nyeri sangat terasa pada dada daerah belakang sternum atas atau
sternum ketiga tengah (retrosternal). Meskipun rasa nyeri biasanya terlokalisasi, namun nyeri
tersebut dapat menyebar ke leher, dagu, bahu, dan aspek dalam ekstermitas atas.
Pasien biasanya memperlihatkan rasa sesak, tercekik dengan kualitas yang terus
menerus. Rasa lemah atau baal di lengan atas, pergelangan tangan dan tangan akan menyertai
rasa nyeri. Selama terjadi nyeri fisik, pasien mungkin merasa akan segera meninggal.
Karakteristik utam akan berkurang a nyeri angina adalah nyeri tersebut akan berkurang
apabila factor prespitasinya dihilangkan.
Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan medis angina adalah untuk menurunkan kebutuhan oksigen
jantung dan untuk meningkatkan suplai oksigen. Secara medis tujuan ini dicapai melalui
terapi farmakologi dan control terhadap factor resiko. Secara bedah tujuan ini dicapai melalui
bedah pintas arteri koroner atau angioplasty koroner transluminal perkutan (PTCA =
percutaneous transluminal coronary angioplasty). Biasanya diterapkan kombinasi antara
terapi medis dan pembedahan.
Tiga teknik utama yang menawarkan penyembuhan bagi klien dengan penyakit
arteri koroner mencakup penggunaan alat intrakoroner untuk meningkatkan aliran darah,
penggunaan laser untuk menguapkan plak dan endarterektomi koroner perkutan untuk
mengangkat obstruksi. Penilitian yang bertujuan untuk membandingkan hasil akhir yang
dicapai oleh salah satu atau seluruh teknik diatas, melalui bedah pintas koroner dan PTCA
sedang dilakukan. Ilmu pengetahuan terus dikembangkan untuk mengurangi gejala dan
kemunduran proses angina yang diderita pasien.
ASKEP ANGINA PEKTORIS
Definisi
Angina pectoris adalah suatu syndrome yang ditandai dengan rasa tidak enak yang
berulang di dada dan daerah lain sekitarnya yang berkaitan yang disebabkan oleh ischemia
miokard tetapi tidak sampai terjadi nekrosis. Rasa tidak enak tersebut sering kali
digambarkan sebagai rasa tertekan, rasa terjerat, rasa kemeng, rasa penuh, rasa terbakar, rasa
bengkak dan rasa seperti sakit gigi. Rasa tidak enak tersebut biasanya berkisar 1 15 menit
di daerah retrosternal, tetapi dapat juga menjalar ke rahang, leher, bahu, punggung dan lengan
kiri. Walaupun jarang, kadang-kadang juga menjalar ke lengan kanan. Kadang-kadang
keluhannya dapat berupa cepat capai, sesak nafas pada saat aktivitas, yang disebabkan oleh
gangguan fungsi akibat ischemia miokard.
Penyebab
Penyebab dari angina pectoris antara lain : ateroskelerosis, spasme pembulu koroner,
latihan fisik, pajanan terhadap dingin, makan makanan berat dan stress.
Tipe Angina Pectoris
q Angina Stabil
Dapat diramal, konsisten, terjadi saat latihan dan hilang dengan istirahat.
Dibedakan antara lain :
- Angina Nokturnal
Nyeri terjadi saat malam hari, biasanya saat tidur, dapat dikurangi dengan duduk tegak.
Biasanya akibat gagal ventrikel kiri.
- Angina Dekubitus : Angina saat berbaring
- Iskemia tersamar
Terdapat bukti obyektif ischemia (seperti tes pada stress tetapi pasien tidak menunjukkan
gejala
q Angina Non stabil ( angina prainfark, angina kresendo )
Patofisiologi
Angina pektoris adalah jeritan otot jantung yang merupakan sakit dada kekurangan
oksigen; suatu gejala klinik yang disebabkan oleh iskemia miokard yang sementara. Ini
adalah akibat dari tidak adanya keseimbangan antara kebutuhan oksigen miokard dan
kemampuan pembuluh darah koroner menyediakan oksigen secukupnya untuk kontraksi
miokard.
Telah diketahui bahwa sel endotel pembuluh darah mampu melepaskan endothelial
derived relaxing factor (FDRF) yang menyebabkan relaksasi pembuluh darah, dan
endothelial derived constricting factor (EDCF) yang menyebabkan kontraksi pembuluh
darah.
