Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


II.1.1 Konduktometri
II.1.1.1 Pengertian Konduktometri
Konduktometri merupakan metode analisis kimia berdasarkan
daya hantar listrik suatu larutan. Daya hantar listrik (G) suatu larutan
bergantung pada jenis dan konsentrasi ion di dalam larutan. Daya
hantar listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion di dalam
larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang
besar (Hendayana, 1994).
Daya hantar listrik (G) merupakan kebalikan dari tahanan (R),
sehingga daya hantar listrik mempunyai satuan ohm-1. Bila arus listrik
dialirkan ke dalam suatu larutan melalui dua elektroda, maka daya
hantar listrik (G) berbanding lurus dengan luas permukaan elektroda (A)
dan berbanding terbalik dengan jarak kedua elektroda (I). Jadi,

dimana k adalah daya hantar jenis dalam satuan ohm-1 cm-1 (Hendayana,
1994).
Konduktometer adalah alat yang digunakan untuk menentukan
daya hantar suatu larutan dan mengukur derajat ionisasi suatu larutan
elektrolit dalam air dengan cara menetapkan hambatan suatu kolom
cairan selain itu konduktometer memiliki kegunaan yang lain yaitu
mengukur daya hantar listrik yang diakibatkan oleh gerakan partikel di
dalam sebuah larutan (Sunarwo, 2014).

II.1.1.2 Prinsip Kerja Konduktometer

II - 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar II.1 Konduktometer

Prinsip kerja konduktometer adalah bagian konduktor atau yang


dicelupkan dalam larutan akan menerima rangsang dari suatu ion-ion
yang menyentuh permukaan konduktor, lalu hasilnya akan diproses dan
dilanjutkan pada outputnya yakni berupa angka. Semakin besar
konsentrasi suatu zat dalam larutan maka semakin besar nilai daya
hantarnya karena semakin banyak ion-ion dari larutan yang menyentuh
konduktor dan semakin tinggi suhu suatu larutan maka semakin besar
nilai daya hantarnya, hal ini karena saat suatu partikel berada pada
lingkungan yang suhunya semakin bertambah maka pertikel tersebut
secara tidak lansung akan mendapat tambahan energi dari luar dan dari
sinilah energi kinetik yang dimiliki suatu partikel semakin tinggi
(gerakan molekil semakin cepat). Sehingga semakin sering suatu
konduktor menerima sentuhan dari ion-ion larutan (Sunarwo, 2014).

II.1.2 Daya Hantar Listrik (DHL)


DHL merupakan daya hantar listrik dari suatu benda atau suatu
zat dan kemampuan benda itu sendiri untuk menghantarkan listrik. DHL
air adalah suatu kebalikan tahanan dalam ohm yang diukur pada muka
tanah yang berlawanan dalam cm x cm 3 pada suhu 25 C diukur dalam
micromho (s). Jadi hantaran listrik adalah merupakan kebalikan dari
tahanan, tetapi karena besarnya DHL ini sangat kecil maka biasanya
dinyatakan dalam micromha(s) yang besarnya sama dengan 10 -6mho
(Latifah, 2014).
Menurut literatur faktor-faktor yang mempengaruhi daya hantar
listrik adalah perubahan suhu dan konsentrasi. Dimana jika semakin
besar suhunya maka daya hantar pun juga akan semakin besar dan
apabila semakin kecil suhu yang digunakan maka sangat kecil pula daya
Laboratorium Analisa Instrumen II - 2
Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

hantar yang dihasilkan dan begitu dengan sebaliknya antara konsentrasi


dan daya hantar listrik. Oleh sebab itu pengaruh suhu dan konsentrasi
dapat mempengaruhi daya hantar listrik (Sunarwo, 2014).
Menurut literatur faktor-faktor yang mempengaruhi daya hantar
listrik adalah perubahan suhu dan konsentrasi. Dimana jika semakin
besar suhunya maka daya hantar pun juga akan semakin besar dan
apabila semakin kecil suhu yang digunakan maka sangat kecil pula daya
hantar yang dihasilkan dan begitu dengan sebaliknya antara konsentrasi
dan daya hantar listrik. Oleh sebab itu pengaruh suhu dan konsentrasi
dapat mempengaruhi daya hantar listrik (Rochmawati, 2015).

