Anda di halaman 1dari 8

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2016

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN


SEKTOR AGROPOLITAN
KABUPATEN BARITO KUALA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia terkenal dengan negara agraris yang sebagaian besar
penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Sektor pertanian
memegang peranan penting karena sektor pertanian merupakan basis
perekonomian bagi masyarakat yang ada di Indonesia. Pertanian merupakan salah
satu sektor yang dominan dalam pendapatan masyarakat di Indonesia karena
mayoritas penduduk Indonesia bekerja sebagai petani. Namun produktivitas
pertanian masih jauh dari harapan. Salah satu faktor penyebab kurangnya
produktivitas pertanian adalah sumber daya manusia yang masih rendah dalam
mengolah lahan pertanian dan hasilnya. (Sukanto,2011) Sebagaian besar
masyarakat yang bermata pencaharian di sektor pertanian berada di pedesaan.
Kegiatan pada sektor pertanian di Indonesia sesungguhnya memiliki prospek yang
cerah mengingat Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar
penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Hal tersebut, menurut Loekman
Soetrisno (1999), ditunjang dengan kondisi fisik dasar Indonesia yang mendukung
perkembangan kegiatan pertanian dengan lahan yang subur dan iklim tropis yang
memungkinkan banyak jenis tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Kabupaten Barito Kuala memiliki potensi terbesar pada sektor pertanian
khsusnya pertanian tanaman pangan dan hortikultura. Luas areal tanaman padi
tahun 2001 sebesar 88.489 hektar meningkat pada tahun 2002 menjadi 89.156
hektar atau naik 0,75 %. Luas tanam padi tertinggi adalah pada tahun 2003
(96.006 hektar) atau naik 7,68 % dari tahun 2002. Ratarata luas tanam padi selama
5 (lima) tahun terakhir (2001 2005) adalah sebesar 90.200 hektar per tahun
dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 0,51 % per tahun. Sektor pertanian yang
terdiri dari tanaman bahan pangan, peternakan, perkebunan dan perikanan sebagai
sektor andalan di Kabupaten Barito Kuala mengalami pertumbuhan tertinggi pada
tahun 2002 (13,05 %) dan terendah pada tahun 2005 (0,66 %). Sektor pertanian
merupakan penyedia utama kebutuhan pangan masyarakat dan merupakan

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota


Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya
I-1
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2016
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
SEKTOR AGROPOLITAN
KABUPATEN BARITO KUALA

kebutuhan dasar dan hak asasi manusia. Sektor pertanian juga menyediakan pasar
yang sangat besar untuk produk manufaktur karena jumlah penduduk perdesaan
yang besar dan terus mengalami peningkatan. Dengan demikian, sektor pertanian
merupakan salah satu sektor yang paling efektif untuk mengentaskan kemiskinan
di wilayah perdesaan melalui peningkatan pendapatan mereka yang bekerja di
sektor pertanian.
Sebagai sentra produksi padi di Kalimantan Selatan, produksi padi
Kabupaten Barito Kuala terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Besarnya potensi pada sektor pertanian menjadikan sektor ini memberikan
kontribusi relatif lebih besar dibandingkan dengan 8 sektor lainnya. Produksi padi
tahun 2001 (292.857 ton), 2002 (268.724 ton), 2003 (269.341 ton), 2004 (269.198
ton), 2005 (279.091 ton). Rata-rata produksi padi selama 5 (lima) tahun adalah
sebesar 275.842 ton dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2005 (3,67
%) dan terendah tahun 2002 (-8,24 %). Produksi hortikultura terutama jeruk tahun
2001 (2.371 ton) terus mengalami peningkatan yang signifikan hingga tahun 2005
(4.841 ton). Rata-rata produksi jeruk selama 5 (lima) tahun terakhir adalah sebesar
3.236 ton/tahun dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 20, 61 % per tahun. Selain
sebagai produsen padi terbesar di Kalimantan Selatan, Kabupaten Barito Kuala
juga mengembangkan ternak besar berupa ternak sapi Bali, kerbau rawa, kambing
dan beberapa ternak unggas seperti ayan buras dan ayam ras (pedaging dan
petelur). Rata-rata produksi daging sapi selama 5 (lima) tahun adalah 41.347,33
ton dengan pertumbuhan produksi rata-rata sebesar 10,13 % per tahun. Selama
kurun waktu tahun 2001 sampai dengan 2005, sektor industri dan pengolahan
memberikan produksi tertinggi pada PDRB Kabupaten Barito Kuala yakni rata-
rata sebesar 47,52 % dari total PDRB diikuti oleh sektor pertanian dengan rata-
rata sebesar 26,64 %. Sedangkan sektor dengan produksi terendah adalah
pertambangan dan penggalian (0,03 %). Dilihat dari pertumbuhan masing-masing
sektor, sektor bangunan memperlihatkan pertumbuhan dengan rata-rata tertinggi
(29,50 %) diikuti dengan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (22,31
%). Sedangkan sektor dengan rata-rata pertumbuhan terendah adalah sektor
pertambangan (-17,75 %).