Pada keadaan normal, penglepasan EDRF terutama diatur oleh asetilkolin melalui
perangsangan reseptor muskarinik yang mungkin terletak di sel endotel. Berbagai substansi
lain seperti trombin, Adenosin Difosfat (ADP), adrenalin, serotonin, vasopresin, histamin dan
noradrenalin juga mampu merangsang penglepasan EDRF, selain memiliki efek tersendiri
terhadap pembuluh darah.
Pada keadaan patologis seperti adanya lesi aterosklerosis, maka serotonin, ADP dan
asetilkolin justru merangsang penglepasan EDCF. Hipoksia akibat aterosklerosis pembuluh
darah juga merangsang penglepasan EDCF.
Berhubung karena sebagian besar penderita AP juga menderita aterosklerosis di
pembuluh darah koroner, maka produksi EDRF menjadi berkurang sebaliknya produksi
EDFC bertambah sehingga terjadi peningkatan tonus A. Koronaria.
Walaupun demikian, jantung memiliki coronary reserve yang besar; maka pada
keadaan biasa, penderita yang mengalami aterosklerosis pembuluh darah koroner mungkin
tidak ada gejala. Namun apabila beban jantung meningkat akibat aktivitas fisik, atau oleh
suatu sebab terjadi peningkatan aktivitas saraf simpatis, maka aliran darah koroner menjadi
tidak cukup lagi untuk mempertahankan suplai oksigen ke miokard sehingga terjadi hipoksia
miokard.
Telah dibuktikan bahwa hipoksia merangsang penglepasan berbagai substansi
vasoaktif seperti katekolamin dari ujung ujung saraf simpatis jantung; ditambah dengan
meningkatnya produksi EDFC, maka terjadilah vasokontriksi A. Koronia lebih lanjut dan
jantung menjadi lebih iskemik.
Keadaan hipoksia dan iskemik ini akan merubah proses glikolisis dari aerobik
menjadi anaerobik, dengan demikian terjadi penurunan sintesis ATP dan penimbunan asam
laktat. Selain itu, penurunan oksidasi metabolik mengakibatkan terlepasnya banyak adenin
nukleotida, sehingga produk hasil degradasi adenin nukleotida yaitu adenosin juga
meningkat.
Adenosin sebenarnya memiliki efek kardioprotektif karena substansi ini menghambat
penglepasan enzim proteolitik, menghambat interaksi endotel dan neutrofil, menghambat
agregasi platelet dan menghambat interaksi penglepasan tromboksan. Akan tetapi, Crea, dkk
(1990) telah membuktikan nyeri dada angina adalah disebabkan karena adenosin.
Nyeri dada AP terutama disalurkan melalui aferen saraf simpatis jantung. Saraf ini
bergabung dengan saraf somatik cervico thoracalis pada jalur ascending di dalam medulla
spinalis, sehingga keluhan angina pektoris yang khas adalah nyeri dada bagian kiri atau
substernal yang menjalar ke bahu kiri terus ke kelingking tangan kiri.
Pada tahun 1974, Stern dan Tzivoni pertama kali melaporkan tentang silent mycordial
ischemia, karena dengan pemantauan Holter dapat terlihat adanya episode - episode iskemia
yang tanpa disertai keluhan. Pada tahun 1986, Peter Cohn memperkenalkan definisi Total
Ischemic Burden, yaitu jumlah (dan lamanya) episode iskemia yang dialami selama 24 jam,
disertai atau tidak disertai gejala.
Berhubung karena serangan serangan iskemia pada waktu istirahat ternyata terjadi
pada denyut jantung yang lebih rendah dibanding pada waktu uji latih beban (exercise test)
(Daafield 1984), maka dapat disimpulkan bahwa patofisiologi angina pektoris melibatkan
mekanisme mekanisme selain endotel yaitu : perubahan fungsi pembuluh darah koroner,
perubahan fungsi mikrosirkulasi, keadaan kolateral dan pengaruh variasi sirkadian (Karim
1995).
Diagnosa
Anamnese
Diagnosa angina pectoris terutama didapatkan dari anamnese mengenai riwayat
penyakit, karena diagnosa pada angina sering kali berdasarkan adanya keluhan sakit dada
yang mempunyai cirri khas sebagai berikut :
o Letaknya, seringkali pasien merasakan adanya sakit dada di daerah sternum atau dibawah
sternum, atau dada sebelah kiri dan kadang-kadang menjalar ke lengan kiri kadang-kadang
dapat menjalar ke punggung, rahang, leher, atau ke lengan kanan.
o Kualitas sakit dada pada angina biasanya timbul pada waktu melakukan aktivitas. Sakit dada
tersebut segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. Serangan angina dapat timbul
pada waktu tidur malam.