II.1.2.1 Daya Hantar Ekivalen (Equivalent Conductance)


Kemampuan suatu zat terlarut untuk menghantarkan arus listrik
disebut daya hantar ekivalen yang didefinisikan sebagai daya hantar
satu gram ekivalen zat terlarut di antara dua elektroda dengan jarak
kedua elektroda 1 cm. Yang dimaksud dengan berat ekivalen adalah
berat BaCl2 adalah BM BaCl2 dibagi dua (Hendayana, 1994).
Volume larutan (cm3) yang mengandung satu gram ekivalen zat
terlarut diberikan oleh

dimana C adalah konsentrasi (ekivalen per cm-3), bilangan 1000


menunjukkan 1 liter = 1000 cm3. Volume dapat juga sinyatakan sebagai
hasil kali luas (A) dan jarak kedua elektroda (I) (Hendayana, 1994).

V=IA

Dengan 1 sama dengan 1 cm,

Substitusi persamaan ini ke dalam persamaan

diperoleh

Laboratorium Analisa Instrumen II - 3


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Daya hantar ekivalen pada larutan encer diberi simbol o yang harganya
tertentu untuk setiap ion (Hendayana, 1994).
Tabel II.1 Pengaruh konsentrasi pada daya hantar ekivalen
Konsentrasi NaCl Ek/1
0,1 106,7
0,01 118,5
0,001 123,7
126,4
Tabel II.2 Daya hantar ekivalen ion (+o dan _o) pada 25oC
Kation + o Anion _o
H3O+ 349,8 OH- 199,0
Li+ 38,7 Cl- 76,3
Na+ 50,1 Br- 78,1
K+ 73,5 I- 76,8
NH4+ 73,4 NO3- 71,4
Ag+ 61,9 ClO- 67,3
Mg2+ 53,1 C2H3O2- 40,9
Ca2+ 59,5 SO42- 80,0
Ba2+ 63,6 CO32 69,3
Pb2+ 69,5 C2O42- 74,2
Fe3+ 68,0 Fe(CN)64- 110,5
(Hendayana, 1994).

II.1.2.2 Daya Hantar Larutan


Perhitungan dari,

disebut konstanta sel (), maka dari persamaan

menjadi,

Laboratorium Analisa Instrumen II - 4


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Untuk larutan ionia A, B dan C :

(Hendayana, 1994).

II.1.2.3 Pengukuran Daya Hantar Listrik


Menurut Hendayana (1994), pengukuran daya hantar untuk
mengukur tahanan larutan adalah sebagai berikut:
Sumber Listrik
Hantaran arus DC (misal arus yang berasal dari baterai) melalui
larutan merupakan proses faradi, yaitu oksidasi dan reduksi terjadi pada
kedua elektroda. Sedangkan arus AC tidak memerlukan reaksi elektro
kimia pada elektroda-elektrodanya, dalam hal ini aliran arus listrik
bukan akibat proses faraday. Perubahan karena proses faraday dapat
merubah sifat listrik sel, maka pengukuran konduktometri didasarkan
pada arus nonparaday atau arus AC.
Tahanan Jembatan
Jembatan Wheatstone merupakan jenis alat yang digunakan untuk
pengukuran daya hantar.

Gambar II.2 Jembatan Wheatstone untuk pengukuran tahanan

Sumber listrik AC, S mempunyai frekuensi 60 sampai 1000Hz pada


potensial 6 sampai 10V. Tahanan RAC dan RBC dapat dihitung dari posisi
kontak C. Sel yang tak diketahui tahanannya R X ditempatkan di sebelah
kiri atas jembatan dan tahanan standar R S yang dapat diubah-ubah
ditempatkan di sebelah kanan atas. Detektor digunakan untuk

Laboratorium Analisa Instrumen II - 5


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

menyatakan tak ada arus diantara B dan C. Detektor dapat berupa


sepasang headphone biasa karena telinga peka terhadap frekuensi
1000Hz. Kemudian tahanan sel RX dihitung berdasarkan

Sel
Salah satu bagian konduktometer adalah sel yang terdiri dari
sepasang elektroda yang terbuat dari bahan yang sama. Biasanya
elektroda berupa logam yang dilapisi logam platina untuk menambah
kesangkilan (keefektifan) permukaan elektroda.

Gambar II.3 Sel Konduktometer

II.1.3 Titrasi Konduktometri


Metode konduktometri dapat digunakan untuk menentukan titik
ekivalen suatu titrasi. Menurut Hendayana (1994), ada beberapa contoh
titrasi konduktometri adalah sebagai berikut:
- Titrasi Asam Kuat-Basa Kuat
Sebagai contoh, larutan HCl dititrasi oleh NaOH. Kedua larutan ini
adalah penghantar listrik yang baik. Kurva titrasinya ditunjukan pada
gambar 2.3. Daya hantar H+ turun sampai titik ekivalen tercapai, dalam
hal ini jumlah H+ makin berkurang di dalam larutan. Sedangkan daya
hantar OH- bertambah setelah titik ekivalen (TE) tercapai karena jumlah
OH- di dalam larutan bertambah. Jumlah ion Cl- di dalam larutan tidak
berubah karena itu daya hantarnya konstan dengan penambahan NaOH.
Daya hantar ion Na+ bertambah secara perlahan-lahan sesuai dengan
junlah ion Na+.

