Anda di halaman 1dari 37

9

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 FALSAFAH REKAM KESEHATAN

Rekam kesehatan merupakan bukti tertulis tentang proses pelayanan

yang diberikan oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya kepada pasien,

hal ini merupakan cerminan kerja sama lebih dari satu orang tenaga

kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Bukti

tertulis pelayanan dilakukan setelah pemeriksaan tindakan, pengobatan

sehingga dapat dipertanggung jawabkan.

Dalam falsafah rekam kesehatan tercantum nilai-nilai informasi,

administrasi, hukum, keuangan, penelitian, pendidikan, informasi yang

akurat dan dapat dipertangung jawabkan yang harus dijaga kerahasiannya

dan terbatas pada hubungan antara dokter atau dokter gigi atau tenaga

kesehatan lainnya dan pasien-pasien yang memuat keterangan mengenai

riwayat dan perkembangan penyakit, pengobatan serta tindakan yang

diberikan tenaga kesehatan kepada pasiennya dan memuat kepastian

biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien atas pengobatan atas dirinya

(Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam kesehatan Rumah Sakit

Indonesia, 2006;11).
10

2.2 PENGERTIAN REKAM KESEHATAN

Menurut Departemen Kesehatan RI rekam medis sebagai :

Keterangan baik yang tertulis maupun yang terekam tentang identitas,

anamnesa, penentuan fisik laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan

tindakan medis yang diberikan kepada pasien, dan pengobatan baik yang

dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat

darurat (Dirjen Pelayanan Medik,1997;6).

Hal yang hampir sama diungkapkan oleh Huffman yang

mengatakan bahwa rekam kesehatan adalah kompilasi (ringkasan terarah)

fakta-fakta sejarah kehidupan dan kesehatan pasien, termasuk penyakit

sekarang dan pengobatannya ditulis profesional kesehatan yang ikut

merawat pasien tersebut (Edna. K,Huffman , Terjemahan Erkadius,

1997;8)

Rekam kesehatan mempunyai pengertian yang sangat luas tidak

hanya sekedar kegiatan pencatatan. Akan tetapi mempunyai pengertian

sebagai satu sistem penyelenggaraan rekam kesehatan. Sedangkan

kegiatan pencatatan sendiri hanya merupakan salah satu kegiatan dari

pada penyelenggaraan rekam kesehatan. Penyelenggaraan rekam

kesehatan adalah merupakan proses kegiatan yang dimulai pada saat

pasien diterima di pelayanan kesehatan. Diteruskan kegiatan pencatatan

data medik pasien selama pasien itu mendapatkan pelayanan medik di


11

pelayanan kesehatan dan dilanjutkan dengan penanganan berkas rekam

kesehatan yang meliputi penyelenggraan penyimpanan serta pengeluaran

berkas dari tempat penyimpanan untuk melayani permintaan/peminjaman

atau untuk keperluan lainnya. (Pedoman Pengelolaan Rekam kesehatan

Rumah Sakit di Indonesia,1997; 6 ).

Dari pengertian rekam kesehatan diatas dapat disimpulkan bahwa

rekam kesehatan merupakan berkas yang berisikan catatan dan dokumen

tentang identitas, anamnesa pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, tindakan

dan pelayanan lain/penunjang diberikan pada seorang pasien selama

mendapat pelayanan di unit (rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat),

serta catatan yang harus dijaga kerahasiaannya dan merupakan sumber

informasi tentang pasien yang datang berobat ke rumah sakit. Rekam

kesehatan juga sebagai sumber kepastian biaya yang harus dikeluarkan

oleh pasien.

2.3 TUJUAN REKAM KESEHATAN

Tujuan rekam kesehatan adalah menunjang tercapainya tertib

administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di

rumah sakit.Tanpa didukung suatu sistem pengelolaan rekam kesehatan

yang baik dan benar, mustahil tertib administrasi rumah sakit akan

berhasil sebagaimana yang diharapkan. (Depkes RI,1997;7)


12

Tujuan utama (primer) Rekam Kesehatan terbagi dalam lima (5)

kepentingan yaitu untuk :


a. Pasien, rekam kesehatan merupakan buktiutama yang mampu

membenarkan adanya pasien dengan identitas yang jelas dan

telah mendapat berbagai pemeriksaan dan pengobatan disarana

pelayanan kesehatan dengan segala hasil dan konsekuensi

biayanya.
b. Pelayanan pasien, rekam kesehatan mendokumentasikan

pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan, penunjang

medis dan tenaga lain yang bekerja dalam berbagai fasilitas

pelayanan kesehatan. Dengan demikian rekaman itu membantu

pengambilan keputusan tentang terapi, tindakan, dan penentuan

diagnosis pasien. Rekam kesehatan juga sebagai sarana

komunikasi antar tenaga lain yang sama-sama terlibat dalam

menangani dan merawat pasien. Rekaman yang rinci dan

bermanfaat menjadi alat penting dalam menilai dan mengelola

resiko manajemen. Selain itu rekam kesehatan setiap pasien

juga berfungsi sebagai tanda bukti sah yang dapat

dipertanggung jawabkan secara hokum. Oleh karena itu rekam

kesehatan yang lengkap harus tersedia setiap saatdan berisi

data/informasi tentang pemberian pelayanan kesehatan secara

jelas.
13

c. Manajemen pelayanan, rekam kesehatan yang lengkap memuat

segala aktivitas yang terjadi dalam manajemen pelayanan

sehingga digunakan dalam menganalisis berbagai penyakit,

menyusun pedoman praktik, serta untuk mengevaluasi

pelayanan yang diberikan.


d. Menunjang pelayanan, rekam kesehatan yang rinci akan

mampu menjelaskan aktivitas yang berkaitan dengan

penanganan sumber-sumber yang ada pada organisasi

pelayanan rumah sakit, menganalisis kecenderungan yang

terjadi dan mengkomunikasikan informasi antar klinik yang

berbeda.
e. Pembiayaan, rekam kesehatan yang akurat mencatat segala

pemberian pelayanan kesehatan yang diterima pasien.

Informasi ini menentukan besarnya pembayaran yang harus

dibayar, baik secara tunai ataupun melalui asuransi.