o Lamanya serangan sakit dada biasanya berlangsung 1 5 menit, walaupun perasaan tidak
enak di dada masih dapat terasa setelah sakit dada hilang . bila sakit dada berlangsung lebih
dari 20 menit , mungkin pasien mendapat serangan infark miokard akut dan bukan
disebabkan angina pectoris biasa. Dengan anamnese yang baik dan teliti sudah dapat
disimpulkan mengenai tinggi rendahnya kemungkinan penderita tersebut menderita angina
pectoris stabil atau kemungkinan suatu angina pectoris tidak stabil. Ada 5 hal yang perlu
digali dari anamnese mengenai angina pectoris yaitu: lokasinya, kualitasnya, lamanya, factor
pencetus, factor yang bisa meredakan nyeri dada tersebut.
o Terapi antiplatelet, obatnya adalah aspirin diberikan pada penderita PJK baik akut atau kronik,
kecuali ada kontra indikasi, maka penderita dapat diberikan tiiclopidin atau clopidogrel.
o Terapi Antitrombolitik, obatnya adalah heparin dan warfarin. Penggunaan antitrombolitik
dosis rendah akan menurunkan resiko terjadinya ischemia pada penderita dengan factor
resiko .
o Terapi penurunan kolesterol, simvastatin akan menurunkan LDL ( low density lipoprotein)
sehingga memperbaiki fungsi endotel pada daerah atheroskelerosis maka aliran darah di
arteria koronaria lebih baik.
Revaskularisasi Miokard
Angina pectoris dapat menetap sampai bertahun-tahun dalam bentuk serangan
ringan yang stabil. Namun bila menjadi tidak stabil maka dianggap serius, episode nyeri
dada menjadi lebih sering dan berat, terjadi tanpa penyebab yang jelas. Bila gejala tidak
dapat dikontrol dengan terapi farmakologis yang memadai, maka tindakan invasive seperti
PTCA ( angioplasty coroner transluminal percutan ) harus dipikirkan untuk memperbaiki
sirkulasi koronaria.
Terapi Non Farmakologis
Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan oksigen
jantung antara lain : pasien harus berhenti merokok, karena merokok mengakibatkan
takikardia dan naiknya tekanan darah, sehingga memaksa jantung bekerja keras. Orang
obesitas dianjurkan menurunkan berat badan untuk mengurangi kerja jantung. Mengurangi
stress untuk menurunkan kadar adrenalin yang dapat menimbulkan vasokontriksi pembulu
darah. Pengontrolan gula darah. Penggunaan kontra sepsi dan kepribadian seperti sangat
kompetitif, agresif atau ambisius.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan utama untuk klien angina pectoris
meliputi :
Nyeri berhubungan dengan ischemia miokardium
Kriteria evaluasi
- Setelah dilakukan asuhan selama 1-3 jam diharap nyeri berkurang/hilang dengan kreteria:
a. Pasien dapat mengekspresikan bahwa nyeri berkurang/hilang secara verbal dan oral.
b. Tanda vital dalam batas normal.
c. Individu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi untuk meningkatkan kenyamanan.
d. Gambaran EKG tidak ada segmen ST elevated/depresi.
Intervensi
1. Anjurkan pasien untuk memberitahu perawat dengan cepat bila terjadi nyeri dada.
2. Observasi pasien tentang skala nyeri atau ketidaknyamanan
3. Gunakan flow sheet untuk memonitor nyeri terhadap efek pemberian obat angina.
4. Kaji tentang kepercayaan, kebudayaan, terhadap nyeri pasien dan responnya.
5. Managemen nyeri :
- Kaji secara komprehensif terhadap nyeri : lokasi, karekteristik, onset, durasi, frekuensi, dan
kualitasnya.
- Observasi nonverbal pasien terhadap ketidaknyamanan.
6. Observasi gejala yang berhubungan dengan dispnea, mual/muntah, pusing, palpitasi.
7. Evaluasi laporan nyeri pada rahang, leher, bahu, tangan/lengan khususnya sisi kiri.
8. Posisikan pasien pada istirahat total selama episode angina.
9. Observasi tanda-tanda vital tiap 5 menit selama serangan angina.
10. Ciptakan lingkungan yang tenang, nyaman bila perlu batasi pengunjung
11. Berikan makanan yang lembut
12. Kolaborasi : Pemberian oksigen, nitrit, penyekat beta, morfin sulfat, dan EKG serial
Curah jantung menurun berhubungan dengan gangguan kontraksi
Kritea evaluasi
Setelah dilakukan asuhan selama 1- 3 jam diharap curah jantung normal dengan kreteria:
- Nyeri angina tidak ada
- Klien bertoleransi terhadap aktivitas.
