Disusun oleh:
YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1 Siti Maryam (ed.) dkk. Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern,
Yogyakarta: LESFI 2004
Berkaitan dengan itu, Umar bin Khattab adalah salah satu khalifah
yang pernah menorehkan tinta emas pada lembaran sejarah
peradaban umat Islam. Pada masanya, pemerintahan Islam semakin
kuat, yang didukung dengan formulasi kebijakan yang sangat
fenomenal. Banyak perubahan yang dilakukan, bukan saja di ranah
ritual keagamaan, tetapi juga meliputi aspek sosial budaya, terutama
pada ranah kebijakan ekonomi.
B. Rumusan Masalah
3 Q.S. 2 (al-Baqarah):256
1. Apa latar belakang yang mendasari pembuatan kebijakan-
kebijakan yang dilakukan oleh khalifah Umar bin Khattab?
2. Apa saja Kebijakan Kebijakan yang diterapkan Umar bin Khattab?
3. Kenapa pajak al Ghanimah tidak boleh diperoleh oleh tentara-
tentara yang berhasil menguasai daerah taklukan tersebut?
4. Apakah hubungan kebijakan Khalifah Umar bin Khattab dengan
wafatnya Khalifah Utsman bin Affan?
5. Bagaimana kronologi terbunuhnya Utsman bin Affan?
BAB II
PEMBAHASAN
4 M. Abdul Karim, Bulan Sabit di Gurun Gobi, Sejarah Mongol-Islam di Asia Tengah,
Yogyakarta; Suka Pres, 2014. Hal 16
5 Arif Setiawan, Islam dimasa Umar bin Khatthab, jakarta : Hijri Pustaka, 2002. Hal
4
di front Timur ( Persia ), Utara (Syam) maupun di Barat (Mesir). Ada beberapa sebab
ekspansi Umar Bin Khattab ke wilayah-wilayah tersebut di antaranya :
a. Letak geografis Persia, Syam, Iraq maupun Mesir adalah wilayah perbatasan
dengan pemerintahan Islam. Daerah Byzantium terletak sebelah barat laut dari
Arab terdiri dari Syiria, Palestina, Yordania, dan Mesir. Mereka, sejak awal,
memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan bangsa Arab.
b. Pada saat itu, Sungai Nil (Mesir) dan Mesopotamia merupakan lahan yang subur.
Jika dibandingkan dengan keadaan di Arab yang gersang dan tandus, maka hal ini
menarik keinginan para prajurit Islam untuk menguasai wilayah tersebut sebagai
sentrum perjuangan dakwah di luar Jazirah Arab.
c. Damaskus pada saat itu merupakan kota penting. Damaskus dijadikan kota dan
jalur perdagangan internasional.6
Di antara sebab-sebab yang membuat ekspansi Islam ke luar daerah
Semenanjung Arabia demikian cepat adalah hal-hal berikut:7
a. Ajaran-ajaran Islam mencakup kehidupan didunia dan akhirat.
b. Keyakinan yang mendalam di hati para sahabat tentang kewajiban menyampaikan
ajaran-ajaran Islam ke seluruh daerah.
c. Kekaisaran Persia dan Byzantium dalam keadaan lemah
d. Islam tidak memaksa rakyat di wilayah perluasan untuk mengubah agamanya.
e. Rakyat di wilayah tersebut memandang bangsa Arab lebih dekat kepada mereka
daripada Byzantium
f. Wilayah perluasan adalah daerah yang subur.
Untuk pengelolaan wilayah perluasan, Umar membawa transformasi penakluk
arab menjadi sebuah kelompok elite militer untuk bertugas menjalankan penaklukan
berikutnya, dan untuk membentengi wilayah-wilayah yang telah ditundukkan.
Mereka sama sekali tidak terlihat sebagai pekerja atau profesi dari pekerjaan
penduduk setempat, juga tidak sebagai pemilik tanah atau sebagai petani untuk
mencegah penyerbuan Badui secara semena-mena.