Tujuan sekunder Rekam Kesehatan ditujukan kepada hal yang

berkitan dengan lingkungan seputer pelayanan pasien yaitu

untukkepentingan edukasi, riset, peraturan dan pembuatan

kebijakan.Adapun yang dikelompokan dalam kegunaan sekunder adalah

kegiatan yang tidak berhubungan secara spesifik antara pasien dan tenaga

kesehatan (Dick, Steen, dan Dtemer 1997, hlm. 76-77).


14

2.4 KEGUNAAN REKAM KESEHATAN

Berdasarkan Depkes RI Dirjen Pelayanan Medis dalam buku

Pedoman Pengolahan Rekam kesehatan Rumah Sakit di Indonesia,

kegunaan dari rekam kesehatan atau rekam kesehatan dapat dilihat dari

beberapa aspek:
a. Aspek Administrasi
Suatu berkas rekam kesehatan mempunyai nilai administrasi, karena

isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab

tenaga medis dan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.


b. Aspek Medis
Suatu berkas rekam kesehatan mempunyai nilai medis, karena catatan

tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan

pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada pasien.


c. Aspek Hukum
Suatu berkas rekam kesehatan mempunyai nilai hukum, karena isinya

menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar

keadilan dalam rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan

tanda bukti untuk menegakkan hukum.


d. Aspek Keuangan
Suatu berkas rekam kesehatan mempunyai nilai keuangan, karena isinya

mengandung data/informasi yang dapat digunakan sebagai aspek

keuangan.
e. Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam kesehatan mempunyai nilai penelitian, karena

informasi yang dikandungnya dapat digunakan sebagai bahan penelitian

dan pengembangan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan.


f. Aspek Pendidikan
15

Suatu berkas rekam kesehatan mempunyai nilai penelitian, karena isinya

menyangkut data/informasi tentang perkembangan kronologis dan

kegiatan pelayanan medik yang diberikan kepada pasien.Informasi

tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan/referensi pengajaran dibidang

profesi si pemakai.
g. Aspek Dokumentasi
Suatu berkas rekam kesehatan mempunyai nilai dokumentasi, karena

isinya menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan

dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban laporan rumah sakit.

2.5 FUNGSI REKAM KESEHATAN


Fungsi utama rekam kesehatan/rekam kesehatan adalah

untukmenyimpan data dan informasi pelayanan pasien.Rekam kesehatan

harus berisi informasi lengkap perihal proses pelayanan medis di masa

lau, masa kini dan perkiraan terjadi dimasa depan. Agar fungsi itu

tercapai,beragam metode dikembangkan secara efeketif seperti dengan

melaksanakan ataupun mengembangkan sejumlah sistem, kebijakan, dan

proses pengumpulan, termasuk menyimpan secara mudah diakses disertai

dengan keamanan yang baik.

2.6 DASAR HUKUMREKAM KESEHATAN

a) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 034 / Birhub / 1972 tentang

perencanaan dan penelitian rumah sakit dimana disebutkan bahwa

guna menunjang terselenggaranya induk yang baik, maka setiap

rumah sakit diwajibkan :


16

1. Mempunyai dan merawat statistik yang up to date.


2. Membina rekam kesehatan yang didasarkan ketentuan yang

telah ditetapkan.

b) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

377/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Perekam

Medis dan Informasi Kesehatan.

c) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/MENKES/PER/III/2008

tentang Rekam kesehatan dan Undang-UndangNo. 24 tahun 2009

tentang Praktik Kedokteran.

2.7 ASPEK HUKUM


2.7.1 Aspek Hukum Rekam kesehatan
Di Indonesia, peraturan perundang-undangan yang

mengatur penyelenggaraan rekam kesehatan dimuat dalam

Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, Undang-

Undang No. 29 tentang Praktik Kedokteran, dan Permenkes RI No.

269/MENKES/PER/III/2008. Selain itu juga terdapat ketentuan

perundangan-undangan di bidang wajib simpan rahasia kedokteran

yang berhubungan dengan penyelenggaraan MIK, seperti pasal

KUHP tentang rahasia jabatan/pekerjaan, PP No. 10 tahun 1966


17

tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran, dan kedua Undang-

Undang diatas.
Peraturan tentang catatan rekam medis harus dijaga oleh

institusi pelayanan kesehatan.Istitusi kesehatan tidak memiliki hukum

atau peraturan pemerintah pusat.Institusi pelayanan kesehatan harus

menyimpan catatan mengenai kesehatan karena hukum atau

peraturan tersebut penting sebagai kepedulian pasien dan dokumen

yang syah. Dokumen yang syah harus berisi tentang identitas data,

ramalan penyakit, sejarah keluarga, tindakan yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan, laporan konsultasi, laporan laboratorium, prosedur

operasi, laporan khusus, waktu tindakan, catatan perkembangan

pasien, laporan asuhan perawatan, terapi, ringkasan pasien masuk,

catatan untuk menentukan diagnosis akhir, komplikasi, pemeriksaan

prosedur, dan tanda tangan kehadiran dokter.


Ada beberapa kewajiban pokok pokok yang menyangkut isi

rekam medis berkaitan dengan aspek hukum adalah:


a. Segala gejala atau peristiwa yang ditemukan harus dicatat secara

akurat dan langsung


b. Setiap tindakan yang dilakukan tetapi tidak ditulis, secara yuridis

dianggap tidak dilakukan


c. Rekam kesehatan harus berisikan fakta dan penilaian klinis
d. Setiap tindakan yang dilakukan terhadap pasien harus dicatat dan

dibubuhi paraf
e. Tulisan harus jelas dan dapat dibaca (juga oleh orang lain)
f. Kesalahan yang diperbuat oleh tenaga kesehatan lain karena salah

baca dapat berakibat fatal.