Laboratorium Analisa Instrumen II - 6


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar II.4 Titrasi Larutan HCl oleh NaOH

- Kurva Titrasi Kondukrometri Lainnya


Bentuk kurva titrasi konduktometri ini bergantung pada daya
hantar listrik ion-ionnya.

Gambar II.5 Titrasi Asam Lemah oleh Basa Kuat

Gambar II.6 Titrasi Basa Lemah oleh Asam Kuat

Laboratorium Analisa Instrumen II - 7


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar II.7 Titrasi Asam Lemah oleh Basa Lemah

Gambar II.8 Titrasi Campuran Asam oleh Basa Kuat

Gambar II.9 Titrasi ion Cl oleh AgNO3

II.1.4 Resin

Laboratorium Analisa Instrumen II - 8


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar II.10 Resin

Gambar II.11 Resin Penukar Kation

Gambar II.12 Resin Penukar Anion


(Erlina, 2007)

Laboratorium Analisa Instrumen II - 9


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Secara umum rumus struktur resin penukar ion yang dapat


merupakan resin penukar kation (Gambar II.11) dan resin penukar anion
(Gambar II.12).
Resin adalah senyawa hidrokarbon terpolimerisasi sampai tingkat
yang tinggi yang mengandung ikatan-ikatan hubung silang (cross-
linking) serta gugusan yang mengandung ion-ion yang dapat
dipertukarkan. Berdasarkan gugus fungsionalnya, resin penukar ion
terbagi menjadi dua yaitu resin penukar kation dan resin penukar anion.
Resin penukar kation, mengandung kation yang dapat dipertukarkan.
sedang resin penukar anion, mengandung anion yang dapat
dipertukarkan (Erlina, 2007).
Pertukaran ion merupakan proses pertukaran kimia yaitu zat yang
tidak dapat larut memisahkan ion bermuatan positif atau negatif dari
larutan elektrolit dan melepaskan ion bermuatan sejenis ke dalam
larutan yang secara kimiawi jumlahnya sama. Proses pertukaran ion ini
tidak menyebabkan perubahan struktur fisik dari resin penukar ion
(Mustahiqul, 2009).
Menurut Erlina (2007), terdapat sifat-sifat penting resin penukar
ion, yaitu sebagai berikut:
Kapasitas Penukaran Ion
Sifat ini menggambarkan ukuran kuantitatif jumlah ion-ion yang
dapat dipertukarkan dan dinyatakan dalam mek (mili ekivalen) per
gram resin kering dalam bentuk hydrogen atau kloridanya atau
dinyatakan dalam milliekivalen tiap milliliter resin (meq/ml).
Selektivitas
Sifat ini merupakan suatu sifat resin penukar ion yang
menunjukan aktifitas pilihan atas ion tertentu .Hal ini disebabkan
karena penukar ion merupakan suatu proses stoikhiometrik dan dapat
balik (reversible) dan memenuhi hukum kerja massa. Faktor yang
yang menentukan selektivitas terutama adalah gugus ionogenik dan
derajat ikat silang. Secara umum selektivitas penukaran ion
dipengaruhi oleh muatan ion dan jari-jari ion. Selektivitas resin
penukar ion akan menentukan dapat atau tidaknya suatu ion
dipisahkan dalam suatu larutan apabila dalam larutan tersebat
terdapat ion-ion bertanda muatan sama, demikian juga dapat atau
tidaknya ion yang telah terikat tersebut dilepaskan
Derajat ikat silang (crosslinking)
Sifat ini menunjukan konsentrasi jembatan yang ada di dalam
polimer. Derajat ikat silang tidak hanya mempengaruhi kelarutan
tetapi juga kapasitas pertukaran, perilaku mekaran, perubahan
volume, seletivitas, ketahanan kimia dan oksidasi.
Laboratorium Analisa Instrumen II - 10
Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Porositas
Nilai porositas menunjukan ukuran pori-pori saluran-saluran
kapiler. Ukuran saluransaluran ini biasanya tidak seragam. Porositas
berbanding lansung derajat ikat silang, walaupunn ukuran saluran-
saluran kapilernya tidak seragam. Jalinan resin penukar mengandung
rongga-rongga, tempat air terserap masuk. Porositas mempengaruhi
kapasitas dan keselektifan. Bila tanpa pori, hanya gugus ionogenik di
permukaan saja yang aktif.
- Kestabilan resin
Kestabilan penukar ion ditentukan juga oleh mutu produk sejak
dibuat. Kestabilan fisik dan mekanik terutama menyangkut kekuatan
dan ketahanan gesekan. Ketahanan terhadap pengaruh osmotik, baik
saat pembebanan maupun regenerasi, juga terkait jenis
monomernya. Kestabilan termal jenis makropori biasanya lebih baik
daripada yang gel, walau derajat ikat silang serupa. Akan tetapi
lakuan panas penukar kation makropori agak mengubah struktur kisi
ruang dan porositasnya. Resin penukar kation, semua pengotor kation
air akan dipertukarkan dengan H+ dari resin penukar kation, sehingga
ter jadi pelepasan H+ dari resin penukar kation dan air keluaran kolom
resin penukar kation bersifatasam. Pada pH air keluaran kolom resin
penukar anion mengalami kenaikan. anion pengotor air akan
dipertukarkan dengan OH- dari resin penukar anion, sehingga terjadi
pelepasan OH- dari resin penukar anion.

