Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kesehatan merupakan hal yang sangat penting khususnya
bagi ibu yang sedang hamil. Karena dalam kondisi yang seperti ini kesehatan seorang ibu akan
sangat berpengaruh terhadap perkembangan janinnya. Satu hal yang paling sering ditemui di
dalam dunia kesehatan dimana seorang bayi yang baru lahir akan tetapi bayi itu akan mengalami
kesulitan dalam bernafas.
Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang
paling penting pada anak, terutama bayi, karena saluran napasnya masih sempit dan daya tahan
tubuhnya masih rendah. Salah satu parameter gangguan saluran pernapasan adalah frekuensi dan
pola pernapasan. Pada bayi baru lahir sering kali terlihat pernapasan yang dangkal, cepat, dan
tidak teratur iramanya akibat pusat pengatur pernapasannya belum berkembang secara sempurna.
Pada bayi prematur gangguan pernapasan dapat disebabkan oleh kurang matangnya paru.
Disamping faktor organ pernapasan, keadaan pernapasan bayi dan anak juga di pengaruhi oleh
beberapa hal lain, seperti suhu tubuh yang tinggi, terdapatnya sakit perut, atau lambung yang
penuh.
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir. Asfiksia berarti hipoksia yang progresif,
penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan
kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital
lainnya.Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan PaO2), hiperkarbia (peningkatan
PaCO2), dan asidosis (penurunan PH).
Di Amerika Serikat pada tahun 1979 sampai 1990 terdapat 155 kematian ibu akibat
penyulit pada anestesi atau 3,8% dari 4097 kematian terkait kehamilan .
Di negara berkembang, sectio caesarea merupakan pilihan terakhir untuk menyelamatkan
ibu dan janin pada saat kehamilan dan atau persalinan kritis. Angka kematian ibu karena sectio
caesarea yang terjadi sebesar 15,6% dari 1.000 ibu dan kejadian asfiksia sedang dan berat pada
sectio caesarea sebesar 8,7% dari 1.000 kelahiran hidup sedangkan kematian neonatal dini
sebesar 26,8% per 1.000 kelahiran hidup.
Angka kematian bayi secara keseluruhan di Indonesia mencapai 334 per 100.000
kelahiran hidup dan penyebab kematian terbesar adalah asfiksi. Angka kematian bayi di
Indonesia menurut survei demografi dan kesehatan Indonesia mengalami penurunan dari 46 per
1000 kelahiran hidup menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian ibu
mengalami penurunan dari 421 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 307 per 100.000 kelahiran
hidup. Kematian pada masa perinatal yang disebabkan karena asfiksia sebesar 28%.
Insiden asfiksia neonatorum di negara berkembang lebih tinggi daripada di negara maju.
Di negara berkembang, lebih kurang 4 juta bayi baru lahir menderita asfiksia sedang atau berat,
dari jumlah tersebut 20% diantaranya meninggal. Di Indonesia angka kejadian asfiksia kurang
lebih 40 per 1000 kelahiran hidup, secara keseluruhan 110.000 neonatus meninggal setiap tahun
karena asfiksia .
Dalm kasus asfiksia ini, peran perawat adalah bagaimana untuk memacu napas klien
untuk kembali normal. Memberikan terapi oksigen yang baik, memberikan semangat kepada
keluarga klien untuk berfikir positif dan mengurangi rasa cemas.
Pengawasan ini bertujuan menemukan sedini mungkin adanya kelainan yang dapat
mempengaruhi proses persalinan sehingga penanganannya dapat dilakukan dengan baik.
Pemilihan cara persalinan dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan demi keselamatan ibu
dan bayi, untuk ibu hamil preeklamsia cara persalinan yang sering dilakukan adalah Sectio
Caesarea. Sectio Caesarea dilakukan bila terjadi gawat janin atau fetal distress pada kala I, terjadi
ketuban pecah dini, kala II yang lama dan ibu yang mengalami kejang
Pada sekarang ini, perkembangan ilmu kesehatan terutama dalam pengobatan dan
peralatan, sangatlah menunjang dalam pemulihan penyakit. Terutama penyakit yang ada dalam
pembahasan makalah ini. Begitu juga dengan petugas kesehatan, baik dokter, perawat, ahli gizi
dan lain-lain telah banyak membantu dalam pencapaian kesehatan masyarakat yang optimal, baik
dalam segi perawatan maupun dalam segi pengobatannya. Pada asfiksia neonatorum yang paling
baik dan tepat, terutama dalam segi keperawatannya sangatlah membantu dalam penyembuhan
klien.
Oleh karena itu dalam makalah ini dijelaskan mengenai penyakit asfiksia neonatorum.
Penyakit ini merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti faktor ibu,
faktor placenta, faktor featus dan faktor neonatus, sehingga menyebabkan bayi sulit untuk
bernafas secara spontan. Setiap penyakit mempunyai gambaran klinik tersendiri terutama pada
tanda dan gejala, pengobatan serta perawatannya.
Dari hasil pemikiran tersebut di atas, penulis ingin membahas lebih jauh tentang
bagaimana seharusnya menangani penderita asfiksia dalam bentuk makalah yang berjudul
Asuhan Keperawatan Klien dengan Asfiksia Neonatorum.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengambil rumusan masalah tentang,
Bagaimana asuhan keperawatan pada By. C dengan kasus Asfiksia.

