Guru pembimbing :
Elly, S.Pd.I
Disusun Oleh :
Ayu Sukevi
Dwi Nur Jannah
Miftahul Jannah
Avina Nur Hayati
Dyta Nur Apriyana
Hidayatul Astofi
Rofiah
0
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Telah kita maklumi bersama bahwa Al-Quran itu diturunkan secara berangsur-
angsur. Setiap kali ayat-ayat Al-Quran turun Rasulullah saw. Menyuruh penulis wahyu
untuk menulisnya. Kebanyakan dari sahabat menghafalnya akan tetapi walaupun ditulis oleh
para penulis wahyu, namun ia tidak terkumpul dalam suatu mushaf.
Al-Quran semenjak diturunkan kepada Rasulullah saw. hingga saat ini masih utuh
dan masih terjaga, karena Allah telah menjamin kemurnian dan kesucian Al-Qur'an, akan
selamat dari usaha-usaha pemalsuan, penambahan atau pengurangan-pengurangan
sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah dalam surat Al-Hijr: 9 sebagai berikut :
Maksudnya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya
kami benar-benar memeliharanya (QS. Al-Hijr:9).
Dalam catatan sejarah dapat dibuktikan bahwa proses kodifikasi dan penulisan Qur'an
dapat menjamin kesuciannya secara meyakinkan. Qur'an ditulis sejak Nabi masih hidup.
Begitu wahyu turun kepada Nabi, Nabi langsung memerintahkan para sahabat penulis wahyu
untuk menuliskannya secara hati-hati. Begitu mereka tulis, kemudian mereka hafalkan
sekaligus mereka amalkan.
Dalam makalah ini penulis akan menggambarkan sejarah kodifikasi/ pengumpulan
Al-Quran pada masa Rasulullah SAW dan setelah beliau wafat, baik pada masa Abu Bakar
ash-Shiddiq hingga Utsman bin Affan, dan beberapa hal terkait dengan sejarah pengumpulan
Al-Quran dan pada masa dinasti bani umayyah
B. RUMUSAN MASALAH
Pokok permasalahan yang akan penulis angkat dalam makalah ini terkait dengan
judul makalah adalah :
1. Bagaimana sejarah kodifikasi Al-Quran pada masa Rasulullah SAW?
2. Bagaimana sejarah kodifikasi Al-Quran ditinjau dari proses pengumpulan dan
pembukuan pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, dan Utsman bin Affan?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
terpisah, atau menertibkan ayat-ayat dan suratnya dalam lembaran-lembaran yang
terkumpul yang menghimpun semua surat.
3
adalah: Ubay bin Ka'ab, Abdullah bin Mas'ud, Mu'adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit dan
Salin bin Ma'qal.
Adapun hal-hal yang lain yang bisa menguatkan bahwa telah terjadi penulisan Al-
Quran pada waktu itu adalah Rasulullah SAW melarang membawa tulisan Al-Quran ke
wilayah musuh.
Kisah masuk Islamnya sahabat `Umar bin Khattab r.a. yang disebutkan dalam
buku-buku sejarah bahwa waktu itu `Umar mendengar saudara perempuannya yang
bernama Fatimah sedang membaca awal surah Thahaa dari sebuah catatan (manuskrip)
Al-Quran kemudian `Umar mendengar, meraihnya kemudian membacanya, inilah yang
menjadi sebab ia mendapat hidayah dari Allah sehingga ia masuk Agama Islam.
Sepanjang hidup Rasulullah s.a.w Al-Quran selalu ditulis bilamana beliau
mendapat wahyu karena Al-Quran diturunkan tidak secara sekaligus tetapi secara
bertahap.
4
menjawab: Demi Allah, ini adalah sebuah kebaikan. Selanjutnya Umar selalu saja
mendesakku untuk melakukannya sehingga Allah melapangkan hatiku, maka aku
setuju dengan usul Umar untuk mengumpulkan Al Quran.
Zaid berkata: Abu Bakar berkata kepadaku : engkau adalah seorang pemuda
yang cerdas dan pintar, kami tidak meragukan hal itu, dulu engkau menulis wahyu
(Al Quran) untuk Rasulullah saw., maka sekarang periksa dan telitilah Al Quran lalu
kumpulkanlah menjadi sebuah mushaf.
Zaid berkata : Demi Allah, andaikata mereka memerintahkan aku untuk
memindah salah satu gunung tidak akan lebih berat dariku dan pada memerintahkan
aku untuk mengumpulkan Al-Quran. Kemudian aku teliti Al-Quran dan
mengumpulkannya dari pelepah kurma, lempengan batu, dan hafalan para sahabat
yang lain).