18

g. Tulisan yang tidak bisa dibaca, dapat menjadi bumerang bagi si

penulis, apabila rekam kesehatan ini sampai ke pangadilan.


h. Jangan menulis tulisan yang bersifat menuduh atau mengkritik

teman sejawat atau tenaga kesehatan yang lainnya.


i. Jika salah menulis, coretlah dengan satu garis dan diparaf,

sehingga yang dicoret masih bisa dibaca.


j. Jangan melakukan penghapusan, menutup dengan tip-ex atau

mencorat-coret sehingga tidak bisa dibaca ulang.


k. Bila melakukan koreksi di komputer, diberi space untuk perbaikan

tanpa menghapus isi yang salah.


l. Jangan merubah catatan rekam kesehatan dengan cara apapun

karena bisa dikenai pasal penipuan.


2.7.2 Pengungkapan Informasi Kesehatan
Dalam kaitannya dengan pengungkapan informasi terdapat 3

masalah etik :
a. Pelanggaran prinsip kebutuhan untuk mengetahui (need to know

principle)
b. Penyalahgunaan surat persetujuan atau otoritas yang tidak tertentu

(blanket authorization)
i. Pasien kadangkala menandatangani otoritas yang tidak tertentu

tanpa memahami implikasinya.Peminta informasi kemudian dapat

menggunakan untuk bertahun tahun.Masalah pada kasus demikian

adalah bahwa pasien tidak dapat mengatisipasi penggunaan otoritas

tersebut di kemudian hari.


c. Pelanggaran privasi yang terjadi sebagai akibat dari prosedur

pengungkapan sekunder (secondary release).


19

Masalah ini muncul semakin sering sejak era komputerisasi

informasi kesehatan.Suatu permintaan yang sah adapat diproses untuk

pembayaran tagihan asuransi, tetapi mungkin tidak menjamin

keamanan di kemudian hari.

Pengungkapan informasi kesehatan pasien kepada pihak lain hanya

dilakukan apabila:
a) Dengan persetujuan atau otorisasi pasien, misalnya untuk kepentingan

asuransi kesehatan, perusahaan, pemberian kerja dan lain-lain. Dalam hal

ini perlu diingat bahwa informasi yang keluar harus minimal tetapi harus

relevan dengan yang dibutuhkan serta cukup untuk menjawab pertanyaan.


b) Dengan perintah undang-undang, misalnya:
Undang-undang wabah dan undang undang karantina
Undang-undang acara pidana seperti, visum et repertum,

keterangan ahli di persidangan, ketregan ahli di depan penyidik /

penuntut umum.
c) Untuk kepentingan pasien, misalnya pada waktu konsultasi medis antar

Negara, terutama saat pasien dalam keadaan darurat tidak dapat

memberikan persetujuan.
Secara tradisional, standar pengungkapan informasi adalah kebutuhan

untuk mengetahui.Apabila suatu perusahaan asuransi menerima

permintaan bayar dari seorang pasien bagi operasi yang telah dijalaninya,

maka surat permintaan informasi dikirimkan ke sarana kesehatan terkait

dan professional MIK memeriksa legitimasinya secara seksama dengan

membandingkan :
20

Membandingkan tanda tangan pasien pada surat tersebut dengan

tanda tangan yang diperolehnya pada saat perawatan.


Meneliti tanggalnya untuk memastikan bahwa surat permintaan

bertanggal sesudah perawatan, sehingga dapat dipastikan bahwa

pasien menyadari atas informasi apa yang diotorisasikannya untuk

di ungkapkan.
Meneliti kebenaran bahwa perusahaan asuransi tersebut adalah

perusahaan yang sesuai dengan polis asuransi yang dimiliki oleh

pasien.
Meneliti tentang informasi apakah yang diminta dan apakah

peminta memang berwenang meninta informasi tersebut.


Dalam budaya timur dimungkinkan terjadi masalah dalam keluarga

pasien, keluarga merasa memiliki hak akses atas informasi kesehatan

pasien, namun hal tersebut tidak berlaku saat pasien melarangnya.

Pengecualiaan terjadi yaitu pada informasi mengenai psikoterapi,

informasi untuk kepentingan penyidikan/pengadilan, informasi yang

dapat membahayakan jiwa atau fisik pasien atau orang lain dapat

disimpan lebih ketat sebagai rahasia, bahkan bagi pasien itu sendiri.
Syarat autorisasi yang sah setidaknya harus mengandung beberapa data

sebagai berikut :
a. Gambaran informasi yang dapat digunakan atau diungkapkan secara

spesifik dan mudah dimengerti.


b. Identitas spesifik dari institusi yang megeluarkan informasi kesehatan

dalam hal ini rumah sakit.


c. Identitas spesifik dari individu atau institusi yang meminta informasi.
21

d. Batas waktu berlaku atau kejadian untuk tujuan pengungkapan dan

penggunaan.
e. Pernyataan bahwa informasi yang diungkapkan oleh peminta otorisasi

dapat diungkapkan kembali oleh penerima informasi dan informasi tidak

terlindungi oleh peraturan tersebut.


f. Tandatangan dan tanggal tandatangan dari pasien.
g. Bila ditandatangani oleh pihak ketiga maka perlu mejabarkan otorisasi

wali tersebut yang bertindak atas nama pasien.


i. Bila tidak mencantumkan salah satu unsur diatas maka otorisasi

dianggap tidak sah atau jika terdapat kesalahan sebagai berikut:


Batas waktu berlaku telah habis atau kejadian yang dikaitkan dengan

habisnya masa berlaku telah terjadi.


i. Otorisasi belum lengkap diisi berkaitan dengan unsur yang telah

disebutkan diatas.
ii. Otorisasi telah dicabut.
iii. Otorisasi melanggar ketentuan compound authorization.
iv. Terdapat informasi dalam otorisasi yang diketahui palsu oleh

covered entity.
Metode Pengungkapan Informasi MedisPada dasarnya ada empat

metode dalam pengungkapan informasi medis yaitu: akses langsung,

informasi abstrak, pengungkapan secara verbal, atau fotokopi baik

seluruh dari catatan atau sebagiannya. Praktisi informasi kesehatan harus

memiliki kebijakan khusus yang mengatur masing-masing jenis

pengungkapan.
Akses langsung baik oleh pasien atau diwalikan oleh orang lain,

perlu berhati-hati agar isi dari rekam kesehatan tidak diubah atau
22

menghapus setiap bagian dari catatan oleh orang yang meninjaunya.

Identifikasi setiap orang sebelum diijinkan untuk memiliki akses tersebut.