- Klien berpartisipasi dalam prilaku yang menurunkan curah jantung
- Tanda vital dalam batas normal.
- Hipotensi orthostatic tidak ada
- AGD dalam batas normal.
- Tidak ada suara nafas tambahan.
Intervensi
1. Kaji tanda vital : blood pressure, status respirasi rate, nadi dan suhu.
2. Kaji status mental : disorentasi, bingung
3. Catat warna kulit : cianosis, capillary refile.
4. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas terhadap perubahan : nafas pendek, nyeri, palpitasi,
pusing.
5. Evaluasi respon pasien terhadap terapi O2.
6. Auskultasi bunyi nafas : bunyi tambahan dan bunyi jantung: murmur
7. Pertahankan posisi tirah baring pada posisi yang nyaman selama episode akut.
8. Berikin periode istirahat dalam melakukn aktivitas keperwatan.
9. Tekankan untuk menghindari regangan : selama defekasi, batuk
10. Pantau dan catat efek terapeutik/efek samping selama pemberian kalsium antagonis, beta
bloker,dan nitrat.
11. Kolaborasi :
- Pemberian kalsium antagonis.
- Tes katerisasi untuk persiapan PTCA
Cemas berhubungan dengan rasa takut akan kematian
Criteria evaluasi: Setelah dilakukan asuhankeperawatan selama 1-2 hari diharapkan kecemasan
berkurang :
- Klien menyatakan ansietas menurun sampai tingkat yangdapat diatasi.Klien menunjukkan
strategkoping yang efektif
Intervensi
1. Jelaskan tujuan prosedur pemeriksaan : EKG, pemasangan monitor
2. Tingkatkan ekspresi pasien terhadap takut : menolak, depresi, marah
3. Anjurkan keluarga dan teman untuk menganggap pasien seperti sebelumnya.
4. Beritahu pasien tentang program medis yang telah dibuat untuk menurunkan serangan akan
dating. Kaji tanda vital
5. Kaji orientasi pasien : orang, tempat dan waktu
6. Kolaborasi : Pemberian sedative
Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan deficit knowledge
Kriteria evaluasi:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan :
- Berpatisipasi dalam proses belajar
- Bertanggung jawab untuk belajar dan mencari informasi tentang penyakitnya.
- Berpartisipasi dalam program pengobatan
- Melakukan perubahan pola hidup.
Intervensi
1. Jelaskan kembali tentang perlunya mencegah serangan ulang.
2. Dorong klien untuk menghindari factor yang dapat sebagai pencetus episode angina: stress,
kerja fisik, makan terlalu banyak/berat, perubahan suhu yang ekstrem.
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi sumber fisik dan stress dan diskusikan cara yang dapat
mereka hindari.
4. Jelaskan pentingnya mengkontrol berat badan, menghentikan rokok. Perubahan diet dan
olahraga.
5. Dorong pasien untuk mengikuti program yang ditentukan untuk pencegahan kelelahan.
6. Tunjukkan pada pasien untuk memantau nadi sendiri selama aktivitas
7. Diskusikan langkah yang diambil bila terjadi serangan angina : menghentikan aktivitas,
pemberian obat, penggunaan teknik relaksasi.
8. Diskusikan tentang obat-obat yang sesuai dengan indikasi.
Evaluasi Keperawatan
Hasil yang diharapkan :
- Bebas dari nyeri.
- Menunjukkan penurunan kecemasan : memahami penyakit dan tujuan perawatannya, mematuhi
semua aturan medis, mengetahui kapan harus meminta bantuan medis bila nyeri menetap.
- Mematuhi program perawatan diri : menunjukkan pemahaman mengenai terapi farmakologi,
kebiasaan sehari-hari mencerminkan penyesesuaian gaya hidup pada pasien angina.
Integritas ego
Gejala:
o Menyangkal gejala penting.
o Takut mati, perasaan ajal sudah dekat
o Marah pada penyakit/perawatan yang tak perlu
o Kuatir tentang keluarga, pekerjaan dan keuangan.
Tanda:
o Menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata
o Gelisah, marah, perilaku menyerang
o Fokus pada diri sendiri/nyeri.
Eliminasi
Tanda:
o Bunyi usus normal atau menurun
Makanan/cairan:
Gejala:
o Mual, kehilangan napsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati/terbakar.
Tanda:
o Penurunan turgor kulit, kulit kering/berkeringat
o Muntah
o Perubahan berat badan
Hygiene:
Gejala/tanda:
o Kesulitan melakukan perawatan diri.