Kemudian Mushaf hasil pengumpulan Zaid tersebut disimpan oleh Abu Bakar,
peristiwa tersebut terjadi pada tahun 12 H. Setelah ia wafat disimpan oleh khalifah
sesudahnya yaitu Umar, setelah ia pun wafat mushaf tersebut disimpan oleh putrinya
dan sekaligus istri Rasulullah s.a.w. yang bernama Hafsah binti Umar r.a.
(http://www.geocities.com/denwij/kodifikasi.htm)
Semua sahabat sepakat untuk memberikan dukungan mereka secara penuh
terhadap apa yang telah dilakukan oleh Abu Bakar berupa mengumpulkan Al Quran
menjadi sebuah Mushaf. Kemudian para sahabat membantu meneliti naskah-naskah
Al Quran dan menulisnya kembali. Sahabat Ali bin Abi Thalib berkomentar atas
peristiwa yang bersejarah ini dengan mengatakan : Orang yang paling berjasa
terhadap Mushaf adalah Abu Bakar, semoga ia mendapat rahmat Allah karena ialah
yang pertama kali mengumpulkan Al Quran, selain itu juga Abu Bakarlah yang
pertama kali menyebut Al Quran sebagai Mushaf.
Menurut riwayat yang lain orang yang pertama kali menyebut Al Quran
sebagai Mushaf adalah sahabat Salim bin Maqil pada tahun 12 H lewat perkataannya
yaitu : Kami menyebut di negara kami untuk naskah-naskah atau manuskrip Al
Quran yang dikumpulkan dan di bundel sebagai Mushaf dari perkataan Salim inilah
Abu Bakar mendapat inspirasi untuk menamakan naskah-naskah Al Quran yang telah
dikumpulkannya sebagai al-Mushaf as Syarif (kumpulan naskah yang mulya). Dalam
Al Quran sendiri kata Suhuf (naskah ; jamanya Sahaif) tersebut 8 kali, salah satunya
adalah firman Allah QS. Al Bayyinah (98):2
Artinya : Yaitu seorang Rasul utusan Allah yang membacakan beberapa lembaran
suci. (Al Quran)
5
b. Pada Masa Usman bin Affan
Pada masa pemerintahan Usman bin Affan terjadi perluasan wilayah Islam di
luar Jazirah Arab sehingga menyebabkan umat Islam bukan hanya terdiri dari bangsa
Arab saja (Ajamy). Kondisi ini tentunya memiliki dampak positif dan negatif.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Anas r.a. bahwa suatu saat Hudzaifah yang
pada waktu itu memimpin pasukan Muslim untuk wilayah Syam (sekarang Syiria)
mendapat misi untuk menaklukkan Armenia, Azerbaijan (dulu termasuk Soviet) dan
Iraq menghadap Usman dan menyampaikan kepadanya atas realitas yang terjadi
dimana terdapat perbedaan bacaan Al Quran yang mengarah kepada perselisihan.
Kodifikasi dan penyalinan kembali Mushaf Al Quran ini terjadi pada tahun 25
H, Usman berpesan apabila terjadi perbedaan dalam pelafalan agar mengacu pada
Logat bahasa suku Quraisy karena Al Quran diturunkan dengan gaya bahasa mereka.
Setelah panitia selesai menyalin mushaf, mushaf Abu Bakar dikembalikan lagi
kepada Hafsah. Selanjutnya Usman memerintahkan untuk membakar setiap naskah-
naskah dan manuskrip Al Quran selain Mushaf hasil salinannya yang berjumlah 6
Mushaf.
6
4. Pada Masa Dinasti Bani Umayyah
Setelah berakhirnya zaman Khalifah yang empat, timbul zaman Bani Umayyah.
Kegiatan para sahabat dan tabiin terkenal dengan usaha-usaha mereka yang tertumpu
dan penyebaran ilmu-ilmu Al-quran melalui jalan periwayatan dan pengajaran, secara
lisan bukan melalui tulisan atau catatan. Kegiatan-kegiatan ini dipandang sebagai
persiapan bagi masa pembukaannya. Orang-orang yang paling berjasa dalam periwayatan
ini adalah khalifah yang empat, Ibnu Abbas, Ibnu Masud, Zaid Ibnu Tsabit, Abu Musa Al-
Asyan, Abdullah Ibnu Al-Zubair. Sedangkan dari kalangan sahabat Mujahid, Atha,
Ikrimah, Qatadah, Al-Hasan Al Bashri, Said Ibn Jubair, Zaid Ibn Aslam di Madinah.
Dari Aslam, Ilmu ini diterima oleh putranya Abd Al-Rahman, Malik Ibn Anas dari
generasi Tabiin Al-tabiin. mereka ini semuanya dianggap sebagai peletak batu pertama
bagi apa yang disebut ilmu tafsir, ilmu asbab al-nuzul, ilmu nasikh dan mansukh, ilmu
gharib Al-quran dan lainya. (kemudian, Ulumul Quran memasuki masa pembukuan
pada abad ke-2 H) para ulama memberikan prioritas perhatian mereka kepada-ilmu tafsir
karena fungsinya sebagai Umm Al-Ulum Al-Quraniah (Induk Ilmu-Ilmu Al-Quran).