Pengungkapan dengan metode abstraksi informasi harus dilakukan

kepada seorang karyawan yang terlatih, sehingga hanya informasi penting

yang diungkapkan (seperti yang ditetapkan pada otorisasi) dan agar tidak

terjadi kesalahan penafsiran dari apa yang disimpulkan.


Pengungkapan secara verbal harus dibatasi hanya saat metode

pelepasan informasi lainnya tidak dapat digunakan, seperti dalam situasi

darurat. Hanya informasi yang diperlukan untuk memenuhi keadaan

darurat saja yang dapat diungkapkan secara verbal. Dibutuhkan sebuah

catatan yang harus dibuat untuk pelepasan informasi secara verbal.


Metode pengungkapan lainnya ialah dengan fotokopi baik semua

atau sebagian dari rekam kesehatan.Fotocopy merupakan yang paling

sering untuk digunakan karena mudah dan menghemat waktu.Rekam

kesehatan harus diperiksa secara hati-hati agar memastikan bahwa data

yang sensitive tidak diungkapkan secara sengaja.

2.7.3 Pertanggung Jawaban Terhadap Rekam kesehatan


Rumah sakit memiliki fungsi yang utama untuk memberikan

perawatan dan pengobatan yang sempurna kepada pasien baik pasien

rawat inap, rawat jalan, maupun rawat darurat. Pimpinan rumah sakit

bertanggung jawab atas mutu pelayanan medik di rumah sakit yang

diberikan kepada pasien.Rekam kesehatan sangat penting dalam

membangun mutu pelayanan medik yang diberikan oleh rumah sakit


23

beserta staf mediknya. Rekam kesehatan merupakan milik rumah sakit

yang harus dipelihara karena berfaedah bagi pasien, dokter maupun

rumah sakit.
Rumah sakit bertanggungjawab untuk melindungi informasi

yang ada didalam rekam kesehatan terhadap kemungkinan hilangnya

keterangan, pemalsuan data atau digunakan oleh orang yang tidak

mendapatkan izin. Rekam kesehatan harus merekam data yang rinci

sehingga dokter lain / konsulen dapat mengetahui bagaimana pengobatan

dan perawatan yang sudah diberikan dan dapat memberikan saran /

pendapat yang tepat setelah dia memeriksanya, atau dokter yang

bersangkutan dapat memperkirakan kembali keadaan pasien yang akan

datang.
Dokter yang merawat pasien bertanggung jawab atas

kelengkapan dan keakurasian pengisian rekam kesehatan. Didalam

praktek memang dapat saja pengisian rekam kesehatan dilakukan oleh

tenaga kesehatan lain (perawat, asisten, residen,co-ass),namun dokter

yang merawat pasien lah yang memulikul tanggung jawabnya. Perlu

diingat bahwa kelengkapan dan isi rekam kesehatan sangat bermanfaat,

bagi perawatan dan pengobatan pasien, buktinhukum bagi rumah sakit

dan dokter, maupun bagi kepentingan medis dan administratif.


Petugas rekam kesehatan atau professional manajemen informasi

kesehatan bertanggung jawab atas pengelolaan rekam kesehatan,

professional MIK memonitor kelengkapan pengisian, mengusahakan agar


24

penatalaksanaan rekam kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan dan standar yang berlaku, serta menganalisis rekam kesehatan

secara kualitatif dan kuantitatif dalam rangka memberikan masukan bagi

pengendalian mutu layanan medis.


Pimpinan manajemen sarana kesehatan bertanggung jawab

menyediakan sarana unit rekam kesehatan atau MIK, yang meliputi

ruang, peralatan dan tenaga yang memadai, sedemikian rupa sehingga

pengelolaan rekam kesehatan disarana kesehatan tersebut dapar berjalan

dengan baik.
Komite Medik sarana kesehatan bertanggung jawab atas upaya

penjagaan dan peningkatan mutu pengelolaan informasi kesehatan,

dengan membentuk panitia rekam medic, membuat peraturan internal

bagi staf medik yang relevan, serta pendidikan dan pelatihan yang sesuai.

2.8 Pemilikan Rekam kesehatan


Secara hukum rekam kesehatan adalah milik rumah sakit, karena

segala rekaman yang terdapat didalam berkas rekam kesehatan

merupakan rangkaian kegiatan pelayanan yang diberikan oleh unit

pelayanan kesehatan kepada pasien.


Beberapa hal yang perlu diperhatikan para petugas pelayanan yang

terlibat pada pelayanan pasien adalah:


a. Tidak diperkenankan membawa berkas rekam kesehatan keluar dari

instansi pelayanan kesehatan kecuali atas izin pimpinan dan

sepengetahuan kepala rekam kesehatan.


25

b. Petugas rekam kesehatan bertanggung jawab penuh terhadap

kelengkapan dan penyediaan berkas yang sewaktu-waktu dibutuhkan

oleh pasien.
c. Petugas rekam kesehatan harus betul-betul menjaga agar berkas

tersebut tersimpan dan tertata dengan baik, terlindungi dari

kemungkinan pencurian / pembocoran isi berkas rekam kesehatan.


d. Petugas rekam kesehatan harus memahami dan menghayati berbagai

peraturan demi menjaga agar berkas rekam kesehatan dapat

memberikan perlindungan hukum bagi rumah sakit, petugas pelayanan

maupun pasien.
2.9 Kerahasian Rekam kesehatan
Secara umum telah disadari bahwa informasi yang didapat dari

rekam kesehatan sifatnya rahasia, tidak boleh disebarluaskan kepada

pihak-pihak yang tidak berwenang.Pada dasarnya informasi yang

bersumber dari rekam kesehatan dibedakan pada dua kategori:


1. Informasi yang mengandung nilai kerahasian:
a) Laporan / catatan yang terdapat dalam rekam kesehatan seperti hasil

pemeriksaan, pengobatan, observasi atau wawancara dengan pasien.


b) Penyakit yang diderita pasien.
c) Ketentuan lain yang tercantum di peraturan pemerintah no. 10 tahun 1966

tentang wajib simpan rahasia kedokteran.