Neurosensori
Gejala:
o Pusing, kepala berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk/istirahat)
Tanda:
o Perubahan mental
o Kelemahan
Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala:
Nyeri dada yang timbul mendadak (dapat/tidak berhubungan dengan aktifitas), tidak hilang
dengan istirahat atau nitrogliserin. Lokasi nyeri tipikal pada dada anterior, substernal,
prekordial, dapat menyebar ke tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti
epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher. Kualitas nyeri crushing, menusuk,
berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat. Instensitas nyeri biasanya 10 pada skala 1-10,
mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.
Catatan: nyeri mungkin tak ada pada pasien pasca operasi, dengan DM, hipertensi dan lansia.
Tanda:
o Wajah meringis, perubahan postur tubuh.
o Menangis, merintih, meregang, menggeliat.
o Menarik diri, kehilangan kontak mata
o Respon otonom: perubahan frekuensi/irama jantung, TD, pernapasan, warna
kulit/kelembaban, kesadaran.
Pernapasan
Gejala:
o Dispnea dengan/tanpa kerja, dispnea nokturnal
o Batuk produktif/tidak produktif
o Riwayat merokok, penyakit pernapasan kronis
Tanda:
o Peningkatan frekuensi pernapasan
o Pucat/sianosis
o Bunyi napas bersih atau krekels, wheezing
o Sputum bersih, merah muda kental
Interaksi sosial
Gejala:
o Stress saat ini (kerja, keuangan, keluarga)
o Kesulitan koping dengan stessor yang ada (penyakit, hospitalisasi)
Tanda:
o Kesulitan istirahat dengan tenang, respon emosi meningkat
o Menarik diri dari keluarga
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala:
o Riwayat keluarga penyakit jantung/IM, DM, Stroke, Hipertensi, Penyakit Vaskuler Perifer
o Riwayat penggunaan tembakau
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum:
Kesadaran klien IMA biasanya baik atau compas mentis(CM) dan akan berubah sesuai tingkat
gangguan yang melibatkan perfusi system saraf pusat.
B1 (breating)
Klien terlihat sesak, frekuensi nafas melebihi normal, dan mengeluh sesak nafas
seperti tercekik. Dispnea kardiak biasanya ditemukan. Sesak nafarterjadi akibat pengerahan
tenaga dan disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri yang
meningkatkan tekanan vena vulmonalis. Hal ini terjadi kerena terdapat kegagalan
peningkatan curah darah oleh ventrikel kiri pada saat melakukan kegiatan fisik. Dispnea
kardiak pada infark miokardium yang kronis dapat timbul pada saat istirahat.
B2 (blood)
o Inspeksi
Inspeksi adanya jaringan parut pada klien. Keluhan lokasi nyeri biaanya didaerah substernal atau
nyeri diatass verikardium. Penyebaran nyeri dapat meluas di dada. Dapat terjadi nyeri dan
ketidak mampuan menggerakan bahu dan tanggan.
o Palpasi
Denyut nadi feriver melemah. Thrill pada IMA tanpa komlikasi biasanya tidak ditemukan.
o Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup yang disebabkan IMA.
Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya tidak ditemukan pada IMA tanpa
komlikasi.
o Perkusi
Batas jantung tidak mengalami pergeseran
B3 (brain)
Kesadaran umum klien biasanya CM. tidak ditemukan sianosis periver. Pengkajian
obkekti kllien yaitu wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis, merintis, merengang,
dan menggeliat yang merupakan respon dari adanya nyeri dada akibat infark pada
miokardium.
B4 (bladdrer)
Pengukuran volume autput urin berhubungan dengan intake cairan klien. Oleh karena
itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria pada klien dengan IMA karena merupakan
tanda awal syok kardiogenik.
B5 (bowel)
Klien biasanya mengalami mual dan muntah. Pada palpasi abdomen ditemukan nyeri
tekan pada keempat kuadran, penurunan pristaltik usus yang merupakan tanda utama IMA.
B6 ( bone)
Aktivitas \klien biasanya mengalami perubahan. Klien biasanya sering merasa
kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap dan jadwal olhraga tak teratur.
Tanda klinis lain yang ditemukan adalah takikardia, dispnea pada saat istirahat maupun saat
beraktivitas. Kaji higenis personal klien dengan menanyakan apakah klien mengalami
kesulitan melakukan tugas perawatan diri.