II.2 Jurnal Aplikasi Industri


KARAKTERISTIK KINERJA RESIN PENUKAR ION
PADA SISTEM AIR BEBAS MINERAL(GCA 01) RSG-GAS
Laboratorium Analisa Instrumen II - 11
Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Diyah Erlina Lestari, Setyo Budi Utomo, Pusat Reaktor Serba Guna-
BATAN
2007

KARAKTERISTIK KINERJA RESIN PENUKAR ION PADA SISTEM AIR


BEBAS MINERAL (GCA01) DI RSG-GAS. Sistem Air Bebas Mineral (GCA
01) merupakan sistem yang berfungsi untuk mengolah air baku menjadi
air bebas mineral yang selanjutnya air bebas mineral digunakan sebagai
pemasok air pendingin primer reaktor RSG-GAS. Sistem ini
menggunakan unit resin penukar ion yang terdiri dari kolom resin
penukar kation, kolom resin penukar anion dan kolom mixbed resin.
Untuk mengetahui karakteristik kinerja resin penukar ion dilakukan
pengamatan terhadap hasil pengukuran pH dan konduktivitas air pada
tahapan proses pembuatan air bebas mineral. Pengukuran dilakukan
setiap pengoperasian sistem air bebas mineral (GCA 01).
Resin adalah senyawa hidrokarbon terpolimerisasi sampai tingkat
yang tinggi yang mengandung ikatan-ikatan hubung silang (cross-
linking) serta gugusan yang mengandung ion-ion yang dapat
dipertukarkan. Resin penukar ion pada proses pembuatan air bebas
mineral berfungsi untuk mengambil pengotor air dengan cara
pertukaran ion yang bermuatan sama. Kation yang ada dalam air akan
dipertukarkan/diambil dengan kation resin sedangkan anion dalam air
akan dipertukarkan dengan anion resin.
Proses pembuatan air bebas mineral pada sistem air bebas
mineral (GCA 01) RSG-GAS menggunakan resin penukar ion yang terdiri
dari resin penukar kation dan resin penukar anion serta mixed bed resin.
Air baku sebagai air umpan pada pembuatan air bebas mineral diambil
dari air pengolahan PAM PUSPIPTEK yang ditampung dalam kolam air
baku (raw water). Air baku dipompakan kedalam sistem air bebas
mineral menggunakan pompa benam bertingkat banyak (multistage
submersible pump) dengan kecepatan alir 5m3/jam.
Untuk mengetahui unjuk kerja Karakteristik Kinerja Resin Penukar
Ion pada Sistem Air Bebas Mineral (GCA 01) dilakukan pengukuran pH
dan konduktivitas air keluaran kolom resin penukar kation, air keluaran
kolom resin penukar anion dan air keluaran kolom resin mix-bed.selang
waktu tertentu hingga diperoleh harga pengukuran yang stabil.
Pengukuran dilakukan setiap pengoperasian sistem air bebas mineral
(GCA 01).
Hasil pengamatan menunjukan adanya kenaikan pH dan
konduktivitas air keluaran kolom resin penukar anion menjelang resin
penukar ion pada sistem air bebas mineral (GCA 01) jenuh. Kualitas air
Laboratorium Analisa Instrumen II - 12
Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

keluaran kolom resin penukar kation cenderung stabil dan bersifat asam
dengan harga pH 3.2-3.3 dan konduktivitas 265-320 S/cm.

Laboratorium Analisa Instrumen II - 13


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Anda mungkin juga menyukai