PENDAHULIAN
1.2. Hidrometri
Hidrometri didefinisikan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari
air pada siklus hidrologi atau ilmu tentang pengumpulan dan pemrosesan data dasar
untuk analisa hidrologi.
Idealnya hidrometri meliputi yaitu: pengukuran semua variabel pada siklus hidrologi.
1. Curah hujan
2. Penguapan
3. Aliran Sungai
4. Airtanah
5. Angkutan Sedimen
6. Kualitas Air
- Pada penyelidikan hidrologi yang lebih luas, dibutuhkan variasi data debit dan
angkutan sedimen dari suatu sungai dalam ruang dan waktu seperti terlihat pada
gambar 1.4.
- Dengan demikian diperlukan data pengukuran data pengukuran aliran dari
sejumlah pos duga air dalam jangka waktu lama, akan tetapi untuk tujuan praktis
dan penghematan biaya, maka pengukuran aliran harus dilaksanakan dengan:
Q = A.V
Dimana:
Q = Debit (m3/det)
A = Luas penampang basah ( m2 )
V = Kecepatan aliran rata-rata (m/det)
Secara singkat dasar-dasar hidrolika untuk keperluan mempelajari hidrometri antara
lain meliputi :
Keadaan Aliran
1. Aliran seragam dan tidak seragam
2. Aliran laminer dan turbulen
3. Aliran tetap dan tidak tetap
4. Aliran lambat, kritis dan cepat
1. Aliran seragam dan aliran tidak seragam
Untuk tujuan praktis, aliran seragam (uniform flow) terjadi apabila pola
kecepatan aliran dalam suatu penampang melintang sungai tidak berubah disetiap arah
aliran seperti pada gambar 1.5
.
Gambar. 1.5.pola aliran seragam (A-B) dan tidak seragam (B-C)
Keterangan :
Arah Aliran
A B = Seragam
B C = Tidak Seragam
Aliran seragam terjadi dari arah A ke B dan terlihat bahwa :
1). Kedalaman aliran sama.
2). Kecepatan (V) aliran sama pada kedalaman aliran yang sama.
Sedangkan B ke C terjadi aliran tidak seragam (non uniform flow)
1). Kedalaman air berubah.
2). Pola kecepatan aliran berubah.
Bila kedalaman aliran Y1 > Y0 juga terjadi aliran tidak seragam gambar 1.6.
Keterangan gambar :
Y = Kedalaman Aliran
T = Lebar Puncak
P = Keliling Basah
R = Jari-jari hidrolis (A/P)
D = Kedalaman Hidrolis (A/T)
- Aliran laminer terjadi jika butir-butir air bergerak menurut lintasan tertentu
yang teratur dan lurus. Biasanya terjadi bila kedalaman aliran dangkal dan
kecepatan aliran rendah.
- Aliran turbulen terjadi bila butir-butir air bergerak menurut lintasan yang tak
teratur, maupun tak tetap, walaupun butir-butir tersebut terlihat bergerak maju
dalam aliran.
- Aliran laminer dan turbulen dapat diidentifikasi berdasarkan bilangan Reynold
.v.d
Re =
Dimana :
Re = Bilangan Reynold
= Kerapatan massa fluida
v = Kecepatan aliran
d = Kedalaman aliran
= Kekentalan fluida
Q V1 A1 V2 A2
v
F
g d
Dimana :
F = Bilangan Froude ( tanpa satuan )
v = Kecepatan Aliran rata rata ( m/det )
g = Percepatan Gravitasi ( m/det 2 )
d = Kedalaman Aliran rata rata ( m )
Bila :
F < 1 = Aliran sub- kritis ( lambat, tenang )
F = 1 = Aliran kritis
F > 1 = Aliran super- kritis ( cepat )
Cipoletti
h Q = 1.86bh1.5 Thomson
(cm) h Q=
Lebar Ambang b (m)
(cm) 0.0139h2.5
0.30 0.40 0.50 0.60 0.80 1.00 1.25 1.50 1.75 2.00 2.50
debit dalam l/det
5 6 8 10 12 17 21 26 31 36 42 52 5 1
6 8 11 14 16 22 27 34 41 48 55 68 6 1
7 10 14 17 21 28 34 48 52 60 69 86 7 2
8 13 17 21 25 34 42 58 63 74 84 105 8 3
9 15 20 25 30 40 50 68 75 88 100 126 9 3
10 18 24 29 35 47 59 74 83 103 118 147 10 4
11 2 27 34 41 54 68 85 102 119 136 170 11 6