Tes Diagnostik
Tes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut:
Diagnosa Keperawatan
o (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan konduksi
listrik jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik;
infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan
kerusakan septum.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Pantau TD, HR dan DN, periksa Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat dari
dalam keadaan baring, duduk dan disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokard
berdiri (bila memungkinkan) dan rangsang vagal. Sebaliknya, hipertensi
2. Auskultasi adanya S3, S4 dan juga banyak terjadi yang mungkin
adanya murmur. berhubungan dengan nyeri, cemas,
3. Auskultasi bunyi napas. peningkatan katekolamin dan atau masalah
4. Berikan makanan dalam porsi vaskuler sebelumnya. Hipotensi ortostatik
kecil dan mudah dikunyah. berhubungan dengan komplikasi GJK.
5. Kolaborasi pemberian oksigen Penurunanan curah jantung ditunjukkan
sesuai kebutuhan klien oleh denyut nadi yang lemah dan HR yang
6. Pertahankan patensi IV- meningkat.
lines/heparin-lok sesuai indikasi. S3 dihubungkan dengan GJK, regurgitasi
7. Bantu pemasangan/pertahankan mitral, peningkatan kerja ventrikel kiri
paten-si pacu jantung bila yang disertai infark yang berat. S4
digunakan. mungkin berhubungan dengan iskemia
miokardia, kekakuan ventrikel dan
hipertensi. Murmur menunjukkan
gangguan aliran darah normal dalam
jantung seperti pada kelainan katup,
kerusakan septum atau vibrasi otot papilar.
Krekels menunjukkan kongesti paru yang
mungkin terjadi karena penurunan fungsi
miokard.
Makan dalam volume yang besar dapat
meningkatkan kerja miokard dan memicu
rangsang vagal yang mengakibatkan
terjadinya bradikardia.
Meningkatkan suplai oksigen untuk
kebutuhan miokard dan menurunkan
iskemia.
Jalur IV yang paten penting untuk
pemberian obat darurat bila terjadi
disritmia atau nyeri dada berulang.
Pacu jantung mungkin merupakan tindakan
dukungan sementara selama fase akut atau
mungkin diperlukan secara permanen pada
infark luas/kerusakan sistem konduksi.
o (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah
koroner.
o (Risiko tinggi) Kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi ginjal; peningkatan
natrium/retensi air; peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma.
o Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) b/d kurang terpajan atau
salah interpretasi terhadap informasi tentang fungsi jantung/implikasi penyakit
jantung dan perubahan status kesehatan yang akan datang.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Kaji tingkat pengetahuan Proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
klien/orang terdekat dan kesiapan fisik dan mental klien.
kemampuan/kesiapan belajar klien. Meningkatkan penyerapan materi
2. Berikan informasi dalam berbagai pembelajaran.
variasi proses pembelajaran. Memberikan informasi terlalu luas tidak lebih
(Tanya jawab, leaflet instruksi bermanfaat daripada penjelasan ringkas
ringkas, aktivitas kelompok) dengan penekanan pada hal-hal penting yang
3. Berikan penekanan penjelasan signifikan bagi kesehatan klien.
tentang faktor risiko, pembatasan Aktivitas ini sangat meningkatkan beban
diet/aktivitas, obat dan gejala yang kerja miokard dan meningkatkan kebutuhan
memerlukan perhatian oksigen serta dapat merugikan kontraktilitas
cepat/darurat. yang dapat memicu serangan ulang.
4. Peringatkan untuk menghindari Meningkatkan aktivitas secara bertahap
aktivitas isometrik, manuver meningkatkan kekuatan dan mencegah
Valsava dan aktivitas yang aktivitas yang berlebihan. Di samping itu juga
memerlukan tangan diposisikan di dapat meningkatkan sirkulasi kolateral dan
atas kepala. memungkinkan kembalinya pola hidup
5. Jelaskan program peningkatan normal.
aktivitas bertahap (Contoh: duduk,
berdiri, jalan, kerja ringan, kerja
sedang)
1. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina pektoris. Walaupun
demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark jantung akut maka sering dilakukan
pemeriksaan enzim CPK, SGO atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi pada infark
jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid darah seperti
kadar kolesterol, HDL, LDL dan trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor resiko
seperti hiperlipidemia dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk menemukan
diabetes melitus yang juga merupakan faktor resiko bagi pasien angina pektoris.
2. ELEKTROKARDIOGRAFI
Elektrokardiogram (EKG) mencerminkan aktivitas listrik jantung yang disadap dari
berbagai sudut pada permukaan kulit.