7 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta:UI Press,
2001. Hal 52
Satu keterkaitan antara perluasan dan pengelolaan wilayah kekuasaan dengan
masuk Islamnya penduduk di wilayah-wilayah tersebut adalah sikap toleransi dari
kaum Muslimin dan mereka mendapatkan perlakuan yang baik. Mereka hidup lebih
aman dan damai di bawah perlindungan pemerintahan Islam dibandingkan ketika
mereka hidup dibawah tekanan kekuasaan hegemoni Byzantium dan Sasania,
sehingga mereka masuk Islam dengan kemauan sendiri tanpa adanya paksaan dari
kaum muslimin.
2. Pengelolaan Kas Negara
Pada masa Rasulullah SAW dan Abu Bakar, kekuasaan bersifat sentral
(eksekutif, legislatif, dan yudikatif terpusat pada pemimpin tertinggi), sedangkan pada
masa Umar, lembaga yudikatif dipisahkan dengan didirikannya lembaga pengadilan.
Diantara kebijakan yang dilakukan umar adalah menata pemerintahan dengan
membentuk departemen-departemen (diwan), mengadopsi model persia. Misalnya
untuk menjaga keamanan dan ketertiban dibentuk jawatan kepolisian dan juga
jawatan pekerjaan umum. Tugas diwan adalah menyampaikan perintah dari
pemerintah pusat ke daerah-daerah dan menyampaikan laporan tentang perilaku dan
tindakan-tindakan penguasa daerah kepada khalifah.8 Wilayah negara pada masa
pemerintahannya dibagi menjadi delapan provinsi, yaitu : Mekkah, Madinah, Syria,
Jazirah, Bashrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Tujuannya adalah untuk melancarkan
hubungan antar daerah. Untuk mengelola keuangan negara didirikan Baitul Mal. Mata
uang telah ditempa sendiri pada masanya. Kemudian untuk mengenang peristiwa
hijrah ditetapkan peristiwa tersebut sebagai awal tahun hijriah.9
3. Penataan Birokrasi Pemerintahan
Masa Khalifah Umar lembaga yudikatif sudah berdiri sendiri, terpisah dari
eksekutif dan legislatif. Ia memisahkan kekuasaan yudikatif di Madinah dari
kekuasaannya, dan untuk itu ia mengangkat Abu ad-Darda yang diberi gelar Qadi
(Hakim). Dalam pemerintahan Umar terjadi banyak perubahan, ia membangun
8 Siti Maryam (ed.) dkk. Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern,
Yogyakarta: LESFI 2004 hal 47
10 Ibid.
e. An-Nidham Al-Qadlai : organisasi kehakiman yang meliputi masalah-masalah
pengadilan.11
Pengembangan sistem birokrasi pemerintahan yang dihasilkan oleh pemikiran
keras Umar bin Khattab ini diperoleh setelah berhasil memadukan sistem yang ada di
daerah perluasan dengan kebutuhan masyarakat yang sudah mulai berkembang pada
saat itu.
4. Pemberlakuan Ijtihad
Tatkala islam mulai meluas ke Syam, Mesir, Persia, dll. Timbullah berbagai
macam kesulitan dan masalah- masalah yang belum pernah ditemui oleh kaum
Muslimin. Umar bukan saja menciptakan peraturan- peraturan baru, tetapi juga
memperbaiki dan mengadakan perubahan terhadap peraturan yang telah ada, bila
memang peraturan itu perlu diperbaiki dan diubah.12
Umar bukan saja menciptakan peraturan-peraturan baru, tetapi juga
memperbaiki dan mengadakan perubahan terhadap peraturan yang telah ada,
bilamana peraturan itu memang harus diperbaiki dan diubah. Misalnya peraturan
yang telah berlaku bahwa kaum muslim diberi hak menguasai tanah dan segala
sesuatu yang didapat dengan berperang, Umar mengubah-nya bahwa tanah itu harus
tetap di tangan pemiliknya semula tetapi dikenai pajak tanah (kharaj).
Di antara ijtihadnya di bidang hukum yang cukup spektakuler yaitu:
a. tidak melaksanakan hukuman potong tangan terhadap pencuri yang terpaksa
mencuri demi membebaskan dirinya dari kelaparan.
b. menghapuskan bagian zakat bagi para muallaf (orang yang dibujuk hatinya karena
baru masuk Islam).
c. menghapuskan hukum mutah (kawin kontrak) yang semula diperbolehkan dan
sampai sekarang masih diakui oleh orang-orang Syiah Itsna Asyariyah.