12 23 31 39 46 62 77 97 116 135 155 193 12 7
13 26 35 44 52 70 87 109 131 153 174 218 13 8
14 29 39 49 58 78 97 122 146 171 195 244 14 10
15 32 43 54 65 86 109 135 162 189 216 270 15 12
16 36 48 60 71 95 119 149 179 208 238 298 16 14
17 39 52 65 78 104 130 163 196 228 261 326 17 18
18 43 57 71 85 114 142 173 213 249 284 355 18 19
19 46 62 77 92 123 154 190 231 270 308 385 19 22
20 50 67 83 100 133 166 207 250 291 333 416 20 25
21 54 72 89 107 143 179 224 268 313 358 447 21 28
22 58 77 96 115 154 192 240 288 336 384 480 22 32
23 62 82 103 123 164 205 256 308 359 410 513 23 35
24 66 87 109 131 175 219 273 328 383 427 547 24 39
25 70 93 116 140 186 232 291 349 407 465 581 25 43
26 74 99 123 148 197 247 308 370 432 493 616 26 48
27 78 104 130 157 209 264 326 391 457 522 652 27 53
28 83 110 138 165 220 276 335 413 482 551 689 28 58
29 87 116 145 174 232 280 367 436 508 581 726 29 63
30 92 122 153 183 245 306 383 453 535 611 764 30 69
2. Current Metter
Pengukuran Debit dengan cara ini yaitu :
Dengan cara mengukur luas penampang aliran dan kecepatan aliran dengan
Persamaan :
Q=Av
Dimana :
Q = debit ( cm 3/ debit )
A = luas penampang ( cm 2 )
V = kecepatan ( cm/ detik )
Perhitungan kecepatan
Contoh :
n 0.66 v 1.08 48.97 n cm / det ik
Jika : 0.66 n 2.06 v 1.73 47.99 n cm / det ik
n 2.06 v 3.78 50.67 n cm / det ik
Ad 1. Bentuk Memanjang
Biasanya bentuk sungai akan memanjang dengan anak-anak sungai langsung
masuk ke induk sungai . Kadang-kadang berbentuk seperti bulu burung dan
bentuk ini biasanya akan menyebabkan debit banjir relatif kecil, karena
perjalanan banjir dari anak sungai berbeda-beda waktunya.
Ad 2. Bentuk Radial.
Bentuk ini terjadi karena arah alur sungai seolah-olah memusat pada satu titik
sehingga menggambarkan bentuk Radial (berbentuk kipas). Sabagai akibat
dari bentuk ini maka waktu yang diperlukan aliran yang datang dari segala
penjuru memerlukan waktu yang hampir bersamaan. Apabila terjadi hujan
yang merata, maka menyebabkan terjadinya banjir besar.
Ad 3. bentuk Paralel.
DAS ini dibentuk oleh dua jalur sub DAS yang bersatu dibagian hilir. Banjir
terjadi setelah pertemuan kedua titik sub DAS dibagian hilir.
Ad 4. Bentuk Komplek.
Merupakan gabungan dasar dua atau lebih bentuk sub DAS.
- Pengaruh Bentuk DAS Terhadap Grafik Hidrograf.
Ada suatu pengaruh antara bentuk DAS terhadap bentuk grafik hidrograf
aliran sungai
Sebagai Contoh:
Pada waktu banjir DAS yang berbentuk Radial akan dapat menghasilkan
bentuk hidrograf yang lebih tajam. Serta periode terjadinya lebih pendek, jika
dibandigkan dengan bentuk memenjang dalam keadaan hujan yang sama.
Ad 3. Kemiringan Lereng.
Kemiringan lereng antara dua titik lokasi ketinggian dapat dihitung dengan
persamaan
Id = i/w
Keterangan:
Id = Kemiringan lereng (m/Km)
i = Interval kontur (m)
w = a/c
a = Luas bidang diantara dua kontur (Km2)
c = Panjang rata-rata dua kontur (Km)
Dd = L/A
Keterangan:
Dd = Indeks kerapatan sungai (Km/Km2)
L = Jumlah panjang sungai termasuk panjang anak-anak sungainya (Km)
A = Luas DPS (Km2)
Ada suatu batasan yang menyatakan besarnya indeks kerapatan sungai, yaitu
apabila nilai Dd:
1. kurang dari 0,25 km/km2maka disebut rendah.
2. 0,25 10 km/km2, disebut sedang.
3. 10 25 km/km2, disebut tinggi, dan apabila
4. lebih dari 25 km/km2, disebut sangat tinggi.