Elektrokardiogram (EKG) dicatat sebagai garis-garis pada selembar kertas atau
gambaran visual dilayar osiloskop. Untuk mempermudah intervensi EKG, maka data
mengenai umur pasien, jenis kelamin, tekanan darah, tinggi, berat badan, gejala, dan
pengobatan (terutama digitalis dan bahan antidistritmia) harus ditulis harus ditulis poada surat
permintaan EKG. Elektrokardiografi terutama sangat berguna untuk mengevaluasi kondisi
yang berbeda dibanding fungsi normal, seperti gangguan kecepatan dan irama, gangguan
hantaran, pembesaran kamar-kamar pada jantung, adanya infark miokard, dan ketidak
seimbangan elektrolit.
Pemeriksaan sinar-x dilakukan untuk menentukan ukuran, kontur dan posisi jantung.
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya klasifikasi jantung dan pericardial dan
menunjukkan adanya perubahan fsikologis sirkulasi pulmonal. Pemeriksaan ini tidal
membatu diagnosis imfark miokardium akut, namun dapat menguatkan adanya komlikasi
tertentu mis; gagal jantung kongerstif). Pemasangan kateter, seperti pacu jantung atau kateter
arteri pulmonal dapat juga dilihat dari pemeriksaan sinar-x.
Pemerikasaan flourskopi dapat memberikan gambaran visual jantung pada
luminescent screen. Pemeriksaan ini memperlihatkan denyutan jantung dan pembuluh darah
serta sangat tepet untuk mengkaji kontur jantung yang tidak normal. Fluoroskopi adalah alat
yang tepet untuk penempatan dan pemasangan electrode pemacu intravena serta untuk
membimbing pemasukan kateter pada kateterisasi jantung.
Foto rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang normal, tetapi pada
pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan kadang kadang tampak adanya
klasifikasi arkus aorta.
Interpretasi foto rontgen toraks tidak mudah dilakukan karena memerlukan
pengetahuan anatomi dan patologi, dan latihan pengenalan berbagai gambaran normal, dan
dapat pengetahuan mengenai kemungkinan perubahan-perubahan foto toraks yang terjadi
pada proses-proses patologis.
Interpretasi foto rontgen secara sistematik
Area Normal Abnormal
Mediastinum Trakea harus terletak di garis tengah. Mediastinum, termasuk
Trakea dapat berdeviasi oleh adanya trakea, dapat berdeviasi oleh
goiter atau massa mediastinum. Pada efusi pleura yang besar,
keadaan normal, trakea sedikit tension pneumotoraks, atau
berdeviasi ke kiri karena melewati kolaps paru. Rotasi pada
aortic knuckle (arkus aorta menjadi klien dapat membuat
lebih lebar dan tidak terlipat sesuai mediastinum tampak
umur karena hilangnya elastisitas). distorsi.
Hilus Hilus sebagian besar dibentuk oleh Limfadenopati atau arteri
arteri-arteri pulmonalis dengan pulmonalis yang besar akan
disertai vena-vena lobus atau paru. menyebabkan pembesaran
Hilus kiri terletak lebih tinggi hilus.
daripada yang kanan. Hilus kiri
berbentuk persegi sedangkan yang
kanan berbentuk huruf V
Jantung Bentuk jantung lonjong dengan apeks Diameter kardiotoraks
yang mengarah ke kiri. Batas jantung merupakan cara yang baik
kanan dibentuk oleh tepi paling luar untuk menentukan apakah
dari atrium kanan, dan batas jantung jantungn membesar. Jika
kiri oleh ventrikel kiri. Tepi kiri dari ukuran jantung lebih dari
ventrikel kanan kira-kira satu jempol 50% dari diameter
dari batas jantung kiri (pada transtoraks, maka terdapat
permukaan jantung, ini ditandai oleh pembesaran. Klasifikasi
arteri koronaria desenden anterior katup lebih jelas pada foto
kiri) lateral.
Diafragma Hemodiafragma yang tampak pada Jika hemodiafragma rendah
foto frontal merupakan puncak dari dan mendatar, maka
kubah diafragma yang terlihat secara mungkin terdapat emfisema.
tangensial. Banyak bagian paru pada Perhatian yang penuh harus
sudut konstofrenikus posterior yang ditunjukan pada daerah
tidak terlihat pada foto frontal. dibawah diafragma untuk
menentukan apakah terdapat
udara bebas dalam rongga
peritoneal.