Dengan melaksanakan ijtihad, Umar hanya ingin memberikan tuntunan dan
pengertian bahwa ajaran Islam itu tidak kaku, tapi bisa lentur dan luwes sesuai
dengan perkembangan zaman dan permasalahan yang dihadapi dengan tetap mengacu
pada substansi ajaran yang ada dalam al-Quran dan al-Hadits.
11 Siti Maryam (ed.) dkk. Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga
Modernhal 50
12 Ibid.,
Pada pembahasan konsep pajak al-Ghanimah ini sendiri
sebenarnya berkaitan erat dengan kebijakan ekonomi Khalifah Umar
bin Khattab, Pada masa Umar ini pulalah mulai diatur dan ditertibkan tentang
pembayaran gaji dan pajak tanah.13 Terkait dengan masalah pajak, Umar membagi warga
negaranya dalam dua kelompok yaitu muslim dan non muslim (dzimmy). Bagi muslim
diwajibkan untuk membayar zakat, sedangkan bagi non muslim dipungut kharaj (pajak
tanah) dan jizyah (pajak kepala). Bagi muslim diberlakukan hukum islam, bagi non
muslim diperlakukan hukum menurut agama atau adat mereka masing-masing. Seluruh
kebijakan yang dilaksanakan, pada hakekatnya merupakan upaya mengkonsolidasikan
bangsa Arab dan melebur suku-suku Arab ke dalam satu bangsa.
Ketika wilayah kekuasaan Islam telah meliputi wilayah Persia, Irak dan Syria
serta Mesir sudah barang tentu yang menjadi persoalan adalah pembiayaan, baik yang
menyangkut biaya rutin pemerintah maupun biaya tentara yang terus berjuang
menyebarkan Islam ke wilayah tetangga lainnya. Oleh karena itu, dalam kontek ini Ibnu
Khadim mengatakan bahwa institusi perpajakan merupakan kebutuhan bagi kekuasaan
raja yang mengatur pemasukan dan pengeluaran.14
Kebijakan Umar yang lain dalam hal pengelolaan kas negara adalah Umar menerapkan
pajak perdagangan (bea cukai) yang bernama al-Ushur, Ia mengadopsi sistem ini ketika
ia mendapat laporan bahwa apabila pedagang Arab datang ke Byzantium, maka
pedagang tersebut ditarik pajak 10% dari barang yang dijual. Sementara itu bagi dzimmi
yang berada di dalam negeri dikenakan sebesar 5%, sedangkan bagi orang Islam
membayar 2,5% dari harga barang dagangan. Umar juga mengeluarkan beberapa
kebijakan yang inovatif yang tidak terdapat pada periode sebelumnya, misalnya demi
keamanan, menjaga kualitas/mutu tentara Arab, produksi panen yang memadai,
menghindari negara dari kerugian pajak 80%, keadilan, menghindari diskriminasi Arab
dan non-Arab, khalifah melarang transaksi jual beli tanah bagi orang Arab di luar Arab.
al-Mal al-Ghanimah selama pemerintahannya dibagikan kepada kepala negara sebesar
13 Arif Setiawan, Islam dimasa Umar bin Khatthab, jakarta : Hijri Pustaka, 2002.
17 Ibid, Bulan Sabit di Gurun Gobi..., Yogyakarta; Suka Pers, 2014. Hal 17
kepada Sad bin Abi Waqqas, dan mereka menuduh Walid bin Uqbah meminum
khamar. Melihat adanya celah untuk memecah belah, ada beberapa tokoh yang
mengambil kesempatan ini untuk membangkitkan kebencian dalam hati orang di
kota-kota itu, diantaranya apa yang telah dilakukan oleh Abdullah bin Saba ( seorang
yahudi dari Sana di Yaman yang pada masa Utsman kemudian masuk Islam ) yang
mengunjungi sejumlah kota dalam kawasan Islam dengan berusaha membangkitkan
kemarahan penduduk kepada Utsman. Di Bashrah banyak orang awam yang
terpengaruh oleh seruannya itu. Sesudah hal itu diketahui oleh Abdullah bin Amir, ia
dikeluarkan dari kota. Setelah itu ia pergi ke Kufah menyebarkan seruan yang sama.