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan
klien dengan asfiksia neonatorum.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan Pengkajian perawatan pada By. C dengan kasus Asfiksia.
b. Mahasiswa mampu melakukan pengelompokan data pada By. C dengan kasus Asfiksia.
c. Mahasiswa mampu melakukan Diagnosa keperawatan pada By. C dengan kasus Asfiksia.
d. Mahasiswa mampu melakukan Perencanaan keperawatan pada By. C dengan kasus Asfiksia.
e. Mahasiswa mampu melakukan Pelaksanaan tindakan keperawatan pada By. C dengan kasus
Asfiksa.
f. Mahasiswa mampu melakukan Evaluasi keperawatan pada By. C dengan kasus Asfiksia.

1.4 Manfaat Penulisan


a. Agar mahasiswa dapat mengetahui gambaran secara umum tentang asfiksia.
b. Agar mahasiswa dapat mengetahui rencana asuhan keperawatan asfiksia.
BAB II

PEEMBAHASAN

2.1 Definisi Asfiksia


Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernapas secara spontan
dan teratur setelah melahirkan.
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur,
sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk
dalam kehidupan lebih lanjut.
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir.
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini
berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat
mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan
PaO2), hiperkarbia (peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH).

2.2 Klasifikasi Asfisia


Menurut M. Rahman (2014), Asfiksia dapat di klasifikasikan berdasarkan skor APGAR,
yaitu:
Klinis 0 1 2
Detak jantung Tidak ada < 100 x/menit >100x/menit
Pernafasan Tidak ada Tak teratur Tangis kuat
Refleks saat jalan Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin
nafas dibersihkan
Tonus otot Lunglai Fleksi Fleksi kuat
ekstrimitas gerak aktif
(lemah)
Warna kulit Biru pucat Tubuh merah Merah seluruh
ekstrimitas biru tubuh

