Anda di halaman 1dari 3

HIPOGLIKEMIA

Hipoglikemia adalah suatu sindrom klinik dengan penyebab yang sangat luas, sebagai
akibat kerendah nya kadar glukosa plasma yang akhirnya menyebabkan neoroglikopenia.

Comblath dan Reisner pertama kali yang mempublikasikan kadar gula darah pada bayi
normal, mereka mendapatkan 95 % bayi cukup bulan lebih dari 30 mg/dl dan 98,4% bayi
premature lebih dari 20 mg/ dl. Mereka mendefinisikan hipoglikemia untuk bayi cukup bulan
bila kadar gula darah nya kurang dari 30mg/ dl dalam 48 jam pertama dan 40-50 mg/ dl setelah
usia 48 jam kelahiran. Bila bayi berat badan rendah didefinisikan hipoglikemia bila kadar gula
darah nya < 20 mg/ dl.

Penyebab terjadinya hipoglikemia pada neonatus :

1. Bayi dari ibu dengan diabetes. Ibu dengan diabetes yang tidak terkontrol memiliki
kadar glukosa darah yang tinggi yang bisa melewati plasenta sehingga
merangsang pembentukan insulin pada neonatus. Saat lahir, kadar glukosa darah
tiba-tiba turun karena pasokan dari plasenta berhenti, padahal kadar insulin masih
tinggi, sehingga terjadi hipoglikemia. Pencegahannya adalah dengan mengontrol
kadar glukosa darah pada ibu hamil.
2. Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK). Selama dalam kandungan, bayi sudah
mengalami kekurangan gizi, sehingga tidak sempat membuat cadangan glikogen,
dan kadang persediaan yang ada sudah terpakai. Bayi KMK mempunyai
kecepatan metabolisme lebih besar sehingga menggunakan glukosa lebih banyak
daripada bayi yang berat lahirnya sesuai untuk masa kehamilan (SMK), dengan
berat badan yang sama. Meskipun bayi KMK bugar, bayi mungkin tampak lapar
dan memerlukan lebih banyak perhatian. Bayi KMK perlu diberi minum setiap 2
jam dan kadang masih hipoglikemia, sehingga memerlukan pemberian
suplementasi dan kadang memerlukan cairan intravena sambil menunggu ASI
ibunya cukup.
3. Bayi kurang bulan. Deposit glukosa berupa glikogen biasanya baru terbentuk
pada trimester ke-3 kehamilan, sehingga bila bayi lahir terlalu awal, persediaan
glikogen ini terlalu sedikit dan akan lebih cepat habis terpakai.
4. Bayi lebih bulan. Fungsi plasenta pada bayi lebih bulan sudah mulai berkurang.
Asupan glukosa dari plasenta berkurang, sehingga janin menggunakan cadangan
glikogennya. Setelah bayi lahir, glikogen tinggal sedikit, sehingga bayi mudah
mengalami hipoglikemia.
5. Pasca asfiksia. Pada asfiksia, akan terjadi metabolisme anaerob yang banyak
sekali memakai persediaan glukosa. Pada metabolisme anaerob, 1 gram glukosa
hanya menghasilkan 2 ATP, sedang pada keadaan normal 1 gram glukosa bisa
menghasilkan 38 ATP.
6. Polisitemia. Bayi dengan polisitemia mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya
hipoglikemia dan hipokalsemia, karena pada polisitemia terjadi perlambatan
aliran darah.
7. Bayi yang mengalami stres selama kehamilan atau persalinan, misalnya ibu hamil
dengan hipertensi. Setelah kelahiran, bayi mempunyai kecepatan metabolisme
yang tinggi dan memerlukan energi yang lebih besar dibandingkan bayi lain.
8. Sepsis umumnya menyebabkan hipoglikemia. Peningkatan penggunaan glukosa
yang diinduksi oleh produksi sitokin pada jaringan yang kaya makrofag seperti
hati, limfa, dan paru. Hipoglikemia terjadi jika produksi glukosa gagal untuk
menjaga kecepatan produksinya.