Para penulis pertama dalam tafsir adalah Syubah Ibn Al-Hajjaj, Sufyan Ibn Uyaynah
dan Wali Ibn Al-Jarrah. Kitab-Kitab, tafsir mereka menghimpun pendapat-pendapat
sahabat dan tabiin.
Pada abad ke-3 menyusul tokoh tafsir Ibn Jarir Al-Thabari. Al-thabari adalah
mufassir pertama membentangkan bagi berbagai pendapat dan mentarjih sebagainya atas
lainnya. Ia juga mengemukakan Irab dan istinbath (penggalian hukum dari Al-quran).
Di abad ke-3 ini juga lahir ilmu asbab Al-Nuzul, ilmmu masikh dan mansukh , ilmu
tentang ayat-ayat makiah dan madaniah. Guru Imam Al-Bukhari, Ali Ibn Al-Madaniyah.
Guru Imam Al-bukhari, Ali ibn Al-madini mengarang asbab Al-Nuzul; Abu Ubaid Al-
Qasim Ibn Salam. Mengarang tentang nasikh dan mansukh, qiraat dan keutamaan-
keutamaan Al-Quran; Muhammad ibn Ayyub Al-dari tentang ayat-ayat turun d mekkah
dan madinah ; Muhammad ibn khalaf Ibn Al-Mirzaban (W. 390II) mengarang kitab Al-
Hawi fi-ulum Al-quran.
7
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Sebagai kesimpulan dari paparan di atas, penulis dapat menarik beberapa poin yaitu:
1. Pengumpulan Al-Quran pada masa Rasulullah SAW tidak begitu banyak mendapatkan
masalah, karena setiap kali Rasulullah mendapatkan wahyu, para sahabat yang telah
ditunjuk (di antaranya Ubay bin Ka'ab, Abdullah bin Mas'ud, Mu'adz bin Jabal, Zaid bin
Tsabit dan Salin bin Ma'qal) langsung menghafal dan menulisnya pada kulit binatang,
pelapah kurma, lempengan batu, ataupun pada tulang-tulang binatang.
2. Pada saat peperangan Yamamah sekitar 700 orang penghafal gugur, selain itu banyak
peperangan lain yang juga banyak memakan korban dari pihak muslim dan sebagian
penghafal Al-Quran, atas dasar itu dan juga atas saran Umar bin Khattab, Abu Bakar
memutuskan untuk mengumpulkan ayat-ayat al-Quran yang masih tercecer ke dalam
satu mushaf.
3. Karena banyak terdapat perbedaan qiraat pada masa Pemerintahan Usman bin Affan, ia
kemudian berinisiatif untuk mengumpulkan mushaf-mushaf dari seluruh negeri dan
melakukan sedikit melakukan perubahan yaitu dengan menggantinya dengan bahasa
Arab Quraisy, karena bagaimanapun juga Al-Quran kebetulan turun pada kaum muslim
Quraisy. Langkah ini diambil guna menyamakan qiraah, dan keputusan tersebut
diterima dan disambut baik oleh kaum muslimin pada waktu itu.
4. Mushaf-mushaf yang qiraatnya berbeda tersebut dimusnahkan oleh Usman dan
menggandakan mushaf yang telah diperbaharui tersebut menjadi 6 dan disebarkan ke
Kufah, Basrah, Mesir, Syam dan Yaman, dan satu mushaf lagi disimpan oleh Usman
yang kemudian belakangan disebut sebagai Mushaf Al-Imam.
5. Pada masa bani umayyah hanya pemeliharaannya saja
8
DAFTAR PUSTAKA
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran dan
Tafsir, PT. Pustaka Rizki Putra: Semarang, 2000.
Al-Khattan, Manna Khalil, Mabahis fi Ulumil Quran, diterjemahkan dari bahasa Arab oleh
Mudzakir AS, Cet. 6, Pustaka Litera AntarNusa; Bogor, 2001.
Al-Said, Labib, The Recited Koran, The Darwin Press.Inc; New Jersey, 1975.
Al-Zarqani, Muhammad Abdul Adzim, Syeikh, Manahil al-Urfan fi Ulum al-Quran, Gaya
Media Pratama; Jakarta, 2002.
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, CV. Jumanatul Ali-Art: Bandung,
2005.
Mustafa Al-Azami, Muhammad, The History of The Quranic Text : From Revalation to
Compilation, Gema Insani; Jakarta, 2006.
Http://www.geocities.com/denwij/kodifikasi.htm
Http://dennyhendrata.wordpress.com/2006/09/28/sejarah-kodifikasi-al-quran/
Http://www.pengobatan.com/ajaran_islam/sejarah_kodifikasi.htm