Nilai 0-3 : Asfiksia berat


Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Normal
A=Appearance (penampakan) perhatikan warna tubuh bayi.
P=Pulse(denyut) Dengarkan denyut jantung bayi dengan stetoskop atau palpasi denyut
jantung dengan jari.
G=Grimace(seringai) gosok berulang-ulang dasar tumit kedua tumit kaki bayi dengan
jari.perhatikan reaksi pada mukanya.Atau perhatikan reaksi ketika lender pada
mukanya.Atau perhatikan reaksi ketika lender dari mulut dan tenggorokan di hisap.
A=Activity. Perhatikan cara bayi baru lahir menggerakan kaki dan tanganya atau tarik
salah satu tangan/kakinya.Perhatikan bagaimana kedua tangan dan kakinya bergerak
sebagai reaksi terhadap rangsangan tersebut.
R=Respiratori.(Pernapasan). Perhatikan dada dan abdomen bayi.Perhatikan
pernapasannya.
Dilakukan pemantauan pada nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5
menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7.Nilai apgar
berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis,bukan
untuk memulai resusitasi karena resusitasinya di mulai 30 detiksetelah lahir bila bayi tidak
menangis.(bukan 1 menit seperti penilaian skor apgar).
Atas dasar pengalaman klinis, Asfikia Neonaiorum dapat dibagi dalam :
a. Asfiksia Ringan (Vigorous baby') skor apgar 7-10, dalam hal ini bayi dianggap sehat
dan tidak memerkikan istimewa.
b. Asfiksia Sedang (Mild-moderate asphyxia) skor apgar 4-6 pada pemeriksaan fisis
akan terlihat frekuensi jantung lebih dari lOOx/menit, tonus otot kurang baik atau
baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada
c. Asfiksia berat: skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisis ditemukan frekuensi jantung
kurang dari l00x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat,
reflek iritabilitas tidak ada
Asfiksia berat dengan henti jantung yaitu keadaan :
1. Bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap.
2. Bunyi jantung bayi menghilang post partum.
2.3 Etiologi Asfiksia
Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan O2 dari ibu ke janin. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan
atau segera setelah lahir. karena itu penilaian janin selama kehamilan dan persalinan. memegang
peran penting untuk keselamatan bayi atau kelangsungan hidup yang sempurna tanpa gejala sisa.
Menurut M. Rachman (2015), pengolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri
dari:
1. Faktor Ibu
a. Hipoksia ibu. Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anestesia
dalam. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin.
b. Gangguan aliran darah uterus. Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan
berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering ditemukan
pada:Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit
atau obat.
c. Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.
d. Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta.asfiksia janin
akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta,
perdarahan plasenta, plasenta previa dan lain-lain.
3. Faktor featus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pcmbuluh darah
umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat
ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher kompresi tali pusat antar
janin dan jalan lahir dan lain-lain.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena:
Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat
menimbulkan depresi pusat pernafasan janin. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya
pendarahan intrakranial. Kelainan konginental pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika
atresia/stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.
2.4 Patofisiologi Asfiksia
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi pada masa kehamilan dan
persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara
pada bayi (asfiksia transien). Proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang
kemoreseptorpusat pernafasan agar terjadi primary gasping yang kemudian akan berlanjut
dengan pernafasan teratur. Sifat asfiksisa ini tidak mempunyai pengaruh buruk karena reaksi
adaptasi bayi dapat mengatasinya.

Bila terdapat gangguan pertukaran gas atas pengangkutan oksigen selama


kehamilan/persalinan, akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi
fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan
fungsi ini dapat reversible atau tidak bergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Pada
percobaan binatang yang dikerjakan oleh Dawes (1968), ternyata bahwa asfiksia yang
ditimbulkan pada binatang percobaan memperlihatkan sesuatu pola klinis tertentu. Hal ini sesuai
dengan observasi klinis yang tampak pada bayi asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan
suatu periode apnu (primary apnu) disertai dengan penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya
bayi akan bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita
asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu
kedua (secondary apnoea).