2. Informasi yang tidak mengandung nilai kerahasian:
a) Identitas pasien.

2.10 Manajemen Informasi Kesehatan


26

Manajemen informasi yang baik akan sangat membantu para

pengambil keputusan dalam menetapkan kebijakan-kebijakan yang harus

dibuatnya, untuk mendapatkan informasi yang baik, maka diperlukan

proses pengolahan informasi yang baik pula, yang memerlukan waktu

yang cukup, dana, dan peralatan, dan menunjang hal tersebut maka

seorang diperlukan seorang petugas yang terampil dengan pengetahuan

yang cukup terutama dalam analisa data.


Statistik diartikan sebagai kumpulan angka-angka yang disusun atau

disajikan dalam bentuk daftar atau table, sementara secara lebih dalam

statistik dapat diartikan sebagai pengetahuan / metode ilmiah yang

berhubungan dengan pengumpulan data, pengolahan, penyajian

penganalisaan sampai dengan penarikan kesimpulan.Statistik rumah sakit

adalah satistik yang diterapkan dirumah sakit dan digunakan disamping

sebagai alat bantu untuk transformasi data menjadi informasi yang dapat

menggambarkan situasi yang sedang berlangsung di rumah sakit juga

digunakan sebagai bantu untuk penelitian.

2.10.1 Pengumpulan Data

Kebutuhan data dan tujuan menjadi hal yang penting karena

akan mempengaruhi pada proses pengumpulan data. Pengumpulan

data dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:


a. Pencatatan terus menerus
Pencatatan data yang dilakukan secara rutin baik yang

bersumber dari rekam medis maupun sumber-sumber lainnya


27

misalnya : buku register pasien masuk, buku register pasien

keluar, sensus harian dan data lainnya yang dilakukan setiap

hari.
b. Pengamatan
Pengamatan ialah mengamati setiap gejala-gejala yang

berlangsung dirumah sakit tanpa menganggu yang sedang

diamati dan mencatat hasilnya pada kategori yang sesuai,

misalnya: mengamati petugas rekam medis pada saat

melakukan wawancara dengan pasien yang mendaftar untuk

dirawat.
c. Wawancara
Wawancara ialah melaksanakan Tanya jawab secara

berhadapan langsung dengan pasien sebagai responden.


d. Angket
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

mengisi formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan secara tertulis, apabila menggunakan teknik ini

sebaiknya selain perlu untuk memperhatikan urutan pertanyaan

juga harus memiliki pedoman yang jelas.


e. Pengukuran
Merupakan teknik pengumpulan data dengan mengukur satuan

pengamatan mengenai hal-hal yang dipelajari dengan

menggunakan berbagai alat ukur dan mencatat hasilnya.

2.10.2 Pengolahan Data

Merubah data yang terkumpul menjadi suatu bentuk yang lebih

ringkas sehingga memudahkan proses analisis merupakan persoalan


28

dalam pengolahan data. Hasil yang dapat disajikan dalam

pengolahan data dapat berbentuk tabel, grafik, angka-angka

ringkasan seperti jumlah, ukuran rata-rata dan keragaman ratio, rate,

dan proporsi.
Langkah-langkah dalam pengolahan data ialah sebagai berikut:
a. Editing
Editing dilakukan untuk menyakinkan bahwa data yang akan diolah

sudah benar dan dapat dipercaya sehingga perlu utuk dilakukan

pemeriksaan.
b. Koding
Merupakan proses pengkodean untuk lebih menyederhanakan

bentuk data sehingga lebih mudah untuk diolah.


c. Pemasukan Data
Merupakan proses pengolahan data dimana data yang telah dicatat

dipindahkan kedalam sorting card, sehingga apabila data diolah

akan dientry kedalam data base yang terdapat pada sistem

komputer.
d. Tabulasi
Proses pengolaha data lanjutan yaitu dengan memriksa kelayakan

data untuk dianalisa dan menetapkan model / bentuk penyajian data

yang akan dipergunakan. Contoh: laporan morbiditas.

2.10.3 Analisa Data

Tahapan analisis merupakan bagian akhir dan sangat penting dari

proses pengorganisasian data, karena pada bagian ini data dengan

menggunakan berbagai metoda ditransformasikan menjadi informasi.


Pada bagian ini peneliti harus memiliki waktu yang cukup,

disamping itu juga memiliki pengetahuan mengenai data, informasi yang


29

akan dihasilkan dan metoda analisi yang harus sudah diterapkan sebelum

analisis dilaksanakan.
Pelaksaan analisis meskipun pada umumnya dilakukan dengan

menggunakan ketentuan-ketentuan statistic, namun demikian untuk

masalah-masalah yang sederhana tentunya dapat dilakukan secara

perhitungan biasa.
Untuk lebih memudahkan analisis disamping harus ada tujuan yang

jelas sebaiknya kita sudah menetapkan target atau indicator baik berupa

nilai absolut, ratio, rate, ataupun bentuk lainnya.


Adapun hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam

melaksanankan analisis dengan menggunakan pendekatan statistic secara

umum dapat diuraikan sebagai berikut:


a. Tujuan analisis (research)

Statistical technique yang harus digunakan harus sesuai dengan

tujuan analisis.

b. Jumlah variable

Statistical technique yang digunakan harus memperhatikan dan

sesuaikan dengan jumlah variable yang akan digunakan.

c. Tipe data

Statistical technique yang digunakan harus memperhatikan tipe

data (discrete data, catagorial data, nominal data, ordinal data,

rasio, interval, lainnya) yang digunakan karena tipe data

merupakan faktor penting.


30

Sistem Pelaporan Rumah Sakit dirancang agar dapat menunjang

pemanfaatan data yang optimal serta mengikuti perkembangan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi serta untuk mengantisipasi peningkatan

kebutuhan data pada era globalisasi.


Untuk berbagai data yang dikumpulkan melalui Sistem Pelaporan

Rumah Sakit, digunakan formulir standar pelaporan sebagai berikut :

1. RL1 Data Kegiatan Rumah Sakit


Formulir RL1 merupakan formulir rekapitulasi yang mencakup berbagai

kegiatan rumah sakit seperti rawat inap, rawat jalan, pelayanan unit

darurat, kegiatan bedah dan non bedah, pelayanan kesehatan gigi,

kegiatan radiologi, pengujian kesehatan, rujukan, rehabilitasi medis,

latihan kerja, keluarga berencana, imunisasi, pelayanan kesehatan jiwa,

kegiatan pembedahan mata, kegiatan napza dan sebagainya.


