LAPORAN KASUS
I. Riwayat Penyakit
Anamnesis :
a. Keluhan Utama : Mengamuk
1
telah membunuh kakaknya dan mengatakan bahwa kakaknya
meninggal karena sakit.
- Pasien mengaku telah merokok, mengkonsumsi obat-obatan dan
alkohol sejak lulus SMA yang di dapatkan dari teman-temannya.
Pasien mengaku bahwa sejak mengkonsumsi obat-obatan dan
alkohol, pasien menjadi susah untuk menahan emosinya. Pasien
mulai berhenti mengkonsumsi obat dan alkohol sejak pertama kali
masuk rumah sakit.
- Pasien sering merasa jengkel kepada tetangga-tetangganya yang
sering menghina keluarganya. Sehingga hal tersebut membuat pasien
seringkali marah.
Hendaya/disfungsi :
Hendaya Sosial (+)
Hendaya Pekerjaan (+)
Hendaya Penggunaan Waktu Senggang (+)
2
Riwayat gangguan psikiatri
- Pasien pernah mengalami gangguan psikiatri sebelumnya.
Riwayat penggunaan zat psikoaktif
- Pasien pernah mengkonsumsi zat psikoaktif (rokok, alkohol dan obat-
obatan terlarang)
3
Pasien melanjutkan pendidikan ke SMA dan menyelesaikannya.
Pasien tumbuh normal dan bergaul seperti anak remaja lainnya. Tidak ada
kejadian traumatis yang membekas.
Masa Dewasa
Pasien belum menikah dan bekerja sebagai petani sejak lulus SMA.
Sejak lulus SMA pasien menjadi pendiam dan jarang keluar rumah. Pasien
juga menjadi sering mengamuk.
f. Situasi Sekarang
Pasien tinggal bersama ibu dan adiknya di Desa Walatana.
4
- Sikap terhadap pemeriksa: terbuka dan bersahabat
b. Keadaan Afektif
- Mood : Gembira
- Afek : Terbatas
- Keserasian : Tidak Serasi
- Empati : Tidak dapat diraba/rasakan
c. Fungsi Intelektual (kognitif)
- Taraf Pendidikan, Pengetahuan umum dan kecerdasan : Pengetahuan
umum sesuai dengan tingkat pendidikannya
- Daya konsentrasi : baik dan tidak mudah teralihkan
- Orientasi waktu, tempat, dan orang : baik
- Daya ingat jangka panjang baik, menengah dan pendek: baik
- Pikiran abstrak : kurang
- Bakat kreatif : tidak ditemukan adanya bakat kreatif
- Kemampuan menolong diri sendiri : baik
d. Gangguan Persepsi
- Halusinasi : Halusinasi auditori (+)
- Ilusi : (-)
- Depersonalisasi : (-)
- Derealisasi : (-)
e. Proses Berpikir
- Bentuk Pikiran : Pikiran tidak realistik
- Arus Pikiran
a. Produktivitas : Miskin ide
b. Kontinuitas : Tidak relevan/tidak sesuai pertanyaan
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
- Isi Pikiran
a. Preokupasi : keluarganya yang dihina oleh tetangga
b. Gangguan isi pikir : waham (-)
f. Pengendalian Impuls
Selama wawancara, impuls pasien dapat di dikendalikan dengan baik.
5
g. Daya Nilai
- Norma Sosial : Kurang
- Uji Daya Nilai : Kurang
- Penilaian Realitas : Kurang
h. Tilikan
Penyangkalan penuh bahwa dirinya sakit (derajat tilikan 1).
i. Taraf Dapat Dipercaya: Dapat dipercaya
6
Neurologis
o Kesadaran : Compos mentis dengan GCS 15 (E4V5M6)
o Nervus Cranial : Dalam batas normal
o Refleks Fisiologi : Normal
o Refleks Patologis :-
V. DIAGNOSIS MULTIAXIAL
a. Aksis I
Berdasarkan autoanamnesa didapatkan adanya gejala klinis yang bermakna
berupa halusinasi auditorik. Keadaan ini menimbulkan disstress bagi pasien
dan keluarganya, serta menimbulkan disabilitas dalam sosial dan pekerjaan
dan dalam menilai realita, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalami Gangguan Jiwa.
Pada pasien ditemukan hendaya dalam menilai realita, sehingga pasien
didiagnosa sebagai Gangguan Jiwa Psikotik.
7
Pada riwayat penyakit sebelumnya dan pemeriksaan status interna dan
neurologis tidak ditemukan adanya kelainan yang mengindikasi
gangguan medis umum yang menimbulkan gangguan fungsi otak serta
dapat mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita pasien ini, sehingga
diagnosis gangguan mental dapat disingkirkan dan didiagnosa
Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.
Dari anamnesis didapatkan gejala umum skizofrenia yaitu adanya
halusinasi dan delusi yang telah berlangsung lebih dari sau bulan,
sehingga berdasarkan kriteria diagnostik PPDGJ III, pasien termasuk
kedalam gangguan Skizofrenia paranoid (F20.0).
b. Aksis II
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien memiliki emosi yang tidak stabil
dan cenderung untuk melakukan tindakan yang menakuti keluarga pasien.
Sehingga Pasien dalam kasus ini dapat didiagnosa sebagai Gangguan
Kepribadian Emosional Tak Stabil (F60.3).
c. Axis III
Tidak ada
d. Aksis IV
Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial.
e. Aksis V
GAF Scale 40-31 beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan
komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi.
2. Psikologik
8
Ditemukan adanya hendaya berupa halusinasi auditorik, sehingga
menimbulkan gejala psikis, sehingga pasien memerlukan psikoterapi.