2.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada bayi setelah lahir menurut Nelson (1997) adalah sebagai berikut :
1. Bayi pucat dan kebiru-biruan
2. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
3. Hipoksia
4. Asidosis metabolik atau respiratori
5. Perubahan fungsi jantung
6. Kegagalan sistem multiorgan
7. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik : kejang, nistagmus,
dan menangis kurang baik/ tidak menangis.
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain:
a. Edema otak dan perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut
sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun,
keadaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya
edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan pendarahan otak.
b. Anuria dan Oliguria
Disfungsi jaringan jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini
dikenal dengan istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan
perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir keorgan
seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
c. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan
transport O2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi
jaringan tak efektif.
d. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma
karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.
2.7 Penatalaksanaan Medis
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut dengan Resusitasi Bayi Baru Lahir.
Tindakan Resusitasi mengikuti tahapan yang dikenal dengan ABC-resusitasi :
a. Memastikan saluran napas terbuka :
1. Meletakan bayi dalam posisi yang benar
2. Menghisap mulut, hidung, kalu perlu trakea
3. Bila perlu masukan Et untuk memastikan napas terbuka
b. Memulai pernapasan :
1. Lakukan rangsangan taktil
2. Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
3. Mempertahankann sirkulasi darah
4. Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila perlu
menggunakan obat-obatan.
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
a. Analisa gas darah (PH kurang dari 7.20)
b. Penilaian APGAR score meliputi warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot
dan reflek
c. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah tumbuh komplikasi
d. Pengkajian spesifik
e. Elektrolit garam
f. USG
g. gula darah.
h. PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis, tingkat rendah
menunjukkan asfiksia bermakna.
i. Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%.
j. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks antigen-
antibodi pada membran sel darah merah.
2.9 Pencegahan
Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya pengenalan/penanganan
sedini mungkin, misalnya dengan memantau secara baik dan teratur denyut jantung bayi selama
proses persalinan, mengatur posisi tubuh untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan mencegah
gangguan sirkulasi utero-plasenter terhadap bayi, teknik meneran dan bernapas yang
menguntungkan bagi ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan upaya untuk menjaga agar
tubuh bayi tetap hangat, menempatkan bayi dalam posisi yang tepat, penghisapan lendir secara
benar, memberikan rangsangan taktil dan melakukan pernapasan buatan (bila perlu). Berbagai
upaya tersebut dilakukan untuk mencegah asfiksia, memberikan pertolongan secara tepat dan
adekuat bila terjadi asfiksia dan mencegah hipotermia.
Paradigma baru (aktif) yang disebutkan sebelumnya, terbukti dapat mencegah atau
mengurangi komplikasi yang sering terjadi. Hal ini memberi manfaat yang nyata dan mampu
membantu upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Karena sebagian besar
persalinan di Indonesia terjadi di desa atau di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dimana tingkat
keterampilan petugas dan sarana kesehatan sangat terbatas maka paradigma aktif menjadi sangat
strategis bila dapat diterapkan pada tingkat tersebut. Jika semua penolong persalinan dilatih agar
kompeten untuk melakukan upaya pencegahan atau deteksi dini secara aktif terhadap berbagai
komplikasi yang mungkin terjadi, memberikan pertolongan secara adekuat dan tepat waktu, dan
melakukan upaya rujukan segera dimana ibu masih dalam kondisi yang optimal maka semua
upaya tersebut dapat secara bermakna menurunkan jumlah kesakitan atau kematian ibu dan bayi
baru lahir.
2.10 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : By. C
Jenis Kelamin : laki-laki
TTL / Usia : 2 Jam
Agama : islam
Alamat : kelurahan Siendeng
Anak ke : 1 (satu)
Suku Bangsa : Indonesia
b. Nama orang tua
Ibu
Nama : Ny. M
Umur : 23 Tahun
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Alamat : Kota Bau Jambi
Ayah
Nama : Tn. N
Umur : 25 Tahun
Suku Bangsa : Melayu
Pendidikan : S-1
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Kota Baru Jambi