2. Utsman Bermusyawarah
Melihat segala propaganda jahat anti politik Utsman dikota-kota kawasan itu,
pada musim haji tahun 34 ia memanggil pejabat-pejabatnya yang di kota-kota
tersebut untuk dimintai keterangan sebab-sebab terjadinya fitnah itu. Ketika itu
datang Abdullah bin Amir, Muawiyah bin Abi Sufyan, Abdullah bin Abi Sarh, Said
bin As dan Amr bin Ash. Utsman berkata pada mereka : Setiap imam mempunyai
pembantu-pembantu dan penasihat-penasihat. Kalian adalah pembantu-pembantu dan
penasihat-penasihat saya serta orang-orang kepercayaan saya. Seperti sudah kalian
ketahui, mereka menuntut supaya saya memecat para gubernur itu dan menarik
kembali semua yang tidak mereka senangi dan menggantinya dengan yang mereka
sukai. Berikanlah pendapat dan saran kalian kepada saya dengan sungguh-sungguh.18
3. Tragedi Pengepungan
Setelah mereka betul-betul telah mengepung rumah Utsman , mereka
menuntut Utsman untuk mengundurkan diri dari kekhalifahan atau mereka akan
membunuhnya. Dan orang-orang yang berdemo dan menuntut tersebut adalah orang-
orang yang sangat rendah agama, akhlak maupun keilmuannya, mereka bukanlah para
ulama (ahlul halli wal aqdi). Dengan adanya tuntutan mereka ini, maka sungguh
benarlah apa yang telah disabdakan oleh Nabi , dan telah tiba saatnya untuk
mengamalkan wasiat beliau . Oleh karena itulah, Utsman menolak untuk
mengundurkan diri dari kekhalifahan, seraya berkata : Aku tidak akan melepaskan
pakaian yang telah Allah berikan kepadaku. Beliau mengisyaratkan kepada wasiat
Rasul untuk beliau.
BAB III
KESIMPULAN
1. Pada periode Khalifah Umar (634-644 M), peta Islam semakin meluas, di Timur
sampai perbatasan India dan sebagian Asia Tengah di Barat sampai Afrika Utara.
Setelah memangku jabatan kekhalifahan, Umar dengan strategi kebijakannya setelah
mempertimbangkan bahwa wilayah kekuasaan Islam semakin luas, maka di buatlah
sistem pemerintahan dengan sistem desentralisasi yang menyerahkan wewenang
pemerintahan sepenuhnya kepada daerah untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan sendiri, dengan tidak terlepas dari pertanggungjawaban kepada
khalifah.
2. Faktor utama Khalifah Utsman terbunuh adalah faktor ekonomi yang juga termasuk
masalah pertanahan. Dalam kondisi yang serba tidak kondusif akibat dikuasainya
tanah-tanah produktif di luar Arab oleh orang Arab, sehingga rakyat setempat
kehilangan mata pencaharian, kemudian mereka berduyun-duyun datang ke Madinah
pada musim haji untuk protes seraya menuntut keadilan.
3. Faktor sampingan : Terbunuhnya Utsman merupakan akibat dari tuduhan yang
menyebutnya berlaku nepotis. Para sejarawan mengemukakan sebab-sebabnya
sebagai berikut:
a. adanya fitnah penyalahgunaan uang negara yang diberikan Utsman kepada
keluarganya
b. pengangkatan para kepala daerah dari kalangan keluarga Utsman dengan kata
lain, adanya tuduhan nepotisme dalam pengangkatan kerabat terdekat sebagai
kepala daerah.
c. faktor umur Utsman yang telah memasuki usia lanjut. Pada masa akhir
kepemimpinan Utsman, para Gubernur yang diangkat oleh Utsman bertindak
sewenang-wenang. Faktor usia lanjutnya Utsman ini kemudian di manfaatkan
oleh para kepala daerah yang telah diluar kontrol khalifah, sehingga rakyat
menganggap hal tersebut sebagai kegagalan Utsman, sampai pada akhirnya
Utsman terbunuh.
DAFTAR PUSTAKA
Maryam (ed.) dkk, Siti. Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik
hingga Modern, Yogyakarta: Jurusan SPI Fakultas Adab IAIN Sunan
Kalijaga & LESFI 2004.
Setiawan, Arif. Islam dimasa Umar bin Khatthab, jakarta : Hijri Pustaka,
2002.