Beberapa pedoman singkat skrining glukosa pada bayi baru lahir:

1. Pemantauan glukosa darah rutin bayi baru lahir cukup bulanyang asimtomatik tidak
perlu dan mungkin merugikan.
2. Skrining glukosa darah harus dilakukan pada bayi dengan risiko hipoglikemia
untuk mengetahui adanya hipoglikemia ataupun bayi yang menunjukkan
manifestasi klinis hipoglikemia, dengan frekuensi dan lama pemantauan tergantung
dari kondisi bayi masing-masing.
3. Pemantauan dimulai dalam 30-60 menit pertama bayi dengan dugaan
hiperinsulinisme dan tidak lebih dari umur 2 jam pada bayi dengan risiko
hipoglikemia kategori lainnya.
4. Pemantauan sebaiknya dilanjutkan setiap 3 jam sampai kadar glukosa darah
sebelum minum mencapai normal. Kemudian lanjutkan tiap 12 jam.
5. Skrining glukosa dihentikan setelah 2 kali didapatkan kadar glukosa normal atau
dengan pemberian minum saja, didapatkan 2 kali pemeriksaan kadar glukosa
normal.
6. Konfirmasi dengan pemeriksaan glukosa darah di laboratorium harus dilakukan jika
hasil skrining glukosa darah abnormal

Tata laksana pemberian ASI pada bayi hipoglikemia:

a. Asimtomatik (tanpa manifestasi klinis)

1. Pemberian ASI sedini mungkin dan sering akan menstabilkan kadar glukosa darah.
Teruskan menyusui bayi (kira-kira setiap 1-2 jam) atau beri 3-10 ml ASI perah tiap kg
berat badan bayi, atau berikan suplementasi (ASI donor atau susu formula)
2. Periksa ulang kadar glukosa darah sebelum pemberian minum berikutnya sampai
kadarnya normal dan stabil
3. Jika bayi tidak bisa menghisap atau tidak bisa mentoleransi asupannya, hindari
pemaksaan pemberian minum, dan mulailah pemberian glukosa intra vena. Pada
beberapa bayi yang tidak normal, diperlukan pemeriksaan yang seksama dan lakukan
evaluasi untuk mendapatkan terapi yang intensif
4. Jika kadar glukosa tetap rendah meskipun sudah diberi minum, mulailah terapi glukosa
intra vena dan sesuaikan dengan kadar glukosa darah
5. ASI diteruskan selama terapi glukosa intra vena. Turunkan jumlah dan konsentrasi
glukosa intra vena sesuai dengan kadar glukosa darah
6. Catat manifestasi klinis, pemeriksaan fisis, kadar skrining glukosa darah, konfirmasi
laboratorium, terapi dan perubahan kondisi klinik bayi (misalnya respon dari terapi yang
diberikan).

b. Simtomatik dengan manifestasi klinis atau kadar glukosa plasma < 20-25 mg/dL atau < 1,1 -
1,4 mmol/L.

1. Berikan glukosa 200 mg tiap kilogram berat badan atau 2 mL tiap kilogram berat badan
cairan dekstrosa 10%. Lanjutkan terus pemberian glukosa 10% intra vena dengan
kecepatan (glucose infusion rate atau GIR) 6-8 mg tiap kilogram berat badan tiap menit
2. Koreksi hipoglikemia yang ekstrim atau simtomatik, tidak boleh diberikan melalui oral
atau pipa orogastrik.
3. Pertahankan kadar glukosa bayi yang simtomatik pada >45 mg/dL atau >2.5 mmol/L
4. Sesuaikan pemberian glukosa intravena dengan kadar glukosa darah yang didapat
5. Dukung pemberian ASI sesering mungkin setelah manifestasi hipoglikemia menghilang
6. Pantau kadar glukosa darah sebelum pemberian minum dan saat penurunan pemberian
glukosa intra vena secara bertahap (weaning), sampai kadar glukosa darah stabil pada
saat tidak mendapat cairan glukosa intra vena. Kadang diperlukan waktu 24-48 jam untuk
mencegah hipoglikemia berulang.
7. Lakukan pencatatan manifasi klinis, pemeriksaan fisis, kadar skrining glukosa darah,
konfirmasi laboratorium, terapi dan perubahan kondisi klinik (misal respon dari terapi
yang diberikan).

Anda mungkin juga menyukai