2. RL2a Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Inap
Formulir RL2a memuat data kompilasi penyakit / morbiditas pasien rawat

inap yang dikelompokkan menurut daftar tabulasi dasar KIP/10.Untuk

masing-masing Kelompok penyakit dilaporkan mengenai jumlah pasien

keluar menurut golongan umur dan menurut jenis kelamin, serta jumlah

pasien mati untuk masing-masing kelompok penyakit.


3. RL2b Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Jalan
Formulir RL2b memuat data kompilasi penyakit / morbiditas pasien rawat

jalan yang dikelompokkan menurut daftar tabulasi dasar KIP/10. Untuk

masing-masing Kelompok penyakit dilaporkan mengenai jumlah kasus

baru menurut golongan umur dan menurut jenis kelamin dari kasus baru

tersebut dan jumlah kunjungan.


31

4. RL2a1 Data Keadaan Penyakit Khusus Pasien Rawat Inap


Formulir RL2a1 memuat data keadaan penyakit khusus pasien rawat inap

rumah sakit.
5. RL2b1 Data Keadaan Penyakit Khusus Pasien Rawat Jalan
Formulir RL2b1 memuat data keadaan penyakit khusus pasien rawat jalan

rumah sakit sebagai lampiran dari RL2a.


6. RL2c Data Status Imunisasi
Formulir RL2c memuat data status imunisasi sebagai lampiran dari

formulir RL2a.
7. RL3 Data Dasar Rumah Sakit
Formulir RL3 memuat data identitas rumah sakit, nama rumah sakit,

alamat rumah sakit, kelas rumah sakit, surat ijin penyelenggara,

kepemilikan, direktur rumah sakit, fasilitas tempat tidur dan fasilitas

rawat jalan.
8. RL4 Data Ketenagaan Rumah Sakit
Formulir RL4 memuat data jumlah tenaga yang bekerja di rumah sakit

menurut kualifikasi pendidikan dan status kepegawaian.


9. RL5 Data Peralatan Medis Rumah Sakit dan Data Kegiatan
Kesehatan Lingkungan
Formulir RL5 memuat data jumlah dan jenis peralatan medis, jumlah,

umur, kondisi, ijin operasional, sertifikat kalibrasi serta data kesehatan

lingkungan rumah sakit


10. RL6 Data Infeksi Nosokomial Rumah Sakit
Formulir RL6 memuat data Infeksi Nosokomial, yaitu merupakan

formulir rekapitulasi Infeksi Nosokomial di rumah sakit yang terbagi

menjadi dua.
Mengingat kebutuhan informasi yang lebih terperinci untuk

keperluan analisa dan Penilaian upaya pelayanan rumah sakit, maka telah

ditetapkan formulir standar data individual mengenai keadaan penyakit


32

pasien rawat inap dan ketenagaan rumah sakit yang hanya dikirimkan ke

Departemen Kesehatan c.q. Direktorat Jendral Pelayanan Medis.


Formulir data individual mengenai penyakit pasien rawat inap

terdiri dari 3 macam sesuai dengan jenis pasien yaitu pasien umum,

pasien obstetri dan bayi baru lahir, sedangkan data individual ketenagaan

rumah sakit hanya satu macam formulir.


Untuk jelasnya formulir individual yang dimaksud adalah sebagai

berikut :
1. RL2.1 Data individual morbiditas pasien umum
2. RL2.2 Data individual morbiditas pasien obstetri
3. RL2.3 Data individual morbiditas pasien perinatologi
4. RL4a Data individual ketenagaan rumah sakit.
2.10.4 Frekuensi dan Periode Laporan
Pada Sistem Pelaporan Rumah Sakit, periode laporan disesuaikan

dengan jenis data yang dikumpulkan yaitu :


1. Data kegiatan rumah sakit - Formulir RL1
Formulir RL1 dibuat tiap triwulan oleh masing-masing rumah sakit

berdasarkan pencatatan harian yang dikompilasi setiap bulan. Data yang

dilaporkan mencakup keadaan mulai tanggal 1 bulan pertama sampai

dengan tanggal 30/31 bulan ketiga pada masing-masing triwulan yang

bersangkutan.
2. Data keadaan morbiditas - Formulir RL2a dan RL2b
Data morbiditas pasien rawat inap dan rawat jalan, dibuat setiap

triwulan oleh masing-masing Rumah Sakit berdasarkan pencatatan harian

yang dikompilasi setiap bulan.Data yang dilaporkan mencakup keadaan

tanggal 1 bulan pertama sampai dengan 30/31 bulan ketiga pada triwulan

yang bersangkutan.
3. Data keadaan penyakit khusus - Formulir RL2a1, RL2b1 dan RL2c
33

Data keadaan penyakit khusus rawat inap dan rawat jalan serta

status imunisasi dibuat setiap bulan.Data yang dilaporkan adalah keadaan

tanggal 1 sampai dengan tanggal 30/31 setiap bulan

bersangkutan.Laporan ini sebagai pelaksanaan surveilens terpadu rumah

sakit.
4. Data Dasar Rumah Sakit - Formulir RL3
Formulir RL3 diisi satu kali dalam setahun.Data yang dilaporkan

melalui RL3 merupakan data dasar sesuai dengan keadaan pada tanggal

31 Desember setiap tahunnya.


5. Data Keadaan Ketenagaan - Formulir RL4
Formulir RL4 dibuat 2 (dua) kali dalam setahun.Data yang

dilaporkan sesuai dengan keadaan tanggal 30 Juni dan tanggal 31

Desember.
6. Data peralatan medis rumah sakit - Formulir RL5
Formulir RL5 dibuat satu kali setahun, sesuai dengan keadaan

tanggal 31 Desember.
7. Data individual pasien rawat inap - Formulir RL2.1, RL2.2 dan RL2.3
Khusus untuk data yang hanya dikirimkan ke Departemen

Kesehatan dibuat bagi setiap pasien yang keluar rumah sakit (hidup dan

meninggal) pada tanggal 1-10 bulan Februari, Mei, Agustus dan

November.
8. Data individual ketenagaan rumah sakit - Formulir RL4a
Data individual ketenagaan rumah sakit dibuat untuk setiap tenaga

sesuai dengan keadaan pada tanggal 31 Desember dan diperbaharui pada

tahun selanjutnya bila ada perubahan.