c. Alasan Masuk Rumah Sakit


Klien masuk rumah sakit Raden Mattaher Jambi pada tanggal 20 November 2016 dengan
alasan keluarga mengatakan bayi tidak bisa bernafas secara spontan setelah dilahirkan.
d. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Keluarga mengatakan bayi tidak bisa bernafas secara spontan dan tidak menangis setelah
dilahirkan dengan usaha bernapas lemah,
e. Riwayat Kehamilan Ibu
1. Umur kehamilan : 42minggu
2. Periksa ANC : pada bidan
3. Frekuensi ANC : 4x selama kehamilan
4. Penyakit ibu selama hamil : hipertensi
f. Riwayat Persalinan Ibu
1. Jenis persalinan
Pervaginam.
2. partus ditolong oleh bidan.
3. lama partus selama 12 jam.
4. Warna air ketuban hijau dan kental
5. Selama kehamilan ibu mengalami preeklamsia dengan TD :140/100 mmHg
g. Pemeriksaan fisik
1) Tanda-tanda vital klien/bayi
a) Denyut Nadi : 90 x/i
b) RR : 15x/i
c) Suhu :37 C
d) BB/PB : 3000gr/43cm
2) Head to Toe
Kepala :
Bentuk kepala : Normal
ChepalHematom : Tidak Ada

Mata :
Bentuk : Simetris
Sekret : Tidak ada
Conjungtiva : Ananemis
Sklera : Anikterik
Mulut:
Bibir : Normal
Gigi : Belum Tumbuh
Hidung:
Simetris, Teraba dingin
Telinga:
Bentuk : Simetris
Thorax & Abdomen :
Bentuk : Normal
Denyut Jantung :Bradi Cardia
Tali Pusat :
Tidak ada Perdarahan
Ekstremitas :
Tonus Otot Lemah
Teraba dingin
3) Nilai APGAR skor bayi lima menit pertama adalah 4.
- Detak jantung =1
- RR =1
- Refleks saat jalan nafas =1
- Tonus otot =1
- Warna kulit =0
i. Terapi
IVFD dx 5% 4 tts/i menggunakan infus set mikro.
O2 2 Liter/menit

2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b/d ekspansi yang kurang adekuat
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan cairan ketuban
3. Ansietas b/d ancaman kematian

3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama : By. C
Umur : 2 Jam
N DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL
O KEPERAWATA KRITERIA
N HASIL
1 Gangguan Tujuan: Mandiri Mandiri
pemenuhan pernafasan Kaji frekuensi, 1. Kecepatan napas
kebutuhan O2 b/d kembali normal kedalaman pernapasan biasanya
ekspansi yang dan ekspansi dada meningkat
kurang adekuat Kriteria Hasil: Auskultasi bunyi napas Bunyi napas
d.d keluarga Klien menurun atau
tidak
mengatakan By. tidak ada bila
mengala
C setelah mi sesak jalan napas
napas
dilahirkan tidak obstruksi
RR klien
segera menangis, normal (30- Posisikan bayi pada Posisi ini
40x/menit)
bidan T abdomen atau posisi dapat
Kulit klien
mengatakan tidak pucat telentang dengan gulungan memudahkan