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota


Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya
I-2
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2016
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
SEKTOR AGROPOLITAN
KABUPATEN BARITO KUALA

1.2 Identifikasi Masalah


Kabupaten Barito Kuala mempunyai isu permasalahan di sektor pertanian
anatra lain yaitu :
1. Perubahan penggunaan lahan dari guna lahan pertanian menjadi guna
lahan non pertanian.
2. Masih rendahnya pengetahuan petani dalam manajemen pengelolaan
usaha-usaha produk pertanian sehingga nilai jual produk pertanian
masih rendah.
3. Pengelolaan pertanian yang masih tradisional menyebabkan
produktivitas usahausaha pertanian masih rendah berakibat
pendapatan petani juga rendah.
4. Masih banyak lembaga ekonomi kerakyatan berbasis pertanian
termasuk koperasi yang kurang aktif sehingga peranannya dalam
peningkatan kesejahteraan masyarakat belum dirasakan.

1.3 Rumusan Masalah


Rumusan masalah berdasarkan latar belakang yag ada yaitu:
1. Bagaimana kondisi eksisting serta potensi masalah agropolitan di
Kabupaten Barito Kuala
2. Bagaimana konsep pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten
Barito Kuala
3. Bagaimana arahan pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten
Barito Kuala

1.4 Tujuan dan Sasaran


Tujuan dan saran penulisan Rencana Tata Ruang Agropolitan adalah
sebagai berkut:
A. Tujuan
Tujuan penyusunan Rencana Tata Ruang Agropolitan adalah sebagai
berkut:

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota


Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya
I-3
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2016
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
SEKTOR AGROPOLITAN
KABUPATEN BARITO KUALA

1. Mengidentifikasi kondisi eksisting serta potensi masalah agropolitan di


Kabupaten Barito Kuala
2. Merumuskan konsep pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten
Barito Kuala
3. Merumuskan arahan pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten
Barito Kuala
B. Sasaran
Sasaran penyusunan Rencana Tata Ruang Agropolitan adalah sebagai
berkut:
1. Tersusunnya rencana pengembangan komoditas sektor pertanian yang
unggul meliputi pengembangan sub sistem agropolitan hulu, agro proses,
hilir dan jasa penunjang melalui skenario pengembangan prioritas
pengembangan komoditas terpilih
2. Tertatanya sarana dan prasarana penunjang kawasan agropolitan seperti
jaringan irigasi, listrik, air bersih, transportasi, dan telekomunikasi pada
setiap kawasan pengembangan komoditas dalam upaya pengembangan
komoditas unggulan
3. Tertatanya sistem transportasi, pemasaran, dan pola aliran barang dari
lokasi produksi ke penyimpanan sementara (gudang atau cold storage), ke
tempat distribusi barang hingga ke tujuan pemasaran ataupun pengolahan,
dan pasar eksternal (outlet)
4. Tersusunnya rencana struktur ruang agropolitan sesuai sektor pendukung
pengembangan kawasan agropolitan
5. Tersusunnya rencana zonasi kawasan agropolitan

1.5 Ruang Lingkup


Ruang lingkup perencanaan meliputi ruang lingkup wilayah, ruang
lingkup materi dan dimensi dan waktu perencanaan.
A. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang Lingkup yang menjadi batasan perencanaan Kawasan Agropolitan
yaitu Kabupaten Barito Kuala meliputi 17 kecamatan dengan Ibu Kota Kabupaten
yaitu Kecamatan Marabahan.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota


Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya
I-4
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2016
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
SEKTOR AGROPOLITAN
KABUPATEN BARITO KUALA

Secara Geografis Kabupaten Barito Kuala terletak antara 1142050 -


1145018 Bujur Timur dan 22950 - 33018 Lintang Selatan. Luas wilayah
Kabupaten Barito Kuala 2.996,96 km2 atau 299,696 Hektar. Kabupaten Barito
Kuala terletak paling barat dari Provinsi Kalimantan Selatan dengan batas-batas:
Sebelah Utara : Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Tapin
Sebelah Selatan : Laut Jawa
Sebelah Barat : Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah
Sebelah Timur : Kabupaten Banjar dan Kota Banjarmasin
B. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi terkait agropolitan dalam pembahasan ini berkaitan
dengan materi yang terdapat pada tiap rumusan masalah:
1. Identifikasi kondisi eksisting dan potensi masalah di Kabupaten Barito
Kuala sebagai kawasan perencanaan agropolitan dengan ruang lingkup
materi.
a. Karakteristik lahan berdasarkan SK Mentan yang terdiri dari jenis
tanah, kelerengan, dan intensitas hujan;
b. Sistem pertanian dan ekonomi masyaralat yang terdiri dari system
tanam, pengolahan, pemasaran, nilai jual, dan pendapatan;
c. Sistem aktivitas pertanian yang terdiri dari subsistem hulu, on farm,
proses, pemasaran, dan penunjang beserta sarana dan prasarana
pendukung tiap subsistem.
d. Penentuan komoditas unggulan dengan metode LQ dan Growthshare;
e. Kemampuan dan kesesuaian lahan berdasarkan SK Mentan meliputi
overlay kelerangan, intensitas hujan, dan jenis tanah;
f. Materi tentang analisis sistem aktivitas meliputi analisis sitem
agroinput, agroproses, agrooutput dan pemasaran, dan subsistem
penunjang;
g. Materi tentang analisis struktur ruang dan zonasi kawasan agropolitan
h. Materi analisis akar masalah dan akar tujuan
i. Materi analisis AHP
2. Konsep pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Barito Kuala
dengan ruang lingkup materi:
a. Materi FFA
b. Materi analisis linkage system
c. Materi analisis kebutuhan sarana dan prasarana agropolitan
d. Pemanfaatan dan pengendalian

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota


Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya
I-5
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2016
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
SEKTOR AGROPOLITAN
KABUPATEN BARITO KUALA

C. Dimensi dan Waktu Perencanaan

1.6 Kedudukan dan Dasar Hukum


Kedudukan dan dasar hukum meliputi dasar hukum pengembangan
kawasan dan kedudukan perencanaan.
A. Dasar Hukum Pengembangan Kawasan
Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan rencana tata ruang
agropolitan di Kabupaten Barito Kuala adalah:
1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
2. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaran
Penataan Ruang
3. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015-
2035
4. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten
Barito Kuala tahun 2005-2025
5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Barito Kuala tahun 2013-2017
B. Kedudukan Perencanaan

1.7 Sistematika Pembahasan


BAB I PENDAHULUAN
Bab I berisi latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan,
ruang lingkup, kedudukan dan dasar hokum serta sistematika pembahasan laporan
pendahuluan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab II memuat tinjauan terhadap kebijakan dan teori yang relevan dengan
penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab III berisi tentang identifikasi data, metode dalam pengumpulan data,
metode analisis dalam penelitian, diagram alir perencanaan serta desain survey
dalam penelitian.
BAB IV GAMBARAN UMUM
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya
I-6
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2016
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
SEKTOR AGROPOLITAN
KABUPATEN BARITO KUALA

Bab IV memuat gambaran wilayah perencanaan secara umum tentang


karakteristik fisik dasar, karakteristik penggunaan lahan, karakteristik
kependudukan, karakteristik ekonomi dan social, karakteristik utilitas serta
karakteristik sector agropolitan di wilayah perencanaan.
BAB V RENCANA KEGIATAN DAN STRUKTUR ORGANISASI
Bab V berisi tentang rencana kegiatan penyusunan dokumen Master Plan
Kawasan Agropolitan dan struktur organisasi kelompok.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota


Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya
I-7
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2016
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
SEKTOR PARIWISATA
KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota


Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya I-8

Anda mungkin juga menyukai