9. Data Infeksi Nosokomial Rumah Sakit Formulir RL6
34

Data Infeksi nosokomial Rumah Sakit dikumpulkan sekali sebulan

dari tanggal 1 sampai tanggal 30/31 akhir setiap bulan dan dilaporkan

pada tanggal 5 setiap bulan.

2.10.5 Jadwal Pengiriman Laporan


Agar data yang dikumpulkan dapat diolah sesuai dengan jadwal

yang ditentukan, maka pengiriman formulir standar yang telah diisi dari

rumah sakit dilakukan paling lambat 15 hari sesudah jangka waktu data

yang dilaporkan.

2.10.6 Saluran Pengiriman Laporan


Direktorat Jendral Pelayanan Medis telah mengemas Sistem

Informasi Rumah Sakit kedalam aplikasi Software SIRS yang

memudahkan rumah sakit mengirimkan laporannya melalui e-mail

dengan alamat infoyan@depkes.go.id Rangkap kedua dan seterusnya

dikirimkan kepada semua instansi kesehatan di daerah dan untuk arsip

rumah sakit yang bersangkutan sebagai berikut :


Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kodya
Bagi rumah sakit yang tidak diselenggarakan oleh Depkes/Pemda satu

eksemplar laporan dikirimkan kepada pemilik/penyelenggara


Arsip rumah sakit
Khusus formulir individual pasien rawat inap dan ketenagaan

RL2.1, RL2.2, RL2.3 dan RL4a dibuat rangkap 2 (dua).Lembaran

pertama dikirimkan ke Depkes, sedangkan lembaran kedua untuk arsip

rumah sakit.Sedangkan khusus untuk data RL2a1, RL2b1 dan RL2c


35

dibuat rangkap 2 (dua). Lembaran pertama untuk Dinas Kesehatan Tk. II

dan lembaran kedua untuk arsip.

Prosedur
Setiap rumah sakit yang tercatat di Departemen Kesehatan harus

mengikuti Sistem Pelaporan Rumah Sakit yang telah ditetapkan dengan

prosedur sebagai berikut :


1. Setiap rumah sakit harus mempunyai surat ijin penyelenggaraan rumah

sakit (tetap/sementara) dari Departemen Kesehatan atau surat penetapan

sebagai rumah sakit dari instansi yang berwenang.


2. Surat ijin penetapan rumah sakit dikirimkan ke Direktorat Jendral

Pelayanan Medis untuk mendapatkan nomor kode rumah sakit sebagai

identitas dari rumah sakit yang bersangkutan. Setiap rumah sakit yang

sudah mempunyai kode berarti sudah tercatat di Departemen Kesehatan

RI.
3. Nomor kode rumah sakit ditetapkan oleh Direktorat Jendral Pelayanan

Medis Depkes dan disampaikan ke rumah sakit yang bersangkutan,

dengan tembusan dikirim ke Kantor Wilayah Depkes Propinsi setempat.


4. Untuk mendapatkan gambaran tentang fasilitas rumah sakit tersebut maka

setiap tahun rumah sakit diminta untuk mengisi formulir RL3, dan

mengirimkannya ke Depkes dan instansi yang telah ditetapkan dalam

saluran pengiriman laporan.


5. Pengiriman formulir standar sesuai dengan periode dan jadwal yang telah

ditetapkan, sebagaimana tergambar dalam Resume Informasi Rumah

Sakit.
Skema Sistem Informasi Rumah Sakit
36

Gambar 2.1 Skema Sistem Informasi Rumah Sakit

2.11 Akurasi

a. Secara umum, akurasi adalah seberapa dekat suatu angka hasil

pengukuran terhadap angka sebenarnya (true value atau reference

value). Akurasi berarti tepatnya hasil suatu data atau laporan

koding.

b. Kamus besar bahasa indonesia edisi ketiga mendefenisikan

akurasi sebagai kecermatan, ketelitian, ketepatan.

2.12 Manajemen

A. Pengertian
37

Manajemen adalah kemampuan atau keterampilan untuk

memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui orang

lain. Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan

penggunaan sumber-sumber daya organisasi lainnya agae mencapai

tujuan organisasi yang ditetapkan. (Marry Parker Follet)

Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk

mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian orang-

orang serta sumber daya organisasi lainnya. (Nickels, McHugh and

McHugh, 1997)

B. Fungsi Manajemen

Fungsi manajemen adalah elemen elemen dasar yang akan

selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan

dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk

mencapai tujuan. George R. Terry membagi fungsi manajemen

menjadi empat yaitu Planning, Organizing, Actuating, Controlling.

a. Planning (Perencanaan) merupakan dasar dari semua fungsi

manajemen yang paling mutlak. Perencanaan adalah pedoman

dan penuntun arah kegiatan yang dibuat pada saat sekarang dan
38

dilaksnakan pada masa datang. Perncanaan dibuat sebagai

pedoman baku untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.


b. Organizing (Pengorganisasian) adalah sekelompok orang yang

bekerja sama dengan menetapkan tugas, fungsi, wewenang dan

tanggung jawab masing-masing untuk menccapai tujuan.


c. Actuating (Pelaksanaan) merupakan suatu bentuk usaha untuk

menggerakkan orang agar bekerja sesuai dengan tujuan yang

telah ditetapkan. Fungsi manajemen yang satu ini akan berjalan

baik bila pegawai diberi motivasi untuk meningkatkan

prestasinya.
d. Controlling (Pengawasan) merupakan fungsi manajemen yang

penting sebagai sarana menemukan umpan balik atas rencana

yang telah dilaksanakan. Pengawasan dilakukan untuk

mengukur hasil kerja, membandingkan hasil kerja yang telah

dicapai dengan standar yang telah ditetapkan dan melakukan

koreksi atas hasil kerja yang telah dicapai.