3. Sosial
Menganggap bahwa keluarganya sering dihina oleh tetangganya.
VII. PROGNOSIS
Dubia at Malam
- Faktor Pendukung : Lingkungan keluarga
- Faktor Penghambat : Umur masih muda, onset penyebab penyakit
telah lebih dari 1 bulan, berhenti bekerja.
9
a. Definisi
Bleuler mencetuskan istilah skizorenia, yang menggantikan
demensia prekoks dalam literature. Ia memilih istilah tersebut untuk
menunjukkan adanya skisme (perpecahan) antara pikiran, emosi, dan
perilaku pada pasien dengan gangguan ini.
b. Etiologi
Etiologi skizofrenia belum pasti. Berdasarkan penelititan
biologic, genetik, fenomologik dinyatakan bahwa skizofrenia merupakan
suatu gangguan atau penyakit.
- Model diatesis-stress : menurut model diatesis-stres terhadap
integrasi faktor biologis, psikososial dan lingkungannya, seseorang
mungkin memiliki kerentanan spesifik yang bila diaktifkan oleh
pengaruh yang penuh tekanan, memungkinkan timbulnya gejala
skizofrenia.
- Neurobiologi
Dalam satu decade belakangan, terdapat peningkatan jumlah
penelitian yang mengindikasikan peran patofisiologis area otak
tertentu, termasuk sistem limbic, korteks frontal, serebelum dan
ganglia basalis. Keempat area ini saling terhubung sehingga
disfungsi satu area dapat melibatkan proses patologis primer di
tempat lain.
c. Gejala
Skizofrenia merupakan penyakit kronis. Sebagian kecil dari
kehidupan mereka berada daam kondisi akut dan sebagain besar
penderita berada lebih lama (bertahun-tahun) dalam fase residual yaitu
fase memperlihatkan gambaran penyakit yang ringan. Selama periode
residual, pasien lebih menarik diri dan aneh. Gejala-gejala penyakit
biasanya terlihat jelas yang jelas oleh orang lain. Pemikiran dan
pembicaraan mereka samar-samar sehingga kadang tidak dapat
10
dimengerti. Penampilan dan kebiasan mereka mengalami kemunduran
serta afek terlihat tumpul.
d. Kriteria diagnostik
Menurut PPDGJ III yang merupakan pedoman diagnostik untuk
Skizofrenia :
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas):
(a) - Thought echo : isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun
isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau
- Thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar
masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- Thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya.
(b) - Delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
- Delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
- Delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap sesuatu kekuatan dari luar.
- Delusional perception : pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat.
11
- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara).
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagi tubuh.
(d) Waham - waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dam kemampuan
diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
komunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
(a) halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan
(over- valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari
selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus berulang.
(b) Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme;
(c) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor;
(d) Gejala-gejala "negatif", seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih.
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek kehidupan perilaku
12
pribadi (personal behaviour),bermanifestasi sebagai hilangnya minat,
hidup tak bertujuan,tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendir
(self absorbed atitude), dan penarikan diri secara sosial.
SKIZOFRENIA PARANOID
- Memenuhi kriteria umum untuk diagnostik skizofrenia
- Sebagai tambahan:
o Halusinasi dan/atau waham harus menonjol
Suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal
berupa bunyi pluit, mendengung, bunyi tawa
Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat
seksual, atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual
mungkin ada tetapi jarang menonjol
Waham dapat berupa hampir setiap jenis tetapi waham
dikendalikan, dipengaruhi, atau passivity dan keyakinan
dikejar-kejar yang beraneka ragam adalah yang paling
khas
o Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta
gejala katatonik secara relative tidak nyata / tidak menonjol.
e. Penatalaksanaan
Farmakoterapi
Pengobatan antipsikotik yang diperkenalkan awal tahun 1950an,
telah merevolusi penanganan skizofrenia. Obat antipsikotik mencakup
dua kelas utama : antagonis reseptor dopamine (klorpromazin,
haloperidol) dan antagonis serotonin dopamine (risperidon dan klozapin).
Haloperidol merupakan obat antipsikosis tipikal yang mekanisme
kerjanya memblokade dopamin pada reseptor pasca sinaptik neuron di
otak, khususnya di sistem limbik dan ekstrapiramidal (dopamine D2
receptor antagonists) sehingga efektif untuk gejala positif pada pasien
skizofrenia yang diakibatkan terjadi akibat aktivitas neurotransmitter
13
dopamin yang meningkat. Selain itu, haloperidol memiliki efek sedative
lemah dan biasa digunakan pada pasien skizofrenia dalam terapi jangka
panjang.
Pada penggunaan haloperidol atau antipsikosis tipikal lainnya
dapat terjadi efek samping berupa gejala ekstrapiramidal (akatisia,
distonia akut, parkinsonisme), yang sering terjadi. Namun efek samping
ini timbul secara individual pada pasien, artinya tidak setiap pasien akan
mengalaminya. Reaksi ekstrapiramidal timbul pada 80% pasien yang
diobati haloperidol.Haloperidol menenangkan dan menyebabkan tidur
pada orang yang mengalami eksitasi. Tersedia dalam bentuk tablet 0,5
mg dan 1,5 mg. Dengan dosis 4,5-15 mg/hari.
Psikoterapi
Dapat diberikan psikoterapi individual, jarang dilakukan terapi
kelompok, karena biasanya mereka sering tidak nyaman atau kurang
mampu bertoleransi dalam terapi kelompok terutama bila pasien yang
beraneka ragam diagnosisnya. Bila akan dilakukan, lebih baik pada saat
pasien dirawat inap, bukan saat rawat jalan.
14
DAFTAR PUSTAKA
15