Lapangan paru Perbedaan zona dapat dilihat dari Peningkatan transradiasi
densitasnya dan distribusi gambaran (tembus cahaya) paru terjadi
pembuluh darah. Apeks paru terletak pada keadaan hilangnya
di atas posisi klavikula. Transradiansi pembuluh darah paru seperti
pada kedua lapangan paru disebabkan pada emfisema. Transradiasi
oleh paru yang berisi udara. Bagian- paru menghilang bila
bagian yang berwarna keabu-abuan terdapatt efusi atau
disebabkan oleh darah di dalam konsolildasi.
pembuluh-pembuluh darah paru
Tulang dan Bayangan putting susu sring kali Udara pada jarinagn lunak
jaringan lunak terlihat pada zona bawah dan kira- dapat menyertai
kira 5 mm diameternya pneumotoraks atau tibul
setelah torakotomi.
4. EKOKARDIOGRAFI
Ekokardiografi adalah tes ultrasound non invasive yang digunakan untuk memeriksa
ukuran, bentuk dan pergerakan struktur jantung. Cara ini menggunakan pemancaran
gelombang suara frekuensi tinggi ke jantung melalui dinding dada dan mencatat sinyal yang
kembali. Ultrasound dibangkitkan oleh transuder yang dapat dipegang dengan tangan dan
diletakkan dibagian depan dada. Transduser akan menangkap gema, kemudian akan
mengubahnya menjadi inpuls listrik, dan menjalarkanya kemesin ekokardiografi untuk
ditampilkan dilayar osiloskop dan direkam dalam pita video. Sementara itu dilakukan
pencatatan EKG sesuai siklus jantung.
M-mode (pergerakan),merupakan cara unidismensional yang pertama kali
diperkenalkan, memberikan informasi mengenai struktur jantung dan gerakannya.
Ekokardiografi dua dimensi atau menyilang, yang merupakan pengembangan teknik tersebut,
mampu menciptakan gambar jantung yang canggih dengan koreksi spasial. Ekokardiografi
doppler dan pencitraan aliran warna, yang merupakan pengembangan terbaru,
memungkinkan visualisasi dan kecepatanaliran darah melalui jantung. Semua cara masih
digunakan.
Ekokardiografi merupakan tes yang sangat aman, non invasive, yang mampu
memberikan data yang mirip, dalam beberapa hal, dengan data yang diperoleh melalui
angiokardiografi. Alat ini sangat bergunma untuk mendiagnosa dan membedakan berbagai
murmur jantung. Suatu ekokardiogram dapat menujukkan apakah jantung mengalami dilatasi
dinding atau septum mengalami penebalan, atau adanya efusi pericardial. Teknik ini juga
digunakan untuk mempelajari gerakan jantung prostetik.
Karena pada angina pektoris gambaran EKG seringkali masih normal, maka seringkali perlu
dibuat suatu uji latihan jasmani. Pada uji tersebut dibuat EKG pada waktu istirahat lalu
pasien disuruh melakukan latihan dengan alat treadmill, atau sepeda ergometer sampai pasien
mencapai kecepatan jantung maksimal atau submaksimal, dan selama latihan EKG dimonitor
demikian pula setelah selesai EKG terus dimonitor. Tes dianggap positif bila didapatkan
depresi segmen ST sebesar 1 mm atau lebih pada waktu latihan atau sesudahnya. Lebih
lebih bila di samping depresi segmen ST juga timbul rasa sakit dada seperti pada waktu
serangan, maka kemungkinan besar pasien memang menderita angina pektoris.
Di tempat yang tidak mempunyai treadmill, test latihan jasmani dapat dilakukan dengan cara
Master, yaitu latihan dengan naik turun tangga dan dilakukan pemeriksaan EKG sebelum dan
sesudah melakukan latihan tersebut.
6. PENYADAPAN JANTUNG
Penyadapan jantung untuk membuat arteriografi koroner merupakan salah satu pemeriksaan
yang paling penting, baik untuk diagnosis penyakit jantung koroner maupun untuk
merencanakan penatalaksanaan selanjutnya. Pada pasien angina pektoris dapat dilakukan
pemeriksaan arteriografi koroner secara selektif, baik untuk tujuan diagnostik untuk
konfirmasi adanya penyempitan pembuluh koroner, maupun untuk merencanakan langkah
selanjutnya pada pasien angina, apakah perlu dilakukan tindakan intervensi atau tindakan
operasi bypass. Pada arteriografi koroner akan tampak penyempitan pembuluh koroner,
letaknya penyempitan, beratnya penyempitan maupun banyaknya pembuluh darah yang
menyempit.
Indikasi arteriografi koroner ialah :
Angina pectoris
Infark jantung
Kemungkinan adanya penyempitan pembuluh darah utama kiri atau kemungkinan
penyempitan 3 pembuluh darah (3 vessel disease)
Uji treadmill yang positif
Untuk menegakkan diagnosis pada kasus yang sukar.
7. PENCITRAAN RADIONUKLIDA