pernafasannya popok dibawah bahu untuk pernapasan
tidak teratur, bayi menghasilkan sedikit dan
tampak sulit hiperektensi menurunkan
bernapas, RR : episode
15x/I, N : 90x/I, asfiksia
klien tampak Berikan rangsang taktil Merangsang
terpasang O2 2 yang segera ( mis, gosokkan SSP untuk
liter, punggung bayi ) bila terjadi meningkatka
apnea. n gerakan
tubuh dan
kembalinya
pernapasan
yang spontan
Kolaborasi Memaksimal
5. Berikan oksigen tambahan kan bernapas
dan
menurunkan
kerja napas
DIAGNOSA TUJUAN &
NO KEPERAWATAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
2 Bersihan jalan nafas Tujuan Mandiri Mandiri
tidak efektif b/d Pola napas kembali1. Auskultasi suara Pernapasan ronki
penumpukan cairan efektif nafas sebelum dan dan mengi
ketuban d.d bidan T sesudah suction. menunjukkan
mengatakan bahwa Kriteria Hasil : obstruksi jalan
sebelumnya By. C Bayi tidak sesak napas.
terdapat penumpukan napas Beritahu Megurangi
sekret pada mulut bayi, TTV normal: keluarga tentang rasa
tonus otot bayi C fleksi RR: 30-0x/menit suction kecemasan
ektremitasnya tampak Nadi: 45x/menit Observasi Distres
lemah, RR: 15x/I, N: SB: 36-37C) adanya tanda- pernapasan
90x/i tanda distres sering terjadi
pernafasan pada bayi
Posisikan bayi Agar
miring kekanan makanan
setelah yang sudah
memberikan masuk tidak
makan keluar
kembali
Kolaborasi Untuk
mengeluarka
5. Hisap mulut dan
n cairan yng
nasopharing dengan di mulut
spuit sesuai
kebutuhan
NO DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
3 Ansietas b/d ancaman Tujuan 1. Evaluasi tingkat 1. Orang terdekat
kematian d.d ayah Mendemostrasikan pemahaman mendengar dan
klien mengatakan hilangnya ansietas dan keluarga klien mengasimilasi
cemas dengan memberikan informasi tentang diagnose. informasi baru
keadaan anaknya, tentang proses yang meliputi
keluarga klien tampak penyakit. perubahan ada
cemas, keluarga klien Kriteria Hasil: gambaran diri.
tampak gelisah 1. Menunjukan
melihat anaknya rentang perawatan Berikan membuat
masih belum yang tepat dan kesempatan kepercayaan
menangis, keluarga penampilan wajah untuk bertanya dan
klien tampak cemas tampak rileks atau dan jawab menurunkan
melihat anaknya istirahat. dengan jujur kesalahan
terpasang alat 2. Mengakui dan antara keluarga persepsi
pembantu pernapasan mendiskusikan takut dan perawat. terhadap
(oksigen 2 liter), dan atau masalah. informasi.
terpasang infus. Libatkan orang dapat
terdekat dalam membantu
perencanaan dalam
keperawatan. memperbaiki
beberapa
perasaan
cemas.