C. Sarana Manajemen

Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-

alat sarana (tools). Alat merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai

hasil yang ditetapkan. Tools tersebut dikenal dengan 6M, yaitu man,

money, materials, machines, method, dan markets.


39

1. Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh

organisasi. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang

paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan

manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan.

Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya

manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen

timbul karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk

mencapai tujuan

2. Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat

diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai.

Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang

yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang

merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan

karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal

ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus

disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang

dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan

dicapai dari suatu organisasi.

3. Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan

bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih

baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus


40

dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu

sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan,

tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.

4. Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan

atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta

menciptakan efesiensi kerja.

5. Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar

jalannya pekerjaan manajer. Sebuah metode daat dinyatakan

sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan

memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada

sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu,

serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode

baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti

atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan

memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam

manajemen tetap manusianya sendiri.

6. Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi

menyebarluaskan (memasarkan) produknya. Memasarkan

produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang

yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan

berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh


41

sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil

produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan.

Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang

harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli

(kemampuan) konsumen

2.12.1 Pengawasan dan Pengendalian Organisasi

Fungsi manajemen yang diarahkan untuk melakukan pengawasan atas

apa yang telah direncanakan dan bagaimana langkah-lanhkah koreksinya di

namakan dengan fungsi pengawasan dan pengendalian. Dalam terminologi

bahasa inggris, fungsi ini sering dinamakan dengan fungsi controlling,

evaluating, appraising, correcting. Semua ini memiliki arti yang hampir sama,

yaitu mengontrol dan mengendalikan, mengevaluasi, menilai atau mengukur

dan mengkoreksi. Akan tetapi, dikarenakan fungsi manajemen yang

diperlukan tidak hanya pengawasan, namun mencakup juga penetapan standar

kinerja perusahan, pengukuran kinerja, yang dicapai perusahaan, dan

pengambilan tindakan koreksi sekiranya standar kinerja menyimpang dari

semestinya maka penamaan fungsi controling lebih banyak digunakan, dan

dalam bahasa indonesia istlah pengawasan lebih banyak digunakan. Fungsi

pengawasan pada dasarnya merupakan proses yang dilakukan untuk

memastikan agar apa yang telah direncanakan dan diorganisasikan berjalan

sebagaimana mestinya ataukah tidak. Jika tidak berjalan dengan semestinya,


42

maka fungsi pengawasan juga melakukan proses untuk mengkoreksi kegiatan

yang sedang berjalan agar dapat tetap mencapai apa yang telah direncanakan.

A. Pengertian pengawasan

Pengawasan sebagai proses dalam menetapkan ukuran kinerja

dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil

yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut.

(Schermerhorn). Berdasarkan pengertian ini, schermerhorn

menekankan fungsi pengawasan pada penetapan standar kinerja dan

tindakan yang harus dilakukan dalam rangka pencapaian kinerja yang

telah ditetapkan. Dengan demikian, manajer di suatu perusahaan perlu

menetapkan standar kinerja untuk setiap pekerjaan yang akan

dilakukan, apakah di misalnya bagian sumber daya manusia,

produksi, pemasaran, ataupun, bagian lain dalam perusahaan. Standar

kinerja ini akan menjadi ukuran apakah pada pelaksanaanya nanti,

manajer perlu melakukan tindakan koreksi ataukah tidak sekiranya

tidak ditemukan beberapa atau penyimpangan.

Fungsi pengawasan dalam manajemen adalah upaya sistematis

dalam menetapkan standar kinerja dan berbagai tujuan yang

direncanakan, mendisain sistem informasi umpan balik,

membandingkan antara kinerja yang dicapai engan standar yang telah


43

ditetapkan sebelumnya, menentukan apakah terdapat penyimpangan

dan tingkat signifikansi dari setiap penyimpangan tersebut, dan

mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa

seluruh sumber daya perusahaan dipergunakan secara efektif dan

efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan (Mockler).

B. Tujuan dari fungsi pengawasan


Griffin (2000) menjelaskan bahwa terdapat empat tujuan dari

fungsi pengawasan. Keempat tujuan tersebut adalah adaptasi

lingkungan, meminimalkan kegagalan, meminimumkan biaya, dan

mengantisipasi kompleksitas dari organisasi.


a. Adaptasi lingkungan, pengawasan dan pengendalikan perlu

dilakukan agar perusahaan tetap bisa beradaptasi terus

dengan perubahan lingkungan. Dengan demikian, fungsi

pengawasan tidak saja dilakukan untuk memastikan agar

kegiatan perusahaan berejalan sebagaimana rencana yang

telah ditetapkan, akan tetapi juga agar kegiatan yang

dijalankan sesuai dengan perubahan lingkungan, karena

sangat memungkinkan perusahaan juga mengubah rencana

perusahaan disebabkan terjadinya berbagai perubahan di

lingkunagn yang dihadapi perusahaan


b. Meminimumkan kegagalan, perusahaan perlu menjalankan

fungsi pengawasan agar kegagalan-kegagala dapat

diminimumkan.
44

c. Meminimumkan biaya, dengan mengoptimalkan suatu

fungsi pengawasan maka dapat menekan biaya yang

seharusnya tidak dikeluarkan suatu perusahaan.


d. Antisipasi kompleksitas organisasi, tujuan terakhir dari

fungsi pengawasan adalah agar perusahan dapat

mengantisipasi berbagai kegiatan organisasi yang kompleks

mulai dari mulai pengelolaan terhadap produk, tenaga kerja,

hingga berbagai prosedur, yang terkait dengan manajemen

organisasi. Oleh karena itu, jelas fungsi pengawasan

memiliki fungsi penting untuk menjamin bahwa

kompleksitas tersebut dapat diantisipasi dengan baik.

2.12 Kerangka konsep

Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian, maka penulis

membuat suatu kerangka konsep penelitian mengenai variabel-variabel

yang akan diteliti nanti. Gambaran mengenai kerangka konsep adalah

sebagai berikut

Pengelolaan data pasien Akurasi sistem pelaporan


rawat inap
45

Gambar 2.2 kerangka konsep

Anda mungkin juga menyukai