Berikan
sulit
kenyamanan
menerima
fisik
dengan isu
emosi bila
kenyamanan
fisik tidak
menetap.

4. Implementasi dan Evaluasi


Nama : By. C
Usia : 2 Jam
Tanggal : 20 November 2016
Hari : Pertama

No TGL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN
1 20-11- Gangguan pemenuhan Jam 10.00 Jam 12.00
2016 1. 1. Mengkaji frekuensi
kebutuhan O2 b/d
S : Klien masih tampak
kedalaman dan kemudahan
ekspansi yang kurang
kesulitan bernafas
bernafas.
adekuat d.d Bidan T
O : Ekstremitas klien
2. Frekuensi napas dapat
mengatakan By. C setelah
masih tampak
terpantau
dilahirkan tidak segera
sianosis
2. 3. Mengauskultasi bunyi
menangis, bidan T
- Klien tampak pucat
napas
mengatakan
RR : 27x/i
3. 4. Memposisikan bayi pada
pernafasannya tidak
- Napas ronchi
posisi telentang dengan
teratur, bayi tampak sulit
A : Masalah teratasi
gulungan popok dibawah
bernapas, RR : 15x/I, N :
P : Pertahankan
bahu untuk menghasilkan
90x/I, klien tampak
Intervensi
sedikit hiperektensi
terpasang O2 2 liter,
4. 5. Mengobservasi warna
kulit.
Dengan hasil : Warna kulit
klien pucat
6. Kolaborasi :
5. Memberikan terapi
oksigen.
Dengan hasil : Klien
terpasang O2 2liter
NO TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
2 20-11-2016 Bersihan jalan nafas Jam 10.00 Jam 12.00
tidak efektif b/d 1. 1. Mengauskultasi suara
S : Orangtua klien
penumpukan cairan nafas sebelum dan
mengatakan
ketuban d.d keluarga sesudah suction.
anaknya masih
mengatakan Ny.M Dengan hasil:
sesak napas
partus lama selama 12 Sebelum : Kreckles
jam, keluarga Setelah : Vesikuler
O : RR: 20x/i
mengatakan warna 2. 2. Memberitahu keluarga
N : 102x/i
ketuban hijau dan tentang suction upaya
kental, tonus otot bayi C keluarga mengetahui
A : Masalah teratasi
fleksi ektremitasnya bahwa anaknya akan
tampak lemah, RR: dilakukan suction
P : Pertahankan
15x/I, N: 90x/ 3. 3. Mengobservasi adanya
Intervensi
tanda-tanda distres
pernafasan
H: 4. Pernapasan klien dapat
terpantau
4. 5. Memposisikan bayi
miring kekanan setelah
memberikan makan
Dengan Hasil: Bayi mau
diposisikan
Kolaborasi
5. Melakukan hisap mulut
dan nasopharing dengan
spuit sesuai kebutuhan
H: Jalan napas kembali
normal
NO TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
3 20-11-2016 Asietas b/d ancaman Jam 11.00wib Jam 12.00 wib
S:
kematian d.d ayah klien3. 1. mengevaluasi tingkat
- Keluarga klien
mengatakan cemas pemahaman keluarga
mengatakan
dengan keadaan klien tentang diagnose.
mengerti dengan
anaknya, keluarga klien4. 2. Memberikan
apa yang dijelaskan
tampak cemas, keluarga kesempatan untuk
- Keluarga klien
klien tampak gelisah bertanya dan jawab
mengatakan cemas
melihat anaknya masih dengan jujur antara
sedikit berkurang
belum menangis, keluarga dan perawat.
O : Keluarga klien
keluarga klien tampak 5. 3. Melibatkan orang
tampak mengerti
cemas melihat anaknya terdekat dalam
dan paham dengan
terpasang alat pembantu perencanaan
penjelasan yang
pernapasan (oksigen 2 keperawatan.
diberikan
liter), dan terpasang 6. 4. Memberikan
- Keluarga klien
infus. kenyamanan fisik
masih sering
bertanya tentang
keadaan anaknya
A : masalah teratasi
P : Pertahankan
Intervensi
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini
berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat
mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan
PaO2), hiperkarbia (peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH).
Asfiksia di bagi menjadi 3 jenis, yaitu Nilai 0-3 : Asfiksia berat Nilai 4-6 : Asfiksia
sedang Nilai 7-10 : Normal
Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan O2 dari ibu ke janin. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan
atau segera setelah lahir. karena itu penilaian janin selama kehamilan dan persalinan. memegang
peran penting untuk keselamatan bayi atau kelangsungan hidup yang sempurna tanpa gejala sisa.
Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya
pengenalan/penanganan sedini mungkin, misalnya dengan memantau secara baik dan teratur
denyut jantung bayi selama proses persalinan, mengatur posisi tubuh untuk memberi rasa
nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan sirkulasi utero-plasenter terhadap bayi, teknik
meneran dan bernapas yang menguntungkan bagi ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan
upaya untuk menjaga agar tubuh bayi tetap hangat, menempatkan bayi dalam posisi yang tepat,
penghisapan lendir secara benar, memberikan rangsangan taktil dan melakukan pernapasan
buatan (bila perlu).

3.2 SARAN

Mahasiswa keperawatan hendaknya dapat menerapkan asuhan keperawatan yang telah


didapatkan secara teoritis yang telah disajikan dalam penulisan kasus ini dan mampu
memberikan informasi kepada masyarakat mengenai penyakit asfiksia dengan mengadakan suatu
penyuluhan atau pendidikan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Rusepno dan Husein Alatas. 2014. Ilmu Kesehata Anak. Jakarta: Infomedika Jakarta

Ngastiyah. 2015. Perawatan Anak Sakit Ed.2. Jakarta: EGC

Suryadi dan Yuliani, R . 2014. Asuhan Keperwatan Pada Anak. Jakarta : CV. Sagung Seto

Ed. Egi Komara Yudha. 2016. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong/ Donna L. Wong. Ed.
6. Jakarta: EGC.

Saifuddin, Abdul Bari. Dkk. 2014. Buku Buku Acuhan Nasional Pelayanan Kesehatan
Internal dan Neonatal. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai